BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork A.1. Pengertan Teamwork Penyelenggaraan teamwork dlakukan karena pada saat n tekanan persangan semakn menngkat, para ahl menyatakan bahwa keberhaslan organsas akan semakn bergantung pada teamwork darpada bergantung pada ndvdu-ndvdu yang menonjol. Konsep tm maknanya terletak pada ekspres yang menggambarkan munculnya snerg pada orang-orang yang mengkatkan dr dalam kelompok yang dsebut dengan tm. Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegatan yang dkelola dan dlakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organsas. Teamwork dapat menngkatkan kerja sama dan komunkas d dalam dan d antara baganbagan perusahaan. Basanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memlk perbedaan keahlan sehngga djadkan kekuatan dalam mencapa tujuan perusahaan. Pernyataan d atas dperkuat Dew (2007) kerja tm (teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus dorgansas dan dkelola dengan bak. Tm beranggotakan orang-orang yang memlk keahlan yang berbeda-beda dan dkoordnaskan untuk bekerja sama dengan pmpnan. Terjad salng ketergantungan yang kuat satu sama lan untuk mencapa sebuah tujuan atau menyelesakan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork dharapkan haslnya melebh jka dkerjakan secara perorangan.

2 Stephen dan Tmothy (2008) menyatakan teamwork adalah kelompok yang usaha-usaha ndvdualnya menghaslkan knerja lebh tngg darpada jumlah masukan ndvdual. Teamwork menghaslkan snerg postf melalu usaha yang terkoordnas. Hal n memlk pengertan bahwa knerja yang dcapa oleh sebuah tm lebh bak darpada knerja perndvdu d suatu organsas ataupun suatu perusahaan. Teor yang dkemukakan oleh Stephen dan Tmothy (2008) senada dengan teor tm yang efektf yang dkemukakan oleh Smther, Houston, McIntre (1996). Manurut Smther, Houston, McIntre (1996), tm yang efektf adalah sebuah tm yang memungknkan anggotanya untuk bsa menghaslkan penyelesaan tugas yang lebh besar jumlahnya dbandngkan dengan hasl kerja perorangan karena hasl kerjanya merupakan hasl dar kontrbus anggota-anggota tm secara bersama-sama. Pernyataan tersebut juga ddukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa efektftas tm atau tm yang efektf merupakan tm kerja yang anggota-anggotanya salng berkolaboras untuk mencapa tujuan bersama dan memlk skap yang salng mendukung dalam kerjasama tm. A.2. Jens Teamwork Menurut Daft (2000) jens teamwork terdr dar 6 (enam) jens, yatu: 1. Tm Formal Tm formal adalah sebuah tm yang dbentuk oleh organsas sebaga bagan dar struktur organsas formal. 2. Tm Vertkal Tm vertkal adalah sebuah tm formal yang terdr dar seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam ranta komando organsas formal

3 3. Tm Horzontal Tm horzontal adalah sebuah tm formal yang terdr dar beberapa karyawan dar tngkat hrark yang hampr sama tap berasal dar area keahlan yang berbeda. 4. Tm dengan Tugas Khusus Tm dengan tugas khusus adalah sebuah tm yang dbentuk dluar organsas formal untuk menangan sebuah proyek dengan kepentngan atau kreatvtas khusus. 5. Tm Mandr Tm Mandr adalah sebuah tm yang terdr dar 5 hngga 20 orang pekerja dengan beragam keteramplan yang menjalan rotas pekerjaan untuk menghaslkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya dawas oleh seorang annggota terplh. 6. Tm Pemecahan Masalah Tm pemecahan masalah adalah basanya terdr dar 5 hngga 12 karyawan yang dbayar perjam dar departemen yang sama, dmana mereka bertemu untuk mendskuskan cara memperbak kualtas, efsens, dan lngkungan kerja. Sedangkan menurut Harandja (2006) ada 3 (tga) tpe tm, yatu: 1. Problem solvng team Sebuah tm yang dbentuk untuk mengatas berbaga masalah yang muncul dalam upaya memperbak produktvtas. Pada dasarnya, kegatan tm n adalah mengdentfkaskan berbaga masalah, mendskuskan bagamana memecahkan masalah tersebut dan melakukan tndakan untuk memperbak. Anggota tm basanya berasal dar satu departemen yang beranggotakan kurang lebh sepuluh orang yang melakukan pertemuan rutn setap mnggu.

