Barisan Deret ANALISIS REAL (BARISAN DAN DERET) Kus Prihantoso Krisnawan. August 30, Yogyakarta. Krisnawan Pertemuan 1, 2, & 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Barisan Deret ANALISIS REAL (BARISAN DAN DERET) Kus Prihantoso Krisnawan. August 30, Yogyakarta. Krisnawan Pertemuan 1, 2, & 3"

Transkripsi

1 ANALISIS REAL (BARISAN DAN DERET) Kus Prihantoso Krisnawan August 30, 0 Yogyakarta

2 Limit Monoton Pada bagian ini kita akan mencoba menebak bentuk umum dari suatu barisan.

3 Limit Monoton Pada bagian ini kita akan mencoba menebak bentuk umum dari suatu barisan. Contoh: Misalkan diberikan sebuah barisan (u n ) yang didefinisikan sbb: u 0 = u = u = dan [ ] un+3 U det n+ = n!, n 0. u n+ u n Buktikan bahwa u n Z untuk setiap n.

4 Limit Monoton Jawab: Bentuk relasi rekursif dari barisan (u n ) adalah u n+3 = u n+u n+ u n + n! u n

5 Limit Monoton Jawab: Bentuk relasi rekursif dari barisan (u n ) adalah u n+3 = u n+u n+ u n + n! u n Perhitungan untuk beberapa suku, diperoleh u 3 = + =

6 Limit Monoton Jawab: Bentuk relasi rekursif dari barisan (u n ) adalah u n+3 = u n+u n+ u n + n! u n Perhitungan untuk beberapa suku, diperoleh u 3 = + = u 4 = + = 3

7 Limit Monoton Jawab: Bentuk relasi rekursif dari barisan (u n ) adalah u n+3 = u n+u n+ u n + n! u n Perhitungan untuk beberapa suku, diperoleh u 3 = + = u 4 = + = 3 u 5 = 3 + = 4

8 Limit Monoton Jawab: Bentuk relasi rekursif dari barisan (u n ) adalah u n+3 = u n+u n+ u n + n! u n Perhitungan untuk beberapa suku, diperoleh u 3 = + = u 4 = + = 3 u 5 = 3 + = 4 u 6 = 4 3 u 7 = u 8 = = = 6 4 = 7 5 3

9 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5)

10 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar.

11 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 =

12 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 = Asumsikan rumus tersebut benar untuk u n+, u n+, dan u n sehingga

13 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 = Asumsikan rumus tersebut benar untuk u n+, u n+, dan u n sehingga u n+3 = u n+u n+ + n! (n + )(n ) n(n ) + n! = u n (n )(n 3)(n 5)

14 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 = Asumsikan rumus tersebut benar untuk u n+, u n+, dan u n sehingga u n+3 = u n+u n+ + n! (n + )(n ) n(n ) + n! = u n (n )(n 3)(n 5) (n + )n! + n! = (n )(n 3)(n 5) = (n + )n! (n )(n 3)(n 5)

15 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 = Asumsikan rumus tersebut benar untuk u n+, u n+, dan u n sehingga u n+3 = u n+u n+ + n! (n + )(n ) n(n ) + n! = u n (n )(n 3)(n 5) (n + )n! + n! = (n )(n 3)(n 5) = (n + )n! (n )(n 3)(n 5) = (n + )n(n ) shg dapat disimpulkan bahwa rumus tersebut benar.

16 Limit Monoton Kita perkirakan, rumus umum dari barisan tersebut adalah u n = (n )(n 3)(n 5) Selanjutnya, gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus yang diperoleh adalah benar. Untuk n = 3 maka u 3 = 3 = Asumsikan rumus tersebut benar untuk u n+, u n+, dan u n sehingga u n+3 = u n+u n+ + n! (n + )(n ) n(n ) + n! = u n (n )(n 3)(n 5) (n + )n! + n! = (n )(n 3)(n 5) = (n + )n! (n )(n 3)(n 5) = (n + )n(n ) shg dapat disimpulkan bahwa rumus tersebut benar. Dan karena n bilangan bulat maka (n + )n(n ) juga bilangan bulat.

17 Limit Limit Monoton Definisi: i. Sebuah barisan (x n ) dikatakan konvergen menuju L < jika dan hanya jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n L < ɛ untuk setiap n > n ɛ.

18 Limit Limit Monoton Definisi: i. Sebuah barisan (x n ) dikatakan konvergen menuju L < jika dan hanya jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n L < ɛ untuk setiap n > n ɛ. ii. Sebuah barisan (x n ) dikatakan menuju takhingga jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n > ɛ untuk n > n ɛ.

