KOMBINATORIKA. 4 Relasi Rekursif. D Uraian Materi

dokumen-dokumen yang mirip
CHAPTER 8. Advanced Counting Techniques

Kata kunci: definisi, relasi rekursi linier berkoefisien konstan, solusi relasi rekurensi, dan solusi homogen & partikelir

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo

Karena relasi rekurens menyatakan definisi barisan secara rekursif, maka kondisi awal merupakan langkah basis pada definisi rekursif tersebut.

Relasi Rekursi. Definisi Relasi Rekursi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran bertempat di

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.

KED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I

Design and Analysis of Algorithm

Design and Analysis of Algorithms CNH2G3- Week 5 Kompleksitas waktu algoritma rekursif part 2: Metode Karakteristik

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

SUKU BANYAK. Secara umum sukubanyak atau polinom dalam berderajat dapat ditulis dalam bentuk berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

I. PENDAHULUAN. diujikan. Bahkan, seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) pun,

KOMBINATORIKA. Erwin Harahap

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

BARISAN BILANGAN REAL

Part II SPL Homogen Matriks

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

LANDASAN TEORI. disebut dengan suku-suku. Perubahan antara suku-suku berurutan ditentukan oleh

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

BAB 4 SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan diberikan istilah-istilah, definisi-definisi dan identitas-identitas

2 BARISAN BILANGAN REAL

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pada barisan bilangan 2, 7, 12, 17,., b = 7 2 = 12 7 = = 5. Pada barisan bilangan 3, 7, 11, 15,., b = 7 3 = 11 7 = = 4

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR

FORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci. Rini Adha Apriani ABSTRACT

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Penulis : Rahmad AzHaris. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com

matematika wajib K-13 FUNGSI INVERS K e l a s f -1 Fungsi invers

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

TEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Tugas 1

2 BARISAN BILANGAN REAL

Barisan Deret ANALISIS REAL (BARISAN DAN DERET) Kus Prihantoso Krisnawan. August 30, Yogyakarta. Krisnawan Pertemuan 1, 2, & 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu

SOAL-SOAL PEMBAHASAN FUNGSI KOMPOSISI & INVERS FUNGSI

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

Limit Fungsi. semua x bilangan real, kecuali x = 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

LKS I. Jumlah barsel suku yang terbentuk... yaitu barsel suku ke... Nilai salah satu suku konstanta adalah...

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

Sistem Bilangan Ri l

PENENTUAN FAKTOR KUADRAT DENGAN METODE BAIRSTOW

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

Department of Mathematics FMIPAUNS

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q.

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

BAB II LANDASAN TEORI

BARISAN DAN DERET ARITMETIKA

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

Persamaan Diferensial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

FUNGSI BESSEL. 1. PERSAMAAN DIFERENSIAL BESSEL Fungsi Bessel dibangun sebagai penyelesaian persamaan diferensial.

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTAN MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH MOULTON

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

LIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

Dalam bentuk SPL masalah ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

Transkripsi:

D Uraian Materi 4 Relasi Rekursif KOMBINATORIKA Konsep relasi rekursif disajikan pada Definisi 4. Definisi 4. Relasi Rekursif untuk barisan {a n } didefinisikan sebagai sebuah persamaan yang menyatakan a n dalam salah satu atau lebih suku-suku sebelumnya, yaitu a 0, a 1,, a n 1, untuk semua n dengan n n 0 dengan n 0 bilangan bulat tak negatif. Selanjutnya, barisan {a n } dikatakan sebagai solusi dari relasi rekursif ini bila a n memenuhi relasi rekursif. Ilustrasi tentang relasi rekursif dijelaskan pada contoh-contoh berikut ini. Contoh 14. 1. Misal barisan {a n } memenuhi relasi rekursif a n = a n 1 a n 2 untuk n = 2,3,4, Serta diberikan nilai awal: a 0 = 3 dan a 1 = 5. Diperoleh: a 2 = a 1 a 0 = 5 3 = 2 a 3 = a 2 a 1 = 2 5 = 3 a 4 = a 3 a 2 = 3 2 = 5 a 5 = a 4 a 3 = 5 + 3 = 2 Dan seterusnya. Jelas bahwa a n mengaitkan dua suku sebelumnya. 2. Apakah barisan {a n } dengan a n = 3n merupakan solusi dari relasi rekursif a n = 2a n 1 a n 2 untuk n = 2,3,4, dengan n bilangan bulat tak negatif? Penyelesaian: Dengan mensubtitusi a n = 3n ke ruas kanan relasi rekursif, diperoleh: 2.3. (n 1) 3(n 2) = 6n 6 3n + 6 = 3n = a n Dapat dibuktikan bahwa a n = 3n memenuhi relasi rekursif. Jadi a n = 3n merupakan solusi dari relasi rekursif. 3. Bagaimana dengan barisan {a n } dengan a n = 2 n? Apakah barisan ini merupakan solusi dari relasi rekursif a n = 2a n 1 a n 2 untuk n = 2,3,4, Penyelesaian: Dengan mensubtitusi a n = 2 n ke ruas kanan relasi rekursif, diperoleh: 2. 2 n 1 2 n 2 = 2 n 0.25(2 n ) = 0.75(2 n ) a n Dapat dibuktikan bahwa a n = 2 n tidak memenuhi relasi rekursif.

