Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye

dokumen-dokumen yang mirip
Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 2014 Vol. 8 No. 1 METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

BAB II LANDASAN TEORI

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

Fadly Ramadhan, Thresye, Akhmad Yusuf

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Eigen value & Eigen vektor

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL FRAKSIONAL LINIER HOMOGEN DENGAN METODE MITTAG-LEFFLER. Helfa Oktafia Afisha, Yuni Yulida *, Nurul Huda

PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

Bizaini, Dewi Sri Susanti, Yuni Yulida Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

BAB II LANDASAN TEORI

Aljabar Linear Elementer

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

ANTI SUBGRUP FUZZY. Kata Kunci: Lower level subset, Anti subgrup fuzzy, Lower Level Subgrup.

Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

Perturbasi Nilai Eigen dalam Mengatasi Multikolinearitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI

OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 27

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

APLIKASI BENTUK KANONIK JORDAN DALAM MENGHITUNG MATRIKS EKSPONENSIAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana S1

Model Linear Kuadratik untuk Sistem Deskriptor Berindeks Satu dengan Factor Discount dan Output Feedback

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

Persamaan Diferensial

MODEL DINAMIK INTERAKSI DUA POPULASI (Dynamic Model Interaction of Two Population)

Penyelesaian : Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. 3 x

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Semi Definit dan Indefinit Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Eigen Value Eigen Vector TIM KALIN

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

SOLUSI REFLEKSIF DAN ANTI-REFLEKSIF DARI PERSAMAAN MATRIKS AX = B

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

MAKALAH ALJABAR LINIER

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Satuan Acara Perkuliahan

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir : Kajian Matematika Murni PENERAPAN PROSES ORTHOGONALISASI GRAM-SCHMIDT DALAM MEMBENTUK FAKTORISASI QR

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos Perintis Kemerdekaan Street, Makassar, Indonesia, Post Code 90245

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 13 persamaan linier NON HOMOGEN

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK SISTEM LINIER DISKRIT DENGAN POLE KONJUGAT KOMPLEKS

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Penjumlahan dari Subnear-ring Fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers

SUMMARY ALJABAR LINEAR

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

Transkripsi:

Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER MELALUI DIAGONALISASI MATRIKS Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani. Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Email : edydyno@gmail.com ABSTRAK Pada tulisan ini membahas penerapan diagonalisasi matriks untuk menentukan penyelesaian umum sistem persamaan diferensial linier homogen orde satu. Selanjutnya jika matrik pada sistem tersebut tidak bisa didiagonalisasi maka solusi ditentukan melalui matriks fundamental. Kata kunci : sistem persaman diferensial, diagonalisasi matriks, matriks fundamental 1. PENDAHULUAN Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Persamaan diferensial yang terdiri dari dua atau lebih persamaan yang saling terkait dikategorikan sebagai sistem persamaan diferensial. Salah satu cara untuk menentukan penyelesaian dari sistem persamaan diferensial linier adalah melalui diagonalisasi matrik dan matriks fundamental. Suatu matriks A dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks P yang dapat dibalik sehingga PP 11 AAAA matrik diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A. Karena sistem persamaan diferensial linier dapat ditulis ke dalam bentuk matriks, sehingga penyelesaian dari sistem persamaan diferensial linier dapat dihasilkan melalui diagonalisasi matriks. Akan tetapi bila vektor eigen dari matriks A tidak dapat dibentuk kedalam matriks P maka matriks A tidak dapat didiagonalisasi sehingga penyelesaian dari sistem tersebut dapat ditentukan melalui matriks fundamental. [1]. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diagonalisasi dan Keserupaan Matriks Salah satu penerapan dari nilai eigen dan vektor eigen adalah menentukan matriks diagonal.untuk membahas diagonalisasi matriks diawali dengan definisi berikut. 12

