SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEY HARGA PROPERTI RESIDENSIAL RESIDENTIAL PROPERTY PRICE SURVEY

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

PUSAT PERBELANJAAN ELEKTRONIK DI KUNINGAN JAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN STRUKTUR HIGH-TECH

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

Megapolitan Kembangkan Kawasan Bisnis di Cinere, Sentul dan Karawaci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB II DATA TEKNIS PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7 juta

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

Apartemen Puncak Dharmahusada Surabaya Timur

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kegiatan, yang kemudian sistem ini disebut sebagai sentraliasasi, kegiatan untuk

MENGINAP DUA MALAM DI ATRIA HOTEL & RESIDENCES GADING SERPONG DAPAT MOBIL TOYOTA ALL NEW YARIS

CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

P R E S S R E L E A S E

I. PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah mengalami suatu krisis yang merupakan. krisis multidimensi yang melanda di semua negara terutama negaranegara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI BEKASI

BAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan

SHOPPING MALL DI JAKARTA BARAT

METODE PENELITIAN. dan data sekunder. Data Primer adalah data yang dikumpulkan sumber-sumber

Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI BEKASI

Analisa Luasan Area Parkir

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

Sejumlah Proyek Properti di Koridor Timur Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PENDAHULUAN Kajian pemilihan..., Novie Dianing Hayusudina, FT UI, 2008.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Kelayakan HOTEL BERBINTANG di PROVINSI KEPULAUAN RIAU, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis properti di Indonesia semakin ketat, perkembangannya pun

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) Perub. September terhdp er 2017 er KLASIFIKASI HUNIAN. Perub. September. Agustus 2017.

Transkripsi:

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan II - Pada triwulan laporan, secara umum tingkat hunian sektor properti komersial meningkat dibandingkan periode sebelumnya, kecuali untuk gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan (ritel). Sementara tarif sewa sektor properti komersial tercatat lebih tinggi dibandingkan tarif sewa pada triwulan I-. Tingkat penjualan dan harga jual sektor properti komersial secara umum mengalami peningkatan. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jadebotabek Tingkat hunian mengalami penurunan sedangkan tarif sewa naik Pada triwulan II-, tingkat hunian pusat perbelanjaan atau ritel di wilayah Jadebotabek (Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi) mengalami penurunan sebesar 0,31% (q-t-q) dan 2,07% (y-o-y). Tingkat hunian pada triwulan II- tercatat sebesar 90,66%, atau turun dibandingkan 90,94% pada triwulan sebelumnya (Grafik 1). Penurunan tersebut terutama terjadi di wilayah Jakarta, yakni dari 92,21% menjadi 90,63%. Sementara di wilayah Debotabek tingkat hunian masih mengalami peningkatan sebesar 4,62% menjadi 90,78%. Secara tahunan, penurunan tingkat hunian juga terjadi di wilayah Jakarta sebesar 2,76%, sebaliknya untuk wilayah Debotabek masih mencatat peningkatan sebesar 0,13%. Secara umum, turunnya tingkat hunian sektor ritel antara lain disebabkan oleh semakin meningkatnya pasokan pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dalam periode laporan, terdapat penambahan pasokan pusat perbelanjaan untuk sewa di wilayah Debotabek sebesar 11.000 m 2 dengan mulai beroperasinya Mal Cileungsi di Bekasi. Grafik 1 Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Ritel di Jabotabek 305.000 280.000 255.000 2 205.000 180.000 155.000 1 105.000 80.000 55.000 I II 95,0 Tarif Sew a (Rp) Metodologi Data Properti Komersial Triwulanan merupakan data yang diperoleh dari 5 jenis properti komersial yaitu: pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, apartemen, dan lahan industri di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Pengumpulan data dilakukan pihak ke tiga (outsourcing) dengan menghubungi responden secara langsung (face to face) dan melakukan pencatatan data atas tingkat hunian, harga, dan tarif sewa porperti komersial. Yang membedakan data properti komersial triwulanan dan bulanan adalah dalam hal cakupannya, untuk triwulanan data properti komersial merupakan data populasi sedangkan untuk bulanan merupakan data sampel. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata tertimbang terhadap luas atau jumlah unit masing-masing properti. Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 1

