BAB II TINJAUANN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN SISTEM REPOSITORI PENGETAHUAN BERBASIS ONTOLOGI DAN JARINGAN SEMANTIK (Studi Kasus pada Perpustakaan UNIKA St.

BAB II TINJAUAN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

RANCANG BANGUN APLIKASI ENSIKLOPEDIA WAYANG BERBASIS ANDROID

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Nama : Perli Iswanto KLS : 4EA04 NPM :

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN CEMPAKA WANARAJA KECAMATAN GARUT KOTA

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Bala Keselamatan di Indonesia

sangga buana sakti sangga buana sakti company profile General Supplier and Contractor S B WORK BACKBONE BACKHAUL

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPARASI PROYEK KONSTRUKSI KONTRAKTUAL DENGAN PROYEK KONSTRUKSI BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TESIS

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Oleh: Siswanto SMP Negeri 1 Pogalan, Trenggalek

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16

Oleh: Anjariyah SD Negeri 2 Baruharjo, Durenan, Trenggalek

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

PENGARUH STRATEGI PENGORGANISASIAN ELABORASI DAN GAYA KOGNITIF SPASIAL MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GAMBAR MESIN

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

BAB III METODE PENELITIAN

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

STATISTIK FERMI - DIRAC

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PENGARUH PENGAWASAN TEKNIS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN PERDESAAN (SP-3)

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) KESUSASTRAAN KOREA

SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Pendidikan Sistem Ganda

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Teori Antrian di PT. BANK NISP Tbk. Cabang Kesatuan Bogor

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

PENGARUH SELF-EFFICACY, LOCUS OF CONTROL DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP KEMATANGAN KARIR MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Transkripsi:

BAB II TINJAUANN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM 2.1. Pengertian Mueum Kata mueum beraal dari bahaa Yunani Mueion yang berarti tempat memuja (kuil) bagi para mue (9 dewi yang dijadikan lambing ebagai ilmu pengetahuan dan k keenian)(sumber:eniklopedi Naional Indoneia, 1990). Pada tahun 200 SM, kata itu dipakai ebagai nama lokai perputakaan dan penelitian di Alexandria, Meir Kuno. Dari dahulu mueum adalah intitui yang menyimpan koleki benda-benda eni dan pendidikan bagi mayarakat umum (Sumber:Artikel Memberdayakan Mueum, 2003). Definii mueum berdaarkan konfereni umum ICOM (International Council of Mueum) ) yang ke-10 di Kopenhagen tahun 1974 adalah uatu lembaga yang berifat badan hokum tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada mayarakat, tetapi untuk kemajuan mayarakat dan lingkungannya, ertaa terbuka untuk umum. Mueum melakanakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riet, komunikai, dan pameran egala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manuia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan pengkajian, penelitian dan keenanagan. Berdaarkan pengertian di ata, dapat diimpulkan, mueum adalah uatu badan ilmiah yang berfungi ebagai puat penelitian dan penyebaran informai hitori dan ilmu pengetahuan erta bertuga mengumpulkan, menyelamatkan, dann menginformaikannya kepada mayarakat, ehingga dapat digunakan dalam rangka pembinaan, pengembangan dan kebudayaan dan pengembangan banga. 2.2. Klaifikai Mueum Menurut ICOM, mueum dapat diklaifikaikan dalam enam kategori, yaitu : a. Art Mueum (Mueum Seni) Judhietira Paramithaa 12430 II-1

b. Archeologi and Hitory Mueum (Mueum Sejarah dan Arkeologi) c. Ethnographical Mueum (Mueum Naional) d. Natural Hitory Mueum (Mueum Ilmu Alam) e. Science and Technology Mueum (Mueum IPTEK) f. Specialized Mueum (Mueum Khuu) Menurut penyelenggaraannya, mueum dapat dibagii menjadi dua, yaitu : a. Mueum Pemerintah, yaitu mueum yang dielenggarakan dan dikelola oleh pemerintah baik pemerintah puat atau pemerintah daerah. b. Mueum Swata, yaitu mueum yang didirikan dan dielenggarakan oleh pereorangan. Berdaarkan tingkatan kolekinya, mueum dapat dibagi 3, yaitu : a. Mueum Naional, yaitu mueum yang memiliki benda koleki dalam taraf naional atau dari berbagai daerah di Indoneia. b. Mueum Regional, yaitu mueum yang benda kolekinya terbata dalam lingkup daerah regional. c. Mueum Lokal, yaitu mueum yang benda kolekinya hanyaa terbata pada hail budaya daerah terebut. Tipe mueumm menurut Joep Montaner (1990) ditinjau ecara berama-ama dari egi program, ukuran, bentuk, dan komplekitanya adalah ebagai berikut : a. Komplek kebudayaan Komplek kebudayaan merupakan uatu tempat yang di dalamnya terdapat mueum dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan pameran. Di dalam komplek kebudayaan ini kegiatan mueum merupakan bagian dari eluruh kegiatan yang ada. Selain itu, ada ruang-ruang eperti perputakaan, auditorium, teater, puat adminitrai, lembaga- retoran, lembaga kebudayaan, puat kegiatan komerial eperti pertokoan, dan ebagainya. Judhietira Paramithaa 12430 II-2

b. Galeri Seni Naional Jeni galeri ini termauk dalam kelompok tipe mueumm yang ada di dalamnya mewadahi koleki-koleki berbagai macam eni. Jeni eni yang diwadahi berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah etempat yang memiliki nilai hitori. c. Mueum Seni Kontemporer Mueum difungikan ebagai wadah koleki benda-benda eni kontemporer. Benda-benda eni yang dipamerkan merupakan hail perkembangan eni yang telah mulai meninggalkan kean tradiionalnya. Contohnya aliran eni Dadaime 1, Surealime 2, kontruktivime dan lain ebagainya yang emuanya berpengaruh pula pada karakteritik ruang- pada apek- ruang pamernya, menjadi lebih flekibel dengan penekanan apek kualita pendukung viualiai obyek-obyek yang dipamerkan. d. Mueum IPTEK dan Indutri Karakteritik mueum ini terdapat pada kolekinya yang berupa benda- dan benda yang berhubungan dengan kegiatan ilmu pengetahuan teknologi erta hail-hail kemajuan indutri. Mueum ini juga berfungi ebagai puat pendidikan atau puat penelitian. Secara umum ruang-ruang untuk kegiatan pameran dipergunakan juga ebagai ruang peraga, ehingga alat-alat yang digunakan ebagai arana pameran biaanya berupa panel-panel, foto-foto, diorama, lide, preentai ecara audioviual, perlengkapan alat demontrai, model, dan hail-hail reprodukinya. e. Mueum yang Bertemakan Sejarah dan Kebudayaan Suatu Kota f. Pada jeni mueum ini karakteritik ruang-ruang pameran berhubungan erat dengan obyek-obyek yang bernilai ejarah. Selain itu, hal-hal berkaitan dengan bidang etnologi, antropologi, eni, dan kerajinan 1 Dadaime adalah ebuah gerakan kebudayaan yang berawal dari wilayah netral Zürich, Swi, elama Perang Dunia I dan memuncak dari tahun 1916 ampai tahun 1920 2 Surealime adalah gerakan budaya yang berawal tahun 1920an dan terkenal karena karya viual erta tulian dari anggota kelompok terebut. Ciri karya ureali ialah adanya kejutan (element of urprie), kombinai unik dan non equitur Judhietira Paramithaa 12430 II-3

tangan. Tiap-tiapp jeni obyek pameran terpiah euaii dengan tema ruang pamerannya ehingga pada mueum ini pamerannyaa lebih berifat heterogen, contohnya Whitechapel Art Gallery, London yang berada di tengah kota. g. Galeri dan Puat Seni Kontemporer Pada prinipnya Galeri dan Puat Seni Kontemporer ini memiliki tipologi bangunan yang ama dengan Mueum Seni Kontemporer. Perbedaan karakteritiknya dilihat dari maing-maing kegiatan. Galeri eni berifat privat dari egi kepemilikan, edangkan untuk Puat Seni Kontemporer lebih berifat umum. Dapat dikatakan bahwa kedia tipe bangunan terebut ebenarnya merupakan bagian dari kegiatan yang ada pada Mueum Seni Kontemporer yang didaarkan pada kebebaan pengilahan ruang ecara flekibel untuk mewadahi kegiatan-kegiatan eni yang berifat ekperimental. Sifat pamerannya lebih kearah nonn permanen dan ada uatu kegiatan promoi dari ang eniman dalam menggelar karya- berpengaruh karya eninya. Dalam hal ini campur tangan eniman banyak pula terhadap penataan ruang pamerannya. 2.3. Tuga dan Fungi Mueum a. Tuga Mueum Mueum ebagai ebuah lembaga non profit menyandang berbagai tuga. Secara umum tuga yang diandangnya adalah memberikan pelayanan pada mayarakat tentang hail ocial budaya uatu mayarakat atau peradaban uatu banga. Sedangkan lebih khuu lagi antara lain : 1. Mengumpulkan koleki Aktif beruaha memperbanyak benda koleki elengkap mungkin dari mueum terebut. 2. Memelihara Fiik : Pengawetan benda koleki untuk mencegah agar tidak ruak dan munah. Judhietira Paramithaa 12430 II-4

Non fiik : Mendokumentaikan nilai-nilai ejarah dan eni yang terkandung dalam benda koleki. 3. Mengamankann Mengamankann benda koleki erta mencegahnya dari keruakan. 4. Memayarakatkan koleki Dengan memberikan penerangan kepada mayarakat, ebagai objek pendidikan, pengetahuan, ataupun objek riet. b. Fungi Mueum Menurut ICOM, mueum mempunyai 9 fungi yang diebut Nawa Darma, yaitu : 1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warian budaya dan alam 2. Tempat dokumentai dan penelitian 3. Konervai dan preparai 4. Media penyebaran dan perantaraan ilmu untuk umum 5. Tempat pengenalan dan penghayatan eni 6. Viualiai warian budaya dan alam 7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar banga 8. Cermin pertumbuhan dan peradaban banga 9. Pembangkit raa bertaqwa dan beryukur kepada Tuhan Yang Maha Ea Sedangkan fungi utama (tandar bangunan mueum) yang haru dimiliki oleh ebuah mueum (A Good Mueum Include Thee Baic Function)(Sumber : Majalah Ilmu Permueuman, 1988) adalah : 1. Fungi Kuraterial (Curatorial) 2. Fungi Pameran (Diplay) 3. Fungi Periapan Pameran (Diplay Preparation) 4. Fungi Pendidikan (Education) Judhietira Paramithaa 12430 II-5

2.4. Organiai dan Pengelolaan Mueum Tenaga-tenaga yang diperlukan dalam mueum antara lain : a. Kepala Mueum (manajemen) b. Tenaga Tata Uaha (adminitrai, regitrai, dan koleki) c. Tenaga Konervai (ahli kimia, fiika, biologi, pengetahuan bahan, dan pencegahan keruakan koleki) d. Tenaga Preparai (teknik pameran, ering diatukan dengan bidang konervai) e. Tenaga Bimbingan (aktivita tudi, publikai, dan mengkomunikaikan dengan public) Suunan organiai mueum ditentukan berdaarkan tuga dan fungi mueum itu endiri, meliputi : a. Bidang Tata Uaha meliputi kegiatan mueum dalam ketertiban dan keamanan kepegawaian dan keuangan. b. Bidang Pengelolaan Koleki meliputi identifikai, klaifikai, katalogiai koleki mueum. Pada aat beramaan juga menyuun konepi yang berhubungan dengan kegiatan preentai, penelitian, dan pengkajian koleki dan penulian yang berifat ilmiah dan popular. c. Bidang Pengelolaan Koleki meliputi konervai preventif dan kuratif erta mengendalikan kelembaban dan uu di ruang koleki dan gudang erta menangani laboratorium konervai d. Bidang Bimbingan dan Publikai meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang berifat ilmiah popular erta penanganan peralatan audio-viual. e. Bidang Pengelolaan Perputakaan meliputi kegiatan penanganan keputakaan refereni 2.5. Prinip dan Peryaratan Mueum a. Prinip Mueum Sebagai wadah perlindungan dan pengembangan uatuu karya budaya, mueum haru mempunyai : Judhietira Paramithaa 12430 II-6

1. Ruang kerja untuk konervator, taf perputakaan, dan adminitrai 2. Ruang koleki (untuk penyidikan yang duuun menurut ytem metode tertentu) 3. Ruang pamer tetap dan emetara 4. Laboratorium 5. Ruang penerangan dan pendidikan 6. Failita penikmatan eni dan pendidikan 7. Lokai mueum haru mudah diake, tidak jauh dari puat kota, teredianya arana dan praarana 8. Kelembaban haru terkontrol, mencapai kenetralan 55%-65% 9. Pencahayaan Untuk ebuah mueum, pencahayaan buatan lebih banyak dipakai daripada pencahayaan alami, walaupun keduanya tetap dapat menimbulkan keruakan pada beberapa bahan benda koleki, terutama yang peka terhadap cahaya. Radiai yang ada oleh cahaya dapat menimbulkan keruakan pada bahan dan warna. Untukmengatai kondii i terebut maka diperlukan modifikai dan iluminai untuk mengurangi radiai yang ditimbulkan. Selain cahaya, pana yang ada dapat membuat keruakan pada benda koleki. (umber: Modern Mueum, ) 10. Temperatur dan kelembaban Terlalu kering atau lembab dapat menyebabkan keruakan pada benda koleki. Suhu dan kelembaban yang tepat tidak hanya dibutuhkan pada ruang-ruang pamer aja tapi pada ruang-ruang konervai dan torage. (umber: Mueum and Gallerie, ) 11. Fire protection Untuk pencegahan kebakaran, mueum haru punya aranaa dan praarana yang memadahi untuk menghindari terjadinya keruakan pada benda koleki akibat kebakaran (penggunaan air ebaiknya dihindari karena ama meruaknya dengan api). Struktur dan bahan untuk finihing bangunan haru diupayakan menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar. Judhietira Paramithaa 12430 II-7

b. Peryaratan Mueum Dalam perancangan mueum perlu beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan tata ruang bentuk mueum itu endiri : 1. Jumlah pengunjung yang akan ditumpang dan rute-rute pergerakan pengunjung dalam ruang untuk menghindari crowded, terutama ruang pamer. 2. Karakter dan perilaku pengunjung, kaitannya dengan penyediaan failita. 3. Aktivita ruang pamer dikaitkan dengan cara penyajian koleki. 4. Segi-egi konervai pameran yang perlu ditekankan. 5. Ruang atau area puat bear ehingga pengunjung dapat mencapai eluruh pandangan terhadap mueum dan rute yang member kean khuu. Receptionit area adalah ruang penting, elain ebagai ruang perantara, juga ebagai ruang penentu orientai. 6. Area pamer mempunyai pendekatan rancangan atau model. Menggunakann ruang dengan flekibilita yang tinggi terhadap barang atau layout pamerannya Dengan ruangan kecil dideain eperti galeri untuk uatu jeni pameran yang kha Perpaduan kombinai dengan kedua pendekatan di ata 7. Area temporer ering merupakan daerah yang menarik pengunjung umum dan biaanya menggunakan efek-efek atau teknologi yang canggih dengan ukuran ruang yang cukup bear 8. Perawatan terhadap barang-barang koleki8 melalui kegiatan konervai. Sehingga peril hubungan langung antara ruang diplay dengan ruang perawatan 2.6. Speifikai Mueum Speifikai mueum terbagi menjadi dua bagian, yaitu bangunan pokok dan bangunan penunjang. a. Bangunan pokok 1. Ruang pameran tetap Judhietira Paramithaa 12430 II-8

2. Ruang pameran temporer 3. Auditorium 4. Kantor adminitrai dan perputakaan erta ruang rapat 5. Laboratorium konervai 6. Studio preparai b. Bangunan penunjang 1. Keamanan/po jaga 2. Gift hop/kafetaria 3. Ticket box dan penitipan barang 4. Lobby/ruang itirahat 5. Toilet/lavatory 6. Tempat parker 7. Taman 2.7. Jeni-jeni Kegiatan Mueum Secara adminitratif, kegiatan-kegiatan yang berlangung pada mueum dapat dibagi dalam kelompok kegiatan ebagai berikut : a. Bagian adminitrai 1. Melakanakann kegiatan urat menyurat 2. Melakanakann uruan perlengkapan 3. Melakanakann uruan kepegawaian 4. Melakanakann uruan keuangan 5. Melakanakann uruan keuangan 6. Melakanakann uruan dokumentai koleki 7. Melakanakann uruan regitrai b. Bagian konervai dan preervai 1. Melakanakann kegiatan konervai dan preervai 2. Melakanakann retorai/perbaikan koleki mueum 3. Melakanakann pembuatan reproduki koleki 4. Bagian Pembinaan Koleki/Kuratorial 5. Melakanakann pengadaan, pengumpulan, penelitian koleki Judhietira Paramithaa 12430 II-9

6. Melakanakann identifikai dan klaifikai koleki mueumm 7. Melakanakann katalogiai koleki 8. Menyuun konep yang berhubungan dengan kegiatan pameran tetap 9. Melakanakann penyuunan tulian ilmiah dan popular c. Bagian Preparai 1. Melakanakann periapan kegiatan pameran 2. Melakanakann pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural d. Bagian Bimbingann Edukai dan Publikai 1. Melakanakann bimbingan untuk pelajar, mahaiwa dan mayarakat umum, dengan cara penjelaan, ceramah, pemutaran lide, film, atau video dan peragaan. 2. Melakanakann kerjaama dengan organiai ocial dan budaya di bidang kegiatan edukatif cultural. 3. Melakanakann perencanaan program bimbingan pameran khuu/temporal, acara ceramah, acara dikui ilmiah, dan memberikan penerangan mueum ecara umum. 4. Melakanakann publikai tentang koleki umum yang berifat ilmiah dan popular. e. Bagian Perputakaan 1. Membina dan mengembangkan keputakaan 2. Mengadakan kerjaama dengan perputakaan, lembaga atau intani lain euai dengan peraturan undang-undang 3. Melakukan pengolahan adminitrai perputakaan umumm 4. Melakukan pemeliharaan dan perawatan koleki perputakaan 2.8. Dikripi Kegiatan Mueum Karakter kegiatan didaarkan ata jeni kegiatan dan peryaratan mueum. Pembahaannya lebih ditekankan pada kebutuhan ruang erta apek-apek yang mendukung konervai dan penampilan obyek kaitannya dengan kegiatan pameran. Judhietira Paramithaa 12430 II-10

Dengan kegiatan pameran, factor yang perlu diperhatikan adalah faktor pengamat dan obyek yang diamati. Kedua hal terebut merupakan faktor yang menjadi uatu media komunikai penyampaian informai bagi pengunjung. Selain itu, didukung oleh uaana yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, baik itu berupa kenyamanan viual, fiik, ataupun keleluaaan gerak. Kegiatan dalam mueum meliputi hal-hal ebagai berikut : a. Kegiatan utama adalah pameran yang merupakan kegiatan komunikai viual antara mueum ebagai obyek pengunjung ebagai ubyek. b. Kegiatan penunjang adalah kegiatan perputakaan merupakan pencarian informai mengenai ejarh benda pamer dan informai kepariwiataan etempat melalui kegiatan baca dan audio viual. c. Kegiatan pengelolaan yaitu kegiatan yang berifat pengelolaan keadminitraian, kegiatan tekni, dan kegiatan rumah tangga. d. Kegiatan yang berifat konervai dan preervai, yaitu pengadaan koleki, penentuan dan pencatatan koleki, penyimpanan obyek, perawatan dan perlindungan obyek, dan pendokumentaiann obyek. e. Kegiatan ervi meliputi mekanikal elektrikal, keamanan, dan ervi. Judhietira Paramithaa 12430 II-11