4 2. Self managed team Sebuah tm yang dmaksudkan untuk memperbak produktvtas dengan memberkan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka, msalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawas anggota, member reward dan hukuman bag anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan n basanya berasal dar satu departemen yang melakukan tugas yang sama. 3. Cross functonal team Sebuah tm yang dtujukan untuk menyelesakan tugas-tugas khusus, msalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sstem kompensas. Anggota tm n berasal dar berbaga departemen yang memlk keahlan dan orentas yang berbeda yang bekerjasama untuk mencapa suatu tujuan. A.3. Tahap Perkembangan Teamwork Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tm agar dapat berknerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tm yang bak. Pentngnya perancangan tm yang bak durakan Grffn (2004) dengan membag ke dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yatu: 1. Formng (pembentukan), adalah tahapan d mana para anggota setuju untuk bergabung dalam suatu tm. Karena kelompok baru dbentuk maka setap orang membawa nla-nla, pendapat dan cara kerja sendr-sendr. Konflk sangat jarang terjad, setap orang mash sungkan, malu-malu, bahkan serngkal ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memlh pemmpn (kecual tm yang sudah dplh ketua kelompoknya terlebh dahulu). 2. Stormng (merebut hat), adalah tahapan d mana kekacauan mula tmbul d dalam tm. Pemmpn yang telah dplh serngkal dpertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tdak ragu-ragu untuk menggant pemmpn yang dnla

5 tdak mampu. Faks-faks mula terbentuk, terjad pertentangan karena masalahmasalah prbad, semua berskeras dengan pendapat masng-masng. Komunkas yang terjad sangat sedkt karena masng-masng orang tdak mau lag menjad pendengar. 3. Normng (pengaturan norma), adalah tahapan d mana ndvdu-ndvdu dan subgroup yang ada dalam tm mula merasakan keuntungan bekerja bersama dan berjuang untuk menghndar team tersebut dar kehancuran (bubar). Karena semangat kerjasama sudah mula tmbul, setap anggota mula merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tm. 4. Performng (melaksanakan), adalah tahapan merupakan ttk kulmnas d mana team sudah berhasl membangun sstem yang memungknkannya untuk dapat bekerja secara produktf dan efsen. Pada tahap n keberhaslan tm akan terlhat dar prestas yang dtunjukkan. A.4. Peranan Anggota Tm Selanjutnya Wllams (2008) membag ada 5 (lma) hal yang menunjukkan peranan anggota dalam membangun kerja tm yang efektf, yatu: 1. Para anggota mengert dengan bak tujuan tm dan hanya dapat dcapa dengan bak pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena tu mempunya rasa salng ketergantungan, rasa salng memlk tm dalam melaksanakan tugas. 2. Para anggota menyumbang keberhaslan tm dengan menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tm, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat mengekspreskan gagasan, opn dan ketdaksepakatan, peranan dan pertanyaannya dsambut dengan bak.

6 3. Para anggota berusaha mengert sudut pandang satu sama lan, ddorong untuk mengembangkan keteramplannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk tu mendapat dukungan dar tm. 4. Para anggota mengaku bahwa konflk adalah hal yang normal, atau hal yang basa, dan berusaha memecahkan konflk tersebut dengan cepat dan konstruktf (bersfat memperbak). 5. Para anggota berpartspas dalam keputusan tm, tetap mengert bahwa pemmpn mereka harus membuat peraturan akhr setap kal tm tdak berhasl membuat suatu keputusan, dan peraturan akhr tu bukan merupakan persesuaan. A.5. Dmens Tm yang Efektf Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smther, Houston, dan Mclntre, 1996), ada 9 dmens dalam model efektftas tm yang dapat dgunakan untuk mengevaluas anggota tm dan mengdentfkaskan kekuatan serta kelemahan yang ada d dalam tm, yatu: 1. Pemahaman, relevans, dan komtmen pada tujuan Setap anggota tm harus memaham tujuan tm secara jelas dan memlk kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tm karena tujuan tm adalah merupakan hasl dar tujuan bersama dmana tujuan tm pada akhrnya akan mendorong terwujudnya kerjasama dalam tm sehngga kerjasama dalam tm mampu untuk menngkatkan prestas, produktvtas, dan mencptakan hubungan kerja yang postf dantara sesama anggotanya. 2. Komunkas mengena de dan perasaan Komunkas d antara anggota tm harus melbatkan penyampaan dan penermaan nformas tentang de-de dan perasaan. Dalam tm yang tdak efektf,