Pada triwulan II-, tarif sewa ritel mengalami peningkatan menjadi Rp 280.082/m 2 /bulan dari Rp 276.055/m 2 /bulan pada triwulan I-. Meningkatnya tarif sewa sektor ritel tersebut juga tercermin pada perubahan indeks, yaitu dari sebesar 337,83 menjadi 342,76. Secara tahunan, tarif sewa ritel melonjak tajam sebesar 8,11% dibanding tarif sewa pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 259.067/m 2 /bulan. Gedung Perkantoran di Jakarta Tarif sewa, tingkat penjualan dan harga jual gedung perkantoran mengalami peningkatan kecuali tingkat hunian Tingkat hunian perkantoran di Jakarta pada triwulan II- mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, yakni dari 79,96% menjadi 79,08% (Grafik 2). Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya tingkat hunian perkantoran di wilayah primer (Central Business District /CBD area) dan wilayah sekunder. Perkembangan tingkat hunian menurut wilayah adalah sebagai berikut : - Di wilayah primer (CBD area) tingkat hunian turun sebesar 1,47% (q-t-q), yaitu dari 79,15% menjadi 77,99%. - Di wilayah sekunder (di luar CBD area), tingkat hunian menurun tipis dari 82,26% menjadi 82,13% pada triwulan II-. Sementara itu, tarif sewa perkantoran di Jakarta mengalami peningkatan dari Rp 94.264/m 2 /bulan menjadi Rp 96.980/m 2 /bulan, atau naik 2,88% (q-t-q). Peningkatan tarif sewa tersebut terjadi di wilayah primer dan wilayah sekunder masing-masing sebesar 3,07% dan 2,10%. Tarif sewa perkantoran di wilayah primer naik dari Rp 125.213/m 2 /bulan menjadi Rp 129.055/m 2 /bulan dan di wilayah sekunder naik dari Rp 86.206/m 2 /bulan menjadi Rp 88.019/m 2 /bulan. Pada triwulan II-, secara keseluruhan total pasokan gedung perkantoran (dalam m 2 ) di Jakarta mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pasokan gedung perkantoran meningkat sebesar 0,85% (q-t-q) hingga mencapai 4.320.010 m 2. Peningkatan pasokan tersebut bersumber dari pertumbuhan pasokan perkantoran di wilayah primer dan sekunder masing-masing sebesar 0,97% dan 0,56%. Pada triwulan laporan, terdapat tambahan pasokan sebesar 36.600 m 2 dari mulai beroperasinya Graha Rekso di Jakarta Utara, Veteran Building dan Kantor Taman E.3.3 Mega Kuningan di wilayah primer. Grafik 2 Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Perkantoran Jakarta 135.000 120.000 105.000 90.000 75.000 60.000 45.000 I II 95,0 Tarif Sew a (Rp) Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 2

Selain itu, harga jual perkantoran di Jakarta juga mengalami peningkatan sebesar 0,12% hingga tercatat sebesar Rp 11.099.010 per m 2. Peningkatan harga jual tersebut bersumber dari peningkatan harga jual gedung perkantoran di wilayah primer (CBD area) dari Rp 12.345.863 per m 2 menjadi Rp 12.364.366 per m 2, atau naik sebesar 0,15% (q-t-q). Sedangkan di wilayah sekunder harga jual perkantoran dapat dikatakan cenderung stabil atau bergerak naik sangat tipis, yaitu dari Rp 7.639.858 per m 2 menjadi Rp 7.640.159 per m 2. Apartemen di Jakarta Tingkat hunian, tarif sewa, tingkat penjualan dan harga jual apartemen meningkat Pada triwulan laporan, tingkat hunian apartemen sewa (leased apartment) tercatat sebesar 75,70%, atau mengalami peningkatan tipis sebesar 0,28% dibandingkan tingkat hunian pada triwulan sebelumnya (75,49%). Sementara itu, tarif sewa apartemen mengalami peningkatan sebesar 6,13% (q-t-q), yaitu dari Rp 94.714/m 2 /bulan menjadi Rp 100.522/m 2 /bulan (Grafik 3). Secara tahunan, tarif sewa tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 4,95% dibanding periode yang sama tahun lalu (sebesar Rp 95.780/m 2 /bulan). Pada triwulan laporan, pasokan apartemen sewa di Jakarta tercatat sebanyak 5.220 unit, atau mendapat tambahan pasokan sebanyak 80 unit dibandingkan triwulan I- dengan beroperasinya Aston Rasuna Residences yang berlokasi di wilayah primer. Grafik 3 Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Apartemen (Rp) (%) 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 I II 1997 Tarif Sewa (Rp) Sementara itu, tingkat penjualan apartemen jual (strata-titled apartment) tercatat berada pada level 87,70%, atau naik tipis sebesar 0,17% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (87,55%). Harga jual apartemen di wilayah Jakarta naik sebesar 3,35% (q-t-q) dari Rp 7.053.654/m 2 menjadi Rp 7.289.973/m 2 pada triwulan laporan. Pada triwulan II-, pasokan apartemen jual di Jakarta tercatat sebesar 27.080 unit, atau mendapat tambahan pasokan sebesar 2.000 unit dengan beroperasinya Apartment Laguna Indah di Jakarta Utara. Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 3

