ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3906 KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES Zeny Firdha Hadiarin 1, Dudi Darawan 2, Ahad Qurthobi 3 1,2,3, Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telko 1 zenyfirdha@gail.co, 2 dudiddw@gail.co, 3 qurthobi@gail.co Abstrak Sensor kapasitif erupakan sensor elektronika yang bekerja berdasarkan konsep kapasitif. Sensor kapasitif bekerja berdasarkan perubahan uatan energi listrik yang dapat disipan oleh sensor akibat perubahan jarak lepeng, perubahan luas penapang dan perubahan volue dielektru sensor kapasitif. Pada penelitian ini dikaji penerapan sensor kapasitif untuk enentukan kapasitansi, peritivitas dan peritivitas relatif dari objek berbagai jenis kayu untuk kayu kering angin, kayu oven, dan kayu basah. Untuk keperluan pengukuran dengan enggunakan inverting aplifier, rectifier, dan ikrokontroler arduino uno untuk enentukan tegangan output dari objek kayu. Tegangan optiu yang digunakan 1.767 Vrs dan frekuensi optiu 10 khz. Perubahan nilai peritivitas relatif yang paling besar pada kayu basah 4.19233E+06, kayu kering angin 1.68138E+06 dan kayu oven 7.65629E+05. Kata kunci : sensor kapasitif, inverting aplifier, rectifier, ikrokontroler arduino uno Abstract Capacitive sensor is a tool to sense electrical paraeter value based on capacitive concept. Capacitive sensor works based on electric charge changes loaded in electrodes of the sensor as caused by electrode's distance changes, surface changes, and dielectric volue changes. In this research, application of capacitive sensor is analyzed to deterine capacitance, perittivity, and relative perittivity of several woods in several conditions. Conditions of analyzed woods were wet, dry, and oven-heated. Inverting aplifier, rectifier, and icrocontroller are used to easure output voltage of the object. Optiu voltage and frequency configuration used to easure were 1.767 Vrs and 10 khz. Most significant changes of relative perittivity found in wet woods was 4.19233E+06, 1.68138E+06 for dry woods, and 7.65629E+05 for heated woods. Keynote : Capacitive Sensor, inverting aplifier, rectifier, icrocontroller Arduino Uno 1. Pendahuluan Indonesia erupakan negara penghasil kayu dengan julah hutan yang sangat besar serta berbagai jenis pohon yang hidup didalanya. Terdapat tidak kurang dari 4.000 jenis pohon yang ada di hutan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengebangan Hasil Hutan sudah enyipan contoh kayu dari lebih kurang 3.233 jenis pohon yang tercakup dala 785 arga dari 106 suku [1]. Hasil produksi hutan Indonesia erupakan produk unggulan koparatif terhadap negara-negara lain dan sebagian dari hasil produksi produk hutan diekspor ke negara lain dan produk kayu erupakan penghasil devisa noor satu dari sektor non ipor. Mengingat banyaknya jenis kayu yang eiliki kesaaan ciri sehingga sulit untuk engidentifikasi jenis kayu dengan akurat. Keakuratan dala engidentifikasi jenis kayu sangat berpengaruh dala enentukan fungsinya. Karena itu pengenalan jenis kayu yang akurat dan praktis sangat penting untuk dikebangkan. Metode pengenalan jenis kayu yang selaa ini dilakukan untuk engidentifikasi jenis kayu adalah dengan engetahui ciri uu dan ciri anatoi [2]. Ciri uu adalah ciri yang dapat diaati langsung dengan pancra indra, baik dengan penglihatan, penciuan, perabaan, dan sebagainya tanpa bantuan alat-alat pebesar bayangan. Ciri uu tersebut eliputi warna, corak, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, bau dan kekerasan kayu. Ciri anatoi eliputi susunan, bentuk dan ukuran sel atau jaringan penyusun