Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur"

Transkripsi

1 D-486 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) Analisis Pengelomokan Mengenai Perubahan Struktur Keendudukan Dalam Menghadai Era Bonus Demografi Di Kabuaten/Kota Provinsi Jawa Timur Meita Nike Harmanto, Agnes Tuti Rumiati, dan Kresnayana Yahya Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Seuluh Noember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60 Indonesia agnes_tuti@statistika.its.ac.id, kresnayana@statistika.its.ac.id Abstrak Pembangunan erlu didasarkan ada realita keendudukan secara berkelanjutan. Bonus demografi terjadi karena jumlah enduduk usia roduktif (5-64 tahun) di suatu wilayah jauh lebih besar jika dibandingkan dengan enduduk usia nonroduktif (0-4 tahun dan 65 tahun keatas). Struktur enduduk di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh enduduk usia roduktif ada eriode Tujuan enelitian ini membandingkan tiga kondisi yang berbeda untuk mengetahui erubahan struktur keendudukan eriode 00, 04 dan 00 berdasarkan royeksi enduduk hasil SP 00. Rasio ketergantungan terus mengalami enurunan sehingga beban tanggungan enduduk usia roduktif menjadi berkurang. Variabel yang digunakan adalah keendudukan, ekonomi, kesejahteraan enduduk (endidikan dan kesehatan) serta ketenagakerjaan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan analisis faktor sehingga didaatkan tiga faktor utama yaitu faktor embagunan manusia, kualitas dan kuantitas enduduk serta erekonomian sektor manufaktur. Hasil engelomokkan dengan Ward s Method berdasarkan faktor utama ada masing-masing tahun 00 dan 04 serta tahun 00 (variabel keendudukan) didaatkan 3 kelomok. Variabel keendudukan cuku enting dalam erubahan transisi demografi, dimana kelomok meruakan daerah ertanian kelomok daerah erdagangan dan jasa serta kelomok 3 daerah industri. Variabel embeda antar kelomok adalah keadatan enduduk dan jumlah ekerja jasa di tahun 00 dan 04, sedangkan di tahun 00 adalah jumlah enduduk erkotaan. Kata Kunci Bonus Demografi, Jawa Timur, Analisis Faktor, dan Ward s Method. P I. PENDAHULUAN rovinsi yang selalu mengalami kenaikan jumlah enduduk tia tahun salah satunya yaitu Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 0 jumlah enduduk sebanyak 37,8 juta jiwa dan meningkat hingga mencaai 38,6 juta jiwa di tahun 04. Berdasarkan visualisasi iramida enduduk Jawa Timur tahun 04, tamak seerti gentong terbalik. Artinya, enduduk Jawa Timur didominasi oleh kelomok usia roduktif (5-64 tahun) dan kelomok anak-anak (di bawah 5 tahun). Fenomena ini menandakan bahwa Provinsi Jawa Timur telah memasuki era bonus demografi, dimana komosisi enduduk usia roduktif sebesar 68,44 ersen []. Ledakan enduduk yang tinggi dan struktur usia roduktif yang besar akan berdamak ada ekonomi, kesejahteraan enduduk dan ketenagakerjaan. Penelitian mengenai hubungan timbal balik antara variabel keendudukan dan ekonomi yang diengaruhi oleh variabel endidikan dan sosial budaya ernah diteliti oleh Suarman, Hasanah dan Afrianti []. Metode yang digunakan adalah analisis faktor dan cluster yang ernah dilakukan oleh Faruddin mengenai erubahan sosial, ekonomi dan ertanian di Provinsi Jawa Timur [3]. Pendekatan analisis faktor untuk mendaatkan variabel utama yang diduga melandasi variabel keendudukan, ekonomi, kesejahteraan enduduk dan ketenagakerjaan. Kemudian, kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur akan dikelomokan menggunakan cluster analysis dengan Ward s Method untuk mengetahui kondisi struktur keendudukan di setia wilayah. Pada enelitian ini diharakan memberikan gambaran erubahan struktur keendudukan, ekonomi, kesejahteraan enduduk dan ketenagakerjaan berdasarkan ketiga kondisi yang berbeda yaitu tahun 00, 04 dan 00 sehingga daat membantu emerintah Provinsi Jawa Timur untuk menerakan kebijakan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) serta emerataan embangunan di kabuaten/kota Provinsi Jawa Timur. II. Bonus Demografi TINJAUAN PUSTAKA Pengertian bonus demografi adalah rasio ketergantungan menurun secara berkelanjutan, dimana enduduk usia roduktif (5-64 tahun) meningkat dariada usia nonroduktif (0-4 tahun dan 65 tahun keatas). Rujukan [4] menjelaskan bonus demografi terjadi karena enurunan kelahiran yang dalam jangka anjang menurunkan roorsi enduduk muda sehingga investasi untuk emenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya daat dialihkan kegunaannya untuk memacu ertumbuhan ekonomi dan eningkatan kesejahteraan keluarga. Indikator Keendudukan Kemajuan suatu bangsa diukur berdasarkan indikator keendudukan seerti jumlah, ertumbuhan, komosisi dan distribusi enduduk. Indikator tersebut berengaruh terhada berbagai bidang kehiduan seerti ekonomi, sosial, olitik, lingkungan dan budaya. Semua rencana embangunan memerlukan data keendudukan seerti jumlah, ersebaran, komosisi menurut umur mauun