19 Limit Limit Monoton Definisi: i. Sebuah barisan (x n ) dikatakan konvergen menuju L < jika dan hanya jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n L < ɛ untuk setiap n > n ɛ. ii. Sebuah barisan (x n ) dikatakan menuju takhingga jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n > ɛ untuk n > n ɛ. Salah satu metoda untuk menentukan limit adalah the squeezing principle (teorema apit). The squeezing principle i. Jika a n b n c n untuk setiap n dan jika (a n ) dan (c n ) konvergen ke L < maka (b n ) juga konvergen ke L.

20 Limit Limit Monoton Definisi: i. Sebuah barisan (x n ) dikatakan konvergen menuju L < jika dan hanya jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n L < ɛ untuk setiap n > n ɛ. ii. Sebuah barisan (x n ) dikatakan menuju takhingga jika untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian hingga x n > ɛ untuk n > n ɛ. Salah satu metoda untuk menentukan limit adalah the squeezing principle (teorema apit). The squeezing principle i. Jika a n b n c n untuk setiap n dan jika (a n ) dan (c n ) konvergen ke L < maka (b n ) juga konvergen ke L. ii. Jika a n b n untuk setiap n dan (a n ) menuju takhingga maka (b n ) juga menuju takhingga.

21 Limit Limit Monoton Contoh: Misalkan (x n ) adalah barisan bilangan real sedemikian sehinga lim (x n+ x n ) = L. n Tunjukkan bahwa barisan (x n ) konvergen ke L.

22 Limit Limit Monoton Jawab: Berdasarkan hipotesis, didapat bahwa untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian sehingga jika n n ɛ, berlaku L ɛ < x n+ x n < L + ɛ

23 Limit Limit Monoton Jawab: Berdasarkan hipotesis, didapat bahwa untuk setiap ɛ > 0 terdapat n ɛ sedemikian sehingga jika n n ɛ, berlaku Sehingga L ɛ < x n+ x n < L + ɛ L ɛ < x n+ x n < L + ɛ (L ɛ) < 4x n+ x n+ < (L + ɛ) k (L ɛ) < k x n+k k x n+k < k (L + ɛ)

24 Limit Limit Monoton diperoleh ( k )(L ɛ) < k x n+k x n < ( k )(L + ɛ)

25 Limit Limit Monoton diperoleh ( k )(L ɛ) < k x n+k x n < ( k )(L + ɛ) ( k )(L ɛ) < x n+k k x n < ( )(L + ɛ) k

26 Limit Limit Monoton diperoleh ( k )(L ɛ) < k x n+k x n < ( k )(L + ɛ) ( k )(L ɛ) < x n+k k x n < ( )(L + ɛ) k pilih k sdm shg k x n < ɛ dan k (L ± ɛ) < ɛ. maka untuk m n + k L 3ɛ < x m < L + 3ɛ.

27 Limit Limit Monoton Contoh: Tunjukkan bahwa lim n n n =

28 Limit Limit Monoton Contoh: Tunjukkan bahwa lim n n n = Solusi: Nilai x n = n n > 0 untuk setiap n.

29 Limit Limit Monoton Contoh: Tunjukkan bahwa lim n n n = Solusi: Nilai x n = n n > 0 untuk setiap n. Perhatikan bahwa dengan menggunakan rumus binomial dapat diperoleh n = ( + x n ) n ( ) ( n n = + x n + ) ( xn n + + n ) x n n + + x n n.

30 Limit Limit Monoton Contoh: Tunjukkan bahwa lim n n n = Solusi: Nilai x n = n n > 0 untuk setiap n. Perhatikan bahwa dengan menggunakan rumus binomial dapat diperoleh n = ( + x n ) n ( ) ( n n = + x n + ) ( xn n + + n ) x n n + + x n n. Sehingga n > ( n ) x n,

31 Limit Limit Monoton dengan demikian untuk n. x n < n,

32 Limit Limit Monoton dengan demikian untuk n. x n < selanjutnya, karena 0 x n < n, n

33 Limit Limit Monoton dengan demikian untuk n. x n < selanjutnya, karena 0 x n < dan karena barisan ke 0. n, n n konvegen ke 0 maka (x n) konvergen

34 Limit Limit Monoton Contoh: Misalkan (a n ) adalah barisan bilangan real dengan sifat untuk setiap n terdapat bilangan bulat k dengan n k < n sedemikian sehingga a n = a k. Tunjukkan bahwa lim a n = 0. n

35 Limit Limit Monoton Contoh: Misalkan (a n ) adalah barisan bilangan real dengan sifat untuk setiap n terdapat bilangan bulat k dengan n k < n sedemikian sehingga a n = a k. Tunjukkan bahwa lim a n = 0. n Bukti: Definisikan barisan (b n ) sbb: b n = max{ a k, n k < n }.