7 komunkas serng satu arah dan memfokuskan secara eksklusf hanya pada de saja. Dengan mengabakan atau menekan perasaan, maka tm bersko kehlangan nformas yang berharga dan dapat melemahkan kohesvtas tm. 3. Kepemmpnan yang berpartspas Kepemmpnan harus berpartspas dan mendstrbuskan peran kepemmpnannya kepada semua anggota tm. 4. Fleksbel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan Prosedur pengamblan keputusan harus sesua dengan kebutuhan tm dan sfat keputusannya. Keterbatasan waktu, keteramplan anggota dan mplkas dar semua keputusan tm harus dnla secara hat-hat. Sebaga contoh, ketka keputusan-keputusan pentng dbuat maka akan membutuhkan dukungan dar anggota tm untuk mengmplementaskan dan melakukan strategnya dengan efektf. 5. Manajemen konflk yang konstruktf Tm yang tdak efektf serng mencoba untuk mengabakan atau menekan konflk, sedangkan tm yang efektf dapat menggunakan konflk dengan cara yang konstruktf. Ketka dkelola dengan bak, konflk dapat menyebabkan pengamblan keputusan yang bak pula yakn memecahkan masalah dengan lebh kreatf, dan jumlah partspas anggota tm yang lebh tngg. 6. Kekuasaan berdasarkan keahlan, kemampuan, dan nformas Anggota tm harus mampu mempengaruh dan dpengaruh oleh orang lan untuk mengkoordnaskan kegatan tm. Kekuasaan dan salng mempengaruh n harus terwujudkan secara merata dalam tm. Apabla kekuasaan dan kegatan salng mempengaruh n hanya dpusatkan pada beberapa orang anggota tm saja

8 maka kemungknan efektftas tm, komunkas dan kohesvtas tm akan menjad berkurang. 7. Kohes tm Dalam tm yang kohesf, setap anggota merasa salng menyuka antara satu sama lannya dan merasa puas dengan keanggotaan tm mereka. Meskpun kohes tdak mengarah kepada efektftas namun a memlk peranan yang pentng dalam mewujudkan tm yang efektf yatu ketka a dkombnaskan dengan dmens lan dar efektftas tm maka sebuah tm yang memlk kohesvtas yang tngg cenderung menngkatkan produktvtas. 8. Strateg pemecahan masalah Tm harus mampu mengenal masalah dan menghaslkan solus secara tepat. Setelah solusnya dmplementaskan, tm harus mengevaluas keefektfan dar solus tersebut. Ketka sebuah tm mampu untuk mengenal masalah-masalah yang serng muncul dan menyelesakannya dengan memberkan solus yang tepat maka sebuah tm yang efektf juga akan mampu untuk mengdentfkaskan kemungknan-kemungknan masalah-masalah yang akan muncul dkemudan har serta mampu memberkan solus yang novatf. 9. Efektvtas nterpersonal Anggota tm harus mampu untuk bernteraks dengan anggota tm lannya secara efektf sehngga membuat efektftas nterpersonal anggota tm menjad menngkat. Efektftas nterpersonal dapat dukur dengan menggabungkan konsekuens tndakan anggota kelompok dengan tujuan anggota tm. Kecocokan antara tujuan anggota tm dan konsekuens dar penngkatan perlaku mereka, maka membuat nterpersonal efektftas anggota tm juga juga menjad menngkat.