2 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) D-487 jenis kelamin, dan data keendudukan lainnya yang relevan [5]. Secara umum keterkaitan erubahan struktur umur dan endidikan daat meningkatkan ertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan [6]. Penelitian ini menggunakan emat asek yang saling terkait yaitu keendudukan, ekonomi, kesejahteraan enduduk (endidikan dan kesehatan) serta ketenagakerjaan. A. Piramida Komosisi enduduk salah satunya daat dilihat berdasarkan umur, dimana enduduk usia roduktif dan enduduk usia nonroduktif yang digambarkan dalam bentuk iramida enduduk [7]. Piramida enduduk biasanya menyajikan data keendudukan berua jenis kelamin dan umur, yang digambarkan dengan dua grafik batang berlawanan arah dengan osisi horizontal. Pada enelitian ini menggunakan iramida enduduk terhada variabel keendudukan seerti enduduk menurut kelomok usia dan jenis kelamin di tahun 00, 04 dan 00 (hasil royeksi enduduk) untuk mengetahui erubahan struktur enduduk. Analisis Faktor Analisis faktor daat dikatakan sebagai analisis yang mereduksi variabel data dengan cara menyatakan variabel asal sebagai kombinasi linier sejumlah faktor, sedemikian hingga sejumlah faktor tersebut mamu menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan oleh variabel asal. Variabel random X yang diamati dengan buah variabel komonen, yang memiliki rata-rata (μ) dan matriks kovarian Σ, maka model faktor dari X yang meruakan kombinasi linier beberaa variabel saling bebas yang tidak teramati adalah F, F,, F m dan ditambahkan dengan ε, ε,, ε i sehingga daat ditulis sebagai berikut. X lf lf... l mfm X l F l F... l F () X l F l m F... l m m F m atau notasi matriks daat ditulis sebagai berikut. X μ L F ε () ( xl) ( xl) ( xm) ( mxl) ( xl) Dimana, X, X,, X P meruakan variabel asal, μ, μ,, μ meruakan vektor rata-rata eubah asal, F, F,, F m meruakan faktor bersama (common factor), l i meruakan bobot (loading) dari variabel asal ke-i ada faktor ke-j, ε i meruakan secific factor ke-i, m meruakan banyaknya faktor yang dibentuk, meruakan banyaknya variabel ke- [8]. Terdaat beberaa asumsi yang harus dilakukan sebelum analisis faktor yaitu uji korelasi dan kecukuan data. Analisis Cluster Hierarki Analisis kelomok adalah suatu metode yang digunakan untuk mengelomokan objek-objek engamatan menjadi beberaa kelomok berdasarkan karakteristik yang dimiliki dengan ciri-ciri tertentu yang relatif homogen, sehingga objek dalam kelomok memiliki kesamaan yang sama sedangkan objek antar kelomok tidak memiliki kesamaan [8]. Berikut adalah jarak euclidian yang berawal dari jarak Minkowski dengan dua objek sehingga daat dinyatakan dalam ersamaan berikut. d( x, x ) ( x x ) (3) i j k ik dimana, i =,,, n dan j =,,, n ; i j Keterangan : d(x i, x j ) = jarak antara dua objek i dan j = nilai objek i ada variabel k x ik x jk jk = nilai objek j ada variabel k Pada enelitian ini menggunakan metode Ward s, menurut rujukan [8] metode ini mencoba meminimumkan varians dalam kelomok. Jika cluster sebanyak K maka ESS sebagai jumlahan dari ESS k atau ESS = ESS + ESS + + ESS k. Sehingga untuk menghitung jarak antara dua cluster menggunakan metode Ward s sebagai berikut. n ' ( j ) ( j ) j ESS x x x x Menurut rujukan [9] metode Ward s memiliki kinerja yang lebih baik diantara metode-metode Hierarki Cluster Analysis. Analisis Diskriminan Pengembangan fungsi diskriminan meruakan teknik multivariat yang berkaitan dengan kombinasi linier untuk variabel asal berbeda objek dan mengalokasikan objek baru ada kelomok-kelomok yang sudah ditetakan. Kombinasi linier untuk variabel asal yang memberikan nilai sejauh mungkin antar kelomok dan sedekat mungkin dalam satu kelomok. Suatu kombinasi linier x menghasilkan Y, Y,..., Y n untuk engamatan dari oulasi ertama dan nilai Y, Y,..., Y n untuk engamatan dari oulasi kedua. Berikut adalah ersamaan fungsi diskriminan yang terbentuk berdasarkan kombinasi linier dari variabel-variabel. x x ' S x (4) ŷ ooled (5) Dimana, y meruakan nilai fungsi diskriminan, x meruakan rata-rata engamatan kelomok dan x meruakan rata-rata engamatan kelomok, dengan rumus Sooled sebagai berikut. S n n ooled x s s ( n ) ( n ) ( n ) ( n ) (6) Ada beberaa ukuran yang digunakan ada bentuk oulasi daat dihitung untuk setia rosedur klasifikasi. Ukuran ini disebut dengan aarent error rate (APER) yang didefinisikan sebagai fraksi dari engamatan dalam samel ercobaan yang dikelomokan oleh fungsi klasifikasi. Keteatan klasifikasi untuk engamatan n dari π dan engamatan n dari π daat ditunjukkan dengan tabel berikut. TABEL. KETEPATAN KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN Jumlah Anggota Aktual Keanggotaan yang dirediksi π π π n C n M = n n C π n M = n n C n C n M nm (7) APER n n Dimana, π meruakan kelomok, π meruakan kelomok, n meruakan jumlah kelomok, n meruakan jumlah kelomok, n C meruakan jumlah kelomok π benar diklasifikasikan sebagai kelomok π, n M meruakan jumlah kelomok π kesalahan klasifikasi sebagai kelomok π, n C meruakan jumlah kelomok