yang hanya dapat diaati secara jelas dengan ikroskop atau bantuan lup berkekuatan pebesaran inial sepuluh kali [2]. Mengidentifikasi jenis kayu dengan engetahui ciri uu dan ciri anatoi sangat ebutuhkan pengalaan dala hal identifikasi kayu, karena banyaknya jenis kayu dan banyaknya ciri yang harus diingat [3]. Hingga saat ini julah pakar dala hal ini asih sangat terbatas. Dengan julah pakar yang sangat terbatas tersebut, aka kegiatan identifikasi kayu sering engalai habatan, karena harus endatangkan pakar ke lokasi atau engirikan sapel ke lokasi pakar. Selain dengan engetahui ciri uu dan ciri anatoi perlu cara lain untuk engidentifikasi jenis kayu seperti ciri fisik dengan elihat sifat elektrik suatu bahan. Metode Non-destructive Testing (NDT) diharapkan
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3907 dapat digunakan untuk enentukan jenis objek berdasarkan sifat elektriknya. Non-destructive Testing didefinisikan sebagai etode untuk engidentifikasi sifat fisis dan ekanis bahan tanpa enibulkan kerusakan yang dapat engubah keapuan peanfaatan akhir dari bahan tersebut [4]. Secara uu Non-destructive Nondestructive Testing didefinisikan sebagai etode untuk engidentifikasi sifat fisis dan ekanis bahan tanpa enibulkan kerusakan yang dapat engubah keapuan peanfaatan akhir dari bahan tersebut. Testing encakup inspeksi visual, liquid penetrant, elektrik, ultrasonik, agnetik, X-ray, dan lain sebagainya. Dari seua sifat kayu yang ada, reaksi kayu terhadap arus listrik khususnya terhadap kayu-kayu di Indonesia asih relatif jarang diteliti. Padahal dari sifat listrik dapat dijadikan sebuah patokan untuk enentukan jenis kayu. Oleh karena itu penulis perlu elakukan penelitian ini untuk dijadikan objek tugas akhir. Harapan dari penelitian ini yaitu untuk elihat keungkinan adanya sifat elektrik pada kayu dan juga eperudah asyarakat untuk endapatkan paraeter elektrik yang dapat digunakan untuk enentukan jenis kayu. 2. Metodologi Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1) pebuatan beberapa sapel kayu; 2) pebuatan sensor kapasitif rangkaian pengkondisi; 3) pengujian sensor dan rangkaian pengkondisi 3) pengukuran dan pengabilan data; 4) pengolahan dan analisis data. 2.1 Sapel Penelitian Bahan yang digunakan dala penelitian ini adalah beberapa sapel kayu yaitu kayu keras dan kayu lunak. Jenis kayu yang dipakai yaitu kayu jati, borneo, kaper banjar, ahoni, rasaala dan albasia. Kayu yang digunakan adalah kayu yang uurnya sudah siap untuk dipanen. Ukuran sapel yang diuji untuk pengukuran kapasitansi benbentuk persegi yaitu 10 x 10 x 5 c. Pengujian dibuat enjadi 18 sapel kayu yang terdiri dari 6 jenis kayu yang berbeda. Dari 1 jenis kayu dibuat enjadi 3 sapel yaitu kayu oven, kayu kering angin dan kayu basah. Mengetahui apakah sapel terdapat kadar air atau tidak diketahui dengan enibang kayu dengan tibangan digital. Kayu Basah : Kayu yang kadar airnya cukup banyak. Kayu Kering Angin: Kayu dengan kondisi engalai kering udara. Diletakan dala suhu ruangan yaitu 20º C - 25º C. Kayu Oven : Kayu dengan kondisi engalai kering sepenuhnya. Dengan tujuan engurangi kadar air dala kayu. Diletakan dala oven dengan suhu 180º C selaa 18 enit. Untuk engetahui kadar air kayu dengan cara enggunakan sapel kayu angga yang sudah didiakan selaa 2 bulan (kayu kering angin) dan kayu angga yang baru ditebang (kayu basah). Ukuran sapel yang digunakan saa dengan ukuran sapel yang akan diuji, yaitu 10 x 10 x 0,5 c. Kadar air sapel kayu angga basah adalah 38 gr, dan kadar air kayu kering angin adalah 25 gr. Dengan deikian sapel kayu angga engalai pengurangan kadar air yaitu sebesar 13 gr atau 34,21%. 2.2 Perancangan Sensor Kapasitif Sensor kapasitif enggunakan prinsip kapasitif yang dirancang dengan bentuk kapasitor plat sejajar (gabar 3.2), adapun diensi sensor yang dirancang adalah dengan enggunakan dua plat tebaga yang disusun sejajar dengan lebar 5 c, tinggi 10 c dan jarak 0,5 c. Masing-asing plat tebaga dirancang enepel pada objek kayu dengan diensi yang saa dengan objek kayu. Gabar 2. Sensor Kapasitif