36 Limit Limit Monoton Contoh: Misalkan (a n ) adalah barisan bilangan real dengan sifat untuk setiap n terdapat bilangan bulat k dengan n k < n sedemikian sehingga a n = a k. Tunjukkan bahwa lim a n = 0. n Bukti: Definisikan barisan (b n ) sbb: b n = max{ a k, n k < n }. Jika kita jabarkan deret ini maka didapatkan b = max{ a } b = max{ a, a 3 } b 3 = max{ a 4, a 5, a 6, a 7 } b n = max{ a n, a n +, a n }

37 Limit Limit Monoton Selanjutnya karena a n = a k untuk n k < n, maka 0 b n b n,

38 Limit Limit Monoton Selanjutnya karena a n = a k untuk n k < n, maka 0 b n b n, sehingga 0 b n b n b n b n 3 3 b n

39 Limit Limit Monoton Selanjutnya karena a n = a k untuk n k < n, maka 0 b n b n, sehingga 0 b n b n b n b n 3 3 b n Dengan lim n b n = 0, maka didapat lim n b n = 0.

40 Limit Limit Monoton Selanjutnya karena a n = a k untuk n k < n, maka 0 b n b n, sehingga 0 b n b n b n b n 3 3 b n Dengan lim n b n = 0, maka didapat lim n b n = 0. Di lain pihak kita dapatkan a n b n, untuk setiap n, sehingga dengan teorema squeez didapatkan bahwa (a n ) konvergen ke 0.

41 Monoton Limit Monoton Definisi: (x n ) dikatakan monoton naik jika x n x n+ untuk setiap n, dan monoton turun jika x n x n+ untuk setiap n.

42 Monoton Limit Monoton Definisi: (x n ) dikatakan monoton naik jika x n x n+ untuk setiap n, dan monoton turun jika x n x n+ untuk setiap n. Definisi: (x n ) dikatakan terbatas jika terdapat M > 0 sedemikian sehingga x n M untuk setiap n.

43 Monoton Limit Monoton Definisi: (x n ) dikatakan monoton naik jika x n x n+ untuk setiap n, dan monoton turun jika x n x n+ untuk setiap n. Definisi: (x n ) dikatakan terbatas jika terdapat M > 0 sedemikian sehingga x n M untuk setiap n. Teorema Weierstrass: monoton yang terbatas merupakan barisan konvergen.

44 Monoton Limit Monoton Contoh: Buktikan bahwa barisan (a n ), yang didefinisikan, a n = n, n adalah barisan konvergen.

45 Monoton Limit Monoton Contoh: Buktikan bahwa barisan (a n ), yang didefinisikan, a n = n, n adalah barisan konvergen. Bukti: a n adalah barisan monoton naik karena a n a n+. Kita akan buktikan bahwa barisan ini terbatas.

46 Monoton Limit Monoton Perhatikan bahwa a n = = n n n n

47 Monoton Limit Monoton Perhatikan bahwa a n = n = n n n = n n <

48 Monoton Limit Monoton Misalkan b n = b n+ = + b n maka

49 Monoton Limit Monoton Misalkan b n = b n+ = + b n maka Kita tahu bahwa b = <, sehingga jika b n < maka b n+ = + b n < + <.

50 Monoton Limit Monoton Misalkan b n = b n+ = + b n maka Kita tahu bahwa b = <, sehingga jika b n < maka b n+ = + b n < + <. Sehingga terbukti secara induktif bahwa b n < untuk setiap n.

51 Monoton Limit Monoton Misalkan b n = b n+ = + b n maka Kita tahu bahwa b = <, sehingga jika b n < maka b n+ = + b n < + <. Sehingga terbukti secara induktif bahwa b n < untuk setiap n. dengan demikian a n < b n < untuk setiap n ((an ) terbatas).

52 Monoton Limit Monoton Misalkan b n = b n+ = + b n maka Kita tahu bahwa b = <, sehingga jika b n < maka b n+ = + b n < + <. Sehingga terbukti secara induktif bahwa b n < untuk setiap n. dengan demikian a n < b n < untuk setiap n ((an ) terbatas). Karena barisan (a n ) naik dan terbatas maka (a n ) konvergen.

