BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

B a b 1 I s y a r a t

Bab 3 Metode Interpolasi

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, Solusi Numerik PDP

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Aji Wiratama, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru

Solusi Numerik Persamaan Transport

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial

Persamaan Non-Linear

Definisi Integral Tentu

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Penyelesaian Persamaan Non Linier

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PENGGUNAAN METODE EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA GENERAL LINEAR MIXED MODEL

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE TRAPESIUM NONLINEAR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU ABSTRACT

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

PENGGGUNAAN ALGORITMA GAUSS-NEWTON UNTUK MENENTUKAN SIFAT-SIFAT PENAKSIR PARAMETER DAN

IV. METODE PENELITIAN

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks

STUDI TENTANG BEBERAPA MODIFIKASI METODE ITERASI BEBAS TURUNAN

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

METODE DEKOMPOSISI LAPLACE UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINIER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

BAB VI DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas.

Metode Beda Hingga dan Teorema Newton untuk Menentukan Jumlah Deret. Finite Difference Method and Newton's Theorem to Determine the Sum of Series

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

B A B 7 DIFERENSIASI DAN INTEGRASI NUMERIK

Kekeliruan dalam Perhitungan Numerik dan Selisih Terhingga Biasa

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

V. METODE PENELITIAN. Alam Universitas Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

Dasar Sistem Pengaturan - Transformasi Laplace. Transformasi Laplace bilateral atau dua sisi dari sinyal bernilai riil x(t) didefinisikan sebagai :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

METODE SIMPSON TERMODIFIKASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Jonas Lodewyk H 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

Aplikasi Interpolasi Bilinier pada Pengolahan Citra Digital

BAB VII RANDOM VARIATE DISTRIBUSI DISKRET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

Bab 8 Teknik Pengintegralan

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 7. No. 1, 31-41, April 2004, ISSN :

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB III METODOLOGI START. Baca Input Data γ, c, φ, x 1, y 1, x 2, y 2, x 3, y 3, x 4, y 4, D. Menghitung FK Manual. Tidak.

KEKONVERGENAN MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA. Fitriani Agustina, Math, UPI

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis regresi robust estimasi-s

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

Kestabilan Rangkaian Tertutup Waktu Kontinu Menggunakan Metode Transformasi Ke Bentuk Kanonik Terkendali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

TURUNAN FUNGSI. Definisi. 3.1 Pengertian Turunan Fungsi. Turunan fungsi f adalah fungsi f yang nilainya di c adalah. asalkan limit ini ada.

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Sedagka itegrasi ruas kaa utuk ersamaa (3b) diperoleh ds / = S... (36) Dega demikia pesamaa yag harus dipecahka adalah l 1 1 u u = S (37) Dari ersamaa (37) diperoleh persamaa utuk u u S = exp S 1exp S... (38) Betuk solusi ersamaa (38) dapat diubah mejadi betuk trigoometri berikut u S = sech S... (39) Substitusi ersamaa (39) ke ersamaa (7) maka diperoleh F 1 S, τ = sech S eiτ (40) Solusi eksak utuk Φ (t) dalam ekspresi F 1 berdasarka ersamaa (14), (18) da (0) adalah Φ t = F 1 e iθ ε μ F 1 δf 1 e iθ c. c... (41) Substitusi ersamaa (38) ke ersamaa (39) Φ t = Φ t = εμ sech S ei τ θ sech S εδ sech S e i(τ θ ) c. c... (4a) sech S θ εδ εδ sech S cos τ sech S cos (τ θ )... (4b) dega F = sech S, maka substitusi ersamaa (4b) ke ersamaa (7) diperoleh 1 y = εf cos τ θ ε F μ δ cos (τ θ ) (43) eurua utuk solusi aalitik ii diperoleh da dapat dilihat secara legkap pada peelitia Hermaudi 1. Dalam perhituga pada peelitia ii juga, diguaka ilai variabel-variabel karakteristik DNA, yaitu sebagai berikut k = 3K = 4 N/m, l = 3,4 x 10 10 m, m = 5,1 x 10 5 kg, a = x 10 10 m 1, D = 0,1 ev. Massa yag diguaka dalam hal ii merupaka massa rata-rata utuk empat buah ukleotida (h = 4). 9,10 BAB 3 METODE ENELITIAN 3.1 Tempat da Waktu eelitia eelitia ii dilakuka di Laboratorium Fisika Teori da Komputasi, Departeme Fisika, Fakultas Matematika da Ilmu egetahua Alam, Istitut ertaia Bogor dari bula Februari 011 sampai dega Jauari 01. 3. eralata eralata yag diguaka adalah peragkat komputer dega software yag diguaka MATLAB R010b da Microsoft Office 007. Sebagai pedukug peulis megguaka sumber literatur, yaitu jural-jural ilmiah, bukubuku, da sumber-sumber lai yag terkait. 3.3 Metode eelitia Metode peelitia ii adalah mecari solusi umerik dari diamika gaggua solito DNA model eyrard-bishop- Dauxois (BD) orde ke-3 dega megguaka metode fiite-differece