3 D-488 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) π diklasifikasikan benar dan n M meruakan jumlah kelomok π terkelomokan [8]. III. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan dalam enelitian ini adalah data sekunder dari ublikasi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur yang meliuti statistik migrasi 00, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi Jawa Timur tahun 00 dan 04, Jawa Timur dalam angka 00 dan 04, PDRB Kabuaten/Kota Provinsi Jawa Timur Menurut Laangan Usaha 00-04, Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 00-04, Keadaan Tenaga Kerja di Jawa Timur 00 dan 04, serta royeksi enduduk kabuaten/kota Provinsi Jawa Timur Unit observasinya adalah 38 kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Berikut adalah variabel yang digunakan yaitu. a. Keendudukan yang meliuti enduduk usia 0-4 tahun (X ), enduduk usia 5-64 tahun (X ), enduduk usia 65 tahun ke atas (X 3 ), keadatan enduduk (X 4 ), sex ratio (X 5 ), migrasi in (X 6 ), dan migrasi out (X 7 ), terdiri dari 7 variabel. b. Ekonomi yang meliuti PDRB ertanian (X 8 ), PDRB manufaktur (X 9 ), PDRB jasa (X 0 ) dan UMR (X ), terdiri dari 4 variabel. c. Kesejahteraan enduduk yang meliuti IPM (X ), APK SMP (X 3 ), APK SMA (X 4 ), APM SMP (X 5 ), APM SMA (X 6 ), AKB (X 7 ) dan AKI (X 8 ), terdiri dari 7 variabel. d. Ketenagakerjaan yang meliuti TPAK (X 9 ), TPT (X 0 ), ekerja ertanian (X ), ekerja manufaktur (X ), dan ekerja jasa (X 3 ), terdiri dari 5 variabel. Langkah analisis dalam enelitian ini adalah sebagai berikut.. Mendeskrisikan karakteristik dari variabel keendudukan, ekonomi, kesejahteraan enduduk dan ketenagakerjaan.. Melakukan analisis faktor untuk mendaatkan faktor utama yang memengaruhi erubahan struktur keendudukan di tahun 00 dan Melakukan engelomokan kabuaten/kota di Jawa Timur dengan menggunakan faktor utama dari hasil analisis faktor untuk melihat erubahan struktur keendudukan masing-masing di tahun 00 dan 04. Namun, di tahun 00 dilakukan engelomokan dengan menggunakan data keendudukan yang meliuti enduduk usia 0-4 tahun, enduduk usia 5-64 tahun, enduduk usia 65 tahun ke atas, sex ratio dan enduduk erkotaan, yang dinyatakan dalam ersentase. 4. Melakukan analisis diskriminan untuk mengetahui keteatan klasifikasi dan variabel embeda dari hasil engelomokan faktor utama di kabuaten/kota Provinsi Jawa Timur tahun 00, 04 dan 00. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keendudukan Provinsi Jawa Timur Pada variabel keendudukan untuk mengetahui erubuhan struktur enduduk menurut kelomok umur dan jenis kelamin dilakukan dengan menyusun iramida enduduk. Gambar. Piramida Pada Gambar diketahui bahwa komosisi enduduk Provinsi Jawa Timur didominasi oleh usia roduktif (5-64 tahun) atau enduduk usia muda, dimana iramida enduduk yang menggembung di tengah. Pada tahun 00 hingga 04 diketahui bahwa enduduk usia roduktif meningkat, dimana enduduk laki-laki sebesar jiwa sedangkan enduduk eremuan sebesar jiwa. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga tahun 00 bahwa hasil royeksi enduduk menunjukkan jumlah enduduk usia roduktif untuk laki-laki sebesar jiwa dan enduduk eremuan sebesar jiwa. Transisi demografi yang terjadi di Provinsi Jawa Timur daat dilihat berdasarkan angka rasio ketergantungan yaitu jumlah enduduk yang ditanggung oleh setia enduduk usia kerja atau usia roduktif (5-64 tahun). Peluang bonus demografi terjadi karena angka rasio ketergantungan yang terendah. Gambar. Peluang Bonus Demografi usia roduktif (5-64 tahun) berada ada titik uncak dan jauh melebihi enduduk usia non roduktif (0-4 tahun dan 65+ tahun) maka kondisi ini akan berengaruh ada enurunan rasio ketergantungan, dimana rata-ratanya sebesar 44,50 ersen. Artinya, bahwa dari 00 orang enduduk usia roduktif akan menanggung sebanyak 44 orang enduduk usia non roduktif. Struktur keendudukan yang didominasi oleh enduduk usia roduktif berengaruh terhada erekonomian, dimana kondisi erekonomian di Jawa Timur yang diukur berdasarkan PDRB atas harga konstan menunjukkan bahwa sektor manufaktur lebih tinggi dibandingkan sektor jasa dan ertanian. Selain itu kondisi keendudukan juga daat meningkatkan kesejahteraan enduduk, dimana daat diukur melalui segi endidikan dan kesehatan. Parameter endidikan diukur berdasarkan APK dan APM di setia jenjang sekolah, dimana artisiasi enduduk di tingkat SMP dan SMA masih belum merata atau belum mencaai target ideal (lebih dari 95 ersen) dan erlu dibenahi. Sedangkan untuk kinerja kesehatan daat ditinjau dari AKB dan AKI dalam kurun waktu lima tahun terakhir masing-masing mengalami enurunan sebesar 3,33 ersen dan 7,9 ersen. Selain itu kondisi ketenagakerjaan diketahui bahwa TPAK dan TPT mengalami enurunan sebesar 0,96 dan 0,06 ersen.