53 Berjatuhan Berjatuhan (Telescoping Sereies) Contoh Tentkan hasil dari n + n +

54 Berjatuhan Berjatuhan (Telescoping Sereies) Contoh Tentkan hasil dari Jawab: Perhatikan bahwa n + n + k + k + = k + k k + k = k + k

55 Berjatuhan Berjatuhan (Telescoping Sereies) Contoh Tentkan hasil dari Jawab: Perhatikan bahwa n + n + k + k + = k + k k + k = k + k Sehingga jumlahan di atas sama dengan ( )+( 3 )+( 4 3)+ +( n + n) = n +

56 Contoh Berjatuhan Misalkan a 0 =, a = 3, dan a n+ = a n +, dengan n. Tunjukkan bahwa a a + + a a n + + a n+ = untuk semua n.

57 Contoh Berjatuhan Misalkan a 0 =, a = 3, dan a n+ = a n +, dengan n. Tunjukkan bahwa a a + + a a n + + a n+ = untuk semua n. Jawab: Perhatikan bahwa a k+ = a k

58 Contoh Berjatuhan Misalkan a 0 =, a = 3, dan a n+ = a n +, dengan n. Tunjukkan bahwa a a + + a a n + + a n+ = untuk semua n. Jawab: Perhatikan bahwa a k+ = a k = (a k + )(a k )

59 Contoh Berjatuhan Misalkan a 0 =, a = 3, dan a n+ = a n +, dengan n. Tunjukkan bahwa a a + + a a n + + a n+ = untuk semua n. Jawab: Perhatikan bahwa sehingga a k+ = a k a k+ = = (a k + )(a k )

60 Contoh Berjatuhan Misalkan a 0 =, a = 3, dan a n+ = a n +, dengan n. Tunjukkan bahwa a a + + a a n + + a n+ = untuk semua n. Jawab: Perhatikan bahwa sehingga untuk k. a k+ = a k = (a k + )(a k ) a k+ = a k a k + ()

61 Contoh Berjatuhan Persamaan () sama dengan untuk k. a k + = a k a k+

62 Contoh Berjatuhan Persamaan () sama dengan untuk k. Sehingga a a n + = a k + = a k a k+

63 Contoh Berjatuhan Persamaan () sama dengan untuk k. Sehingga a k + = a k a k+ a a n + = a a + a a a n a n+

64 Contoh Berjatuhan Persamaan () sama dengan untuk k. Sehingga a k + = a k a k+ a a n + = a a + a a a n a n+ = a a n+

65 Contoh Berjatuhan Persamaan () sama dengan untuk k. Sehingga a k + = a k a k+ a a n + = a a + a a a n a n+ = a a n+ = a n+.

66 Contoh Berjatuhan Dengan demikian a a n + + a n+ = a a n+ + a n+

67 Contoh Berjatuhan Dengan demikian a a n + + a n+ = a a n+ + a n+ = a = untuk semua n.

68 Contoh Berjatuhan Tentukan 49 n= n + n

69 Contoh Berjatuhan Tentukan Jawab: Kita punya n + n = 49 n= n + n ( n+ + ) n

70 Contoh Berjatuhan Tentukan Jawab: Kita punya n + n = = 49 n= n + n ( n+ + n+ + n ) n

71 Contoh Berjatuhan Tentukan Jawab: Kita punya n + n = = = 49 n= n + n ( n+ + n+ + n+ n n n+ n ) n

72 Contoh Berjatuhan Tentukan Jawab: Kita punya n + n = = = 49 n= n + n ( n+ + n+ + n+ n n n+ n ) n n + = n.

73 Contoh Berjatuhan sehingga 49 n= n + n = 49 n= n + n

74 Contoh Berjatuhan sehingga 49 n= n + n = = n + n n=

75 Contoh Berjatuhan sehingga 49 n= n + n 49 n + n = n= + + = = + +

76 Contoh Berjatuhan sehingga 49 n= n + n 49 n + n = n= + + = = + + = =

77 Berjatuhan Limit Fungsi Tentukan lim x (x + x + x ) x Jawab:

78 Limit Fungsi Berjatuhan Tentukan lim x (x + x + x ) x Jawab: ( lim x x + x + x ) x x + x + x x = lim x x + x + x + x

79 Limit Fungsi Berjatuhan Tentukan lim x (x + x + x ) x Jawab: ( lim x x + x + x ) x x + x + x x = lim x x + x + x + x = lim x x + + x + + x 3

80 Limit Fungsi Berjatuhan Tentukan lim x (x + x + x ) x Jawab: ( lim x x + x + x ) x x + x + x x = lim x x + x + x + x = lim x x + + x + + x 3 =

81 Example Berjatuhan. Find the gcd of 704 and 4!

82 Example Berjatuhan. Find the gcd of 704 and 4! Answer:

83 Example Berjatuhan. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 =

84 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = =

85 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = =

86 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = =

87 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = =

88 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8

89 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: Thus, gcd(704, 4) = = = = = = = 5 8

90 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8 Thus, gcd(704, 4) = 8.. Find the gcd of x 3 and x!