Jadi a n = 2 n bukan solusi dari relasi rekursif. Relasi rekursif dapat digunakan untk memodelkan permasalahan real. Sebagai ilustrasi, diperhatikan contoh berikut ini. Contoh 15. 1. Barisan Fibonacci: Sepasang kelinci diletakkan di sebuah pulau. Pasangan kelinci ini tidak akan beranak sampai berumur 2 bulan, Setelah 2 bulan, setiap pasang kelinci akan menghasilkan sepasang kelinci lainnya setiap bulan. Misal f n menyatakan banyaknya pasangan kelinci setelah n bulan, relasi rekursif untuk barisan {f n } adalah f n = f n 1 + f n 2 2. Masalah derangement: Misal D n menyatakan banyak derangement dari n obyek berbeda. Diperhatikan kembali formula untuk menentukan D n. Jelas bahwa D 0 = 1, D 1 = 0, D 2 = 1, D 3 = 2, D 4 = 9, D 5 = 44, D 6 = 265, dan seterusnya. Relasi rekusif untuk menentukan D n sebagai berikut: D n = (n 1)D n 1 + D n 2 Menentukan solusi dari sebuah relasi rekursif sama dengan menentukan rumus eksplisit dari barisan {a n }. Metode untuk menentukan solusi dari sebuah relasi rekursif bergantung pada jenis relasi rekursif tersebut. Terdapat dua jenis relasi rekursif, yaitu relasi rekursif linear homogen dan relasi rekursif linear tak homogen. Definisi 5. Bentuk umum relasi rekursif linear homogen berderajat k dengan koefisien-koefisien konstan sebagai berikut: a n = c 1 a n 1 + c 2 a n 2 + + c k a n k (3) dengan c 1, c 2,, c k bilangan-bilangan real dan c k 0. Untuk lebih memahami bentuk relasi rekursif linear homogen berderajat k dengan koefisien konstan, diperhatikan contoh berikut ini. 1. P n = (1.11)P n 1, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 1 2. f n = 4f n 2, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 2 3. H n = 2H n 1 H n 2 + H n 3, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 3 4. H n = 2H n 1 H n 2 + H n 3 + H n 4, merupakan relasi rekursif linear homogen

berderajat 4. Langkah untuk menentukan solusi relasi rekursif homogen linear adalah dengan mensubtitusi bentuk a n = r n dengan r konstanta. Bentuk a n = r n solusi dari relasi rekursif (3) jika dan hanya jika a n memenuhi relasi rekursif (3). Dengan cara mensubtitusi a n = r n ke relasi rekursif (3), diperoleh persamaan karakteristik sebagai berikut: r k c 1 r k 1 + c 2 r k 2 + + c k 1 r c k = 0, dan akar dari persamaan tersebut di atas disebut akar-akar karakteristik. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) dibedakan berdasarkan akar-akar persaam karakteristiknya. Beberapa teorema yang dapat digunakan untuk menentukan bentuk solusi homogen relasi rekursif linear homogen berderajat k disajikan berikut ini. Teorema 5. Misal c 1, c 2 bilangan real dan persamaan r 2 c 1 r c 2 = 0 mempunyai dua akar berbeda r 1 dan r 2. Barisan {a n } solusi dari relasi rekursif a n = c 1 a n 1 + c 2 a n 2 jika dan hanya jika a n = α 1 r n 1 + α 2 r n 2, n = 0,1,2, dengan α 1 dan α 2 konstanta. Teorema 5 dapat diterapkan untuk menentukan bentuk solusi homogen relasi rekursif (3) berderajat 2 dengan semua akar karakteristik berbeda. Jika akar karakteristik dari relasi rekursif (3) berderajat 2 merupakan akar rangkap 2, dapat digunakan Teorema 6 untuk menentukan bentuk solusinya. Teorema 6. Misal c 1, c 2 bilangan real dan persamaan r 2 c 1 r c 2 = 0 mempunyai satu akar (rangkap) r 0. Barisan {a n } solusi dari relasi rekursif a n = c 1 a n 1 + c 2 a n 2 jika dan hanya jika a n = α 0 r n 0 + α 1 nr n 1, n = 0,1,2, dengan α 1 dan α 2 konstanta. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) berderajat-k dengan semua akar karakteristik berbeda, dapat ditentukan berdasarkan Teorema 7. Dengan kata lain, Teorema 7 lebih umum dari Teorema 6. Teorema 7. Misal c 1, c 2,, c k bilangan real dan persamaan r k c 1 r k 1 c 2 r k 2 c k 1 r c k = 0 mempunyai k akar berbeda r 1, r 2,, r k. Barisan {a n } solusi dari relasi rekursif a n = c 1 a n 1 + c 2 a n 2 + + c k a n k jika dan hanya jika