4 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) D-489 Penentuan Faktor Utama Pada analisis ini digunakan data tahun 00 dan 04 untuk mengetahui erubahan struktur keendudukan melalui faktor utama yang terbentuk. Taha awal yang dilakukan sebelum analisis faktor adalah melakukan uji asumsi telebih dahulu, dimana data tahun 00 dan 04 telah memenuhi asumsi korelasi dan kecukuan data. Hasil Faktor Analisis di Tahun 00 dan 04 Hasil faktor yang terbentuk di tahun 00 sebanyak lima faktor yang saling indeenden, dimana variabilitas yang daat dijelaskan terhada struktur data sebesar 8,940 ersen. TABEL. HASIL FAKTOR TAHUN 00 No Faktor Variabel Varians Pembangunan Manusia keadatan enduduk (X 4 ), PDRB ertanian (X 8 ), PDRB jasa (X 0 ), IPM (X ), APK SMA (X 4 ), APM SMA (X 6 ), TPAK (X 9 ), TPT (X 0 ), ekerja ertanian (X ) dan ekerja jasa (X3). 33,593 Kualitas & Kuantitas 3 Perekonomian Sektor Manufaktur 4 Mobilitas 5 Keadaan enduduk usia 65 tahun ke atas (X 3 ), rasio jenis kelamin (X 5 ), APK SMP (X 3 ), APM SMP (X5) dan Angka Kematian Bayi (X 7 ). PDRB manufaktur (X9), UMR (X ) dan ekerja manufaktur (X ). 7,5 3,97 migrasi in (X 6 ) dan migrasi out (X7). 0,9 enduduk usia 0-4 tahun (X ), enduduk usia 5-64 tahun (X) dan Angka Kematian Ibu (X 8 ). 7,509 Keterangan: italic adalah faktor utama, bold adalah variabel yang memunyai loading factor tertinggi. Sedangkan hasil faktor yang terbentuk di tahun 04 sebanyak enam faktor yang saling indeenden, dimana variabilitas yang daat dijelaskan terhada struktur data sebesar 84,489 ersen. TABEL 3. HASIL FAKTOR TAHUN 04 No Faktor Variabel Varians Pembangunan keadatan enduduk (X4), PDRB 3,453 Manusia ertanian (X 8 ), PDRB jasa (X 0 ), IPM (X ), ekerja ertanian (X ) dan ekerja jasa (X 3 ) Perekonomian Sektor Manufaktur Kualitas & Kuantitas Kesejahteraan SDM Tingkat Tenaga Kerja Kinerja Kesehatan enduduk usia 65 tahun ke atas (X 3 ), PDRB manufaktur (X 9 ), UMR (X) dan ekerja manufaktur (X ). enduduk usia 0-4 tahun (X), enduduk usia 5-64 tahun (X ), APK SMP (X 3 ) dan APM SMP (X 5 ). rasio jenis kelamin (X5), APK SMA (X 4 ), APM SMA (X 6 ) dan Angka Kematian Bayi (X 7 ). 6,56 5,745 3,833 TPAK (X9) dan TPT (X 0 ). 