91 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8 Thus, gcd(704, 4) = 8.. Find the gcd of x 3 and x! Answer:

92 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8 Thus, gcd(704, 4) = 8.. Find the gcd of x 3 and x! Answer: x 3 = x (x ) + (x )

93 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8 Thus, gcd(704, 4) = 8.. Find the gcd of x 3 and x! Answer: x 3 = x (x ) + (x ) x = (x + ) (x )

94 Berjatuhan Example. Find the gcd of 704 and 4! Answer: 704 = = = = = = 5 8 Thus, gcd(704, 4) = 8.. Find the gcd of x 3 and x! Answer: x 3 = x (x ) + (x ) x = (x + ) (x )

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN Pertemuan ke-: 10, 11, dan 12 Penyusun : Kosim Rukmana Materi: Barisan Bilangan Real 7. Barisan dan Limit Barisan 6. Teorema Limit Barisan 7. Barisan Monoton URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN 7. Barisan dan

Lebih terperinci

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 29, 2011 Dalam kisah Zeno tentang perlombaan lari antara Achilles dan seekor kura-kura, ketika Achilles mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB   September 26, 2011 (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 26, 2011 Diberikan sejumlah terhingga bilangan a 1,..., a N, kita dapat menghitung jumlah a 1 + + a N. Namun,

Lebih terperinci

) dengan. atau sub barisan (subsequences) dari X ,,,..., kemudian dipilih hasil index barisan Contoh, jika X =

) dengan. atau sub barisan (subsequences) dari X ,,,..., kemudian dipilih hasil index barisan Contoh, jika X = Section 3.4 Barisan Bagian dan Teorema Bolzano Weierstrass Di bagian ini kita akan diberikan konsep dari barisan bagian dari barisan bilangan real. Secara informal, barisan bagian dari barisan adalah satu

Lebih terperinci

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. (TIU) : 1. Pendahuluan Mahasiswa dapat memahami pengertian dan konsep himpunan, fungsi dan induksi matematik, mampu menerapkannya dalam penyelesaian soal dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. November 19, 2007 Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa grafiknya tidak terputus

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret BAGIAN PERTAMA Bilangan Real, Barisan, Deret 2 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 3 0. BILANGAN REAL 0. Bilangan Real sebagai Bentuk Desimal Dalam buku ini pembaca diasumsikan telah mengenal dengan

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. disebut dengan suku-suku. Perubahan antara suku-suku berurutan ditentukan oleh

LANDASAN TEORI. disebut dengan suku-suku. Perubahan antara suku-suku berurutan ditentukan oleh II. LANDASAN TEORI Barisan adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut suatu urutan tertentu. Nilai-nilai dari suatu fungsi yang daerah asalnya himpunan bilangan asli disebut dengan suku-suku.

Lebih terperinci

18. SOAL-SOAL NOTASI SIGMA, BARISAN, DERET DAN INDUKSI MATEMATIKA

18. SOAL-SOAL NOTASI SIGMA, BARISAN, DERET DAN INDUKSI MATEMATIKA 8. SOAL-SOAL NOTASI SIGMA, BARISAN, DERET DAN INDUKSI MATEMATIKA UN00.Nilai (n 6). n A. 88 B. 00 C. 00 D. 97 E. 060 n (n 6) (. 6) + (. 6) + (. 6)+ + (. 6) + 9 + +...+ 99 a b 9 9 n n(akhir) (n(awal)-) (-)

Lebih terperinci

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: DERET TAK HINGGA Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: u k = u 1 + u 2 + u 3 + + u k + Bilangan-bilangan u 1, u 2, u 3, disebut suku-suku dalam deret tersebut.

Lebih terperinci

Pertemuan ke-10: UJI PERBANDINGAN, DERET BERGANTI TANDA, KEKONVERGENAN MUTLAK, UJI RASIO, DAN UJI AKAR

Pertemuan ke-10: UJI PERBANDINGAN, DERET BERGANTI TANDA, KEKONVERGENAN MUTLAK, UJI RASIO, DAN UJI AKAR Pertemuan ke-0: UJI PERBANDINGAN, DERET BERGANTI TANDA, KEKONVERGENAN MUTLAK, UJI RASIO, DAN UJI AKAR Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 205 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus II Bogor, 205

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT May 26, 203 A Lecture Note Acknowledgement of Sources For all ideas taken from other sources (books, articles, internet), the source of the ideas is mentioned in the

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga, DERET TAK HINGGA Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan Definisi Deret tak hingga,, konvergen dan mempunyai jumlah S, apabila barisan jumlah jumlah parsial konvergen menuju S.