9 A.6. Manfaat dan Fungs Tm Kerja Rchard Y. Chang & Mark J. Curtn (1998) menyatakan manfaat tm bag ndvdu dan tm bag organsas, yatu: a. Manfaat tm bag ndvdu 1) Pekerjaan lebh bervaras 2) Lebh banyak kebebasan untuk membuat dan menndaklanjut keputusan yang benar 3) Menngkatkan kesempatan untuk mempelajar keahlan baru b. Manfaat tm bag organsas 1) Menngkatkan komtmen terhadap keputusan yang dambl 2) Menngkatkan produktvtas tm kerja 3) Lebh fleksbel dalam operasonal kerja 4) Menngkatkan rasa tanggungjawab B. Deskrps Rumah Sakt Umum Daerah X B.1. Sejarah Rumah Sakt Umum Daerah X adalah merupakan salah satu Rumah Sakt Mlk Pemerntah Daerah Provns Sumatera Utara yang ddrkan pada tahun Berdasarkan Surat Keputusan Menter Kesehatan RI Jakarta Tanggal 22 Februar 1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakt Umum Daerah X dtetapkan sebaga Rumah Sakt Berstatus Kelas C, dan dengan Struktur Hrark Rumah Sakt Mlk Pemerntah Daerah telah dtetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tngkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 No : /K/Tahun 1983 tentang Susunan Organsas dan Tata Kerja Rumah Sakt Umum X, selanjutnya

10 dkembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tngkat I Sumatera Utara tanggal 21 Jun 1996 No. 11 Tahun Untuk memenuh perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus menngkat dserta dengan keberhaslan pengelolaan dan pembangunan yang dlaksanakan, Rumah Sakt Umum X dnakkan kelasnya menjad Rumah Sakt Umum Kelas B Non Penddkan berdasarkan Surat Keputusan Menter Kesehatan Republk Indonesa No : 316/MENKES/SK/IV/ 1999 Tanggal 23 Aprl Dengan Persetujuan Menter Dalam Neger No : 061/ 1732/ SJ/1999 Tanggal 23 Jul 1999, kemudan dtuangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provns Sumatera Utara Tentang Organsas dan Tata Kerja Rumah Sakt Umum X dengan nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun Serng dengan dkeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota X, maka Rumah Sakt Umum X menjad Lembaga Tekns Daerah berbentuk Badan mlk Pemerntah Kota X, sesua dengan Peraturan Daerah Kota X No. 05 Tahun Vs : Rumah Sakt Umum yang dmnat oleh masyarakat Ms : a. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesonal b. Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakt Umum yang transparan dan akuntabel B.2. Struktur Organsas RSUD X Struktur organsas RSUD X dapat dlhat pada Gambar 1 berkut:

11 Gambar 1. Struktur Organsas RSUD X DIREKTUR WADIR BIDANG ADM DAN KEUANGAN WADIR BIDANG PELAYANAN MEDIS WADIR KOMITE KLINIK DAN DIKLAT KA BAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN KA BAG KEUANGAN PERENCANAAN DAN EVAUASI KA BID PELAYANAN MEDIS KA BID PELAYANAN KEPERAWATAN KA BID DIKLAT KA BID KOMITE KA SUB BAG UMUM KA SUB BAG KEPEG KA SUB BAG KEUANGAN KA SUB BAG PERENCANAAN DAN EVALUASI KA SI PELAYANAN MEDIS I KA SI PELAYANAN MEDIS II KA SI KEPERAWATAN I KA SI KEPERAWATAN II KA SI PENGEMBANGAN PROFESI KA SI PELATIHAN/ PENGEMBANGAN SDM KA SI KOMITE MEDIK KA SI KOMITE KEPERAWATAN