9,67 Angka Kematian Ibu (X 8 ) 5,934 Keterangan: italic adalah variabel yang termasuk faktor utama, bold adalah variabel yang memunyai loading factor tertinggi. Berdasarkan hasil faktor di tahun 00 dan 04 terlihat bahwa embangunan manusia, kualitas dan kuantitas enduduk serta erekonomian sektor manufaktur meruakan faktor utama urusan keendudukan karena memunyai keragaman yang tinggi, dimana memunyai keragaman variabilitasdari ketiga faktor sebesar 64,30 ersen di tahun 00 serta 55,454 ersen di tahun 04. Jika ditinjau dari erubahan indikatornya diketahui bahwa terjadi engurangan variabel yaitu APK dan APM SMA serta TPAK dan TPT di tahun 04. Pengelomokan Faktor Utama Taha selanjutnya dilakukan engelomokan dengan melihat tiga kondisi yaitu tahun 00 dan 04 (ketiga faktor utama) serta tahun 00 (data keendudukan). Kondisi Keendudukan Tahun 00 dan 04 Pada faktor embangunan manusia untuk tahun 00 dan 04 anggota yang terbentuk adalah sama. Namun, terdaat erubahan atau ergesaran nilai variabel yang terdaat di faktor ini. ) Faktor Pembangunan Manusia Gambar 3. Kondisi Keendudukan Pembangunan Manusia Berikut adalah anggota kelomok cluster yang terbentuk beserta enjelasan karakteristik embangunan manusia. Kelomok termasuk daerah ertanian dengan kategori PDRB dan ekerja ertanian tertinggi, kelomok termasuk daerah erdagangan dan jasa yaitu Kota Malang dan Kota Surabaya dengan kategori PDRB dan ekerja jasa tertinggi. Sedangkan kelomok 3 termasuk daerah erindustrian (erkotan) yaitu Sidoarjo, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun dengan kategori kinerja endidikan tertinggi. TABEL 4. KARAKTERISTIK TAHUN 00 Variabel Rata-Rata Kel. Kel. Kel.3 Keadatan enduduk (X 4 ) 99,05 0,0* 559,04 PDRB ertanian (X 8 ) 8,09* 0,6,84 PDRB jasa (X 0 ) 36,77 63,88* 59,83 IPM (X ) 63,03 76,95* 7,04 APK SMA (X 4 ) 64,75 83,88 93,95* APM SMA (X 6 ) 46,66 60,66 66,7* TPAK (X 9 ) 70,59* 63,4 66, TPT (X 0 ) 3,56 7,76* 7,65 Pekerja ertanian (X ) 50,64*,49 5,85 Pekerja jasa (X 3 ) 3,63 74,4* 68,78 Keterangan: *) adalah rata-rata tertinggi. TABEL 5. KARAKTERISTIK TAHUN 04 Rata-Rata Variabel Kel. Kel. Kel.3 Keadatan enduduk (X 4 ) 90,39 00,76* 563,79 PDRB ertanian (X 8 ) 6,4* 0,,33 PDRB jasa (X 0 ) 39,03 65,5* 6,3 IPM (X ) 66,07 78,9* 74,89 Pekerja ertanian (X ) 45,63*,49 5,49 Pekerja jasa (X 3 ) 35, 70,* 67,94 Keterangan: *) adalah rata-rata tertinggi. Pada faktor embangunan manusia antara tahun 00 dan 04 terbentuk tiga kelomok dengan anggota cluster yang sama, dimana hanya mengalami engurangan variabel yaitu APK SMA, APM SMA, TPAK dan TPT. ) Faktor Kualitas dan Kuantitas Pada kualitas dan kuantitas enduduk untuk tahun 00 dan 04 anggota yang terbentuk berbeda.