Lebih terperinci

Dwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret 1. KONVERGENSI DERET

Dwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret   1. KONVERGENSI DERET 1. KONVERGENSI DERET Suatu barisan disebut konvergen jika terdapat bilangan Z yang setiap lingkungannya memuat semua. Jika bilangan Z itu ada maka dapat ditulis: lim sehingga dapat dikatakan bahwa barisan

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Eudoxus & Lingkaran Fakta bahwa luas lingkaran sebanding dengan kuadrat diameternya dibuktikan* secara rigorous oleh Eudoxus

Lebih terperinci

BARISAN BILANGAN REAL

BARISAN BILANGAN REAL BAB 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut pola tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U

Lebih terperinci

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS Dalam bab ini akan kita bahas pengertian tentang sub barisan dari barisan bilangan real, yang lebih umum dibandingkan ekor suatu barisan, serta dapat

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan ANALISIS REAL 1 Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan kemampuan pada mahasiswa agar dapat memahami pernyataan-pernyataan matematika secara baik dan benar, berpikir secara logis, kritis dan sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konvergensi barisan bilangan real mempunyai banyak peranan dan aplikasi yang cukup penting pada beberapa bidang matematika, antara lain pada teori optimisasi,

Lebih terperinci

MATEMATIKA 2. DERET Series ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

MATEMATIKA 2. DERET Series ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG MATEMATIKA DERET Series ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG BARISAN VS DERET BARISAN (Sequences) Himpunan besaran u 1, u, u 3, yang

Lebih terperinci

BAB I TEOREMA TEOREMA LIMIT BARISAN

BAB I TEOREMA TEOREMA LIMIT BARISAN BAB I TEOREMA TEOREMA LIMIT BARISAN Definisi : Barisan bilangan real X = (x n ) dikatakan terbatas jika ada bilangan real M > 0 sedemikian sehingga x n M untuk semua n N. Catatan : X = (x n ) terbatas

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3. Topologi Garis Bilangan Real 3.1 Teori Limit Limit, supremum, dan infimum Titik limit 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup 3.3

Lebih terperinci

Metoda Pembuktian: Induksi Matematika

Metoda Pembuktian: Induksi Matematika Metoda Pembuktian: 1 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo January 14, 011 ILUSTRASI Figure: Ilustrasi Induksi Reaksi Berantai Pada ilustrasi di atas, kartu-kartu disusun

Lebih terperinci

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 0

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 2. Konstruksi Bilangan Real 2.1 Barisan Cauchy Motivasi & Definisi 2.2 Sistem Bilangan Real sbg Lapangan Terurut Aritmetika pada bilangan

Lebih terperinci

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional BAB III PECAHAN KONTINU dan PIANO A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional Sekarang akan dibahas tentang pecahan kontinu tak hingga yang diawali dengan barisan tak hingga bilangan bulat mendefinisikan

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup Titik limit dari suatu himpunan tidak harus merupakan anggota himpunan tersebut. Pada interval

Lebih terperinci

Pengantar : Induksi Matematika

Pengantar : Induksi Matematika Pengantar : Induksi Matematika Analisis Real /2 SKS/ Ega Gradini, M.Sc Induksi Matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa sebuah pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Pembuktian

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4. Fungsi Kontinu 4.1 Konsep Kekontinuan Fungsi kontinu Limit fungsi dan limit barisan Prapeta himpunan buka 4.2 Sifat-Sifat Fungsi

Lebih terperinci

KARTU SOAL URAIAN. KOMPETENSI DASAR (KD): 4.1 Menentukan suku ke-n barisan dan jumlah n suku deret aritmatika dan geometri

KARTU SOAL URAIAN. KOMPETENSI DASAR (KD): 4.1 Menentukan suku ke-n barisan dan jumlah n suku deret aritmatika dan geometri . Siswa dapat menentukan suku pertama, beda/rasio, rumus suku ke-n dan suku ke-n, jika diberikan barisan bilangannya NO. SOAL: 31 Tentukan suku pertama, beda atau rasio, rumus suku ke-n, dan suku ke-10

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 2 LATIHAN 1. Jawab: Jawab:

LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 2 LATIHAN 1. Jawab: Jawab: NAMA : KELAS : C. BARISAN DAN DERET GEOMETRI 1. BARISAN GEOMETRI (B.G) Barisan Geometri adalah suatu barisan dengan rasio antara dua suku yang berurutan selalu tetap dan sama. 1) Perhatikan bentuk di bawah:

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan BARISAN DAN DERET Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP. 19640121 199010 1 001 Pola Barisan Bilangan Beberapa urutan bilangan yang sering kita pergunakan mempunyai pola tertentu. Pola ini Sering digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan Pada bagian A ini pembahasan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama membahas mengenai transformasi

Lebih terperinci

Pembuktian dengan Induksi Matematik

Pembuktian dengan Induksi Matematik Pembuktian dengan Induksi Matematik Contoh Soal Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PIM September 2012 1 / 24 Example Dengan induksi matematik, buktikan bahwa

Lebih terperinci

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo Relasi Rekursi Matematika Informatika 4 Onggo Wiryawan @OnggoWr Definisi Definisi 1 Suatu relasi rekursi untuk sebuah barisan {a n } merupakan sebuah rumus untuk menyatakan a n ke dalam satu atau lebih

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 1, 2007 Diberikan sebuah fungsi yang terdefinisi pada interval (a, b) kecuali mungkin di

Lebih terperinci

12. BARISAN DAN DERET

12. BARISAN DAN DERET . BARISAN DAN DERET A. BARISAN ARITMETIKA DAN GEOMETRI U, U, U 3,,U n adalah barisan suatu bilangan yang memiliki ciri khusus sebagai berikut Barisan Ciri utama Rumus suku ke-n Suku tengah Sisipan k bilangan

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Pertama)

Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu IV) Outline 1 Fungsi Variabel Kompleks 2 Pemetaan/Transformasi/Mappings

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 09 Matematika

Antiremed Kelas 09 Matematika Antiremed Kelas 09 Matematika Deret Bilangan - Latihan Soal Doc. Name: AR09MAT0613 Version: 2013-10 halaman 1 01a Berapakah nilai deret aritmatika di bawah (A) 1 + 2 + 3 + 4 + + 100 01b Berapakah nilai

Lebih terperinci

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ -LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS DERET. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

MATEMATIKA BISNIS DERET. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen MATEMATIKA BISNIS Modul ke: DERET Fakultas Ekonomi Bisnis Muhammad Kahfi, MSM Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Konsep Barisan (sequence) adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut

Lebih terperinci

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif Diferensial merupakan topik yang cukup 'baru' dalam matematika. Dimulai sekitar tahun 1630 an oleh Fermat ketika menghadapi masalah menentukan garis singgung kurva, dan juga masalah menentukan maksimum

Lebih terperinci

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan 4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan

Lebih terperinci

BAB III INDUKSI MATEMATIKA

BAB III INDUKSI MATEMATIKA BAB III INDUKSI MATEMATIKA BAB III INDUKSI MATEMATIKA 3.1 Pendahuluan Dalam bidang matematika tidak jarang ditemui pola-pola induktif yang melibatkan himpunan indeks berupa himpunan bilangan asli atau

Lebih terperinci

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 3. Perumusan Penduga Misalkan N adalah proses Poisson non-homogen pada interval 0, dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas

Lebih terperinci

MATRIKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATRIKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATRIKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Jurusan SKS Kode M. Kuliah : Kalkulus IA : Teknik Elektro : 2 SKS : KD-0420 Minggu ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran

Lebih terperinci

Deret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14

Deret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14 Deret Binomial Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII June 25, 2015 Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, 2015 1 / 14 Pendahuluan Deret Binomial Kita telah mengenal Rumus Binomial. Untuk bilangan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI SISTEM BILANGAN REAL. Sifat Aljabar Bilangan Real......................2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real.............4 Supremum

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan

Lebih terperinci

Bab 4. Koefisien Binomial

Bab 4. Koefisien Binomial Bab 4. Koefisien Binomial Koefisien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari hasil penjabaran penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan, misalnya (a + b) n. Sepintas terlihat bahwa ekspresi

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diujikan. Bahkan, seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) pun,

I. PENDAHULUAN. diujikan. Bahkan, seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) pun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini sangat dirasakan interaksinya dengan bidang ilmu yang lain. Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga bangku Sekolah Menengah Atas (SMA),

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Matematika Dasar

BARISAN DAN DERET. Matematika Dasar BARISAN DAN DERET 8.1 BARISAN BILANGAN A. Mengenal pengertian barisan suatu bilangan Perhatikan ilustrasi berikut! Seorang karyawan pada awalnya memperoleh gaji sebesar Rp.600.000,00. Selanjutnya, setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL Ukhti Raudhatul Jannah Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan Abstrak: Tulisan

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

Soal Ujian Komprehensif

Soal Ujian Komprehensif Soal Ujian Komprehensif Bahan ujian komprehensif memuat konsep-konsep penting pada bidang: Kalkulus, dan Matriks / Aljabar Linear. Logika, Soal ujian disediakan secara terbuka, dapat diperoleh setiap saat

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Bab 3 Induksi Matematika Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2.1. Menghayati perilaku disiplin, sikap kerjasama, sikap kritis

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

21. BARISAN DAN DERET

21. BARISAN DAN DERET 2. BARISAN DAN DERET A. BARISAN ARITMETIKA DAN GEOMETRI U, U 2, U 3,,U n adalah barisan suatu bilangan yang memiliki ciri khusus sebagai berikut Barisan Ciri utama Rumus suku ke-n Suku tengah Sisipan k

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA. Penekatan Kalkulus: menefinisikan fungsi logaritma natural sebagai integral Panang sebuah fungsi yang iefinisikan engan menggunakan integral: (.) L(x) = t t. Dari Teorema

Lebih terperinci

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q.

1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q. Diskusi Kelompok (I) Waktu: 100 menit Selasa, 23 September 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q. (a) Mahasiswa perlu membawakan

Lebih terperinci

Modul 1 : Barisan dan Deret Takhingga. Kegiatan Belajar 1 : Barisan Takhingga. Kegiatan Belajar 2 : Deret Takhingga.

Modul 1 : Barisan dan Deret Takhingga. Kegiatan Belajar 1 : Barisan Takhingga. Kegiatan Belajar 2 : Deret Takhingga. ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kalkulus 2 yang disajikan pada bahan ajar ini membahas materi tentang barisan, deret, dan integral. Pembahasan barisan dan deret hanya sekitar 11 persen dari dari keseluruhan

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3.3 Himpunan Kompak Himpunan tak terhingga lebih sulit ditangani daripada himpunan terhingga. Namun ada himpunan tak terhingga yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSATAKA

II. TINJAUAN PUSATAKA 4 II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Operator Definisi 2.1.1 (Kreyszig, 1989) Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator. Definisi 2.1.2 (Kreyszig, 1989) Diberikan ruang Bernorm

Lebih terperinci

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 3, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 3, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. October 3, 2011 6.3 Limit Sepihak, Limit di Tak Hingga, dan Limit Tak Hingga Bila sebelumnya kita mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Fungsi Variabel Banyak Bernilai Real Turunan Parsial dan Turunan Wono Setya Budhi KK Analisis dan Geometri, FMIPA ITB Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Turunan Parsial dan Turunan Usaha pertama untuk

Lebih terperinci

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT. Pendahuluan Well-Ordering Principle Jika S himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong, maka S memiliki sebuah unsur terkecil. Unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, serta teorema-teorema yang mendukung

Lebih terperinci

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni FUNGSI PEMBANGKIT Ismail Sunni 3508064 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 0, Bandung If8064@students.if.itb.ac.id ismailsunni@yahoo.co.id ABSTRAK Fungsi Pembangkit

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 09 Matematika

Antiremed Kelas 09 Matematika Antiremed Kelas 09 Matematika Latihan Ulangan Barisan dan Deret Bilangan Doc. Name: AR09MAT0698 Version: 03- halaman 0. Suku ke-40 dari barisan 7, 5, 3,, adalah (UAN 003) -69 (B) -7 (C) -73 (D) -75 0a

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET MATERI PENDAMPING OLIMPIADE MATEMATIKA MA/SMA

BARISAN DAN DERET MATERI PENDAMPING OLIMPIADE MATEMATIKA MA/SMA BARISAN DAN DERET MATERI PENDAMPING OLIMPIADE MATEMATIKA MA/SMA I. SISTEM BILANGAN REAL DAN OPERASINYA II. NOTASI SIGMA III. BARISAN BILANGAN IV. DERET BILANGAN V. INDUKSI MATEMATIKA DISUSUN OLEH : AHAMD

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 0 A. Identitas Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Analisis merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari antara lain barisan, limit, deret, kekontinuan, kekonvergenan, integral, dan yang lainnya.

Lebih terperinci

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

FUNGSI COMPUTABLE.  Abstrak FUNGSI COMPUTABLE Ahmad Maimun 1, Suarsih Utama. 1, Sri Mardiyati 1 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 ahmad.maimun90@gmail.com, suarsih.utama@sci.ui.ac.id, sri_math@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN Peta Konsep Barisan dan Deret Bilangan mempelajari Pola bilangan Barisan bilangan Deret bilangan jenis jenis Aritmatika Geometri Aritmatika Geometri mempelajari Sifat Rumus

Lebih terperinci