12 Gambar 1 d atas menunjukkan struktur organsas Rumah Sakt Umum Daerah X yang terdr dar empat laps yatu laps pertama dduduk oleh Drektur yang merupakan pucuk pmpnan rumah sakt, laps kedua dduduk oleh Wakl Drektur, laps ketga dduduk oleh Kepala Bagan dan Kepala Bdang dan pada laps ke empat dduduk oleh Kepala Sub Bagan dan Kepala Seks. B.3. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampa dengan Tahun 2011 Daftar ketenagakerjaan RSUD X sampa dengan tahun 2011 dapat dlhat pada Tabel 2.1 berkut: Tabel 2.1. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampa dengan Tahun 2011 NO JENIS TENAGA PNS 1 I 2 MEDIK 3 1 Dokter Umum 7 2 Dokter Gg 3 3 Dokter Spesals Bedah Umum 1 4 Dokter Spesals Penyakt Dalam 1 5 Dokter Spesals Anak 1 6 Dokter Spesals Kebdanan 2 7 Dokter Spesals Patolog Klnk 1 8 Dokter Spesals T. H. T 1 9 Dokter Spesals Paru 1 10 Dokter Spesals Mata 1 Jumlah 19 II PARAMEDIS PERAWATAN 1 D S1 3 3 SPRA 12 4 SPK 51 5 LCPK 1 6 SPRG 2 7 PPMU 11 BIDAN 1 D4 1 2 D D1 6 4 Sekolah Bdan 6 FARMASI 1 Apoteker 3 2 Anals Farmas 5 3 Assten Apoteker 8

13 4 Aknes 1 AHLI GIZI 1 SPAG 4 2 D3 Gz 4 KESEHATAN LINGKUNGAN 1 SPPH 1 2 D3 1 RONTGEN 1 APRO 3 MATA 1 ARO 1 KETERAPIAN FISIK 1 D3 Akfs 3 PEREKAM MEDIS 1 D3 2 KES. MASYARAKAT 1 S2 1 2 S1 1 SARJANA 1 Sospol 4 2 Sarjana Ekonom 1 SLTA SEDERAJAT 1 SMU/SLTA 23 2 STM 6 3 MAN 2 4 SMEA/SMK 3 5 SPP 1 1 SMP/SLTP 7 2 SD 5 Sumber: Profl RSUD X Tahun 2011 JUMLAH 322 Tabel 2.1 d atas menunjukkan jumlah pegawa yang bekerja d Rumah Sakt Umum Padangsdempuan sampa dengan tahun 2011 sebanyak 322 orang pegawa yang terdr dar pegawa bagan Medk dan Parameds Perawatan. Bagan Medk terdr dar 19 orang dokter yatu dokter umum, dokter gg dan dokter spesals. Pegawa bagan Parameds Perawatan sebanyak 303 orang pegawa yang terdr dar latar belakang penddkan kesehatan yatu Bdan, Farmas, Ahl Gz, Kese hatan

14 Lngkungan, Rontgen, Mata, Keterapan Fsk, Perekam Meds, Kesehatan Masyarakat dan non kesehatan yatu Sarjana Sosal Poltk dan Ekonom. Pegawa bagan Parameds Perawatan juga memlk jenjang penddkan yang berbeda yatu Perguruan Tngg (S2, S1, D4, D3, D1), SLTA Sederajat, SMP dan SD. C. Teamwork Perawat Rumah Sakt Umum Daerah X Rumah sakt sebaga salah satu fasltas pelayanan kesehatan memlk peran yang sangat strategs dalam mencptakan sumber daya manusa yang berkualtas sebaga upaya mempercepat penngkatan derajat kesehatan secara menyeluruh, merata, terjangkau dan dapat dterma oleh seluruh masyarakat. Peran strategs n ddapat karena rumah sakt merupakan fasltas pelayanan kesehatan yang padat modal, padat karya, dan padat teknolog. Fungs utama rumah sakt adalah sebaga wadah pelayanan kesehatan berupa pemenuhan kesehatan rawat nap, pelayanan rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medk dan non medk, maka pengelolaan sumber daya manusa sangat dperlukan dan merupakan bagan terpentng dalam manajemen rumah sakt terhadap penngkatan kualtas pelayanan yang dberkan (Depkes, 2005). Kompleksnya sumber daya rumah sakt sebaga akbat meluasnya peran dan cakupan kegatan suatu rumah sakt, memerlukan perhatan besar, perbakan dan perubahan besar dalam sstem serta manajemennya. Jka dbandngkan dengan sumber daya lannya, sumber daya manusa merupakan aset yang bernla tngg karena mempunya potens untuk terus tumbuh (Ilyas, 2002). Dantara sumber daya manusa yang terlbat secara langsung dalam pemberan pelayanan kepada pasen rumah sakt, sektar 40% adalah tenaga perawat dan bdan (DepKes R.I, 2002). Keperawatan merupakan bagan ntegral dar sstem pelayanan kesehatan, sehngga

15 kepentngan pelayanan keperawatan mempunya art pentng bag klen (pasen) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabltas d rumah sakt (Depkes RI, 2008). RSUD X merupakan salah satu rumah sakt umum yang berada d daerah X. Dengan Vs menjad Rumah Sakt Umum yang dmnat oleh masyarakat, RSUD X selalu berusaha untuk berbenah dr agar dapat bertahan d tengah persangan pertumbuhan rumah sakt d daerah tersebut. Berbaga cara telah dlakukan oleh RSUD X untuk dapat mencapa vs yang telah dtetapkan, mula dar melengkap sarana-sarana yang dperlukan dalam proses pelayanan kepada pasen, menggant alat-alat lama dengan alat-alat baru dan juga member kemudahan kepada pasen dalam memenuh persyaratan admnstras. Kenyataan d lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dlakukan oleh phak RSUD X belum menunjukkan hasl yang maksmal. Munculnya keluhan masyarakat mengena pelayanan yang dberkan phak RSUD X dan jumlah pasen yang belum menunjukkan penngkatan adalah bukt yang mengndkaskan bahwa phak RSUD X belum mampu untuk mewujudkan vs tersebut. Berdasarkan wawancara awal yang dlakukan penelt, dperoleh nformas mengena ketdakpuasan pasen terhadap kualtas pelayan yang dberkan oleh RSUD X khususnya pada bagan keperawatan. DepKes RI (2000) mengemukakan bahwa pada organsas rumah sakt, perawat adalah salah satu pemegang peran utama dalam penentuan keberhaslan organsas. Keberhaslan pelayanan rumah sakt akan dtentukan oleh kualtas pelayanan perawat yang merupakan faktor penentu keberhaslan akhr dar pelayanan yang dterma oleh pasen.

16 Menurut Nursalam (2002), perawat merupakan profes yang berperan pentng d rumah sakt dalam penyelenggaraan upaya penngkatan kualtas pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyaknan n adalah kenyataan yang dlhat d unt pelayanan kesehatan sepert d rumah sakt, bahwa tenaga keperawatan bertugas selama 24 jam harus berada d ss pasen. Oleh sebab tu pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan d rumah sakt merupakan faktor penentu ctra dan kualtas rumah sakt. Perawat adalah tumpuan semua kegatan yang ada dan salah satu sumber keberhaslan atau kegagalan pelayanan kesehatan d rumah sakt. Dalam menyelenggarakan tugas keperawatan secara bersama para perawat dtuntut untuk salng bekerjasama dan salng mendukung antara yang satu dengan yang lan. Knerja tm perawat yang efektf akan berbuah pada pencapaan kualtas pelayanan yang maksmal. Knerja tm perawat yang efektf n belum dapat dwujudkan oleh perawat d RSUD X. Melalu surve kepada beberapa perawat d RSUD X dperoleh data yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunkas yang bak, kurang memlk rasa salng percaya dan salng mendukung, kurang mengetahu vs dan ms organsas dan merasakan teamwork yang kurang efektf d RSUD X. Hasl wawancara dengan beberapa perawat, staf, pegawa dan pasen d RSUD X memberkan nformas yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang menyebabkan kurang maksmalnya pelayanan yang dberkan oleh phak RSUD X. Skap tdak pedul dan salng menyalahkan antar perawat, kurang adanya kengnan dan kesadaran untuk menyelesakan konflk, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentngnya kerjasama dan komunkas sehngga serng menmbulkan konflk serta hubungan antar perawat yang drasakan