a n = α 1 r 1 n + α 2 r 2 n, + α k r k n, n = 0,1,2, dengan α 1, α 2,, α k konstanta. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) berderajat-k dengan akar karakteristik rangkap, dapat ditentukan berdasarkan Teorema 8. Dengan kata lain, Teorema 8 merupakan perumuman dari Teorema 6 Teorema 8. Misal c 1, c 2,, c k bilangan real dan persamaan r k c 1 r k 1 c 2 r k 2 c k 1 r c k = 0 mempunyai mempunyai t akar r 1, r 2,, r t berbeda dengan multiplisitas m 1, m 2,, m t dengan m 1 + m 2 + + m t = k. Barisan {a n } solusi dari relasi rekursif a n = c 1 a n 1 + c 2 a n 2 + + c k a n k jika dan hanya jika a n = (α 1,0 + α 1,1 n + + α 1,m1 1n m1 1 )r n 1 + (α 2,0 + α 2,1 n + + α 2,m2 1n m2 1 n )r 2 + + (α t,0 + α t,1 n + + α t,mt 1n m t 1 )r t n dengan n = 0,1,2, dan α i,j konstanta untuk 1 i t dan 0 j m i 1. Untuk lebih memahami cara menyelesaikan relasi rekursif linear homogen berderajat-k, diperhatikan contoh-contoh berikut ini. Contoh 16. Tentukan solusi dari relasi rekursif a n = 6a n 1 11a n 2 + a n 3 dengan kondisi awal a 0 = 2, a 1 = 5, a 2 = 15. r 3 6r 2 + 11r 6 = 0. Diperoleh akar-akar persamaan karakteristik: r = 1, r = 2 dan r = 3. Dengan demikian, bentuk solusinya sebagai berikut: a n = c 1. 1 n + c 2. 2 n + c 3. 3 n. a 0 = c 1 + c 2. 1 + c 3. 1 = 2 a 1 = c 1 + c 2. 2 + c 3. 3 = 5 a 2 = c 1 + c 2. 4 + c 3. 9 = 15

Dari tiga persamaan di atas, diperoleh solusi homogen: a n = 1 2 n + 2. 3 n. Contoh 17. Tentukan solusi dari relasi rekursif a n = 3a n 1 3a n 2 a n 3 dengan kondisi awal a 0 = 1, a 1 = 2, a 2 = 1. r 3 + 3r 2 + 3r + 1 = 0. Diperoleh akar-akar persamaan karakteristik: r = 1 dgn multiplisitas 3. Dengan demikian, bentuk solusinya sebagai berikut: a n = c 1. ( 1) n + c 2. n. ( 1) n + c 3. n 2. ( 1) n. a 0 = c 1. 1 + 0 + 0 = 1, Diperoleh: c 1 = 1 a 1 = c 1. ( 1) 1 + c 2. 1. ( 1) 1 + c 3. 1 2. ( 1) 1 = 2 a 1 = c 1. ( 1) 2 + c 2. 1. ( 1) 2 + c 3. 1 2. ( 1) 2 = 1 Dengan subtitusi nilai c 1 kedua persamaan terakhir, diperoleh solusi homogen a n = (1 + 3n 2n 2 )( 1) n. Contoh 18. Tentukan solusi dari relasi rekursif a n = 5a n 1 6a n 2, n 2 dengan kondisi awal a 0 = 1, a 1 = 0. r 2 5r + 6 = 0. Diperoleh akar-akar persamaan karakteristik: r = 2, dan r = 3 Dengan demikian, bentuk solusinya sebagai berikut: a n = c 1. 2 n + c 2. 3 n. a 0 = c 1. 1 + c 2. 1 = 1 a 1 = c 1. 2 + c 2. 3 = 0 Dari dua persamaan di atas, diperoleh solusi homogen:

a n = 3. 2 n 2. 3 n. Contoh 19. Tentukan solusi dari relasi rekursif a n = 4a n 2, n 2 dengan kondisi awal a 0 = 0, a 1 = 4. r 2 4 = 0. Diperoleh akar-akar persamaan karakteristik: r = 2, dan r = 2 Dengan demikian, bentuk solusinya sebagai berikut: a n = c 1. 2 n + c 2. ( 2) n. a 0 = c 1. 1 + c 2. 1 = 0 a 1 = c 1. 2 + c 2. ( 2) = 4 Dari dua persamaan di atas, diperoleh solusi homogen: a n = 1. 2 n ( 2) n. Contoh 20. Tentukan solusi dari relasi rekursif a n = 4a n 1 4a n 2, n 2 dengan kondisi awal a 0 = 1, a 1 = 0. r 2 4r + 4 = 0. Diperoleh akar-akar persamaan karakteristik: r = 2 (rangkap 2). Dengan demikian, bentuk solusinya sebagai berikut: a n = c 1. 2 n + c 2. n. 2 n. a 0 = c 1. 1 + 0 = 1, diperoleh c 1 = 1 a 1 = c 1. 2 + c 2. 2 = 0 Dari dua persamaan di atas, diperoleh solusi homogen: a n = 1. 2 n n. 2 n.