8 dibatu dega iterpolasi Lagrage. Lagkah-lagkah yag dilakuka secara garis besar adalah studi pustaka da pembuata program simulasi. 3.3.1 Studi ustaka Studi pustaka dilakuka dega membaca da memahami jural-jural da buku-buku yag berkaita dega peelitia ii. Studi pustaka juga membatu dalam megaalisis hasil simulasi yag dilakuka. 3.3. embuata rogram Simulasi Membuat sitak simulasi dega batua software MATLAB megguaka iterpolasi Lagrage da metode fiite-differece. Termasuk dega megubah persamaa diamika DNA model BD ke dalam persamaa fiite-differece da iterpolasi Lagrage. 3.3..1 Metode Beda Higga (Fiite Differece) Sebuah aplikasi petig dari persamaa diferesial adalah dalam aalisis umerik, terutama dalam persamaa diferesial umerik, tujuaya utuk meetuka solusi umerik dari persamaa diferesial biasa da parsial. Ideya adalah dega meggatika turua yag mucul dalam persamaa diferesial dega persamaa fiitedifferece yag teraproksimasi. Metode yag dihasilka kemudia disebut metode beda higga. 19 Atau dalam kata lai, metode beda higga (fiite-differece) diterapka utuk persamaa diferesial dega melibatka pergatia semua turua dega formula perbedaa (differece). 0 Metode ii diguaka utuk membatu dalam meetuka solusi umerik dari ersamaa NLS (6) sebelumya [halama 11]. ersamaa tersebut kemudia dapat diubah ke dalam betuk persamaa differesial biasa, mejadi i t F x F F = 0... (44) Maka persamaa tersebut dapat diselesaika dega melakuka pedekata umerik beda higga utuk masig-masig turua parsial. Utuk melakukaya pertama kali pilih agka iteger sembarag yaitu N dimaa N > 0 da membagi iterval [a, b] dega (N 1) sebagaimaa diilustrasika pada Gambar 5, sedemika rupa sehigga h = b a... (45) N1 Dega demikia maka titik-titik x yag merupaka sub-iterval atara a da b dapat diyataka sebagai 1 x = a h, = 0,1,, N 1... (46) Karea ersamaa (44) dibagu oleh dua parameter x da t, maka selajutya parameter t juga dapat dituliska sebagai t m = a mh, m = 0,1,, N 1... (47) dimaa h dapat pula dideskripsika sebagai Δx da Δt (h = Δx = Δt) dega meyesuaika parameter yag dimaksud. Selajutya ersamaa (44) aka diubah ke dalam betuk formula metode beda higga. ecaria solusi persamaa diferesial melalui pedekata umerik dilakuka dega memafaatka poliomial Taylor yag dapat dituliska F x x = F x x x x x F x 3... (48) Gambar 5. Kurva suatu fugsi f(x) yag dibagi sama besar berjarak h. 0

9 sedagka poliomial Taylor utuk F 1 da F 1 dapat diyataka F 1 = F x x x F x 3... (49) F 1 = F x x x F x 3... (50) Jika ersamaa (49) dikuragi dega ersamaa (50) maka F 1 F 1 = x ( x) 3... (51) Turua F x terhadap x adalah = F 1 F 1 ( x)3 x... (5a) atau F 1 F 1 ( x)3 x... (5b) Selajutya ruas kaa pada ersamaa (5b) dapat dikataka sebagai error dari ersamaa (51) yag artiya ilaiya dapat diabaika dega memberika otasi O. Sehigga ersamaa (51) dapat dituliska kembali mejadi = F 1 F 1 O( x)... (53) x Kemudia jika ersamaa (49) dijumlahka dega ersamaa (50), maka F 1 F 1 = F x ( x) F ( x) 4 4! 4 F x 4 x... (54) Turua kedua dari F x terhadap x adalah F = F 1 F F 1 x atau ( x) 4 F 1 x 4 x (55a) F = F 1 F F 1 O( x )... (55b) x Selajutya dilakuka aproksimasi turua waktu ( ) pada ersamaa (44) t berdasarka ersamaa (53). Dimaa dapat dituliska persamaaya = F m 1 Fm ( t)... (56) t t m 1,x t Semetara aproksimasi utuk turua kedua terhadap jarak ( F x ) pada ersamaa (44) berdasarka ersamaa (55b) dalam iterasi waktu ke-m dapat dituliska persamaaya F = F m 1F m F m 1 O( x )... (57) x Kemudia ersamaa (56) da (57) disubstitusika ke ersamaa (44) maka i F x,t m 1 F(x,t m 1 ) F x 1,t m F x,t m F(x 1,t m ) F F = 0 Δt Δx F x, t m 1 F x, t m 1 = i Δt (F x Δx 1, t m F x, t m F x 1, t m ) F(x, t m ) F(x, t m ) F x, t m 1 = i Δt (F x Δx 1, t m F x, t m F x 1, t m ) F(x, t m ) F(x, t m ) F x, t m 1... (58) ersamaa (58) iilah yag selajutya diubah ke dalam bahasa pemrograma MATLAB. 3.3.. Iterpolasi Lagrage ada metode fiite-differece sebelumya telah diuraika bahwa utuk meetuka solusi umerik, cara pertama dega memilih agka iteger sembarag yaitu N dimaa N > 0 da membagi

10 iterval [a, b]. Sebelum meetuka ilai a da b, harus diketahui terlebih dahulu ilai titik-titik sebelum a da ilai titiktitik setelah b, agar mempermudah dalam meetuka ilai a da b yag dimaksud. Utuk itu diguakalah iterpolasi Lagrage dalam meetuka titik-titik tersebut. Iterpolasi Lagrage diterapka utuk medapatka fugsi poliomial (x) berderajat tertetu yag melewati sejumlah titik data. Misalya, utuk medapatka fugsi poliomial berderajat satu yag melewati dua buah titik yaitu (x 0, y 0 ) da (x 1, y 1 ). 1 Lagkah pertama yag dilakuka adalah medefiisika fugsi berikut 10 da L 0 x = x x 1... (59a) L 1 x = x x 0... (59b) kemudia defiisika fugsi poliomial sebagai berikut x = L 0 x y 0 L 1 (x)y 1... (60) Substitusi ersamaa (59a) da (59b) ke ersamaa (60), maka aka didapat x = x x 1 y 0 x x o y 1... (61) da ketika x=x 0 x 0 = x 0 x 1 y 0 x 0 x o y 1 = y 0... (6a) da pada saat x=x 1 x 1 = x 1 x 1 y 0 x 1 x o y 1 = y 1...(6b) Dari persamaa tersebut dapat disimpulka bahwa ersamaa (61) bearbear melewati titik (x o, y o ) da (x 1, y 1 ). ersamaa (61) diamaka iterpolasi Lagrage derajat 1. Nama iterpolasi ii diambil dari ama peemuya, yaitu Joseph Louis Lagrage yag berkebagsaa eracis. Betuk umum iterpolasi Lagrage derajat utuk (1) titik berbeda adalah x = i=0 y i dega i = 0, 1,,..., da L i x = j =0 j i L i x = y 0 L 0 x y 1 L 1 x y L. (63) x x j x i x j = x x 0 x x 1 x x i 1 x x i1 x x (64) (x i x) x i x i x i x i 1 x i x i1 (x i x ) Mudah dibuktika bahwa: L i x j = 1, i = j 0, i j da poliom iterpolasi (x) melalui setiap titik data. 3 Jika terdapat N data yag terdiri dari titik-titik x 0, x 1, x, x 3, da seterusya, x 1 x x 3 x x 0 x 4 N h h h h h da jarak atara titik satu dega laiya adalah h, maka ersamaa (63) dapat ditulis utuk tiga titik terdekat (x 0, x 1, x, x 3 ) x = x x 1 (x x ) (x 0 x ) y 0 x x 0 (x x ) (x 1 x ) y 1 x x 0 (x x 1 ) x x 0 (x x 1 ) y x = h ( 3h) h ( h) y 0 h ( 3h) h( h) y 1 h ( h) y h (h) x = 3y 0 3y 1 y... (65)

11 ersamaa (65) kemudia dibuat dalam betuk algoritma dega megguaka bahasa MATLAB. 3.3.3 Skala Ulag arameter Dalam pegerjaaya, ilai variabelvariabel yag diguaka pada persamaa NLS ii masih megalami masalah dalam perhituga umerikya, dimaa ilai yag diguaka masih terlalu besar utuk cakupa umerik pada software MATLAB sehigga error yag dihasilka juga mejadi cukup besar. Utuk megatasi masalah ii, maka dilakukalah skala ulag terhadap ilai parameter pedukug. Skala ulag parameter ii tidak megubah persamaa, tetapi dilakuka dega cara memasukka variabel pegali lai yag ilaiya kecil yag dapat ditetuka sediri, ke dalam parameter t, x, da F, sehigga ilai ketiga parameter tersebut mejadi lebih kecil (peurua legkap dapat dilihat pada Lampira B da C) t t ; x x ; da F ψf φ... (66) dimaa φ da ψ merupaka variabel skala ulag yag dimaksud. Nilai kedua variabel ii harus disesuaika dega parameter t, x, da F agar diperoleh hasil yag tepat. Dalam hal ii ilai variabel φ da ψ berturut-turut diguaka ilai 0,0005 da 0,03 utuk gaggua pertama da kedua, serta 0,001 da 0,03 utuk gaggua ketiga. Nilai ii diperoleh dari hasil trial ad error yag dilakuka selama peelitia. arameter t, x, da F yag telah diskala ulag, kemudia disubstitusi ke ersamaa (58), sehigga persamaaya mejadi: F x, t m 1 = iφ Δt Δx (F x 1, t m F x, t m F x 1, t m ) ψ Δt F 1 F 1 F x, t m... (67) Selai persamaa utama, persamaa azats yag diguaka juga megalami perubaha. Dega cara yag sama variabel t, x, da F yag telah diskala ulag da disubstitusi ke ersamaa (40) [halama 7], sehigga diperoleh hasil F = ψ sech x φ... (68) Dalam peelitia ii, solusi umerik dari persamaa NLS stabil diberika tiga kasus gaggua. Hal ii dega cara memberika variabel tambaha pada persamaa asatz, sehigga dapat diamati perubaha dari masig-masig keadaa setelah diberi gaggua. Ketiga persamaa tersebut adalah F x, t m = ψ sech x φ F x, t m = ψ sech 1 ε x φ 1 ε... (69a) 1 ε... (69b) F x, t m = (sech x ix 0 ψ φ sech x i x 0 φ e iθ )... (69c) ersamaa (69a), (69b), da (69c) selajutya diguaka utuk meggatika ersamaa asatz (68) solusi stabil. Sama seperti ersamaa (68) persamaa-persamaa tersebut diguaka utuk meetuka solusi baru dari persamaa NLS solito DNA yag diguaka. Dari ketiga persamaa ii aka dihasilka solusi baru yag berbeda dega solusi stabilya. ersamaa-persamaa yag telah diubah ke dalam betuk persamaa metode beda higga da iterpolasi Lagrage, serta telah dilakuka skala ulag kemudia disusu dalam bahasa pemrograma MATLAB [Lampira D]. Dari program simulasi ii aka ditampilka output berupa grafik tiga dimesi yag merupaka hasil solusi umerik dari solito DNA model BD ii. Solusi umerik yag telah diperoleh ii selajutya diamati da diaalisa, sehigga dapat dijelaska feomea yag terjadi.