17 kurang harmons yang menghambat terjalnnya kerjasama merupakan ndkator masalah yang sebenarnya dhadap oleh phak RSUD X. Berbaga ndkas masalah yang telah dtemukan dan dpaparkan d atas, mengndkaskan adanya permasalahan yang berkatan dengan teamwork dalam organsas. Teamwork dalam organsas merupakan sarana untuk dapat mencapa target-target dan tujuan organsas (West, 1994). Sagan (2004) menambahkan bahwa dalam menjalankan roda organsas penekanan dletakkan pada pendekatan teamwork yang ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya menngkatkan produktvtas dan efektvtas organsas. Teamwork sangat pentng dalam organsas karena akan menghaslkan knerja yang lebh besar dbandngkan dengan pekerjaan yang dlakukan secara ndvdual. Hal n sesua dengan pendapat Stephen P. Robbns (2003) yang menyatakan bahwa tm adalah suatu kelompok dmana ndvdu menghaslkan suatu tngkat knerja yang lebh besar darpada jumlah masukan ndvdu tersebut. Suatu tm kerja membangktkan snerg postf lewat upaya yang terkoordnas. Upaya-upaya ndvdual mereka menghaslkan suatu tngkat knerja yang lebh besar darpada jumlah masukan ndvdual tersebut. Pelaksanaan teamwork secara efektf akan berdampak pada kesuksesan tm dalam mencapa tujuan yang dngnkan. Menurut Smther, Houston, McIntre (1996), tm yang efektf memungknkan anggotanya untuk bsa menghaslkan penyelesaan tugas yang lebh besar jumlahnya dbandngkan dengan hasl kerja perorangan karena hasl kerjanya merupakan hasl dar kontrbus anggota-anggota tm secara bersama-sama. Dalam upaya membangun teamwork yang efektf pada perawat d RSUD X, dealnya semua perawat memlk pemahaman yang sama mengena karakterstk

18 utama yang menyebabkan teamwork menjad efektf sehngga mampu mencapa tujuan organsas. Johnson dan Johnson (dalam Smther, Houston, dan Mclntre, 1996), menyatakan bahwa ada 9 dmens dalam model efektftas tm yang dapat dgunakan untuk mengevaluas anggota tm dan mengdentfkaskan kekuatan serta kelemahan yang ada d dalam tm, yatu (1) pemahaman, relevans, dan komtmen pada tujuan, (2) komunkas mengena de dan perasaan, (3) kepemmpnan yang berpartspas, (4) fleksbel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5) manajemen konflk yang konstruktf, (6) kekuasaan berdasarkan keahlan, kemampuan, dan nformas, (7) kohes tm, (8) strateg pemecahan masalah, dan (9) efektvtas nterpersonal.

19 D. Kerangka Konsep Permasalahan Rumah Sakt Umum Daerah X: Vs: Rumah Sakt Umum Daerah yang dmnat oleh masyarakat Ms: 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesonal 2. Mewujudkan Pengelolaan Rumah Sakt Umum yang transparan dan akuntabel Tujuan RSUD X : - Menngkatkan kualtas dan kuanttas aparatur - Menngkatkan kualtas dan kuanttas sarana dan prasarana - Menngkatkan akredtas dan tercapanya pengelolaan admnstras dan keuangan yang akuntabel Tujuan RSUD X belum tercapa, hal n dketahu dar munculnya berbaga keluhan pasen terhadap pelayanan Peneltan awal (wawancara kepada pegawa, perawat dan pasen, surve kepada perawat) menunjukkan permasalahan pada perawat. Hal n dndkaskan dengan: skap tdak pedul dan salng menyalahkan antar perawat kurang adanya kengnan dan kesadaran untuk menyelesakan konflk kurang adanya kesadaran para perawat akan pentngnya kerjasama dan komunkas sehngga serng menmbulkan konflk hubungan antar perawat yang drasakan kurang harmons perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunkas yang bak, kurang memlk rasa salng percaya dan salng mendukung, kurang mengetahu vs dan ms organsas dan merasakan teamwork yang kurang efektf DepKes RI, 2000 : Keberhaslan pelayanan rumah sakt dtentukan oleh kualtas pelayanan perawat. Hal n dkarenakan perawat adalah: 1. jumlahnya yang domnan dar seluruh jumlah tenaga kerja d rumah sakt 2. adanya hubungan kontak langsung yang ntens dengan pasen Secara umum mengndkaskan teamwork perawat yang kurang efektf Johnson dan Johnson (dalam Smther, Houston, dan Mclntre, 1996), efektftas tm dtentukan oleh 9 dmens yatu (1) dmens pemahaman, relevans, dan komtmen pada tujuan, (2) dmens komunkas mengena de dan perasaan, (3) dmens kepemmpnan yang berpartspas, (4) dmens fleksbel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5) dmens manajemen konflk yang konstruktf, (6) dmens kekuasaan berdasarkan keahlan, kemampuan, dan nformas, (7) dmens kohes tm, (8) dmens strateg pemecahan masalah, dan (9)dmens efektvtas nterpersonal. Bagamana gambaran efektftas teamwork perawat d Rumah Sakt Umum Daerah X berdasarkan kesemblan dmens tersebut? Keterangan : : menyebabkan : temuan : klarfkas

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pan(LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akbat kerja palng serng dtemukan.nyer juga bsa menjalar kedaerah lan sepert punggung bagan atas dan pangkal

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Model Matematis Pembandingan Tingkat Kepentingan Dan Kinerja Yang Dirasakan Untuk Menentukan Tingkat Kepuasan Pelanggan

Model Matematis Pembandingan Tingkat Kepentingan Dan Kinerja Yang Dirasakan Untuk Menentukan Tingkat Kepuasan Pelanggan Model Matemats Pembandngan Tngkat Kepentngan Dan Knerja ang Drasakan Untuk Menentukan Tngkat Kepuasan Pelanggan an Prhat Fakultas Ilmu Komputer Unverstas AKI Abstract Customer s satsfacton and dssatsfacton

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG JENJANG NLA PENGADAAN BARANG/JASA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM PERBANINGAN METOE SAW AN TOPSIS PAA KASUS UMKM Muh. Alyazd Mude al.mude@yahoo.com Teknk Informatka Unverstas Muslm Indonesa Abstrak alam pengamblan keputusan terhadap masalah berdasarkan sebuah analsa

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Jatan Jaksa Agung Suprapto Nomor S Pacitao Kode Pot i. Jawa Timor : Tctp. (0357) Fai. (0357)

Jatan Jaksa Agung Suprapto Nomor S Pacitao Kode Pot i. Jawa Timor : Tctp. (0357) Fai. (0357) BUPAT PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR: ^0 TAHUN 2010 TENTANG REMUNERAS PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BAD AN LAYANAN UMUM DAERAH \ KABUPATEN PACTAN Menmbang DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan lmu pengetahuan dan teknolog dalam bdang ndustr d Indonesa berkembang dengan pesat, sehngga menghaslkan mesn dan alat-alat canggh yang berguna sebaga alat

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

JIME Vol. 2 No. 1. April 2016 ISSN

JIME Vol. 2 No. 1. April 2016 ISSN PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (DISHUBKOMINFO) KOTA BIMA 2016 Arsad Dosen Penddkan Ekonom STKIP Bma Abstrak; Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan. menggantikan penilaian mereka. Dss ditujukan untuk keputusan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan. menggantikan penilaian mereka. Dss ditujukan untuk keputusan keputusan yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Sstem Pendukung Keputusan Lttle (1970) mendefnskan DSS sebaga sekumpulan prosedur berbass model untuk data pemrosesan dan penlaan guna membantu para manajer mengambl

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014 LAKIN Laporan Knerja BPS Provns Maluku Tahun 2014 Jl. WolterMongnsd-Passo, Ambon 97232 Telep. (0911) 361329, Fax. (0911) 361319 E-mal : maluku@bps.go.d Kata Pengantar Akuntabltas knerja BPS Provns Maluku

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN \. J 1 1! BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MNMAL BDANG PENDDKAN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA j BUPAT PACTAN 'j Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD.

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD. PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN PADA PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (Stud D Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara) 1 Oleh : Selva Mamaht 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA . MENTER KOORD[NATOR BlDANG POLTlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTER KOORDNATOR BDANG POLTK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER-07 MENKO/POLHUKAM/1212011 TEN-TANG ORGANSAS DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BUPAT1 B W UASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci