Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady)

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB III STATIKA FLUIDA

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

PRINSIP PRINSIP PEMOD O ELA L N F I F S I IS

V L R = ρ. B. (1) dan (3) C. (2) dan (3) D. (1) E. (2) 1. Karena pengaruh panjang penghantar, pada

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan X. Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II

Jawab: ε = bila kita substitusi v = 2v, dan l = l Bv = ½ ε A. 1 A B. 0,8 A C. 0,5 A. 1 ε D. 0,4 A E. 0,3 A. Jadi ε = Jawab: B.

BAB 3. Perhitungan Perubahan Entalpi

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Biaya Modal (Cost of Capital)

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu,

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M

DESAIN KOMPENSATOR KAWASAN FREKUENSI. Dalam bab terdahulu, telah dipelajari analisa TKA dan prosedur desain. Desain

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

D I C. I d Arus Kontrol. Tegangan Kontrol

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

BAB II MODEL EVAPORASI DALAM INTI MAJEMUK

Xpedia Fisika DP SNMPTN 07

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

II. Persamaan Keadaan

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Inisiasi 2 (MATERI ENERGI GELOMBANG)

FLUIDA STATIK. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gayagaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya.

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF. Yasin Mohamad, ST.

PEMODELAN SISTEM. Pemodelan & simulasi TM05

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 8 RANGKAIAN TIGA FASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER

PETA KENDALI X DENGAN UKURAN SAMPEL DAN INTERVAL PENGAMBILAN SAMPEL YANG BERVARIASI

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

DAFTAR ISI. BAB 1. Pendahuluan. 1. BAB 2. Sifat-sifat Gas Sempurna. 14. BAB 3. Proses Termodinamika Gas Sempurna. 26. BAB 4. Entropi Gas Sempurna.

TEORI BAHASA DAN AUTOMATA

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR

SIMAK UI Fisika

BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA

IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Titik Tetap Model Dinamika Virus HIV Titik tetap persamaan (3.1) diperoleh dengan menentukan dt 0, dt *

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor )

Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Elektromekanik

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System

Input. Message. Input. Tranducer. Speech, Music Pressure etc FOUND DOG FOUND DOG FOUND DOG

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM:

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

Sebaran Suhu pada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4)

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Optimasi

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

PERBEDAAN KEPUTUSAN MEMBELI NETBOOK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI NOTEBOOK

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

MODIFIKASI FUNGSI DENSITY PADA ALGORITMA ANT CLUSTERING

MODUL IV FISIKA MODERN EFEK COMPTON

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ

Kinematika Sebuah Partikel

IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

Doc. Name: SBMPTN2016FIS999 Version:

MODUL 1.12 Dinamika Proses

Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1 Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARTU SOAL DAN SPESIFIKASI SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

FIsika TEORI KINETIK GAS

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA

Transkripsi:

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai model dalam bentuk d dt ( t) f ( ( t), u( t)) y ( t) h( ( t), u( t)) (4.) Dimulai dari sistem fisis, rekayasa, biologis, ekonomi atau lainnya. Pemodelan adalah, sejalan dengan aktivitas keilmuan dan rekayasa yang lain, miri dengan seni dariada ilmu engetahuan. Pemodelan yang berhasil didasarkan ada erasaan terhada masalah dan nalar seerti ada asek formal yang daat diajarkan. Dalam bab ini kita akan mengambil sika nalar yang ragmatis terhada emodelan. Selanjutnya, dalam Bab 6, kita akan menunjukkan endekatan sistematis yang menyelesaikan sebagian besar tetai tidak semua masalan emodelan. Kita daat membedakan tiga fase berikut ini dalam mencaai model matematika:. Masalah disusun secara terstruktur. Persamaan ersamaan dasar diformulasikan 3. Model ruang-keadaan dibentuk Fase terdiri dari usaha untuk membagi sistem kedalam beberaa sub sistem, menentukan sebab dan akibat, variabel variabel aa yang enting dan bagaimana mereka berinteraksi. Ketika mengerjakan ekerjaan ini, enting untuk mengetahui enggunaan yang dimaksudkan dari model. Hasil dari fase adalah diagram blok atau deskrisi yang sejenis. Fase ini meletakkan kebutuhan terbesar ada embuat model dalam bentuk emahaman dan intuisi terhada sistem fisis. Dalam fase ini ula bahwa level komleksitas dan tingkat endekatan ditentukan. Fase melibatkan emeriksaan beberaa subsistem tersebut, blok blok, yang dihasilkan dari fase. Hubungan antara variabel dan konstanta dalam subsistem dibentuk. Dalam melakukannya, kita menggunakan hukum hukum alam dan ersamaan

fisis dasar yang diasumsikan berlaku. Ini sering berarti bahwa kita memerkenalkan beberaa endekatan dan idealisasi (massa titik, gas ideal, dan sejenisnya) dalam rangka mencegah ernyataan yang terlalu komleks. Untuk sistem non-teknis, dimana ersamaan dasar yang secara umum diterima sangat sedikit, fase ini memberikan kesematan untuk dugaan baru dan emikiran inovatif. Fase 3 kebalikan dari fase fase sebelumnya, adalah taha yang lebih formal yang bertujuan ada engorganisasian ersamaan-ersaman dan hubungan hubungan yang tertinggal ada fase. Meskiun jika model telah didefinisikan setelah taha, fase ini biasanya erlu untuk memberi model cocok untuk analisis dan simulasi. Selama fase 3 sebuah rogram aljabar komuter daat membantu (lihat Bab 7), dan tidak selalu erlu untuk melakukan seluruh ekerjaan untuk menghasilkan bentuk ekslisit (4.). Untuk tujuan simulasi mungkin cuku mencaai model ruang-keadaan untuk subsistem dilengkai dengan instruksi untuk koneksi antar subsistem. Tiga fase ini akan didiskusikan secara lebih detail dalam subbab berikut dalam bab ini, dimana kita akan juga menggambarkan enggunaannya dalam contoh fisis. Masalah enting dalam emodelan adalah menemukan model yang tidak terlalu komleks. Ini berarti bahwa kita harus selalu membuat enyederhanaan, idealisasi dan endekatan. Penyederhanaan model didiskusikan dalam subbab 4.6. 4. Contoh: Pemodelan Head Bo Mesin Kertas Untuk memberikan dimensi nyata ada diskusi kita mengenai fase fase emodelan, kita akan menggambarkan enggunaannya dalam contoh fisis, yaitu head bo sebuah mesin kertas. Pembuatan kertas dari bubur kertas ada dasarnya dilakukan dalam cara berikut. Bubur adalah adonan serat kayu dalam air. Bubur ini dituangkan diatas kabel, yang secara kontinyu menggerakkan mesh seanjang 0 0 meter. Pada kabel sebagian besar air dialirkan keluar, menghasilkan lembaran kertas, yang kemudian dikeringkan, diress dan digulung. Lihat diagram skematik ada gambar 4.. Bubur dialirkan ada kabel oleh sebuah head bo. Penting ini dilakukan dengan cara yang dikontrol baik agar memeroleh kualitas kertas yang seragam. Ini dicaai dengan mendorong bubur melalui

celah semit. Head bo modern menggunakan udara bertekanan untuk mencaai aliran seragam dan keceatan tinggi yang cuku (mendekati 0 m/detik). Sebuah head bo mesin kertas dierlihatkan ada gambar 4.. kita akan menggambarkan rinsi rinsi bab ini dengan emodelan head bo. Gambar 4. Mesin Kertas Gambar 4. Diagram head bo. ariabel didefinisikan dalam subbab 4.3 4.3 Fase : Menstrukturkan Masalah Ketika mengerjakan ekerjaan emodelan, kesulitan utama adalah emahaman struktur umum: Sinyal sinyal aa yang diminati? (yaitu diangga sebagai outut?) Besaran yang mana yang enting untuk menggambarkan aa yang terjadi dalam sistem? Dari besaran tersebut, mana yang berubah terhada waktu dan mana yang harusnya diangga sebagai variabel variabel internal? Besaran aa yang kurang lebih invarian terhada waktu dan harus diangga sebagai konstanta?

ariabel aa yang memengaruhi beberaa variabel yang lain? Hubungan aa yang statis dan mana yang dinamis? (Bandingkan dengan gambar 3.6) Menjawab ertanyaan ertanyaan ini daat membutuhkan emahaman terhada sistem dan kerja lebih banyak, teta selalu erlu sebagai langkah awal dalam emodelan. Ketika memodelkan sistem yang sudah ada, kita sering menggunakan ercobaan sederhana untuk membantu langkah langkah awal ini, contohnya untuk menentukan konstanta waktu dan engaruh sinyal (lihat subbab 8.). Catat bahwa enggunaan yang dimaksudkan dari model harus diketahui ketika kita menjawab ertanyaan ertanyaan tadi. Model yang hanya akan digunakan untuk erhitungan sederhana (aa yang menjadi konstanta waktu yang mendominasi dan erkiraan hasil statis?) daat memerbolehkan endekatan kasar dan daat mengabaikan banyak efek dan variabel. Model yang akan digunakan dalam keutusan desain yang enting membutuhkan erhatian lebih besar ketikan menjawab ertanyaan ertanyaan tersebut. Penggunaaan yang dimaksudkan dari model menentukan komleksitasnya. Dalam ekerjaan emodelan selanjutnya, mungkin setelah awal simulasi, kita memeroleh emahaman lebih dalam mengenai sifat sifat sistem. Kemudian adalah biasa untuk kembali ke taha awal untuk mengubah beberaa keutusan. Dalam beberaa kasus, adalah natural untuk bekerja dengan beberaa model secara aralel. Model model ini daat memiliki komleksitas yang sangat berbeda dan daat digunakan untuk menjawab ertanyaan berbeda. Ketika memodelkan mesin jet, kita kadang kadang menggunakan model dengan ratusan keadaan untuk memelajari masalah termal dan model dengan sejumlah keadaan untuk mendesain regulator. Ketika kita telah memutuskan variabel aa dalam sistem yang diminati, taha selanjutnya adalah memerjelas bagaimana mereka berinteraksi. Pada tahaini yang utama adalah ertanyaan mengenai sebab dan akibat yang dierhatikan. Eksresi kuantitatif, formula dan ersamaan dierkenalkan dalam fase (lihat subbab 4.). Sering kali hasil dari analisis ini ditamilkan sebagai diagram blok (lihat subbab 3.), yang daat dilihat sebagai hasil dan tujuan fase. Merangkum fase dalam emodelan, kita telah menetakan berikut ini:

Tentukan outut dan sinyal eksternal untuk model. Putuskan variabel internal aa yang enting untuk menggambarkan sistem. Gambarkan interaksi antara sinyal eksternal, variabel internal dan outut dalam sebuah diagram blok. Kadang kadang, khususnya dalam sistem yang lebih komleks, adalah antas untuk ertama tama membagi sistem kedalam beberaa subsistem dan membagi subsistem lebih lanjut kedalam blok blok. Dalam kasus tersebut kita mengiterasi diantara dua taha tersebut. Contoh Fase : Head Bo Perhatikan head bo ada subbab 4. dan gambar 4.. Kita diberikan data berikut ini: A Inut inut sistem: M: laju aliran udara (aliran massa) (kg/s) Q: laju aliran bubur (aliran volume) (m 3 /s) B Outut sistem: Disini kita daat memilih aa yang kita minati. Outut laju aliran bubur q harus menjadi minat kita, karena ini menentukan aa yang dialirkan kedalam kabel. Dan sesuai ula untuk mengangga ketinggian bubur h sebagai outut, karena akan ada embatasan raktis adanya. Kita juga memilih tekanan lebih e dari landasan udara sebagai outut: q: laju aliran bubur keluaran (aliran volume) (m 3 /s) h: ketinggian bubur (m) e : tekanan lebih landasan udara (N/m ) C Pembagian kedalam subsistem: Adalah alami untuk mengangga bubur kertas dan landasan udara sebagai subsistem terisah. ariabel yang memengaruhi subsistem udara adalam M dan (voluma yang ada), sedangkan subsistem bubur memiliki inut Q dan e. Kita memiliki hubungan berikut ini antara variabel variabel tersebut: M: adalah inut kedalam keseluruhan sistem : tergantung ada ketinggiah bubur h Q: adalah inut kedalam keseluruhan sistem e: adalah outut dari subsistem udara

Ini menghasilkan diagram blok ada gambar 4.3. Untuk memeroleh diagram blok yang lebih detail, kita memerkenalkan variabel dan konstanta dari subsistem yang dicari. Gambar 4.3: Diagram blok dari head bo Subsistem Udara Inut: M: aliran masuk udara (kg/s) : volume udara (m 3 ) Outut: P e : tekanan lebih udara (N/m ) ariabel Internal: ρ: keraatan udara (kg/m 3 ) m: massa aliran keluaran udara (kg/s) : tekanan dalam landasan udara (N/m ) N: massa udara dalam landasan udaa (kg) Konstanta: T: temeratur absolut udara (K) (Kita mengangga roses fisis dalam landasan udara adalah isotermal) A : luas otong aliran keluaran udara (m ) R: konstanta gas untuk udara (m /K/s ) P 0 : tekanan atmosfer (N/m )

Gambar 4.4 Subsistem udara. III menandai sinyal dari blok III dari gambar 4.3 Subsistem Bubur Inut: Q: laju aliran inut (m 3 /s) P e : tekanan lebih landasan udara (N/m ) Outut: Q: laju aliran keluaran (m 3 /s) H: ketinggaian bubur (m) ariabel internal: H eff : ketinggian efektif bubur (m) (lihat subbab 4.4) : volume bubur (m 3 ) Konstanta: A: luas otong head bo (m ) A : luas otong celah (m ) C: koefisian luas celah (lihat subbab 4.4) : volume total head bo (m 3 ) ρ0: keraatan bubur (kg/m 3 ) (diasumsikan incomressible) g: erceatan gravitasi (m/s ) Beberaa anggaan sederhana sekarang membawa ada diagram blok ada gambar 4.4 dan 4.5.

Gambar 4.5. Subsistem Bubur 4.4 Fase : Menyusun Persamaan Persamaan Dasar Kita sekarang harus mentransformasi model diagram blok yang dieroleh dalam fase kedalam model matematis. Kita melakukannya dengan menformulasikan hubungan kuantitatif antara inut dan outut dari blok blok yang berbeda. Dalam fase ini, kita menggunakan engetahuan mengenai mekanika, fisika, ekonomi dan lainnya. Hubungan antara variable sistem daat berbeda jenis. Kadang kadang mereka kembali ada hukum alam yang telah maan seerti hukum Ohm yang mendeskrisikan hubungan antara arus dan tegangan untuk sebuah resistor. Dalam kasus lain hubungan itu mungkin diberikan oleh sebuah kurva hasil ekserimen yang memberikan, sebagai contoh, tekanan ada katu sebagai fungsi aliran. Situasi ketiga terjadi ketika kita menggunakan formula sederhana yang menggambarkan karakter umum dari hubungan tetai secara jelas meruakan endekatan kasar. Ini adalah situasi untuk model ekologis dan model ekonomis dalam subbab. dan.4. Pekerjaan dalam fase adalah sangat tergantung masalah. Bagaimanaun, untuk sistem dalam fisika dan rekayasa kita daat memberikan edoman tertentu untuk organisasi dari ekerjaan. Samai keadaan tersebut kita mencatat bahwa hubungan antara besaran fisis biasanya daat dibagi kedalam dua gru: hukum konservasi dan hubungan konstitutif.. Hukum konservasi menghubungkan besaran yang sejenis. Contoh umum adalah sebagai berikut: Daya masuk daya keluar energi yang disiman tia satuan waktu Laju aliran inut laju aliran outut volume yang disiman tia unit waktu Laju aliran massa inut laju aliran massa outut massa yang disiman tia unit waktu

Hukum Kirchhoff (jumlah arus ada sebuah titik ertemuan adalah nol, jumlah semua tegangan dalam sirkuit adalah nol) adalah juga contoh hukum konservasi. Hukum konservasi menyatakan konservasi sejumlah besaran fisis dasar: konservasi energi, massa, elektron (hukum Kirchhoff) dan sebagainya.. Hubungan konstitutif menghubungkan besaran yang berbeda jenis. Contohnya adalah hubungan antara tegangan dan arus ada resistor, kaasitor dan induktor, hubungan antara ketinggian dan arus keluaran dalam tangki dan hubungan antara enurunan tekanan dan aliran ada sebuah katu. Hubungan konstitutif sering menggambarkan sifat sifat bahan tertentu atau komonen tertentu atau blok didalam sistem. Ini digambarkan dalam gambar 4.6. Catat bahwa hubunganini adalah statis ada variabel yang diilih. Dari sudut andang engguna tidak ada erbedaan mendasar antara hukum alam ada gambar 4.6a dan kurva ekserimen (atau tabel) ada gambar 4.6b, yang adalah sesifik untuk katu tertentu. Dalam raktek tentu lebih mudah untuk menggunakan hubungan linier yang sederhana. Hubungan konstitutif, seerti yang ada gambar 4.6, selalu meruakan endekatan. Ketidakakuratan tergantung ada tie sistem dan ketelitian dalam menentukan kurvanya. Catatan: Untuk alasan raktis, kita akan juga mengangga hubungan yang mengikuti definisi sebagai hubungan konstitutif. Kurva dalam gambar 4.6c misalnya, daat dieroleh dari konservasi energi. 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0. 0. 0 0 0. 0.4 0.6 0.8 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0. 0. 0 0 0. 0.4 0.6 0.8 (a) (b)

0.8 0.6 0.4 0. 0. 0.4 0.6 0.8 3 4 5 (c) (d) Gambar 4.6 Hubungan Konstitutif. (a) arus sebagai fungsi tegangan ada resistor (b) aliran sebagai fungsi luas ada katu (c) aliran outut sebagai fungsi ketinggan ada tangki (d) tekanan sebagai fungsi volume gas ideal ada suhu konstan (Semua variabel dinormalisasi ada internal 0 ) Cara memformulasi yang baik ersamaan dasar dari sebuah blok adalah sebagai berikut: Tuliskan hukum konservasi yang relevan untuk blok/subsistem Gunakan hubungan konstitutif yang sesuai untuk menyatakan hukum konservasi dalam variabel model. Hitung dimensi besaran besaran yang berbeda sebagai engecekan. Kita menggambarkan rosedur tersebut menggunakan contoh head bo. Contoh Fase : Head Bo Kita melanjutkan contoh dari gambar 4.4 dan 4.5. Kita memeroleh hasil berikut untuk susbsistem yang berbeda. Sistem Udara I + II Hukum konservasi (konservasi massa) Hubungan konstitutif. N M m (4.) N ρ. (masa keraatan. volume) (4.3). ρ (tekanan) (4.4) R T. Aliran massa m ditentukan dengan hukum Bernoulli untuk gas: m a e ρ (4.5)

Tekanan total adalah jumlah tekanan atmosfer dan tekanan lebih: e + o (4.6) Subsistem Bubur Kertas II + I + Hukum konservasi (konservasi volume). Q q (4.7) Hubungan konstitutif Ah (volume luas. tinggi) (4.8) (4.9) Aliran q ditentukan oleh hukum Bernoulli, seerti ada subbab.3. Yang memerumit adalah tekanan lebih diatas bubur kertas. Mengkonversikan tekanan ini menjadi ketinggian bubur efektif, kita eroleh Aliran keluar head bo sekarang menjadi h eff e h + (4.0) ρg Koefisien C mengkomensasi fakta bahwa hukum Bernoulli valid hanya ada lubang dengan luas enamang kecil dan untuk aliran tana energi hilang. Kita definisikan luas enamang efektif Ca (m ), dimana a adalah luas geometris. q a C. h g (4.). eff 4.5 Fase 3: Membentuk Model Ruang-Keadaan Setelah fase kita memeroleh, singkat kata, sebuah model matematis untuk sistem. Persamaan ersamaan itu sering tak terstruktur, bagaimanaun, dan tidak mudah untuk lanjut dari fase ke simulasi. Dalam contoh kita bahas dalam sub bab terakhir, hasil dari fase adalah 0 ersamaan. Secara jelas ini daat diorganisasikan dengan lebih baik. Dalam subbab ini kita akan mendemonstrasikan bagaimana berangkat dari fase menuju model ruang-keadaan dalam bentuk (4.). Rese umum adalah jelas:. Pilih suatu set variabel keadaan. Nyatakan turunan waktu tia variabel keadaan dengan bantuan variabel keadaan dan inut

3. Nyatakan outut sebagai fungsi variabel keadaan dan inut. Jika taha dan 3 berhasil, kita memiliki deskrisi ruang-keadaan seerti ada (4.). Kesulitan kesulitan dalam rosedur ini secara jelas terletak ada taha. Bagaimana kita memilih variabel state? Sebagai edoman, berguna untuk mengingat interretasi keadaan (lihat subbab 3.4). ariabel keadaan mewakili memory aa yang telah terjadi sebelumnya. Semua variabel internal berkaitan dengan enyimanan besaran besaran yang berbeda adalah kandidat untuk eran sebagai variabel keadaan. Contoh 4.. Besaran Disiman Berikut ini adalah contoh contoh besaran yang disiman: Posisi massa titik (energi otensial tersiman) Keceatan massa titik (energi kinetic tersiman) Muatan Kaasitor (energi medan listrik tersiman) Arus melalui induktor (energi medan magnet tersiman) Temeratur (energi termal tersiman) Ketinggian tangki (volume tersiman) Aturan lain adalah bahwa variabel internal, yang turunan waktunya terjadi dalam ersamaan ada fase, adalah variabel keadaan yang cocok. Ketika membentuk model ruang-keadaan (4.), tidak erlu untuk mengumulkan semua formula dan ersamaan bersama-sama kedalam satu (bernilai vektor) ersamaan. Untuk sistem yang lebih besar sering lebih menguntungkan untuk membuat model ruangkeadaan terisah untuk beberaa subsistem dan kemudian menghubungkannya berdasarkan diagram blok. Model termodularkan seerti ini memungkinkan untuk memeriksa (dalam simulasi) aa yang terjadi ketika blok tertentu digantikan oleh blok lain. Contoh Fase 3: Head Bo Diandu dengan diskusi dalam subbab sebelumnya, kita membuat ilihan berikut ini sebagai variabel keadaan: (olume bubur kertas)

N (Masa udara) Kita sekarang harus mengeksresikan turunan waktu dan dengan hanya menggunakan,, M, Q, dan konstanta. ( ).. + + + o o e RT A g C a Q RT A g C a Q hg C a Q q Q ρ ρ ρ ρ (4.) Disini kita telah menggunakan taha taha berurutan (4.7), (4.0), (4.), (4.8) dan (4.4), (4.6) dan (4.9), (4.8). ( ).. RT a M N N RT a M a M m M N o o o ρ (4.3) Disini ersamaan ersamaan berikut ini digunakan: (4.), (4.5), (4.6) (4.3), (4.4) dan (4.8), (4.9). Outut dihitung dalam cara yang sama: / + o RT A g C a q ρ (4.4) e o RT (4.5) A h (4.6) Persamaan (4.), (4.3) dan (4.4)-(4.6) sekarang membentuk sebuah model ruangkeadaan untuk head bo,dan kita telah mencaai tujuan dari emodelan. Jumlah ariabel Keadaan Sangat mudah untuk memeriksa aakah kita telah memilih cuku variabel keadaan. Tesnya adalah turunan waktu daat dieksresikan dengan hanya menggunakan

variabel keadaan dan inut ada sistem, bersama sama dengan besaran konstan. Ini daat lebih sulit untuk daat menentukan jika ada variabel keadaan yang tidak dierlukan. Dalam contoh head bo kita, N,,, dan h adalah kandidat memungkinkan sebagai variabel keadaan. Kita lihat secara langsung dari (4.8) bahwa tidak erlu untuk menetakan dan h menjadi variabel keadaan. Disaming itu, tidak mudah, bagaimanaun, untuk melihat variabel mana yang redundan. Untuk model ruang-keadaan linier ada beberaa tes berdasarkan rangking matriks tertentu untuk menentukan jika kita memiliki jumlah keadaan minimal. Test berkaitan untuk sistem nonlinier lebih sulit untuk dilakukan, baik dari sudut andang metematis dan komutasi. Bagaimanaun, ketika model digunakan dalam simulasi, satu-satunya kerugian (secara rinsi) dari terlalu banyak variabel keadaa adalah bahwa komutasi yang tidak erlu telah dilakukan. Hasil simulasi adalah sama untuk keduanya.