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3908 2.3 Perancangan Penguat Inverting Penguat inverting digunakan untuk engukur nilai sensor kapasitif. Dala siste ini digunakan rangkaian inverting dengan julah penguatan yang dapat disesuaikan dengan frekuensi yang digunakan. Gabar 3. Inverting Aplifier Penguat inverting akan disabungkan ke sensor kapasitif dengan enggunakan kapasitor acuan yaitu enggunakan kapasitor 10 ikro farad dan enggunakan sensor kapasitor yang telah dibuat sebelunya yaitu enggunakan 2 plat tebaga. Penguat juga enggunakan OP07. Penguat akan disabungkan ke sensor kapasitif dan akan dialiri tegangan AC sebesar 5 Vp-p elalui kaki op-ap (-) dan keluarannya akan berniali (+) dengan frekuensi 1 khz. 2.4 Pengujian dan Pengabilan Data Pengujian dilakukan untuk engetahui nilai peritivitas dari sapel kayu. hal pertaa yang dilakukan adalah ebuat sensor kapasitif enggunakan 2 plat tebaga dengan ketebalan 0,04 c dengan ukuran 10 x 10 x 5 c. PCB akan ditepelkan pada acrilyc agar plat tebaga tidak bergeser. Plat tebaga akan diberikan dua kabel penghubung, yang akan tersabung ke penguat, ultieter dan function generator.lalu ebuat penguat inverting. Penguat ini dirangkai enggunakan 1 kapasitor acuan yaitu 10 μf dan enggunakan OP 07. Penguat disabungkan ke kapasitor plat sejajar. Meberikan tegangan sebesar 5 Vpp atau 1.767 Vrs dan frekuensi 10 khz ke salah satu kaki sensor kapasitif. Dan engukur tegangan keluaran di kaki OP 07.Selanjutnya elakukan perhitungan kapasitansi dari hasil pengukuran sensor kapasitif. Perhitungan kapasitansi ini sebelu objek disisipkan pada sensor kapasitif. Menyiapkan sapel uji berupa 18 sapel kayu. Sebelunya sapel sudah disiapkan berupa kayu basah, kayu kering angin, dan kayu oven. Sapel kayu disisipkan pada kedua plat tebaga dan sensor kapasitif diberi tegangan. Menghitung nilai kapasitansi hasil dari pengukuran sensor kapasitansi yang sudah dipisahkan oleh sapel. Dihitung enggunakan ruus penguat inverting. Setelah endapatkan nilai kapasitansi, aka nilai peritivitas sapel dapat dicari enggunakan ruus peritivitas. Melakukan perhitungan statistika karena keungkinan adanya error dari alat pengukuran. Mebuat tabel pengukuran kapasitansi dari sapel yang sudah diketahui jenisnya. Mengabil sapel acak yang tidak diketahui jenisnya. Mengukur kapasitansi, enghitung peritivitas bahan dan ebandingkan dengan data yang sudah didapatkan. Menganalisis hasil yang didapat dengan ebandingkan tabel peritivitas dengan peritivitas sapel acak. 2.5 Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian ini penulis encari nilai kapasitansi dan peritivitas yang diolah dari hasil tegangan output sensor kapasitif yang sudah diisi oleh berbagai sapel kayu. Untuk pengukuran tegangan output diberikan input 5 Vp-p atau 1.767 Vrs dan frekuensi 10 khz enggunakan function generator tipe RIGOL DG1022 dan hasil output dilihat dari digital oscilloscope tipe RIGOL DS1102E. 3. Pebahasan 3.1 Pengujian Aplitudo Optial Pengujian ini dilakukan dengan enyabungkan sensor kapasitif dan rangkaian penguat, penyearah, ikrokontroler dan LCD. Hasil dari pengujian variasi aplitudo berupa tengangan yang akan diolah oleh rangkaian dan arduino dan hasilnya dapat dilihat di LCD. Rangakaian kondisi diberikan frekuensi sebesar 1 khz dan inputnya erupakan variasi aplitudo. Variasi aplitudo yang diberikan dilihat dari hasil yang dihasilkan oleh sensor yang sudah berisi bahan sapel. Pada saat sensor diberi aplitudo sebesar 1 Vp-p atau 0.353 Vrs sensor tidak engalai perubahan tegangan, dan pada saat sensor diberi aplitudo sebesar 5.5 Vp-p atau 1.944 Vrs sensor juga tidak engalai perubahan tegangan. Oleh sebab itu variasi aplitudo yang diberikan yaitu dengan range 2 Vp-p atau 0.707 Vrs sapai dengan 5 Vp-p atau 1.767 Vrs dengan dilakukan percobaan
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3909 sebanyak 5 kali pada setiap aplitudo. Variasi aplitudo yang diberikan yaitu sebesar 2 Vp-p, 2.5 Vp-p, 3 Vp-p, 3.5 Vp-p, 4 Vp-p, 4.5 Vp-p dan 5 Vp-p yang dilakuakan sebanyak 5 kali percobaan pada setiap sapel. Pengujian variasi aplitudo dilakukan ke sapel kering, yaitu 6 sapel kayu kering. Hasil dari perubahan variasi aplitudo terhadap sensor dengan bahan sapel kayu kering yaitu sebagai berikut: Gabar 4. Grafik Persentase Perubahan Tegangan Output terhadap Input Aplitudo pada 6 Jenis Kayu Pada gabar 4 enunjukan pada setiap sensor yang berisi bahan kayu engalai perubahan tegangan setiap kenaikan 0,5 Vp-p. Naun pada sapel kayu jenis ahoni pada kenaikan 4,5 Vp-p ke 5 Vp-p engalai penurunan persentase. Tegangan output yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan kayu yang disisipkan pada sensor kapasitif. Sebelu pengujian sensor yang diberi bahan pengujian sensor kosong yang diuji terlebih dahulu, dan hasil dari sensor kosong yaitu tegangan sebesar 3,9679. Aplitudo yang paling sesuai adalah aplitudo yang persentasenya paling kecil, karena hasil tegangan pada sensor yang berisi bahan jauh lebih kecil dari tegangan pada sensor kosong. Persentase nilai tegangan paling besar ketika tegangan input bernilai 5 Vp-p atau setara dengan 1.767 Vrs pada bahan (a) yaitu kayu borneo enghasilkan persentase sebesar 56,62587 %, bahan (b) yaitu kayu ahoni enghasilkan persentase sebesar 17,03218 %, bahan (c) yaitu kayu jati enghasilkan persentase sebesar 70,72023 %, bahan (d) yaitu kayu kaper banjar enghasilkan persentase sebesar 32,62456 %, bahan (e) yaitu kayu rasaala enghasilkan persentase sebesar 43,32614 %, dan pada kayu (f) yaitu kayu alabasia enghasilkan persentase sebesar 39,37826%. Dari ena bahan perubahan persentase endekati linier akan tetapi pada bahan kayu ahoni engalai penurunan. Kadar air kayu epengaruhi tegangan output sensor yang berisi bahan. 3.2 Pengujian Frekuensi Optial pada Sensor Kapasitif Pengujian frekuensi diperlukan untuk engetahui apakah sensor dapat ebaca respon dari objek dengan baik. Pengujian dilakukan dengan eakai tegangan DC dengan nilai aplitudo yang sudah diuji sebelunya yaitu sebesar 5 Vp-p atau 1.767 Vrs dengan variasi 9 nilai frekuensi yang sudah ditentukan sebelunya yaitu 0.1 khz, 1 khz, 2 khz, 4 khz, 6 khz, 8 khz, 10 khz, 50 khz dan 100 khz. Berikut ini adalah grafik pengaruh nilai frekuensi terhadap perubahan tegangan output yang terbaca oleh sensor kapasitif ketika diberi 6 bahan sapel kayu. Gabar 5. Perubahan Frekuensi terhadap Tegangan Output untuk Bahan Kayu Oven Pada gabar 5 perubahan frekuensi dapat epengaruhi besar tegangan pada sensor kapasitif. Terlihat pada grafik 5 bahwa seua jenis kayu engalai penurunan tegangan pada frekuensi 1 khz sapai 10 khz, pada frekuensi 50 khz dan 100 khz sapel engalai kenaikan kebali. Pada frekuensi 10 khz seua sapel engalai penurunan dengan diberi input 1.767 Vrs.
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3910 Gabar 6. Perubahan Frekuensi terhadap Tegangan Output untuk Bahan Kayu Kering Pada gabar 6 dapat dilihat bahwa nilai tegangan saat diberi 6 bahan kayu engalai perubahan. Terlihat pada grafik bahwa seua jenis kayu engalai penurunan tegangan pada frekuensi 1 khz sapai 10 khz, pada frekuensi 50 khz dan 100 khz sapel engalai kenaikan kebali. Pada frekuensi 10 khz seua sapel engalai penurunan dengan diberi input 1.767 Vrs. Penurunan yang paling terlihat jika diberi frekuensi 10 khz adalah sapel kayu kering jenis borneo dengan dan paling kecil penurunannya adalah kayu kering dengan jenis kaper banjar dan albasia. Gabar 7. Perubahan Frekuensi terhadap Tegangan Output untuk Bahan Kayu Basah Pada gabar 7 dapat dilihat bahwa nilai tegangan saat diberi 6 bahan kayu engalai perubahan. Terlihat pada grafik bahwa seua jenis kayu engalai penurunan tegangan pada frekuensi 1 khz sapai 10 khz, pada frekuensi 50 khz dan 100 khz sapel engalai kenaikan kebali. Pada frekuensi 10 khz seua sapel engalai penurunan dengan diberi input 1.767 Vrs. Pada grafik enunjukan penurunan tegangan seua sapel hapir saa. Berdasarkan hasil yang diperoleh sapel kayu oven, kayu kering dan kayu basah enunjukan bahwa seua sapel engalai penurunan tegangan dari frekuensi 1 khz sapai 10 khz dan sapel engalai kenaikan tegangan kebali pada frekuensi 50 khz sapai 100 khz. Pada pengujian sebelunya yaitu pengujian aplitudo optial eberikan hasil bahwa objek diberikan 10 khz dengan aplitudo 5 Vp-p atau 1.767 Vrs objek akan eberikan hasil yang optial pada sensor. Dengan deikian frekuensi yang paling sesuai adalah pada frekuensi 10 khz. 3.2 Hasil Uji Sensor Kapasitif dengan Berbagai Objek Kayu 3.2.1 Pengujian Sensor Kapasitif dengan Objek Kayu Kering Angin Pada pengujian ini bertujuan untuk engetahui pengaruh jenis bahan kayu kering yang akan diukur dengan enggunakan sensor kapasitif dan endapatkan nilai kapasitansi bahan, peritifitas bahan dan peritifitas relatif. Bahan kayu kering diletakan di dala sensor kapasitif, keudian diberi tegangan 5 Vp-p atau 1.767 rs dan frekuensi 10 khz. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil perhitungan peritivitas dari sensor kapasitif dengan objek kayu kering adalah sebagai berikut:
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3911 Gabar 4.Peritivitas Relatif AC dan Peritivitas Relatif DC untuk Bahan Kayu Kering Dari gabar diatas enunjukan bahwa hasil perhitungan peritivitas dan peritivitas relatif AC lebih besar dari peritivitas dan peritivitas relatif DC. Peritivitas dan peritivitas relatif DC yang dihasilkan dari bahan kayu kering yang paling besar adalah bahan kayu kering jenis borneo, jati, rasaala, ahoni, kaper banjar dan albasia. Perhitungan peritivitas dilakukan dengan cara kapasitansi bahan dikali jarak sensor dan dikali dengan luas perukaan sensor. Perhitungan peritivitas relatif dilakukan dengan cara kapasitansi dibagi oleh peritivitas ruang hapa. Kayu kering yang paling besar perubahan nilai peritivitasnya yaitu borneo dengan nilai 14.8869E-06 F dan nilai peritivitas relatif sebesar 16.8138E+05 dan yang paling kecil perubahannya yaitu bahan kayu kering dengan jenis albasia dengan nilai sebesar 4.97727E-06 F dengan peritivitas relatif sebesar 4.49719E+05. Berikut erupakan hasil perhitungan kapasitansi, peritivitas dan peritivitas relatif bahan kayu kering angin. Tabel 1. Hasil Perhitungan Kapasitansi, Peritivitas dan Peritivitas Relatif DC Bahan Kayu Kering Angin Jenis Cs Bahan (F) ɛ Bahan (F/) ɛr Bahan Borneo 1,86086187E-05 1,48868950E-05 1,68137508E+06 Mahoni 1,02298385E-05 8,18387078E-06 9,24313393E+05 Rasaala 1,13122027E-05 9,04976217E-06 1,02211003E+06 Kaper Banjar 7,47436635E-06 5,97949308E-06 6,75343695E+05 Jati 1,21842742E-05 9,74741937E-06 1,10090573E+06 Albasia 6,69026750E-06 5,35221400E-06 6,04496724E+05 3.2.2 Pengujian Sensor Kapasitif dengan Bahan Kayu Oven Pengujian sensor kapasitif ini dilakukan dengan enyisipkan bahan kayu oven kedala sensor kapasitif. Saa seperti percobaan sebelunya yaitu pengujian sensor kapasitif dengan bahan kayu kering, pengujian dengan bahan kayu oven juga enggunakan tegnagan sebesar 5 Vp-p atau 1.767 Vrs dengan frekuensi 10 khz. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali. Berikut erupakan gabar perhitungan peritivitas dari sensor kapasitif dengan bahan kayu oven Gabar 5. Peritivitas Relatif AC dan Peritivitas Relatif DC untuk Bahan Kayu Oven
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3912 Pada gabar 4.13 dan 4.14 enunjukan bahwa peritivitas dan peritivitas relatif AC lebih besar dari pada peritivitas dan peritivitas relatif DC. Peritivitas dan peritivitas relatif DC bahan kayu oven yang paling besar perubannya yaitu pada bahan rasaala, jati, borneo, ahoni, kaper banjar dan albasia. Peritivitas bahan kayu oven yang paling besar perubannya yaitu bahan kayu oven jenis rasaala dengan nilai sebesar 6.77888E-06 F dengan nilai peritivitas relatif sebesar 7.65629E+05 dan bahan yang paling kecil perubannya nilai peritivitasnya yaitu kayu albasia dengan nilai sebesar 3.98181E-06 F dengan nilai peritivitas relatif sebesar 4.49719E+05. Berikut erupakan hasil perhitungan kapasitansi, peritivitas dan peritivitas relatif bahan kayu oven. Tabel 2. Hasil Perhitungan Kapasitansi, Peritivitas dan Peritivitas Relatif DC Bahan Kayu Oven Jenis Cs Bahan (F) ɛ Bahan (F/) ɛr Bahan Borneo 6,82851048E-06 5,46280838E-06 6,16987620E+05 Mahoni 6,25190175E-06 5,00152140E-06 5,64888345E+05 Rasaala 8,47360092E-06 6,77888074E-06 7,65629177E+05 Kaper Banjar 5,68569406E-06 4,54855525E-06 5,13728851E+05 Jati 7,35340017E-06 5,88272013E-06 6,64413839E+05 Albasia 4,97726850E-06 3,98181480E-06 4,49719313E+05 3.2.3 Pengujian Sensor Kapasitif dengan Bahan Kayu Basah Pada pengujian sensor kapasitansi dengan bahan kayu basah asih enggunakan rangkaian penguat inverting, rectifier, dan arduino untuk enapilkan data ke LCD. Pengujian dilakukan dengan cara enyisipkan kayu basah kedala sensor kapasitif. Pada pengujian ketiga ini dilakukan dengan eberikan tegangan sebesar 5 Vp-p atau 1.767 Vrs dan frekuensi 10 khz. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali pada asing-asing sapel kayu basah. Gabar 4. 1. Peritivitas Relatif AC dan Peritivitas Relatif DC untuk Bahan Kayu Basah Dari grafik 4.15 dan 4.16 enunjukan bahwa nilai peritivitas dan peritivitas relatif AC lebih besar dari peritivitas dan peritivitas relatif DC. Peritivitas dan peritivitas relatif DC dari bahan kayu basah paling paling besar perubannya yaitu bahan borneo, albasia, ahoni, jati, kaper banjar dan rasaala. Nilai peritivitas paling besar perubannya yaitu pada bahan borneo dengan nilai sebesar 3.71189E-05 F dengan niali peritivitas relatif sebesar 4.19233E+06 dan peritivitas kayu basah yang paling kecil perubannya yaitu kayu rasaala dengan nilai peritivitas sebesar 2.22668E-05 F dengan peritivitas relatif sebesar 2.51489E+06. Berikut erupakan hasil perhitungan kapasitansi, peritivitas dan peritivitas relatif bahan kayu basah. Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Kapasitansi, Peritivitas dan Peritivitas Relatif DC Bahan Kayu Basah Jenis Cs Bahan (F) ɛ Bahan (F/) ɛr Bahan Borneo 4,63986556E-05 3,71189245E-05 4,19233391E+06 Mahoni 3,62260902E-05 2,89808721E-05 3,27319541E+06 Rasaala 2,78335218E-05 2,22668175E-05 2,51488790E+06 Kaper Banjar 3,02501156E-05 2,42000924E-05 2,73323836E+06 Jati 3,14507947E-05 2,51606358E-05 2,84172530E+06 Albasia 4,46866623E-05 3,57493298E-05 4,03764737E+06