5 D-490 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) (a) PDRB, ekerja dan UMR, dimana kelomok kategorinya rendah, kelomok kategorinya cuku, kelomok 3 kategorinya tinggi serta kelomok 4 kategorinya sangat tinggi. Kelomok yang mengalami ergeseran ke erekonomian sektor manufaktur yang cuku (kelomok ) yaitu Trenggalek, Kediri, Lumajang, Situbondo, Nganjuk dan Kota Probolinggo. Sedangkan kelomok yang mengalami ergeseran ke erekonomian sektor manufaktur yang tinggi (kelomok 3) yaitu Sumene. Sementara untuk kabuaten/kota lainnya erekonomian sektor manufaktur teta sama. (b) Gambar 4. Kondisi Kualitas dan Kuantitas Tahun 00 (a) dan 04 (b) Berikut adalah karakteristik serta ergeseran kabuaten/kota untuk faktor kualitas dan kuantitas enduduk dari tahun 00 ke tahun 04, dimana kabuaten/kota yang italic, bold atauun underline berarti mengalami erubahan atau ergeseran. Kelomok APK SMP (79,7) APM SMP (70,34) AKB (9,7) * APK SMP (90,68) APM SMP (77,09) AKB (8,0) 3** APK SMP (64,46) APM SMP (5,88) AKB (60,0) 4 APK SMP (83,) APM SMP (69,80) AKB (54,6) TABEL 6. ANGGOTA CLUSTER TAHUN 00 Anggota Kelomok Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Malang, Lumajang, Banyuwangi, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun Pacitan, Ponorogo, Blitar, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Lamongan, Kota Surabaya dan Kota Batu Probolinggo, Bangkalan dan Samang Jember, Bondowoso, Situbondo, Pasuruan, Pamekasan dan Sumene Keterangan: *) adalah kelomok dengan rata-rata tertinggi, **) adalah kelomok dengan rata-rata terendah, italic adalah kabuaten/kota ada kelomok, underline adalah kabuaten/kota ada kelomok, serta bold adalah kabuaten/kota ada kelomok 4 ada tahun 00. Kelomok 5-64th (68,86) APK SMP (90,00) APM SMP (80,67) ** 5-64th (67,0) APK SMP (8,00) APM SMP (7,39) 3* 5-64th (68,) APK SMP (09,66) APM SMP (93,33) th (68,47) APK SMP (98,63) APM SMP (86,) TABEL 7. ANGGOTA CLUSTER TAHUN 04 Anggota Kelomok Trenggalek, Blitar, Lumajang, Situbondo, Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, Tuban, Pamekasan, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Mojokerto Kediri, Malang, Jember, Probolinggo, Pasuruan, Bangkalan dan Samang Magetan, Lamongan dan Kota Batu Pacitan, Ponorogo, Tuluangagung, Banyuwangi, Bondowoso, Sidoarjo, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Gresik, Sumene, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Madiun dan Kota Surabaya Keterangan: *) adalah kelomok dengan rata-rata tertinggi, **) adalah kelomok dengan rata-rata terendah, serta italic, bold, dan underline adalah kabuaten/kota yang mengalami ergeseran atau erubahan anggota cluster di tahun 04. 3) Faktor Perekonomian Sektor Manufaktur Pada erekonomian sektor manufaktur untuk tahun 00 dan 04 anggota yang terbentuk berbeda. Terdaat beberaa kabuaten/kota yang mengalami erubahan dalam erekonomian sektor manufaktur yang dilihat dari (a) (b) Gambar 5. Kondisi Perekonomian Sektor Manufaktur Tahun 00 (a) dan 04 (b) Pengelomokan antar ketiga faktor utama juga dilakukan dimana untuk tahun 00 dan 04 menghasilkan anggota cluster yang sama dengan faktor embangunan manusia. Kondisi Keendudukan Tahun 00 Pada tahun 00 dengan menggunakan data hasil royeksi berikut adalah hasil engelomokan berdasarkan variabel keendudukan. Gambar 6. Kondisi Keendudukan Tahun 00 Kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur di tahun 00 mengalami erubahan struktur enduduk dimana, kelomok meruakan daerah ertanian yang dominan enduduknya bekerja di sektor ertanian, kelomok meruakan daerah erdagangan dan jasa (ariwisata) sedangkan kelomok 3 meruakan daerah erindustrian (erkotaan). Anggota kelomok yang mengalami transisi ke daerah erdagangan dan jasa yaitu Tulungagung, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Pasuruan, Mojokerto, Jombang dan Gresik, namun Kota Batu mengalami transisi ke daerah erindustrian. Sedangkan anggota kelomok yang mengalami transisi ke daerah erindustrian adalah Kota Malang dan Kota Surabaya. Berikut adalah karakteristik data keendudukan di tahun 00. TABEL 8. KARAKTERISTIK TAHUN 00 Rata-Rata Variabel Kel. Kel. Kel.3 usia 0-4 tahun,3,8,07*