Hotel di Jabotabek Tingkat hunian dan tarif sewa kamar hotel meningkat Secara rata-rata, tingkat hunian hotel bintang 3, 4 dan 5 mengalami kenaikan sebesar 3,13% (q-t-q) dan 14,71% (y-o-y). Secara triwulanan, tingkat hunian mengalami peningkatan dari 53,30% menjadi 54,97% pada triwulan laporan. Peningkatan tingkat hunian hotel berbintang tersebut bersumber dari kenaikan tingkat hunian hotel bintang 3 sebesar 8,20% (dari 63,51% menjadi 68,72%), diikuti oleh hotel bintang 4 sebesar 3,50% (dari 57,09% menjadi 59,09%) dan hotel bintang 5 sebesar 0,55% (dari 47,02% menjadi 47,28%). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tarif kamar hotel secara rata-rata meningkat sebesar 4,99%, yaitu dari Rp 395.018/malam menjadi Rp 414.747/malam (Grafik 4). Tarif sewa kamar hotel bintang 5 naik sebesar 9,72% (dari Rp 528.445/malam menjadi Rp 579.806/malam) dan hotel bintang 4 naik sebesar 1,21% (dari Rp 328.385/malam menjadi Rp332.364/malam). Sementara hotel bintang 3 mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,79% (dari Rp 235.918/malam menjadi Rp 234.056/malam). Pada triwulan II- terjadi pengurangan pasokan kamar beberapa hotel berbintang (3,4 & 5) di wilayah Jabotabek sebanyak 1.210 kamar. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh berhentinya kegiatan hotel dalam rangka renovasi, sehingga mengurangi pasokan kamar di Hotel Indonesia sebanyak sebesar 580 kamar, Hotel Horison Jakarta sebanyak 445 kamar dan Hotel Wisata Internasional sebanyak 185 kamar. Total stok kamar hotel berbintang (3,4 & 5) pada triwulan laporan tercatat sebesar 21.931 kamar. Grafik 4 Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Kamar Hotel Jabotabek 800.000 750.000 700.000 650.000 600.000 550.000 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 I II ( %) 40,0 30,0 20,0 Tarif sewa (Rp) Lahan Industri di Jabotabek Tingkat hunian, tarif sewa, tingkat penjualan dan harga jual mengalami peningkatan Pada triwulan II-, tingkat hunian lahan industri di Jabotabek mengalami peningkatan tipis sebesar 0,92% dibandingkan triwulan I- hingga tercatat sebesar 85,17% (Grafik 5). Kenaikan tersebut bersumber dari kenaikan tingkat hunian lahan industri di wilayah Botabek sebesar 2,25% (dari 84,86% menjadi 86,77%). Sedangkan tingkat hunian lahan industri di wilayah Jakarta tidak tetap sebesar 84,11%. Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 4

Tarif sewa lahan industri di Jabotabek pada triwulan II- juga lebih tinggi dibandingkan periode laporan sebelumnya. Tarif sewa lahan industri di Jabotabek tercatat sebesar Rp 19.980/m 2 /bulan atau naik sebesar 2,37% dibandingkan triwulan I-. Khusus berkaitan dengan tarif lahan industri terdapat pengecualian dari sektor-sektor properti komersial lainnya yaitu tidak dilakukannya penggabungan antara rental rate dengan service charge (gross rent). Berdasarkan wilayah, tarif sewa lahan industri di Jabotabek adalah sebagai berikut: - Tarif sewa lahan industri di Jakarta naik sebesar 3,30% dari Rp 22.272/m 2 menjadi Rp 23.007/m 2. - Di Botabek, tarif sewa lahan industri naik tipis sebesar 0,10% dari Rp 20.244/m 2 menjadi Rp 20.264/m 2. Sementara itu, rata-rata tingkat penjualan lahan industri di Jabotabek meningkat sebesar 1,67% menjadi 68,15%. Sedangkan harga jualnya naik sebesar 3,96%, yaitu dari Rp 464.716/m 2 menjadi Rp 483.105/m 2. Grafik 5 Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Lahan Industri di Jabotabek 40.000 35.000 25.000 20.000 40,0 15.000 30,0 10.000 I II 20,0 Tarif Sewa (Rp) Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 5