Edy Sarwo A.W., Yuni Yulida, Thresye - Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Melalui Diagonalisasi Matriks Definisi 2.1.1 [1] Suatu matriks kuadrat A dapat didiagonalisasi (diagonalizable) jika terdapat matriks P yang dapat dibalik sehingga PP 11 AAAA diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A. Definisi 2.1.2 [1] Diberikan A dan Dadalah matriks-matriks kuadrat, matriks Ddikatakan serupa dengan matriks A (Dis similar to A) jika terdapat sebuah matriks P yang dapat dibalik sedemikian sehingga DD = PP 1 AAAA 2.2 Perubahan Basis Matriks koordinat v terhadap basis B([vv] BB ) dari suatu vektor v terkait dengan matriks koordinat v terhadap basis BB ([vv] BB ), dari vektor v yang sama dapat dinyatakan sebagai [vv] BB = PP[vv] BB (1) Teorema 2.2.1 [2] Jika P adalah matriks transisi dari sebuah basis BB ke basis B untuk suatu ruang vektor berdimensi terhingga V, maka : (a) P dapat dibalik. (b) PP 1 adalah matriks transisi dari B kebb. 2.3 Matriks operator linier Bila terdapat TT: VV WW adalah transformasi linier dari V ke W. Jika dipilih basis B untuk ruang vektor V dan basis BB untuk ruang vektor W maka dalam kasus yang sfesifik dimana VV = WW sehingga TT: VV VV adalah sebuah operator linier. Suatu hal yang umum untuk menganggap bahwa BB = BB ketika membentuk sebuah matriks untuk T, dalam kasus ini matriks yang dihasilkan disebut matriks untuk T yang berkenaan dengan basis B dan umumnya dinotasikan dengan [TT] BB. JikaBB = {uu 1, uu 2,, uu nn } maka [TT] BB = [[TT(uu 1 )] BB [TT(uu 2 )] BB [TT(uu nn )] BB ] dan [TT] BB [xx] BB = [TT(xx)] BB (2) [2]. 2.4 Sistem Persamaan Diferensial Linier Persamaan yang terdiri dari dua atau lebih persamaan yang saling terkait maka dikategorikan sebagai sistem persamaan diferensial. Klasifikasi penting sistem persamaan diferensial terbagi dua, yaitu sistem persamaan diferensial linier dan nonlinier [3]. Berikut bentuk normal sistem persamaan diferensial linier homogen orde-1 dapat disajikan sebagai berikut : dddd 1 (tt) = aa dddd 11 xx 1 + aa 12 xx 2 + + aa 1nn xx nn dddd 2 (tt) = aa dddd 21 xx 1 + aa 22 xx 2 + + aa 2nn xx nn (3) dddd nn (tt) = aa dddd nn1 xx 1 + aa nn2 xx 2 + + aa nnnn xx nn dengan aa 11, aa 12,, aa nnnn bernilai konstan dan xx 1, xx 2,, xx nn merupakan variabel terikat. Persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk : xx = AAAA [6]. 13

Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 Definisi 2.4.1[5] Misalkan A matriks nn nn, untuk tt RR ee AAAA = AAkk tt kk kk=0 untuk A matriks nn nn,ee AAAA adalah matriksnn nn yang dapat dihitung dengan nilai eigen dan vektor eigen dari A. Teorema 2.4.2[5] Jika A matriks nn nn untuk xx 0 RR nn, maka masalah nilai awal xx = AAAA xx(0) = xx 00 memiliki penyelesaian tunggal yaitu xx(tt) = ee AAAA xx 00 2.5 Bentuk Matrik PP 11 AAAA Berdasarkan Nilai Eigen Pada Sistem Persamaan Diferensial Linier Nilai eigen atau akar karakteristik pada sistem persamaan diferensial linier (xx = AAAA) dapat ditentukan dengan cara mencari determinan dari (λi A) dari sistem tersebut. Jika det (λi A) = 0 maka akan didapat akar karakteristik dari persamaan karakteristik. Dari akar karakteristik akan diperoleh bentuk PP 11 AAAA yang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Akar riil dan berbeda (λλ 1 λλ 2 λλ 3 λλ nn ) Teorema 2.5.1 [5] Jika nilai eigen λλ 1, λλ 2,, λλ nn dari matriks AA nn nn adalah riil dan berbeda maka setiap vektor eigen yang sesuai {vv 1, vv 2,, vv nn } terkait basis untuk RR nn, matriks PP = [vv 1 vv 2 vv nn ] dapat dibalik dan PP 11 AAAA = dddddddd[λλ 1, λλ 2, λλ nn ] 2. Akar komplek λλ 1,2 = aa 1 ± iibb 1, λλ 3,4 = aa 2 ± iibb 2,, λλ (nn 1),(nn) = aann 2 kk! ± iibbnn 2 dengan (nn = 2, 3, 4, ) Teorema 2.5.2 [5] Jika Matriks AA 2nn 2nn memiliki nilai eigen komplek berbeda λλ jj = aa jj + iibb jj dan λλ jj = aa jj iibb jj vektor eigen komplek yang sesuai ww jj = uu jj + iivv jj dan ww jj = uu jj iivv jj dengan jj = 1, 2,, nn maka {uu 1, vv 1,, uu nn, vv nn } adalah basis untuk RR 2nn, matriks PP = [vv 1 uu 1 vv 2 uu 2 vv nn uu nn ] dapat dibalik dan bb jj PP 11 AAAA = dddddddd aa jj bb jj aa jj matriks 2nn 2nn dengan 2 2 blok sepanjang diagonal 3. Akar riil dan kembar (λλ 1 = λλ 2 = λλ 3 = = λλ nn ) Untuk kasus nilai eigen yang riil dan kembar (λλ 1 = λλ 2 = λλ 3 = = λλ nn ), jika memiliki vektor eigen yang bersesusaian (λλ 1, λλ 2,, λλ nn ) sebanyak n(vv 1 vv 2 vv nn ) maka matriks A pada sistem persamaan linier xx = AAAA dapat didiagonaisasi karena vektor eigen (vv 1 vv 2 vv nn ) cukup untuk membangun matriks P. Dimana PP = [vv 1 vv 2 vv nn ]dapat dibalik dan PP 11 AAAA = dddddddd λλ jj (4) dengan (jj = 1, 2,, nn) [5]. 14

Edy Sarwo A.W., Yuni Yulida, Thresye - Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Melalui Diagonalisasi Matriks 2.6 Solusi Sistem Persamaan Diferensial Linier Definisi 2.6.1[6] Di berikan sistem persamaan diferensial linier homogen xx = AAAA dengan x vektor nn 1 1. himpunan n penyelesaian yang bebas linier dari sistem persamaan diferensial linier disebut himpunan fundamental dari sistem persamaan diferensial linier. 2.matriks kolom yang terdiri dari himpunan fundamental dari penyelesaian sistem persamaan diferensial linier disebut matriks fundamental dari sistem persamaan diferensial linier, yaitu jika fungsi vektor xx (1), xx (2),, xx (nn) yang di definisikan oleh xx 11 (tt) xx 11 (tt) xx 1nn (tt) xx (1) xx = 21 (tt), xx (2) xx = 21 (tt), xx (nn) xx = 2nn (tt) xx nn1 (tt) xx nn1 (tt) xx nnnn (tt) maka matriks xx 11 (tt) xx 11 (tt) xx 1nn (tt) xx MM(tt) = 21 (tt) xx 21 (tt) xx 2nn (tt) xx nn1 (tt) xx nn1 (tt) xx nnnn (tt) disebut matriks fundamental dari sistem persamaan diferensial linier. Definisi 2.6.2[6] Diberikan sistem persamaan diferensial linier homogen xx = AAAA dengan x vektor nn 1. Penyelesaian umum dari sistem persamaan diferensial linier adalah cc 1 xx (1) + cc 2 xx (2) + + cc nn xx (nn) dengan cc 1, cc 2,, cc nn adalah n konstanta sebarang dan xx (1), xx (2),, xx (nn) adalah himpunan fundamental dari solusi sistem persamaan diferensial linier. 3. METODE PENELITIAN Bahan atau materi penelitian yang digunakan bersumber dari literatur, baik dari buku teks, dan referensi pendukung yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Pada penelitian ini menjelaskan pembentukan sistem persamaan diferensial menggunakan matriks operator linier. Kemudian menjelaskan langkah-langkah menentukan solusi sistem Persamaan Diferensial Linier Homogen terhadap matriks yang dapat didiagonalisasi dan terhadap matriks yang tidak dapat didiagonalsasi melalui matriks fundamental. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Sistem Persamaan Diferensial Baru Dengan Menggunakan Matriks Operator Linier Diberikan TT: VV VV adalah operator linier, sebelumnya telah diketahui sistem persaman diferensial awal adalah xx = AAAA. Misalkan terdapat basis-basis B dan BB untuk ruang vektor V dimana BB = {uu 1, uu 2,, uu nn } merupakan basis lama dengan uu 1, uu 2,, uu nn merupakan basis standar dan BB = {vv 1, vv 2,, vv nn } merupakan basis baru dimana vv 1, vv 2,, vv nn merupakan vektor eigen dari matriks 15

Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 A. Akan dibentuk sistem persaman diferensial baru dengan menggunakan matriks operator linier. Misalkan A adalah matriks untuk T yang berkenaan dengan basis B maka menurut matriks operator linier Persamaan (2) terdapat [TT(xx)] BB = AA[xx] BB. Akan dicari sebuah matriks untuk T yang berkenaan dengan basisbb, Menurut perubahan basis Persamaan (1) terdapat [xx] BB = PP[xx] BB dan dengan menggunaan Teorema 2.2.1 akan didapat [TT(xx)] BB = PP 1 [TT(xx)] BB dan misalkan D adalah matriks untuk T yang berkenaan dengan basisbb.berdasarkan keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa [TT(xx)] BB = PP 1 AAAA[xx] BB = DD[xx] BB (5) dengan DD = PP 1 AAAA. Misalkan [xx] BB dinotasikan sebagai (yy) dan [TT(xx)] BB dinotasikan sebagai (yy ) sehingga Persamaan (5) dapat ditulis yy = DDDD. Dengan demikian didapat sistem persamaan yang baru berupa yy = DDDD (6) Teorema 4.1.1[4] Misalkan W(t) adalah penyelesaian untuk sistem xx = DDDD, D dan A adalah matriks yang serupa dengan PP 11 AA PP = DD maka xx(tt) = PPPP(tt) adalah penyelesaian dari xx = AAAA 4.2 Langkah-Langkah Menyelesaikan Sistem Persamaan Diferensial Linier Homogen Terhadap Mariks Yang Dapat Didiagonalisasi Persamaan xx = AAAA dapat diselesaikan melalui diagonalisasi matriks sebagai berikut : 1. Sistem persamaan diferensial linier homogen dibentuk kedalam bentuk bentuk xx = AAAA 2. Menentukan nilai eigen matriks A berukuran nn nn maka akan digunakan det(λλii AA) = 0 dan Untuk menentukan vektor eigen dari A maka substitusikan λλ ii ke (λλ ii II AA)vv ii = 00 dengan (ii = 1,2,, nn) 3. Menentukan matriks P yang kolomnya terdiri dari vektor eigen dari A, yaitu PP = [vv 1, vv 2,, vv nn ]. Kemudian akan dicari invers dari matriks P berupa PP 1 dengan demikian dapat ditentukan matriks PP 1 AAAA dengan nilai eigen λλ 1, λλ 2,, λλ nn pada diagonal utamanya. 4. Membentuk sistem persamaan diferensial yang baru. Diketahui sistem persamaan diferensial linier berupa xx = AAAA dan dimisalkan sistem ini merupakan sistem awal, dengan menggunakan matriks operator linier maka berdasarkan Persamaan (6) akan dibentuk sistem baru berupa yy = DDDD dengan DD = PP 1 AAAA. 5. Menentukan penyelesian dari sistem persamaan diferensial awal. Berikut akan disajikan penyelesaian untuk sistem persamaan diferensial yang baru dengan beberapa kemungkinan akar karakteristik yang akan terjadi. a. Akar riil dan berbeda Jika terdapat nilai eigen dari A berupa λλ 1 λλ 2 λλ 3 λλ nn maka berdasarkan Teorema 2.5.1 Persamaan (6) dapat ditulis menjadi yy = PP 1 AAAA yy = dddddddd[λλ 1, λλ 2, λλ nn ] yy (7) sehingga penyelesaian dari Persamaan (7) yy(tt) = dddddddd ee λλ 1tt, ee λλ 2tt,, ee λλ nntt yy 0 (8) 16

Edy Sarwo A.W., Yuni Yulida, Thresye - Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Melalui Diagonalisasi Matriks Dengan demikian Persamaan (8) merupakan penyelesian dari Persamaan (7) dan yy(0) = yy 0. Untuk menentukan penyelesaian dari sistem persamaan diferensial awal xx = AAAA maka dengan menggunakan Teorema 4.1.1 didapat xx(tt) = PPPP(tt) (9) substitusi persamaan (8) ke Persamaan (9) xx(tt) = PP dddddddd ee λλ1tt, ee λλ2tt,, ee λλnntt yy(0) (10) menurut perubahan basis terdapat yy(0) = PP 11 xx(0) sehingga persamaan (10) menjadi xx(tt) = PP dddddddd ee λλ1tt, ee λλ2tt,, ee λλnntt PP 11 xx(0) b. Akar komplek Jika terdapat nilai eigen dari A berupa λλ 1,2 = aa 1 ± iibb 1, λλ 3,4 = aa 2 ± iibb 2,, λλ (nn 1),(nn) = aann ± iibbnn 2 2 maka berdasarkan Teorema 1.5.2 Persamaan (6) dapat ditulis menjadi yy = PP 1 AAAA yy = dddddddd aa jj bb jj yy (11) bb jj aa jj sehingga penyelesaian dari Persamaan (11) yy(tt) = dddddddd ee aajjtt cos bb jjtt sin bb jj tt sin bb jj tt cos bb jj tt yy 0 (12) Dengan demikian Persamaan (12) merupakan penyelesian dari Persamaan (11) dan yy(0) = yy 0. Untuk menentukan penyelesaian dari sistem persmaan diferensial awal xx = AAAA maka dengan menggunakan Teorema 4.1.1 didapat xx(tt) = PPPP(tt) (13) substitusi Persamaan (12) ke Persamaan (13) xx(tt) = PP dddddddd ee aajjtt cos bb jjtt sin bb jj tt yy(0) (14) sin bb jj tt cos bb jj tt menurut perubahan basis terdapat yy(0) = PP 11 xx(0) sehingga persamaan (14) menjadi xx(tt) = PP dddddddd ee aajjtt cos bb jjtt sin bb jj tt sin bb jj tt cos bb jj tt PP 11 xx(0) c. Akar riil dan kembar Jika terdapat nilai eigen dari A berupaλλ 1 = λλ 2 = λλ 3 = = λλ nn yang memiliki vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen dan sebanyak n (vv 1 vv 2 vv nn ) maka berdasarkan Persamaan (4) maka Persamaan (6) dapat ditulis menjadi yy = PP 1 AAAA = dddddddd λλ jj yy (15) dengan (jj = 1,2,, nn).sehingga penyelesaian dari Persamaan (15) yy(tt) = dddddddd ee λλjjtt yy 0 (16) Dengan demikian Persamaan (18) merupakan penyelesian dari Persamaan (17) dan yy(0) = yy 0. Untuk menentukan penyelesaian dari sistem persamaan diferensial awal xx = AAAA maka dengan menggunakan Teorema 4.1.1 didapat xx(tt) = PPPP(tt) (17) substitusi persamaan (16) ke Persamaan (17) xx(tt) = PP dddddddd ee λλjjtt yy(0) (18) 17

Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 menurut perubahan basis terdapat yy(0) = PP 11 xx(0) sehingga persamaan (18) menjadi xx(tt) = PP dddddddd ee λλ jjtt PP 11 xx(0) 4.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Untuk Matriks Yang Tidak Dapat Didiagonalisasi Sistem persamaan diferensial dikatakan tidak dapat didiagonalisasi jika terdapat sejumlah vektor eigen yang bersesuain dengan nilai eigen yang tidak dapat dibentuk ke dalam matriks P, akibatnya sistem persamaan diferensial baru (yy = DDDD) dengan DD = PP 1 AAAA tidak dapat dibentuk. Sistem persamaan diferensial linier yang matriksnya tidak dapat didiagonalisasi, untuk matriks eksponensial (ee AAtt ) dapat di bentuk dengan menggunakan matriks fundamental. Langkah-Langkah Menyelesaikan Sistem Persamaan Diferensial Linier Homogen terhadap Mariks Yang Tidak Dapat Didiagonalisasi adalah 1. Sistem persamaan diferensial linier homogen dibentuk ke dalam bentuk matriks yaitu xx = AAAA 2. Menentukan nilai eigen matriks A yaitu det(λλii AA) = 0 dan Untuk menentukan vektor eigen dari A maka substitusikan λλ ii ke (λλ ii II AA)vv ii = 00 dengan (ii = 1,2,, nn) 3. Menentukan penyelesain bagian sistem persamaan diferensial linier yang disimbolkan xx (1), xx (2),, xx (nn). 4. Menentukan penyelesian dari sistem persamaan diferensial linier, berdasarkan Definisi 2.6.2 penyelesian umum dari sistem persamaan diferensial xx = AAAA adalah sebagai berikut xx(tt) = cc 1 xx (1) + cc 2 xx (2) + + cc nn xx (nn) (19) dengan xx (1), xx (2),, xx (nn) solusi bebas linier. Berdasarkan Definisi 2.6.1 Persamaan (19) dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut xx(tt) = [xx (1) (tt) xx (nn) (tt)]cc = MM(tt)cc = MM(tt)MM(0) 1 xx(0) dengan cc = MM(0) 1 xx(0) 5. KESIMPULAN Penyelesaian dari sistem persamaan diferensial linier xx = AAAA dapat diperoleh melalui diagonalisasi matriks adalah sebagai berikut 1. Jika terdapat akar karakteristik riil dan berbeda maka penyelesaian adalah xx(tt) = PP dddddddd ee λλ 1tt, ee λλ 2tt,, ee λλ nntt PP 11 xx(0) 2. Jika terdapat akar karakteristik riil dan kembar maka penyelesaian adalah xx(tt) = PP dddddddd ee λλ jjtt PP 11 xx(0) 3. Jika terdapat akar karakteristik kompleks maka penyelesaian adalah xx(tt) = PP dddddddd ee aajjtt cos bb jjtt sin bb jj tt sin bb jj tt cos bb jj tt PP 11 xx(0) kemudian untuk penyelesaian sistem persamaan diferensial linier yang matriknya tidak dapat didiagonalisasi dapat melalui alternatif lain yaitu menggunakan matrik fundamental MM(tt)diperoleh penyelesaian xx(tt) = MM(tt)MM(0) 1 xx(0). 18

Edy Sarwo A.W., Yuni Yulida, Thresye - Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Melalui Diagonalisasi Matriks 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Anton, Howard. 1987. Aljabar Linier Elementer Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta [2] Anton, Howard. 2004. Aljabar Linier Elementer Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta [3] Farlow, S. J. 1994. Differential Equations and Their Applications. Dover Publications. United States of America. [4] Paul, Watman. 2004. A Second Course in Elementary Differential Equation. Dover PUBN Incorporated. [5] Perko, Lawrence. 1991. Differential Equation and Dynamical System. Springer-Verlag. Berlin. [6] Ross, S. L. 1984. Differential Equation-Third Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc. New York. 19