6 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) (30-98X Print) D-49 usia 5-64 tahun 68,68 69,3 70,96* usia 65+ tahun 0,03* 8,5 6,97 rasio jenis kelamin 96,06 98,34* 98, enduduk erkotaan 3,95 56,53 99,34* Keterangan: *) adalah rata-rata tertinggi. Penentuan Variabel Pembeda Taha selanjutnya dilakukan analisis diskriminan dari hasil engelomokan di tahun 00, 04 dan 00 diketahui bahwa keteatan klasifikasi di tahun 04 sebesar 85,7 ersen dan tahun 00 sebesar 88,9 ersen, sedangkan tahun 00 telah teat diklasifikasikan (00 ersen), dimana variabel embeda antara tahun 00 dan 04 adalah keadatan enduduk dan jumlah ekerja jasa. Berikut adalah model ersamaan diskriminan dari ketiga cluster (C, C dan C3) yang terbentuk tahun 00. C = -,890 0,009 X 4 + 0,686 X 3 C = -4, ,30 X 4 + 0,646 X 3 C3 = -63,9 + 0,095 X 4 +,09 X 3 Sedangkan untuk model ersamaan diskriminan tahun 04 adalah sebagai berikut. C = -9,48 0,005 X 4 + 0,46 X 3 C = -4, ,5 X 4 + 0,403 X 3 C3 = -57,77 + 0,3 X 4 + 0,647 X 3 Artinya bahwa antara tahun 00 dan 04 variabel keadatan enduduk (X 4 ) cenderung masuk dalam kelomok sedangkan ekerja jasa (X 3 ) cenderung masuk dalam kelomok 3 karena memiliki kontribusi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa keadatan enduduk tertinggi terdaat ada kelomok yaitu Kota Malang dan Kota Surabaya. Sedangkan ekerja jasa terbanyak berada ada kelomok 3 yaitu Sidoarjo, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun. Pada tahun 00 variabel embedanya adalah enduduk erkotaan, berikut model ersamaan diskriminan yang terbentuk tahun 00. C = -3, ,770 enduduk erkotaaan C = -38,464 +,3 enduduk erkotaaan C3 = -6,469 +,33 enduduk erkotaan Artinya bahwa enduduk erkotaan cenderung masuk dalam kelomok 3 karena memiliki nilai terbesar yaitu,33. Berikut adalah gambaran hasil transisi demografi ada tahun 00. Gambar 7. Transisi Demografi Tahun 00 Gambar 7 menunjukkan ada tahun 00 transisi demografi mulai bergeser, kabuaten/kota yang meruakan daerah ertanian akan bertransisi ke daerah erindustrian atauun erdagangan dan jasa. Kabuaten Tulungagung, Kabuaten Kediri, Kabuaten Malang, Kabuaten Jember, Kabuaten Banyuwangi, Kabuaten Situbondo, Kabuaten Pasuruan, Kabuaten Mojokerto, Kabuaten Jombang dan Kabuaten Gresik mengalami transisi ke daerah erdagangan dan jasa (ariwisata) yang dicirikan oleh eningkatan ekerja sektor jasa dominasi service. Sedangkan Kota Malang, Kota Surabaya dan Kota Batu mengalami transisi ke daerah erkotaan (erindustrian) dengan eningkatan kegiatan industri. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan enduduk usia roduktif (5-64 tahun) lebih mendominasi antara tahun 00 hingga tahun 00 karena bentuk iramida enduduk yang menggembung di tengah. Terdaat tiga faktor utama yang diduga melandasi keemat variabel yang terkait yaitu faktor embangunan manusia, kualitas dan kuantitas enduduk serta erekonomian sektor manufaktur. Perubahan struktur keendudukan di tahun 00 dan 04 untuk eraduan antar faktor utama memiliki anggota cluster yang sama. Sedangkan di tahun 00 transisi demografi mulai bergeser, dimana kabuaten/kota yang meruakan daerah ertanian akan bertransisi ke daerah industri mauun erdagangan dan jasa. Saran yang daat diberikan untuk emerintah Provinsi Jawa Timur adalah mengorientasikan fokus kinerja endidikan ada jenjang SMP dan SMA kearah kebutuhan erindustrian, erkotaan dan service. Penentu ertumbuhan ekonomi adalah enduduk usia roduktif dan memersiakan infrastruktur embangunan yang lebih teradu di daerah edesaan agar embangunan Provinsi Jawa Timur merata. Perencanaan embangunan mutlak erlu didasari landasan dan wawasan keendudukan. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini mendaatkan suort dan dukungan embiayaan dari BKKBN Provinsi Jawa Timur di tahun 06. DAFTAR PUSTAKA [] BPS. (05). Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 05. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur. [] Suarman, I. A., Hasanah, S., & Afrianti, R. (0). Keterkaitan Antara Variabel Pendidikan, Keendudukan, Ekonomi, dan Sosial Budaya (Humaniora) di Indonesia. Jakarta: Uniersity Indrarasta Jakarta. [3] Faruddin, H. E. (04). Analisis Statistika Mengenai Perubahan Struktur Sosial, Ekonomi, Dan Pertanian Dalam Mengubah Pertumbuhan Dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur. Tugas Akhir S Statistika FMIPA ITS, Surabaya. [4] Jalal, F. (004). Otimalisasi Pemanfaatan Bonus Demografi. Bali: Kuliah Umum di Universitas Udayana. [5] Adioetomo, S. M., & Cicih, L. H. (0). Isu Strategis Keendudukan Indonesia. Dietik Februari 0, 06, dari AFP Indonesia: htt:// [6] Adioetomo, S. M. (05). Pengelolaan Bonus Demografi Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa Dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta: Pengelolaan BD dan Daya Saing. [7] Chau, T. N. (986). Asek-Asek Demografi Perencanaan Pendidikan, Penerjemah Dewan Redaksi Bhrata. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. [8] Johnson, R. A., & Wichern, D. W. (007). Alied Multivariate Statistical Analysis: Sixthh edition. USA: Prentice-Hall, Inc. [9] Gong, X., & Richman, M. B. (995). On The Alication of Cluster Analysis to Growing Season Preciitation Data in North America East of The Rockies

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means

Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means 1 Pengelomokan Kabuaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means Hanna Silia Karti dan Irhamah Jurusan Statistika, FMIPA, Institut

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN M-20 PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN Titi Purwandari, Yuyun Hidayat 2,2) Deartemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran, email : titiurwandari@yahoo.com,

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita

Lebih terperinci

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Presented by Rizky Amalia Yulianti 1309 100 076 Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si Agenda 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Tinjauan Metodelogi Hasil dan Kesimpulan 1.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kerakteristik kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada penelitian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-65 Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Retno Dyah Handini, Agus Suharsono

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakteristik pendidikan Propinsi Jawa Timur secara umum pada tahun 2007

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB.

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB. SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB. SITUBONDO S I PENDIDIKAN B M Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur R.A. Norromadani Yuniati 1, Farizi Rahman Jurusan Teknik Bangunan Kapal 1, Jurusan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian

Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian SEMINAR TUGAS AKHIR 2011 Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci