Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD."

Transkripsi

1 PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN PADA PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (Stud D Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara) 1 Oleh : Selva Mamaht 2 ABSTRAK Alokas Dana Desa adalah dana yang dalokaskan oleh Pemerntah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dar bagan dana permbangan keuangan pusat dan daerah yang dterma oleh Kabupaten/Kota. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya dsngkat APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerntahan desa yang dbahas dan dsetuju bersama oleh Pemerntah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang dtetapkan dengan Peraturan Desa. Alokas Dana Desa (ADD) merupakan dukungan dana oleh pemerntah pusat dan daerah pada pemerntah desa dalam upaya penngkatan pelayanan dasar kepada masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat desa. Pada kenyataannya pengelolaan Alokas Dana Desa mash sangat serng bermasalah. Sepert yang terjad d Desa Lobu Dua, kecamatan Touluaan, Kabupaten Mnahasa Tenggara. Permasalahan yang serng terjad salah satunya adalah keterlbatan masyarakat dalam pengelolaan bak dar ss perencanaan hngga pelaksanaan program yang dtetapkan. Permasalahan lan adalah fungs pengawasan yang djalankan BPD terhadap pengelolaan Alokas Dana Desa (ADDes). Sepert yang datur dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa dmana dkatakan bahwa BPD berfungs mengawas pemerntahan desa. Badan Permusyawaratan Desa yang dharapkan dapat berperan maksmal dalam mengmplementaskan fungs pengawasan yang dmlkknya terlhat belum berjalan sepert yang dharapkan. Padahal dalam pengalokasan dana desa tersebut dperlukan fungs BPD sebaga pengawas agar dana tersebut tersalurkan untuk kepentngan pembangunan d desa. Pengawasan yang oleh BPD yang dmaksud adalah pemakaan anggaran desa dlakukan dengan melhat rencana awal program dengan realsas pelaksanaannya. Selan tu kesesuaan antara rencana program dengan realsas program dan pelaksanaannya serta besarnya dana yang dgunakan dalam pembayaannya adalah ukuran yang djadkan patokan BPD dalam melakukan pengawasan. Kata Kunc : Peranan, BPD, Fungs Pengawasan, ADD. PENDAHULUAN Negara Republk Indonesa sebaga negara kesatuan yang menganut 1 Merupakan skrps penuls 2 Mahasswa Jurusan Ilmu Pemerntahan FISPOL UNSRAT

2 asas desentralsas dalam menyelenggarakan pemerntahan dengan memberkan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonom daerah. Pasal 18 Undang-undang dasar 1945 antara lan menyatakan bahwa pembangunan daerah Indonesa atas dasar daerah besar dan kecl dengan bentuk dan susunan pemerntahannya dtetapkan dengan Undang-undang dengan memandang dan mengngat dasar permusyawaratan dalam sstem pemerntahan dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersfat stmewa. Implementas otonom bag desa akan menjad kekuatan bag pemerntah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendr, sekalgus bertambah pula beban tanggung jawab dan kewajban desa, namun demkan penyelenggaraan pemerntahan tersebut tetap harus dpertanggungjawabkan. Sstem pengelolaan dana desa yang dkelola oleh pemerntah desa termasuk ddalamnya mekansme penghmpunan dan pertanggungjawaban merujuk pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Permbangan Keuangan antara Pemerntah Pusat dan Pemerntah Daerah. D dalam aturan tersebut djelaskan bahwa pendanaan pembangunan yang dlakukan oleh pemerntah daerah termasuk ddalamnya pemerntah desa menganut prnsp money follows functon yang berart bahwa pendanaan mengkut fungs pemerntahan yang menjad kewajban dan tanggung jawab masng-masng tngkat pemerntahan. Dengan konds tersebut maka transfer dana menjad pentng untuk menjaga/menjamn tercapanya standar pelayanan publk mnmum. Konsekuens dar pernyataan tersebut adalah desentralsas kewenangan harus dserta dengan desentralsas fskal. Realsas pelaksanaan desentralsas fskal d daerah mengakbatkan adanya dana permbangan keuangan antara kabupaten dan desa yang lebh dkenal sebutan Alokas Dana Desa (ADD). Alokas Dana Desa adalah dana yang dalokaskan oleh Pemerntah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dar bagan dana permbangan keuangan pusat dan daerah yang dterma oleh Kabupaten/Kota. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya dsngkat APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerntahan desa yang dbahas dan dsetuju bersama oleh Pemerntah Desa dan Badan Pennusyawaratan Desa (BPD), yang dtetapkan dengan Peraturan Desa. Alokas Dana Desa (ADD) merupakan dukungan dana oleh pemerntah pusat dan daerah pada pemerntah desa dalam upaya penngkatan pelayanan dasar kepada masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat desa. Desa Lobu Dua, kecamatan Touluaan, Kabupaten Mnahasa Tenggara dar hasl pengamatan awal yang dlakukan penuls memlk permasalahan dalam pengelolaan Alokas Dana Desa. Salah satunya adalah keterlbatan masyarakat dalam pengelolaan bak dar ss perencanaan hngga pelaksanaan program yang dtetapkan. Permasalahan lan adalah fungs pengawasan yang djalankan BPD terhadap pengelolaan Alokas Dana Desa (ADDes). Sepert yang datur dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa dmana dkatakan bahwa BPD berfungs mengawas pemerntahan desa.

3 Selan tu Badan Permusyawaratan Desa yang dharapkan dapat berperan maksmal dalam mengmplementaskan fungs pengawasan yang dmlkknya terlhat belum berjalan sepert yang dharapkan. Padahal dalam pengalokasan dana desa tersebut dperlukan fungs BPD sebaga pengawas agar dana tersebut tersalurkan untuk kepentngan pembangunan d desa. Pengawasan yang oleh BPD yang dmaksud adalah pemakaan anggaran desa dlakukan dengan melhat rencana awal program dengan realsas pelaksanaannya. Selan tu kesesuaan antara rencana program dengan realsas program dan pelaksanaannya serta besarnya dana yang dgunakan dalam pembayaannya adalah ukuran yang djadkan patokan BPD dalam melakukan pengawasan. Untuk tu dentfkas berbaga problem terkat pengeloalaan ADD sangat pentng untuk dlakukan sebaga upaya untuk mencar solus sekalgus pencegahan agar hal tu tdak terjad lag d masa yang akan datang. Peneltan n dlakukan untuk mengkaj dan mengetahu peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengawasan penggunaan Alokas Dana Desa d desa Lobu Dua, kecamatan Touluaan, Kabupaten Mnahasa Tenggara. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peranan Peranan menurut Poerwadarmnta adalah tndakan yang dlakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu perstwa. peranan merupakan perangkat tngkah laku yang dharapkan, dmlk oleh orang atau seseorang yang berkedudukan dmasyarakat (poerwadarmnta, 1995:751). Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentngan pengetahuan, keduanya tdak dapat dpsahkan satu sama lan. Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3 hal, yatu: 1. Peranan melput norma-norma yang dhubungkan dengan poss atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam art merupakan rangkaan-rangkaan peraturan yang membmbng seseorang dalam kehdupan kemasyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dlakukan oleh ndvdu dalam masyarakat sebaga organsas. 3. Peranan juga dapat dkatakan sebaga perlaku ndvdu yang pentng bag struktur sosal masyarakat (soekanto, 2004:224). Sejalan dengan pendapat datas, Gross Mason dan Mc E Eachern mendefnskan peranan sebaga perangkat harapan-harapan yang dkenakan pada ndvdu atau kelompok yang menempat kedudukan sosal tertentu (dalan berry, 1995:100) Peranan datur oleh norma-norma yang berlaku, peranan yang melekat pada dr seseorang harus dbedakan dengan poss pergaulan kemasyarakatan. Poss seseorang dalam masyarakat merupakan unsur stats yang menunjuk pada fungs, penyesuaan dr dan sebaga proses, suatu konsep tentang apa yang dlakukan oleh ndvdu dalam masyarakat sebaga organsas serta merupakan rangkaan peraturan-peraturan yang

4 membmbng seseorang dalam kehdupan kemasyarakatan. Bernardn dan Russel (1993 : 379) mengartkan knerja sebaga the record of outcomes produced on a specfed job functon or actvty durng a specfed tme perod. Dalam defns n, aspek yang dtekankan adalah catatan tentang outcome atau hasl akhr yang dperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktvtas djalankan selama kurun waktu tertentu. Dengan demkan knerja hanya mengacu pada serangkaan hasl yang dperoleh seorang pegawa selama perode tertentu dan tdak termasuk karakterstk prbad pegawa yang dnla. Istlah knerja merupakan terjemahan dar performance yang` serng dartkan oleh para cendekawan sebaga "penamplan", "unjuk kerja", atau "prestas" (Keban, 2004 : 191). Menurut Sedarmayant (2010: 260), knerja ddefnskan sebaga catatan mengena out came yang dhaslkan dar suatu aktvtas tertentu, selama kurun waktu tertentu pula. Prawrosentono (1999 : 2) mendefnskan knerja sebaga performance, yatu hasl kerja yang dapat dcapa oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organsas, sesua dengan wewenang dan tanggung jawab masng-masng, dalam rangka upaya mencapa tujuan organsas bersangkutan secara legal, tdak melanggar hukum dan sesua dengan moral dan etka. Berdasarkan pengertan d atas maka untuk mengukur knerja organsas terdr dar produktvtas, kualtas layanan, responsvtas, responsbltas dan akuntabltas. Produktvtas dar suatu organsas dapat dlhat dar raso nput dan output, kualtas layanan dapat dlhat dar sumber daya manusa dan kepuasan masyarakat, responsvtas dapat dlhat dar prosedur dan kengnan masyarakat, responsbltas dapat dlhat dar tanggung jawab dan admnstras pelayanan sedangkan akuntabltas dapat dlhat dar ukuran target yang dcapa. Menurut Kumorotomo dalam Dwyanto (2008), menggunakan beberapa krtera dalam menla knerja organsas pelayanan publk, antara lan adalah berkut n: 1. Efsens. Efsens menyangkut pertmbangan tentang keberhaslan organsas pelayanan publk mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produks serta pertmbangan yang berasal dar rasonaltas ekonoms. 2. Efektvtas. Apakah tujuan dar ddrkannya organsas pelayanan publk tersebut tercapa? Hal tersebut erat katannya organsas rasonaltas tekns, nla, ms, tujuan organsas serta fungs agen pembangunan. Salah satu faktor yang berkatan dengan keberhaslan suatu organsas adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa bak semua komponen organsas bekerja dan menggunakan nformas, guna memastkan bahwa pelaksanaannya memenuh standar sekarang dan menngkat sepanjang waktu. Pada dasarnya pengertan efektftas yang umum menunjukkan pada taraf tercapanya hasl, serng atau senantasa dkatkan dengan pengertan efsen, meskpun sebenarnya ada perbedaan dantara keduanya. Efektftas menekankan pada hasl yang dcapa, sedangkan

5 efsens lebh melhat pada bagamana cara mencapa hasl yang dcapa tu dengan membandngkan antara nput dan outputnya. 3. Keadlan. Keadlan mempertanyakan dstrbus dan alokas layanan yang dselenggarakan oleh organsas pelayanan publk. 4. Daya Tanggap. Berlanan dengan bsns yang dlaksanakan oleh perusahaan swasta, organsas pelayanan publk merupakan bagan dar daya tanggap negara atau pemerntah akan kebutuhan vtal masyarakat. Oleh sebab tu, krtera organsas tersebut secara keseluruhan harus dapat dpertanggungjawabkan secara` transparan dem memenuh krteradaya tanggap n (dalam Dwyanto, 2008: 52-53). Berdasarkan beberapa pendapat datas bahwa knerja organsas sebenarnya dapat dlhat melalu berbaga dmens sepert dmens dar mula produktftas, kualtas layanan, akuntabltas, efsens, efektvtas, responsvtas, responsbltas, keadlan, daya tangkap, masukan, proses, keluaran, hasl, manfaat bahkan dampak dar suatu kebjakan atau program tersebut, setap dmens salng berkesnambungan satu dengan yang lannya. Produktftas, tdak hanya mengukur efsens sepert menyangkut tentang keberhaslan organsas pelayanan publc mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produks serta pertmbangan yang berasal dar rasonaltas ekonoms tetap juga efektftas d dalam suatu organsas apakah tujuan dar ddrkannya organsas pelayanan publk tersebut tercapa ataukah belum sehngga dapat mengukur kemampuan suatu organsas atau nstans untuk seberapa bak semua komponen organsas bekerja dan menggunakan nformas, guna memastkan bahwa pelaksanaannya memenuh standar sekarang dan menngkat sepanjang waktu. Apabla efektvtas sudah tercapa sesua harapan ddapat suatu raso antara. nput dan output dar suatu kegatan atau program dsuatu organsas atau nstans, sehngga dhaslkan suatu kualtas layanan yang bak yang dharapkan sesua tujuan yang telah dtetapkan dan dapat menngkatkan knerja dsuatu organsas sehngga masyarakat mendapatkan pelayanan yang maksmal. Adanya kualtas layanan yang bak maka knerja organsas akan sangat respon terhadap kebutuhan masyarakat. Responsvtas sangat dperlukan karena merupakan bukt kemampuan organsas untuk mengenal kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan mengembangan programprogram pelayanan publk. Adanya responsvtas n maka keadlan dalam suatu organsas dapat drasakan. Responsvtas dapat berpengaruh ke dalam responsbltas karena responsbltas dapat menggambarkan apakah pelaksanaan kegatan organsas publk tu dlakukan sesua dengan prnspprnsp admnstras yang benar atau sesua dengan kebjakan organsas, bak yang eksplst maupun mplst, sehngga akuntabltas d dalam suatu organsas akan lebh pro rakyat dan kebjakankebjakan yang dhaslkan d dalam program-program kerja suatu organsas dapat mensejahterakan rakyatnya agar manfaat dar kebjakan tersebut akan terasa oleh semua phak, bak masyarakat ataupun nstans atau organsas yang mengelola

6 kebjakan tersebut. Kebjakan tersebut akan bermanfaat dan tdak percuma dengan adanya kebjakan yang telah dbuat agar dampak yang dhaslkan dar setap kebjakan yang dkeluarkan akan lebh mementngkan kebutuhan masyarakat, sehngga masyarakat akan patuh dan tunduk terhadap kebjakan yang telah dbuat. Dmens-dmens ddalam mengukur ndkator knerja organsas pada dasarnya memlk kesamaan substansal yakn untuk melhat seberapa jauh tngkat pencapaan hasl yang telah dlakukan oleh brokras pelayanan atau nstans tersebut apakah sesua atau tdak dengan tujuan yang telah dtetapkan sebelumnya. Knerja organsas merupakan suatu konsep yang dsusun dar berbaga ndkator yang sangat bervaras sesua dengan fokus dan konteks penggunaannya untuk mencapa tujuan yang telah atau ngn dcapa oleh suatu organsas atau nstans. B. Konsep Desa Menurut Kamus besar bahasa Indonesa Desa adalah kesatuan wlayah yang dhun oleh sejulah keluarga yang mempunya sstem pemerntahan sendr (dkepala oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah d luar kota yang merupakan kesatuan. Pengertan desa menurut UU no. 22 tahun 1999, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memlk kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentngan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat stadat setempat yang daku dalam sstem pemerntahan nasonal dan berada d daerah Kabupaten. Pengertan desa menurut UU no. 5 tahun 1979, Desa adalah suatu wlayah yang dtempat oleh sejumlah penduduk sebaga kesatuan masyarakat termasuk d dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunya organsas pemerntahan terendah langsung dbawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendr dalam katan Negara Kesatuan Republk Indonesa. Menurut Peraturan Pemerntah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, dsebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memlk batas-batas wlayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentngan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat stadat setempat yang daku dan dhormat dalam sstem Pemerntahan Negara Kesatuan Republk Indonesa. Menurut Unang Sunardjo dalam Sadu Wasstono, M. Irwan Tahr (2007:8) Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat yang menetap dalam suatu wlayah tertentu batas-batasnya, memlk katan lahr batn yang sangat kuat, bak karena seketurunan maupun karena samasama memlk kepentngan poltk, ekonom, sosal dan keamanan, memlk susunan pengurus yang dplh bersama, memlk kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendr. Menurut Bntarto dalam Sadu Wasstono, M. Irwan Tahr (2007:8) yang memandang Desa dar seg geograf, mendefnskan Desa sebaga: suatau hasl dar perwujudan antara kegatan sekelompok manusa dengan

7 lngkungannya. Hasl dar perpaduan tu alah suatu ujud atau penampakan dmuka bum yang dtmbulkan oleh unsur-unsur fsgraf, socal ekonoms, polts dan cultural yang salng bernteraks antara unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lan. Namun demkan pengertan desa dapat juga dlhat dar pergaulan hdup, sepert yang dkemukakan oleh Bouman dalam Sadu Wasstono, M. Irwan Tahr (2007 : 8) yang mendefenskan desa sebaga salah satu bentuk kuno dar kehdupan bersama sebanyak beberapa rbu orang, hampr semuanya salng mengenal, kebanyakan yang termasuk ddalamnya hdup dar pertanan, perkanan dan sebaganya, usaha yang dapat dpengaruh oleh hukum dan kehendak alam dan dalam tempat tnggal tu terdapat banyak katan-katan keluarga yang rapat, ketaatan pada trads dan kadah-kadah sosal. Desa memlk pemerntahan sendr Pemerntahan Desa terdr atas Pemerntah Desa (yang melput Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). 1. Kepala Desa Kepala Desa merupakan pmpnan penyelenggaraan pemerntahan desa berdasarkan kebjakan yang dtetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat dperpanjang lag untuk satu kal masa jabatan.kepala Desa juga memlk wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. 2. Perangkat Desa Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.perangkat Desa terdr dar Sekretars Desa dan Perangkat Desa Lannya.Salah satu perangkat desa adalah Sekretars Desa, yang ds dar Pegawa Neger Spl. Sekretars Desa dangkat oleh Sekretars Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupat/Walkota.Perangkat Desa lannya dangkat oleh Kepala Desa dar penduduk desa, yang dtetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga mempunya tugas untuk mengayom kepentngan masyarakatnya. 3. Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokras dalam penyelenggaraan pemerntahan desa.anggota BPD adalah wakl dar penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwaklan wlayah.anggota BPD terdr dar Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profes, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lannya.masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat dangkat/dusulkan kembal untuk 1 kal masa jabatan berkutnya.pmpnan dan Anggota BPD tdak dperbolehkan merangkap jabatan sebaga Kepala Desa dan Perangkat Desa.BPD berfungs menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspras masyarakat.

8 C. Konsep Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokras d desa. Demokras yang dmaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerntahan dan pembangunan harus memperhatkan aspras dar masyarakat yang dartkulaskan dan dagresaskan oleh BPD dan lembaga masyarakat lannya. Badan Permusyawaratan Desa merupakan perubahan nama dar Badan Perwaklan Desa yang ada selama n. Perubahan n ddasarkan pada konds faktual bahwa budaya poltk lokal yang berbass pada flosof "musyawarah untuk mufakat". Musyawarah berbcara tentang proses, sedangkan mufakat berbcara tentang basl. Hasl yang dharapkan dperoleh dar proses yang bak. Melalu musyawarah untuk mufakat, berbaga konflk antara para elt poltk dapat segera dselesakan secara arf, sehngga tdak sampa menmbulkan goncangangoncangan yang merugkan masyarakat luas. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungs menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspras masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209). Oleh karenanya BPD sebaga badan permusyawaratan yang berasal dar masyarakat desa, dsampng menjalankan fungsnya sebaga jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjad lembaga yang berperan sebaga lembaga representas dar masyarakat. Sehubungan dengan fungsnya menetapkan peraturan desa maka BPD bersama-sama dengan Kepala Desa menetapkan Peraturan desa sesua dengan aspras yang datang dar masyarakat, namun tdak semua aspras dar masyarakat dapat dtetapkan dalam bentuk peraturan desa tap harus melalu berbaga proses sebaga berkut : 1. Artkulas adalah penyerapan aspras masyarakat yang dlakukan oleh BPD. 2. Agres adalah proses megumpulkan, mengkaj dan membuat prortas aspras yang akan drumuskan menjad Peraturan Desa. 3. Formulas adalah proses perumusan Rancangan Peraturan Desa yang dlakukan oleh BPD dan/atau oleh Pemerntah Desa. 4. Konsultas adalah proses dalog bersama antara Pemerntah Desa dan BPD dengan masyarakat. D. Konsep Fungs Pengawasan 1. Pengertan Pengawasan Pengawasan menurut Oteng Sutsna (1983) adalah sebaga suatu proses fungs admnstras untuk melhat apa yang terjad sesua dengan apa yang semestnya terjad. Dengan kata lan pengawasan adalah fungs admnstratf untuk memastkan bahwa apa yang dkerjakan sesua dengan rencana yang telah dbuat sebelumnya. Menurut Nawaw (2000 : 115) pengawasan atau control dartkan sebaga proses mengukur (measurement) dan menla (evaluaton) tngkat efektvtas dan tngkat efsens penggunaan sarana kerja dalam memberkan kontrbus pada pencapaan tujuan organsas.

9 Jad, pengawasan merupakan suatu proses pemerksaan berdasarkan gejala-gejala yang terjad yakn dlakukan dengan menelt, mengukur atau menla sejauh mana sumber daya yang ada berjalan secara efektf dan efsen bak knerja SDM maupun penggunaan non SDM agar dapat dkendalkan sesua dengan rancangan program atau perencanaan yang telah dtetapkan. Pengawasan yang dlakukan dapat memberkan umpan balk, artnya apabla yang dlakukan tdak sesua dengan rencana atau terjad penympangan dapat segera dlakukan perbakan atau dadakan penyesuaan kembal. 2. Tujuan Pengawasan a. Untuk mengetahu apakah sesuatu kegatan berjalan sesua dengan rencana yang dgarskan. b. Untuk mengetahu apakah segala sesuatu dlaksanakan dengan nstruks serta asas-asas yang telah dtentukan. c. Untuk mengetahu kesultan-kesultan, kelemahan-kelemahan dalam bekerja. d. Untuk mengetahu apakah kegatan berjalan efsen. e. Untuk mencar jalan keluar, bla ternyata djumpa kesultan-kesultan dan kegagalan ke arah perbakan. 3. Tpe / Macam-Macam Pengawasan Dalam pengawasan terdapat beberapa tpe pengawasan sepert yang dungkapkan Wnard (2000, hal. 589). Fungs pengawasan dapat dbag dalam tga macam tpe, atas dasar fokus aktvtas pengawasan, antara lan: a. Pengawasan Pendahuluan (prelmnary control). b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control) c. Pengawasan Feed Back (feed back control) Penjelasan: a. Pengawasan Pendahuluan (prelmnary control) Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajeral guna memperbesar kemungknan bahwa hasl-hasl aktual akan berdekatan haslnya dbandngkan dengan hasl-hasl yang drencanakan. Dpandang dar sudut prespektf demkan, maka kebjaksanaankebjaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tndakan masa mendatang. Tetap, walaupun demkan pentng untuk membedakan tndakan menyusun kebjaksanaan-kebjaksanaan dan tndakan mengmplementaskannya. Merumuskan kebjakan-kebjakan termasuk dalam fungs perencanaan sedangkan tndakan mengmplementas kebjaksanaan merupakan bagan dar fungs pengawasan. Pengawasan pendahuluan melput: 1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusa. 2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan. 3. Pengawasan pendahuluan modal 4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya fnansal

10 b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control) Concurrent control terutama terdr dar tndakan-tndakan para pengawas yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka. Drecton berhubungan dengan tndakan-tndakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk: 1. Mengajarkan para bawahan mereka bagamana cara penerapan metode-metode serta prosedur-prsedur yang tepat. 2. Mengawas pekerjaan mereka agar pekerjaan dlaksanakan sebagamana mestnya. 3. Proses memberkan pengarahan bukan saja melput cara dengan apa petunjuk-petunjuk dkomunkaskan tetap a melput juga skap orang-orang yang memberkan penyerahan. c. Pengawasan Feed Back (feed back control) Sfat khas dar metode-metode pengawasan feed back (umpan balk) adalah bahwa dpusatkan perhatan pada hasl-hasl hstorkal, sebaga landasan untuk mengoreks tndakan-tndakan masa mendatang. Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dlakukan oleh duna bsns yatu: 1. Analyss Laporan Keuangan (Fnancal Statement Analyss) 2. Analss Baya Standar (Standard Cost Analyss). 3. Pengawasan Kualtas (Qualty Control) 4. Evaluas Hasl Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluaton) 4. Prnsp-Prnsp Dalam Pengawasan Prnsp-prnsp pengawasan yang perlu dperhatkan, terdr dar tertuju kepada strategs sebaga kunc sasaran yang menentukan keberhaslan, a. pengawasan harus menjad umpan balk sebaga bahan revs dalam mencapa tujuan, b. harus fleksbel dan responsf terhadap perubahan-perubahan konds lngkungan, c. merupakan control dr sendr, d. bersfat langsung yatu pelaksanaan kontrol d tempat kerja, Pengawasan adalah usaha sstemats menetapkan standar prestas dengan perencanaan sasarannya guna mendesan sstem nformas umpan balk. Membandngkan prestas kerja dengan standar yang telah dtetapkan lebh dahulu adalah, untuk menentukan apakah ada penympangan dan mencatat besar keclnya penympangan, kemudan mengambl tndakan yang dperlukan untuk memastkan, bahwa semua sumber dmanfaatkan secara efektf dan efsen. 5. Syarat-Syarat Dan Sfat Pengawasan Syarat-syarat Pengawasan umum dapat dpergunakan sebaga berkut: a. Menentukan standar pengawasan yang bak dan dapat dlaksanakan. b. Menghndarkan adanya tekanan, paksaan, yang menyebabkan penympangan dar tujuan pengawasan tu sendr.

11 c. Melakukan koreks rencana yang dapat dgunakan untuk mengadakan per-bakan serta penyempurnaan rencana yang akan datang. Sesua dengan keterangan tersebut d atas, maka beberapa cara yang bak dapat dlakukan sebaga berkut: a. Memberkan kesempatan kepada phak-phak yang dawas agar memberkan keterangan-keterangan yang jelas dan kut serta memecahkan hal-hal yang mempengaruhnya. b. Pengakuan atas hasl/nla manusa yang telah dlakukannya (hasl karya manusa); artnya penghargaan atas hasl pekerjaannya. c. Melakukan suatu kerja sama agar dperoleh salng pengertan, salng percaya mempercaya, yang bersfat memberkan penddkan. 6. Teknk Dan Metode Pengawasan Secara umum ada 2 macam metode dan teknk pengawasan yatu : 1. Metode konvensonal ( Baku /Teorts ) 2. Metode Partspatf a. Metode Konvensonal - Pelaksanaannya berdasarkan teor / Petunjuk phak phak pembuat kebjakan ( Pemerntah / Lembaga fungsonal yang menguasa teor pengawasan ) - Dlakukan oleh lembaga lembaga fungsonal - Pelaksanaannya terjadwal ( Pertengahan / akhr ) - Indkator Pengawasan berdasarkan Term Of Reference yang dbuat perencana / pengambl kebjakan. b. Metode Partspatf - Pelaksanaannya berdasarkan krtera hasl rumusan bersama. - Dlakukan oleh seluruh yang terlbat ddalam organsas sesua kesepakatan - Bersfat dnams tdak baku dlaksanakan sesua kontek dan konds yang ada - Kegatannya mula dar proses perencanaan sampa saat pelaksanaan dan akhr - Indkator pengawasannya berdasarkan pengalaman dan dlaksanakan secara sstemats, terdokumentas dan berkelanjutan 7. Fungs Pengawasan Fungs pokok dar suatu pengawasan adalah untuk mencegah terjadnya penympangan atau kesalahan-kesalahan, memperbak adanya berbaga macam penympangan atau kesalahan yang terjad,mendnamsr pelaksanaan serta segenap kegatan manajemen lannya, dan mempertebal rasa tanggung jawab. E. Konsep Alokas Dana Desa Alokas Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dalokaskan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Desa untuk mendana kebutuhan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerntahan dan

12 pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Alokas Dana Desa dperoleh dar dana permbangan APBN yang dterma oleh Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dkurang Dana Alokas Khusus (DAK) sebesar 10%. Rumus yang dgunakan dalam Alokas Dana Desa adalah: 1. Asas Merata, yatu besarnya bagan alokas dana desa yang sama untuk setap desa, yang selanjutnya dsebut Alokas Dana Desa Mnmal (ADDM); 2. Asas Adl, yatu besarnya bagan alokas dana desa berdasarkan Nla Bobot Desa (BDx) yang dhtung dengan rumus dan varabel tertentu (msalnya kemsknan, keterjangkauan, penddkan dasar, kesehatan, dll), selanjutnya dsebut Alokas Dana Desa Proposonal (ADDP). Besarnya prosentase perbandngan antara asas merata dan adl adalah besarnya ADDM adalah 60% (enampuluh persen) dar jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% (empatpuluh persen) dar jumlah ADD. Pemberan Alokas Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud dar pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonom Desa agar tumbuh dan berkembang mengkut pertumbuhan dar Desa tu sendr berdasarkan keanekaragaman, partspatf, otonom asl, demokratsas dan pemberdayaan mayarakat. Untuk memaksmalkan pengelolaan ADD yang dberkan oleh Pemerntah Kabupaten kepada Desa, maka ADD memlk tujuan antara lan (Hanf Nurchols, 2011; 89): 1. Menaggulang kemsknan dan mengurang kesenjangan; 2. Menngkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan d tngkat Desa dan pemberdayaan masyarakat; 3. Menngkatkan pembangunan nfrastruktur Desa; 4. Menngkatkan pengamalan nla-nla keagamaan, sosal budaya dalam rangka mewujudkan penngkatan sosal; 5. Menngkatkan ketentraman dan ketertban masyarakat; 6. Menngkatkan pelayanan pada masyarakat Desa dalam rangka pengembangan kegatan sosal dan ekonom masyarakat; 7. Mendorong penngkatan keswadayaan dan gotong-royong masyarakat; 8. Menngkatkan pendapatan Desa dan masyarakat Desa melalu Badan Usaha Mlk Desa (BUMDesa). Pengelolaan Alokas Dana Desa harus memenuh beberapa prnsp pengelolaan sepert berkut : - Setap kegatan yang pendanaannya dambl dar ADD haurs melalu perencanaan, pelaksanaan dan evaluas secara terbuka dengan prnsp : dar, oleh dan untk masyarakat. - Seluruh kegatan dan penggunaannya harus dapat dpertanggungjawabkan secara admnstras, tekns dan hukum. - ADD harus dgunakan dengan prnsp hemat, terarah dan terkendal - Jens kegatan yang akan ddana melalu ADD dharapkan mampu untuk menngkatkan sarana pelayanan masyarakat, berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan

13 kegatan lannya yang dbutuhkan masyarakat desa dengan pengamblan keputusan melalu jalan musyawarah. - ADD harus dcatat ddalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa melalu proses penganggaran yang sesua dengan mekansme yang berlaku. ( METODE PENELITIAN Peneltan n menggunakan metode deskrptf kualtatf,. dan yang menjad focus alah peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam menjalankan fungs pengawasan khususnya terhadap penggunaan Alokas Dana Desa D desa Lobu Dua, kecamatan Touluaan, Kabupaten Mnahasa Tenggara, dengan rncan yatu peran BPD dalam Proses Implementas Kebjakan ADD yang melput : penyusunan rencana kegatan, pengawasan penyelesaan kegatan ADD, mengawas kesesuaan program dengan kebjakan yang telah dtetapkan, mengawas ketepatan sasaran sesua dengan kebjakan yang dtentukan dan Pengawasan Pertanggungjawaban Kegatan ADD. Dan yang djadkan nforman adalah dar unsur Pemerntah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Tokoh Masyarakat, serta beberapa anggota masyarakat. Teknk pengumpulan data dlakukan melalu wawancara, observas, serta stud dokumentas. PEMBAHASAN A. Peran BPD dalam Pengelolaan Alokas Dana Desa Dalam rangka pembangunan d desa maka pemerntah mengeluarkan perturan Pemerntah No.72 tahun 2005 tentang perencanaan pembangunan desa. Pembangunan desa merupakan bagan pentng dar sebuah pembangunan nasonal dmana desa merupakan muara dar setap kebjakan yang dambl oleh pemerntah pusat daerah dan desa tu sendr. Oleh sebab tu setap pembangunan yang akan dlaksanakan d Desa akan menyentuh setap lapsan masyarakat dan memungknkan terjadnya pemerataan dan member dampak terhadap pembangunan nasonal. Oleh sebab tu sekarang pemerntah menaruh perhatan khusus dalam pelaksanaan pembangunan ddesa, maksudnya agar memberkan haslnyata dalam pembangunan, maka dar tu dharapkan mampu menngkatkan taraf hdup masyarakat secara ekonom maupun dss lan dapat mendorong masyarakat tu sendr untuk berpatspas dalam pembangunan. Pembangunan nasonal merupakan upaya yang dlaksanakan oleh semua, komponen bangsa dalam rangka mencapa tujuan bernegara. Pembangunan nasonal dselenggarakan berdasarkan Demokras dengan prnsp-prnsp kebersamaan, berkeadlan, berkelanjutan, berwawasan lngkungan, serta kemandran dengan menjaga kesembangan kemajuan dan kesatuan nasonal. Pada hakkatnya pembangunan merupakan upaya yang dlakukan secara terus menerus (berkesnambungan) guna terjadnya perubahan yang lebh bak dar sebelumnya. Sementara tu, yang menjad sasaran utama dar proses pembangunan tdak lan adalah manusa tu

14 sendr, yakn untuk memberdayakan masyarakat. Sehngga apabla manusa mampu mengoptmalkan potensnya, maka akan bsa maksmal pula kontrbusnya untuk kesejahteraan bersama. Dengan demkan, kemakmuran sebuah bangsa dcapa berbasskan kekuatan rakyat yang berdaya dan menghdupnya. Namun demkan, kta tdak bsa menutup mata bahwa proses pembangunan bangsa kta yang tengah djalan drasa mash belum optmal. Hal tu tercermn dar tngkat kualtas sumber daya manusa (masyarakat) bangsa kta yang sampa saat n mash berada dalam kategor rendah. Apalag jka dbandngkan dengan bangsa-bangsa lan d duna tngkat kualtas sumber daya manusa Bangsa kta mungkn tertnggal jauh. Tnggnya angka kemsknan dan penganguran d Indonesa saat n merupakan salah satu varabel yang menunjukkan mash rendahnya tngkat kualtas masyarakat. Dalam pembangunan dewasa n sangatlah tepat jka pembangunan lebh berorentas pada pembangunan pedesaan (pembangunan berbass pedesaan) yang mempertmbangkan aspek emanspators. Sebuah model pembangunan pedesaan yang membuka peluang pembebasan masyarakat pedesaan dar faktor yang menghambatnya. Melalu model pembangunan sepert tu, masyarakat pedesaan dapat mengembangkan kemampuan atas dasar kekuatan sendr (self relance), sehngga dengan sendrnya aspek kemanusaan masyarakat pedesaan akan terfasltas dan sanggup mengungkapkan dr ( humantas expleta et eloquens ). Konseps pembangunan berbass pedesaan merupakan konsep pembangunan yang mampu merangsang masyarakat Desa, sehngga gerak majunya menjad otonom, berakar dar dnamka sendr dan dapat bergerak atas dasar potens dan kekuatan yang dmlknya. Selan tu, suatu pembangunan tdak akan berhasl dan bertahan, jka pembangunan tersebut bertentangan dengan nla-nla dasar yang danut masyarakat. Dengan demkan, Pembangunan berbass pedesaan harus d perkuat dengan nlanla dasar yang danut oleh masyarakat pedesaan tersebut. Strateg pelaksanaan partspas dcapa dengan cara melbatkan masyarakat dalam sharng nformas, merumuskan tujuan, men-settng kebjakan, mengalokaskan sumber-sumber pendanaan, mengoperaskan program, serta mendstrbuskan manfaat yang dperoleh, dengan kata lan, melbatkan masyarakat sejak tahap perencanaan hngga mplementas dan pemerataan hasl-haslnya. Pembangunan nfrastruktur d pedesaan saat n sangatlah jauh dar apa yang dharapkan untuk bsa menakkan taraf hdup masyarakat desa dan menggenjot perekonoman d pedesaan. Satu contoh kecl yang tdak bsa terbantahkan adalah masalah jalan. Jalan merupakan sebuah nstrument yang sangat vtal dalam pembangunan bak d perkotaan maupun d pedesaan, maka dar tu perlu dan pentng nfrastruktur d Desa d bangun untuk memejukan pembangunan dan perekonoman d Desa. Pembangunan dapat dartkan sebaga suatu usaha sadar dalam serangkaan kegatan untuk mencapa suatu perubahan dar keadaan yang buruk menuju ke-keadaan yang lebh bak yang dlakukan oleh masyarakat tertentu d suatu Negara. Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapsan

15 masyarakat selaku pelaku pembangunan dan pemerntah selaku pengayom, pembna dan pengarah sangat dperlukan antara masyarakat dan pemerntah harus berjalan serng, salng mengs, melengkap dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna mencapa tujuan yang dharapkan. Pembangunan desa tu harus melput berbaga aspek kehdupan dan penghdupan artnya harus melbatkan semua komponen yatu dar phak masyarakat dan pemerntah, dan harus langsung secara terus menerus dem tercapanya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Partspas masyarakat merupakan suatu proses tekns untuk memberkan kesempatan kewenangan yg lebh luas kepada masyarakat untuk secara bersama sama memecahkan berbaga persoalan. Mekkelsen dalam Soetomo (2006:72) mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dalam salah satu bentuk perubahan yang dharapkan adalah perubahan skap dan perlaku. Partspas masyarakat yang semakn menngkat bak secara kualtatf maupun kuanttatf merupakan suatu perwujudan dar perubahan skap dan perlaku tersebut. Peran masyarakat merupakan bagan pentng, keterlbatan anggota masyarakat dalam pembangunan dharapkan dapat memberkan efek yg lebh sgnfkan dalam pelaksanaan (mplementas) karena masyarakat tu sendr lebh mengenal dan memaham apa yang benar benar a butuhkan,program atau proyek pembangunan yang dlakukan oleh pemerntah akan benar- benar menjad suatu hasl tepat guna bag masyarakat tu sendr. Pembangunan yang berorentas pada pembangunan manusa, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlbatan langsung pada masyarakat penerma program pembangunan (partspas pembangunan). Karena hanya dengan partspas masyarakat penerma program, maka hasl pembangunan n akan sesua dengan aspras dan kebutuhan masyarakat tu sendr. Dengan adanya kesesuaan n maka hasl pembangunan akan memberkan manfaat yang optmal bag pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu ndkator keberhaslan pembangunan adalah adanya partspas masyarakat penerma program. Mubyarto dalam Ndraha (1990:102) mendefnskan partspas sebaga kesedaan untuk membantu berhaslnya setap program sesua kemampuan setap orang tanpa berart mengorbankan kepentngan dr sendr. Partspas masyarakat merupakan aspek yang pentng dalam pembangunan masyarakat. Partspas merupakan salah satu dar tga unsur pembangunan berorentas pada masyarakat selan unsur keadlan dan pemberdayaan. Ada beberapa aspek yang dapat dlhat bahwa partspas masyarakat sangat pentng: 1)partspas merupakan hak yang harus dperhatkan dan dhormat, 2)partspas merupakan suatu aks kelompok, 3)partspas merupakan suatu aspek pentng dar admnstras pembangunan desa, 4)partspas merupakan suatu ndkator pembangunan masyarakat. Dalam hasl peneltan d temukan bahwa terjad sebuah pergeseran paradgma atau nla-nla dmasyarakat mengena partspas. dalam pelaksanaan pembangunan d Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara pembangunan yang ada d desa tergolong

16 lambat dkarenakan masyarakat Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara, kurang berpartspas dalam pelaksanaan pembangunan. Kurangnya partspas yang dberkan oleh masyarakat terhadap jalannya pembangunan fsk apabla program yang djalankan oleh pememerntah tdak mendapatkan upah. Dlhat bahwa apabla dalam program pemerntah desa tersebut sepert pembuatan tempat sampah, pos kamlng dan sebaganya tdak mendaptkan upah untuk pekerja maka tngkat partspas masyarakat akan terasa sangat kurang, tetap apabla program pemerntah desa yang mendapat supla dana dar ADD, PNPM Mandr dan program pemerntah lannya masyarakat antusas dalam pelaksanaan, hal n dsebabkan karna pelaksanaan program tersebut memlk anggaran dalam pelaksanaannya. Hal n yang membuat lambatnya pembangunan d Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara. Partspas masyarakat dalam proses pemerntahan yang ada d Desa sudah sejak lama d dam-damkan, karna apabla peran masyarakat dalam pembangunaan nak maka hal tu akan mendorong, tngkat keberhaslan program pemerntah. Oleh karna tu perlu dmana masyarakat tdak hanya djadkan sebaga objek kebjakan tap juga subjek agar supaya masyarakat berperan serta dalam pencapayan pemerntahan yang bak. B. Implementas Fungs Pengawasan BPD d Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara Dar hasl peneltan ddapat bahwa Knerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pengawasan Alokas Dana Desa (ADD) D desa Lobu Dua, kecamatan Touluaan, Kabupaten Mnahasa Tenggara belum maksmal. Hasl peneltan menunjukkan bahwa BPD tdak terlbat langsung dalam penyusunan rencana kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD), akan tetap BPD hanya bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap berlangsungnya penyusunan kegatan-kegatan yang akan dlakukan dar dana alokas desa yang ada. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengawasan penggunaan Alokas Dana Desa (ADD) belum maksmal padahal factor pengawasan sangat berpengaruh terutama dalam penyusunan skala prortas dalam penetapan rencana kegatan dan mempertmbangkan potens desa, kebutuhan masyarakat, sehngga hasl pelaksanaan pengelolaan Alokas Dana Desa (ADD) dapat drasakan secara optmal bag seluruh lapsan masyarakat desa dmana dapat dterma semua phak, semua proses perencanaan dan pemelharaannya. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebaga lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perencanaan serta pengelolaan dan penggunaan Alokas Dana Desa (ADD), yatu membantu dalam memasyarakatkan tujuan, prnsp dan kebjakan Alokas Dana Desa (ADD) kepada masyarakat, memberkan pengawasan langsung maupun tdak langsung terhadap perencanaan dan pelaksanaan Alokas Dana Desa (ADD), memberkan saran-saran terhadap perencanaan dan pelaksanaan Alokas Dana Desa (ADD), memastkan adanya keterpaduan dan mencegah terjadnya tumpang tndh kegatan pelaksanaan Alokas Dana Desa (ADD) dan membangun kerja sama yang snergs dengan Kepala Desa, dalam rangka