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3913 Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa seakin besar penurunan tegangan aka kapasitansi akan seakin kecil, seakin kecil nilai kapasitansi aka akan seakin kecil peritivitas, dan seakin kecil nilai peritivitas aka akan seakin besar nilai peritivitas relatif. Dari data ketiga bahan yaitu bahan kayu kering angin, kayu oven dan kayu basah, nilai kapasitansi, peritivitas dan peritivitas relatif yang paling kecil perubannya yaitu kayu oven, kayu kering angin dan kayu basah. Karena kadar air kayu oven paling sedikit dari pada kayu kering angin dan kayu basah ebuat kayu oven paling kecil perubahan nilai kapasitansi dan peritivitas atau dengan kata lain sifat elektrik dari kayu oven adalah resistif atau konduktor yang jelek. Sedangkan kayu basah erupakan sapel kayu paling besar perubahan nilai kapasitansi dan peritivitasnya dikarenakan kayu basah eiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 34,21% dari kadar air kayu kering angin. Kayu basah bersifat konduktif karena dapat engalirkan arus listrik dengan baik yang enjadikan penurunan tegangan yang sangat banyak. Sedangkan kayu kering angin bersifat antara konduktif dan resistif karena dapat engalirkan arus listrik naun tidak sebesar kayu basah dan tidak sekecil kayu oven. 4. Kesipulan Dari hasil penelitian engenai kuantifikasi jenis kayu berdasarkan sifat elektrik terdapat beberapa kesipulan yang diperoleh, diantaranya: 1. Sensor kapasitif sudah apu ebedakan nilai peritivitas terhadap bahan dengan kadar air berbeda. 2. Penabahan dan pengurangan kadar air epengaruhi nilai peritivitas. Seakin banyak kadar air bahan seakin besar nilai peritivitas. 3. Tegangan optial yang diberikan pada sensor kapasitif ketika diisi objek adalah 1.767 Vrs. 4. Frekuensi optial yang diberikan pada sensor kapasitif ketika diisi objek adalah 10 khz. 5. Nilai peritivitas pada keadaan AC lebih besar dari keadaan DC. 6. Hasil pengujian kayu kering angin, kayu oven dan kayu basah diperoleh data bahwa kayu yang paling tinggi perubahan peritivitas adalah kayu basah, kayu kering angin dan kayu oven. 7. Hasil pengujian kayu oven, kayu kering angin dan kayu basah dengan tegangan 1.767 Vrs dan frekuensi 10 khz diperoleh data bahwa bahan kayu basah dengan jenis borneo erupakan kayu yang paling besar perubahan nilai peritivitas relatifnya yaitu 4.19233E+06, bahan kayu kering angin dengan jenis borneo 1.68138E+06 dan bahan kayu oven dengan jenis rasaala 7.65629E+05. 5. Daftar Pustaka [1] Daayanti, R. dan Mandang, Y.I. 2007. Pedoan Identifikasi Kayu Kurang Dikenal. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor. [2] Mandang, Y.L. dan Pandit, I.K.N. 2002. Seri Manual: Pedoan Identifikasi Jenis Kayu Lapngan. Bogor. PROSEA Indonesia. [3] Hartati, Sri. Gasi. dan Daayanti, R. 2007. Generalized Regression Neural Network Sebagai Metode untuk Mengenal 15 Jenis Kayu Koersil Indonesia. Departeen Kehutanan. Indonesia. [4] Ross, R.J. 1992. Nondestructive Testing of Wood. Dala Prosiding: Nondestructive Evaluation of Civil Structures and Materials. Mei 1992. University Colorado Boulder, Colorado. USA.