17 menyukseskan keberhaslan Alokas Dan Desa (ADD) belum dlaksanakan sebagamana mestnya. Dengan demkan harapan dar pemberan Alokas Dana Desa (ADD) yang terntegras dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) belum dapat tercapa dantaranya terwujudnya kelembagaan d desa yang mandr yang ddukung oleh Sumber Daya Manusa (SDM) yang handal dalam penyelenggaraan tugas pemerntah dalam pembangunan, tersedanya sarana dan prasarana utama sebaga pendukung kemajuan dan perkembangan desa, terselenggaranya pembangunan ddesa serta terjadnya proses pembelajaran dalam masyarakat terkat pengelolaan dan penggunaan Alokas Dana Desa (ADD). Hasl peneltan selanjutnya menunjukkan bahwa BPD melakukan pengawasan pada setap tahapan dalam penyusunan rencana kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD). Tahapan penyusunan rencana kegatan Alokas Dana Desa (ADD) merupakan tahapan yang sangat pentng dmana jka perencanaan yang dbuat tdak sesua dengan peruntukan maka secara otomats hasl dar perencanaan tersebut tdak dapat dlaksanakan, dsnlah peran dar BPD untuk mengawas tahapan dalam penyusunan rencana kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD) agar program dan kegatan yang dhaslkan sesua dengan peruntukan penggunaan Alokas Dana Desa (ADD) dan program dan kegatan tersebut benarbenar aspras dar masyarakat serta merupakan program dan kegatan yang menjad prortas untuk segera dlaksanakan. Salah seorang nforman berpendapat bahwa terwujudnya pelaksanaan peran dan fungs BPD secara maksmal d desa khususnya pada pengawasan pada setap tahapan dalam penyusunan rencana kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD) dkarenakan adanya kerjasama yang bak antara Kepala Desa beserta aparatur desa yang kooperatf dan menjadkan BPD sebaga mtra kerja yang sold sehngga mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerntahan desa yang bak serta menghaslkan produkproduk berupa aturan desa ataupun produk perencanaan yang sesua dengan ketentuan yang berlaku. Hasl peneltan selanjutnya ddapat bahwa BPD melaksanakan pengawasan penyelesaan kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD). Menurut nforman BPD melakukan pengawasan kegatan dengan cara mengumpulkan nformas tentang perkembangan atau pelaksanaan sebuah kegatan. Pengawasan basanya dlakukan secara berkala selama proses berlangsungnya kegatan terkat. D dalam pelaksanaan pengawasan nlah BPD dapat melhat apakah kegatan yang sedang dlaksanakan tersebut merupakan kegatan yang ada dalam perencanaan, selanjutnya BPD melhat bagamana mekansme pelaksanaan kegatan tersebut apakah sudah sesua dengan yang drencanakan atau tdak. Dalam pelaksanaan kegatan yang menyangkut fsk (proyek) ataupun pengadaan barang dan jasa, BPD melhat apakah ada kesesuaan antara perencanaan dengan pelaksanaan melalu spesfkas yang sudah dtetapkan. Jka ddapat pelaksanaan tdak sesua maka BPD melakukan tndakan menghentkan sementara pelaksanaan kegatan dan mengadakan pertemuan antara perangkat desa, pelasana kegatan dan BPD untuk melhat kembal bagamana mekansme pekasanaan

18 pekerjaan, jka memang terdapat perubahan mekansme pelaksanaan pekerjaan harus dtuangkan dalam suatu perjanjan tertuls, namun apabla ada unsur kesenagajaan maka BPD akan memerntahkan untuk pelaksana kegatan segera menyesuakan kegatan tersebut dengan apa yang sudah dtetapkan dalam perencanaan awal. PENUTUP A. Kesmpulan Terjad sebuah pergeseran paradgma dtengah masyarakat d Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara mengena partspas dalam pelaksanaan pembangunan. Kurangnya partspas yang dberkan oleh masyarakat terhadap jalannya pembangunan fsk apabla program yang djalankan oleh pemerntah tdak mendapatkan upah. Implementas fungs pengawasan yang djalankan oleh BPD Desa Lobu pada setap tahapan dalam pengelolaan dana desa bervaras ada yang maksmal namun ada yang kurang karena tdak dlbatkan. Msalnya saja dalam tahap perencanaan. B. Saran Pengawasan BPD dalam Pengelolaan Alokas Dana Desa harus lebh telt dan dapat berperan langsung dalam penyusunan rencana kegatan, karena Fungs BPD adalah untuk mengawas setap kegatan yang ada d desa dan juga harus melbatkan Masyarakat dalam mengawas jalannya kegatan yang ada, karena BPD tdak selamanya berada d lokas dan melakukan pengawasan langsung Terwujudnya pelaksanaan peran dan fungs BPD secara maksmal d desa khususnya pada pengawasan kegatan dar Alokas Dana Desa (ADD) harus bekerjasama antara Kepala Desa beserta aparatur desa yang kooperatf dan menjadkan BPD sebaga mtra kerja yang sold sehngga mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerntahan desa yang bak DAFTAR PUSTAKA Bush, T. dan M. Coleman, Leadershp and Strategc Management n Educaton, (Yogyakarta: Ircsod, 2006) Dwyanto, A., Mewujudkan Good Governance Melalu Pelayanan Publk,. Gadjah Mada Unversty Press, Yogyakarta. Mahsun, M., Pengukuran Knerja Sektor Publk,. Penerbt BPFE, Yogyakarta. Moleong, Lexy, Metodolog Peneltan Kualtatf. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Muhadjr, N., 2000, Metodolog Peneltan Kualtatf. Penerbt Rave Sarasn. Yogyakarta.

19 Nordawan, D., Akuntans Sektor Publk. Salemba Empat : Jakarta. Sedarmayant, Manajemen Sumber Daya Manusa Reformas Brokras dan Manajemen Pegawa Neger Spl. PT Refka Adtama. Bandung. Subarsono, Analsa Kebyakan Publk. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sugyono, Metode Peneltan, Kuanttatf, Kualtatf, dan R&D. Ganesha. Bandung. Tarwyah, T., Kebjakan penddkan Era Otonom Daerah. Raja Grafndo Persada. Jakarta...., Manajemen Publk. PT Grameda Wdasarana Indonesa : Jakarta. Sumber Lannya : Undang-undang Nomor 33 Tahm 2004 tentang Permbangan Keuangan antara Pemerntah Pusat dan Pemerntah Daerah

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe Jurnal Sstem Informas Bsns 0(011) On-lne : http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/jsnbs 59 Sstem Informas Pendapatan Asl Daerah Pada Dnas Pendapatan Kabupaten Sanghe Alfranus Papuas a,*, Mustafd b, Eko Ad

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG JENJANG NLA PENGADAAN BARANG/JASA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci