Tugas Besar 1. Mata Kuliah Robotika. Forward dan Inverse Kinematics Robot Puma 560, Standford Manipulator, dan Cincinnati Milacron

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Trial and Error

HALAMAN JUDUL KINEMATIKA BALIK MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY PADA MANIPULATOR ROBOT DENSO

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

HALAMAN JUDUL KINEMATIKA BALIK MANIPULATOR ROBOT DENSO DENGAN METODE NEURAL NETWORK

PENERAPAN METODE DENAVIT-HARTENBERG PADA PERHITUNGAN INVERSE KINEMATICS GERAKAN LENGAN ROBOT

BAB 3 DESAIN HUMANOID ROBOT

HALAMAN JUDUL ANALISIS INVERSE KINEMATICS TERSEGMENTASI BERBASIS GEOMETRIS PADA ROBOT HUMANOID SAAT BERJALAN

DESAIN DAN PEMODELAN HUMANOID ROBOT

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengertian robot tak lagi hanya

ANALISIS INVERSE KINEMATICS TERSEGMENTASI PADA DANCING ROBOT HUMANOID MENGGUNAKAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENGENDALI ROBOT LENGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Robot Dengan Software Autocad Inventor. robot ular 3-DOF yang terdapat di paper [5].

DEFINISI APPLIED ARTIFICIAL INTELLIGENT. Copyright 2017 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MM, MT.

INTEGRASI MATH DAN CAD TOOL UNTUK MERANCANG KINEMATIKA MANIPULATOR SERI ROBOT INDUSTRI

PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK

BAB 3 PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK. robot industri yang mudah dibawa / dipindahkan. Robot ini dirancang untuk dapat

OPTIMALISASI UKURAN MANIPULABILITAS ROBOT STANFORD MENGGUNAKAN METODE PSEUDO-INVERSE

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SIMBOL

SISTEM KENDALI ROBOT MANIPULATOR PEMINDAH BARANG DENGAN UMPAN BALIK VISUAL

PENGATURAN PERGERAKAN ROBOT LENGAN SMART ARM ROBOTIC AX-12A MELALUI PENDEKATAN GEOMETRY BASED KINEMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO

PENGENALAN ROBOTIKA. Keuntungan robot ini adalah pengontrolan posisi yang mudah dan mempunyai struktur yang lebih kokoh.

Perancangan Pengaturan Posisi Robot Manipulator Berbasis PD Fuzzy Mamdani Computed Torque Control (PD Fuzzy CTC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN, SIMULASI DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT YANG TERINTEGRASI DENGAN REAL TIME POSITION JOYSTICK INPUT DAN 3D VIEW SIMMECHANICS

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

Transformasi Datum dan Koordinat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Robot, kata robot berasal dari bahasa Czech yaitu robota, yang berarti

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ANALISIS STRUKTUR METODE MATRIX. Pertemuan ke-3 SISTEM RANGKA BATANG (PLANE TRUSS)

SIMULATOR LENGAN ROBOT ENAM DERAJAT KEBEBASAN MENGGUNAKAN OPENGL

PERANCANGAN ARM MANIPULATOR PEMILAH BARANG BERDASARKAN WARNA DENGAN METODE GERAK INVERSE KINEMATICS

Rekayasa Elektrika. Perancangan Lengan Robot 5 Derajat Kebebasan dengan Pendekatan Kinematika

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Perancangan Dan Implementasi Kontrol Adaptif Untuk Smooth Trajectory Pada Manipulator 4 DOF

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR ROBOTIKA KODE / SKS : / 3 SKS

Arti Kata & Definisi Robot

SIMULASI ROBOT MANIPULATOR 4 DOF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM KASUS ROBOT MENULIS HURUF

Penerapan Inverse Kinematic Pada Pengendalian Gerak Robot

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata Robot berasal dari bahasa Cekoslowakia, yakni robota, yang Isaac Asimov mengajukan ada 3 hukum dari robotics dimana

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

SISTEM KENDALI MANIPULATOR ROBOT SEBAGAI PENYELEKSI BENDA BERWARNA SKRIPSI

KONTROL POSISI ROBOT MANIPULATOR PLANAR TIGA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS VISUAL

PERANCANGAN ARM MANIPULATOR 4 DOF DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALIAN CARTESIAN SPACE-TRAJECTORY PLANNING

UNIVERSITAS DIPONEGORO DESAIN PEMODELAN KINEMATIK DAN DINAMIK HUMANOID ROBOT TUGAS AKHIR BENI ANGGORO L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

HALAMAN JUDUL PERANCANGAN KONTROL STABILITAS HEXAPOD ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURO-FUZZY

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

ABSTRAK. Toolbox Virtual Reality. Sistem robot pengebor PCB dengan batasan posisi,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt

PERTEMUAN #8 ROBOT INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL

IMPLEMENTASI INVERSE KINEMATICS TERHADAP POLA GERAK HEXAPOD ROBOT 2 DOF

BAB 2 LANDASAN TEORI

Posisi&Orientasi dan Transformasi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGEMBANGAN DESAIN, SIMULASI DAN PENGUJIAN ROBOT TANGAN MENGGUNAKAN FLEX SENSOR TERINTEGRASI DENGAN 3D ANIMATION SIMMECHANICS

Implementasi Robot Lengan Pemindah Barang 3 DOF Menggunakan Metode Inverse Kinematics

Lengan Robot untuk Memindahkan Obyek Berbahaya Terkendali secara Nirkabel

3DoF KINEMATICS ROBOT ARM TUGAS AKHIR. Oleh : DIONISIUS ADJI NUGROHO

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Ir. I Ketut Gede Sugita,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana.

BAB I PENDAHULUAN. Anggota gerak pada manusia terdiri dari anggota gerak atas dan anggota gerak bawah,

BAB 2 ROBOTIKA. Perancangan aplikasi..., Dian Hardiyanto, FT UI, 2008.

ANALISA STRUKTUR METODE MATRIKS (ASMM)

VISUALISASI DAN PENGENDALIAN GERAK ROBOT LENGAN 4 DOF MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

RENCANA PEMBELAJARAN 1. POKOK BAHASAN : KINEMATIKA

Desain dan Kontrol Posisi dari Arm Manipulator Robot Sebagai Alat Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke

matematika KTSP & K-13 GARIS SINGGUNG LINGKARAN K e a s A. Definisi Garis Singgung Lingkaran Tujuan Pembelajaran

FIsika DINAMIKA ROTASI

PENERAPAN INVERS KINEMATIK TERHADAP PERGERAKAN KAKI PADA ROBOT HEXAPOD

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

20. TRANSFORMASI. A. Translasi (Pergeseran) ; T = b. a y. a y. x atau. = b. = b

PENGENDALIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN LABVIEW Setya Permana Sutisna 1, I Dewa Made Subrata 2

BAB 4 ANALISA SISTEM

Gestur Berbasis Estimasi Sudut Gulung untuk Pengendalian Manipulator

Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

PERANCANGAN ROBOT LENGAN PEMBUAT POLA BATIK BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE (GUI) DENGAN METODE GERAK INVERSE KINEMATICS

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Perancangan dan Implementasi Sistem Pola Berjalan Pada Robot Humanoid Menggunakan Metode Inverse Kinematic

BAB-7 TRANSFORMASI 2D

PENERAPAN ALGORITMA PENGENDALI LANGKAH ROBOT HUMANOID R2C-R9 KONDO KHR-3HV BERBASIS KINEMATIKA BALIK. Oleh Bangkit Meirediansyah NIM:

Analisis Kinematika Balik pada Kendali Robot Lengan Dental Light Berbasis Pengolahan Citra Digital Berdasarkan Isyarat Tangan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SOAL DAN PEMBAHASAN REFLEKSI DAN DILATASI

Penerapan Pemodelan Matematika untuk Visualisasi 3D Perpustakaan Universitas Mercu Buana

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

UNIVERSITAS INDONESIA

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Dinamik Robot Planar 1 DOF dan Simulasi

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

Prinsip Pribadi. Pengantar Robot 4. 4/29/ by hasanuddin sirait Page 1

BAB III PERANCANGAN 3.1. Bagian Perangkat Keras Robot Humanoid Kondo KHR-3HV

BAB III PENGEMBANGAN MODUL SIMULATOR BERBASIS PHYSICS ENGINE

PENERAPAN INVERS KINEMATIKA UNTUK PERGERAKAN KAKI ROBOT BIPED

Transkripsi:

Tugas Besar 1 Mata Kuliah Robotika Forward dan Inverse Kinematics Robot Puma 560, Standford Manipulator, dan Cincinnati Milacron Oleh : DWIKY HERLAMBANG.P / 2212105022

1. Forward Kinematics Koordinat posisi dan orientasi dari end effector atau tool merupakan hal yang penting dalam pergerakan manipulator. Orientasi menyatakan rotasi end effector terhadap base frame sedangkan koordinat posisi menyatakan letak end effector (x,y,z) terhadap base frame. Ciri khas dari penyelesaian menggunakan persamaan forward kinematics adalah hanya mempunyai satu solusi penyelesaian yang menyatakan hubungan antara joint terkait atau endefector terhadap base frame sehingga dapat diketahui koordinat posisi dan orientasi dari end effector....(1) Forward kinematic dinyatakan dalam matriks transformasi homogen seperti pada persaaman 1, dimana merupakan matriks rotasi dan merupakan matriks posisi yang menyatakan pergerakan end effector terhadap base frame Langkah untuk mencari forward kinematic pertama kali adalah mencari terlebih dahulu parameter dari tiap joint dengan aturan Denavit Hartenberg (DH). Parameter joint ini kemudian dibentuk menjadi matriks transformasi homogen tiap joint seperti pada persamaan (2), untuk selanjutnya dibentuk menjadi matriks transformasi seperti pada persamaan (3) yang menyatakan hubungan antar joint. A i = Rot z,θi Trans z, di Trans x, ai Rot x, αi [ ]...(2)...(3) Dari matriks T yang didapat maka dapat diketahui posisinya dengan melihat struktur pembentuk matrik seperti pada persamaan (1).

1.1 Persamaan Forward Kinematics Robot Puma 560 Manipulator merupakan salah satu jenis robot yang terdiri dari lengan semu, dimana aplikasinya banyak diterapkan pada skala industri terutama di industri manufaktur. Puma 560 seperti pada Gambar 1, merupakan salah satu jenis robot manipulator yang mempunyai 6 joint atau derajat kebebasan (6DOF) dengan konfigurasi semua jointnya adalah revolute atau sendi putar. Gambar 1. Robot Puma 560 Seperti yang dijelaskan diatas bahwa untuk mencari persamaan forward kinematics maka yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mencari parameter joint Puma 560 dengan aturan DH sebagai berikut : a. Tahap 1 Menentukan dan memberikan label pada sumbu Z 0 sampai Z n-1 seperti pada Gambar 2, dimana n adalah jumlah joint robot yaitu 6 sehingga sumbu yang ditentukan dari Z 0 sampai Z 5. Gambar 2. Penentuan sumbu Z pada Puma 560 b. Tahap 2 Menetapkan base frame dan menentukan titik origin (O 0 ) dimana saja sepanjang sumbu Z 0, selanjutnya melengkapi sumbu X 0 dan Y 0 sesuai kaidah tangan kanan seperi pada

Gambar 3. Base frame ini nantinya digunakan sebagai acuan posisi dan orientasi dari end-effector. Gambar 3. Penentuan base frame Puma 560 c. Tahap 3 Menentukan titik O i (untuk i=1 sampai i = n-1), dengan aturan jika sumbu Z i memotong sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada perpotongannya dan jika sumbu Z i sejajar dengan sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada joint i+1. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Penentuan titik O i Puma 560 d. Tahap 4 Menentukan dan memberi label sumbu X i (untuk i=1 sampai i = n-1), sepanjang common normal antara Z i-1 dan Z i melalui O i, atau pada arah normal ke bidang Z i-1 - Z i jika Z i-1 dan Z i berpotongan. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Penentuan sumbu X i Puma 560 e. Tahap 5 Melengkapi sumbu Y i (untuk i=1 sampai i=n-1), dengan aturan kaidah tangan kanan seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Penentuan sumbu Y i Puma 560 f. Tahap 6 Menentukan frame end-effector O n X n Y n Z n, dengan mengasumsikan bahwa joint ke n adalah revolute yaitu joint 6 dan arah sumbu Z n yaitu Z 6 mengikuti sumbu Z terakhir (Z 5 ), selanjutnya melengkapi titik origin O 6 dan X 6,Y 6 dengan menggunakan kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan pada Gambar 7 Gambar 7. Penentuan end effector Puma 560

g. Tahap 7 Menentukan dan membuat tabel parameter DH seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Parameter yang dicari, yaitu : 1. a i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari titik O i. 2. d i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari O i-1, jika joint ke-i adalah prismatik maka d i bernilai variabel. 3. α i merupakan sudut yang terbentuk antara Z i-1 dan Z i dengan acuan sumbu X i. 4. ө i merupakan sudut antara X i-1 dan X i dengan acuan Z i-1 jika joint ke-i adalah revolute maka ө i bernilai variabel. Tabel 1. Joint i a i d i α i θ i Rentang sudut θ i DH 1 0 m 0 m -90 o * θ 1-160 o sampai +160 o 2 0.4138 m 0.14909 m 0 o * θ 2-225 o sampai +45 o 3-0.232 m 0 m 90 o * θ 3-45 o sampai +225 o 4 0 m 0.43307 m -90 o * θ 4-110 o sampai +170 o 5 0 m 0 m 90 o * θ 5-100 o sampai +100 o 6 0 m 0.5625 m 0 o * θ 6-266 o sampai +266 o Paramater Robot Puma 560 h. Tahap 8 Membentuk matriks transformasi homogen untuk setiap joint dengan memasukkan parameter pada Tabel 1 kedalam persamaan 2, misal diasumsikan θ 1 =90 o,θ 2 =0 o,θ 3 = 90 o,θ 4 =0 o,θ 5 =90 o,θ 6 =0 o sehingga didapat hasil sebagai berikut :

i. Tahap 9 Membentuk matrik transformasi homogen yang menyatakan hubungan antar joint seperti pada persamaan 3. Mengingat Puma 560 mempunyai 6 joint, sehingga akan diperoleh bentuk matriks T yaitu = sebagai berikut : [ ] Dari hasil matriks T yang terbentuk dapat diketahui bahwa dengan memberikan nilai sudut θ 1 =90 o,θ 2 =0 o,θ 3 = 90 o,θ 4 =0 o,θ 5 =90 o,θ 6 =0 o maka akan didapat posisi dari end effector, yaitupada posisi x = -0.14991 m, y = -0.1531 m, z = -0.3305 m, dimana tanda negatif menunjukkan posisi end effector berada berkebalikan dengan arah sumbu base frame.

1.2 Persamaan Forward Kinematics Stanford Manipulator Stanford manipulator seperti pada Gambar 8, merupakan salah satu jenis robot manipulator yang mempunyai 6 joint atau derajat kebebasan (6DOF) dengan konfigurasi 5 joint revolute dan 1 joint prismatik yang terletak pada joint 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 8. Stanford manipulator Gambar 9. Konfigurasi joint stanford manipulator Hal yang pertama kali harus dilakukan untuk mencari persamaan forward kinematics dari stanford manipulator yaitu mencari parameter joint dengan aturan DH seperti pada poin 1.1 diatas. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap 1 Menentukan dan memberikan label pada sumbu Z 0 sampai Z n-1 seperti pada Gambar 10, dimana n adalah jumlah joint robot yaitu 6 sehingga sumbu yang ditentukan dari Z 0 sampai Z 5

Gambar 10. Penentuan sumbu Z pada stanford manipulator b. Tahap 2 Menetapkan base frame dan menentukan titik origin (O 0 ) dimana saja sepanjang sumbu Z 0, selanjutnya melengkapi sumbu X 0 dan Y 0 sesuai kaidah tangan kanan seperi pada Gambar 11. Base frame ini nantinya digunakan sebagai acuan posisi dan orientasi dari end-effector. Gambar 11. Penentuan base frame stanford manipulator c. Tahap 3 Menentukan titik O i (untuk i=1 sampai i = n-1), dengan aturan jika sumbu Z i memotong sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada perpotongannya dan jika sumbu

Z i sejajar dengan sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada joint i+1. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12. Penentuan titik O i stanford manipulator d. Tahap 4 Menentukan dan memberi label sumbu X i (untuk i=1 sampai i = n-1), sepanjang common normal antara Z i-1 dan Z i melalui O i, atau pada arah normal ke bidang Z i-1 - Z i jika Z i-1 dan Z i berpotongan. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13. Penentuan sumbu X i stanford manipulator e. Tahap 5 Melengkapi sumbu Y i (untuk i=1 sampai i=n-1), dengan aturan kaidah tangan kanan seperti pada Gambar 14.

Gambar 14. Penentuan sumbu Y i stanford manipulator f. Tahap 6 Menentukan frame end-effector O n X n Y n Z n, dengan mengasumsikan bahwa joint ke n adalah revolute yaitu joint 6 dan arah sumbu Z n yaitu Z 6 mengikuti sumbu Z terakhir (Z 5 ), selanjutnya melengkapi titik origin O 6 dan X 6,Y 6 dengan menggunakan kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan pada Gambar 15 Gambar 15. Penentuan end effector stanford manipulator

g. T a h a Joint i 1 2 3 a i 0 m 0 m 0 m d i 0 m 0.154 m d * 3 m α i -90 o 90 o 0 o θ i * θ 1 * θ 2 0 Rentang d i - - 0.1 0.5 m Rentang sudut θ i -160 o sampai +160 o -225 o sampai +45 o - p 4 0 m 0 m -90 o * θ 4 - -110 o sampai +170 o 7 5 0 m 0 m 90 o * θ 5 - -100 o sampai +100 o M 6 0 m 0.263 m 0 o * θ 6 - -266 o sampai +266 o e nentukan dan membuat tabel parameter DH seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Parameter yang dicari, yaitu : 1. a i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari titik O i. 2. d i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari O i-1, jika joint ke-i adalah prismatik maka d i bernilai variabel. 3. α i merupakan sudut yang terbentuk antara Z i-1 dan Z i dengan acuan sumbu X i. 4. ө i merupakan sudut antara X i-1 dan X i dengan acuan Z i-1 jika joint ke-i adalah revolute maka ө i bernilai variabel. Tabel 2. DH Paramater Robot Stanford Manipulator h. Tahap 8 Membentuk matriks transformasi homogen untuk setiap joint dengan memasukkan parameter pada Tabel 2 kedalam persamaan 2, misal diasumsikan θ 1 =90 o,θ 2 =0 o,θ 4 =- 90 o,θ 5 =0 o,θ 6 =90 o dan d 3 = 0.3 m, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

i. Tahap 9 Membentuk matrik transformasi homogen yang menyatakan hubungan antar joint seperti pada persamaan 3. Mengingat stanford manipulator mempunyai 6 joint, maka akan diperoleh bentuk matriks T yaitu = sebagai berikut : [ ] Dari hasil matriks T yang terbentuk dapat diketahui bahwa dengan memberikan nilai sudut θ 1 =90 o,θ 2 =0 o,θ 4 =-90 o,θ 5 =0 o,θ 6 =90 o dan mengasumsikan nilai d 3 = 0.3 m maka akan didapat posisi dari end effector, yaitu pada posisi x = 0 m, y = 0.7170 m, z = 0.5630 m, terhadap base frame. 1.3 Persamaan Forward Kinematics Cincinnati Milacron T3 Berbagai jenis manipulator banyak digunakan di industri yang bertujuan untuk mempermudah maupun menjaga kualitas dari suatu pekerjaan, salah satunya yaitu Cincinnati Milacron T3 seperti pada Gambar 16, manipulator ini mempunyai 6 joint atau derajat

kebebasan (6DOF) dengan konfigurasi semua joint adalah revolute seperti pada robot Puma 560. Gambar 16. Cincinnati Milacron T3 Hal yang pertama kali harus dilakukan untuk mencari persamaan forward kinematics dari manipulator ini yaitu mencari parameter joint dengan aturan DH seperti pada poin 1.1 dan 1.2 diatas. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap 1 Menentukan dan memberikan label pada sumbu Z 0 sampai Z n-1 seperti pada Gambar 17, dimana n adalah jumlah joint robot yaitu 6 sehingga sumbu yang ditentukan dari Z 0 sampai Z 5 Gambar 17. Penentuan sumbu Z pada Cincinnati Milacron T3 b. Tahap 2 Menetapkan base frame dan menentukan titik origin (O 0 ) dimana saja sepanjang sumbu Z 0, selanjutnya melengkapi sumbu X 0 dan Y 0 sesuai kaidah tangan kanan seperi pada Gambar 18. Base frame ini nantinya digunakan sebagai acuan posisi dan orientasi dari end-effector.

Gambar 19. Penentuan base frame Cincinnati Milacron T3 c. Tahap 3 Menentukan titik O i (untuk i=1 sampai i = n-1), dengan aturan jika sumbu Z i memotong sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada perpotongannya dan jika sumbu Z i sejajar dengan sumbu Z i-1, maka titik O i ditempatkan pada joint i+1. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 20. Gambar 20. Penentuan titik O i Cincinnati Milacron T3 d. Tahap 4 Menentukan dan memberi label sumbu X i (untuk i=1 sampai i = n-1), sepanjang common normal antara Z i-1 dan Z i melalui O i, atau pada arah normal ke bidang Z i-1 - Z i jika Z i-1 dan Z i berpotongan. Ilustrasi tahap ini ditunjukkan pada Gambar 21.

Gambar 21. Penentuan sumbu X i Cincinnati Milacron T3 Gambar 22. Penentuan sumbu Y i Cincinnati Milacron T3 e. Tahap 5 Melengkapi sumbu Y i (untuk i=1 sampai i=n-1), dengan aturan kaidah tangan kanan seperti pada Gambar 22. f. Tahap 6 Menentukan frame end-effector O n X n Y n Z n, dengan mengasumsikan bahwa joint ke n adalah revolute yaitu joint 6 dan arah sumbu Z n yaitu Z 6 mengikuti sumbu Z terakhir (Z 5 ), selanjutnya melengkapi titik origin O 6 dan X 6,Y 6 dengan menggunakan kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan pada Gambar 23

Joint i a i d i α i θ i Rentang sudut θ i 1 0 m 1.5 m 90 o * θ 1-120 o sampai +120 o 2 1.067 m 0 m 0 o * θ 2 0 o sampai +90 o 3 1.067 m 0 m 0 o * θ 3-150 o sampai 0 o 4 0.205 m 0 m -90 o * θ 4-90 o sampai +90 o 5 0.369 m 0 m 0 o * θ 5-90 o sampai +90 o 6 0 m 0 m 0 o * θ 6-135 o sampai +135 o Gambar 23. Penentuan end effector stanford manipulator g. Tahap 7 Menentukan dan membuat tabel parameter DH seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Parameter yang dicari, yaitu : 1. a i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari titik O i. 2. d i merupakan jarak perpotongan sumbu X i dan sumbu Z i-1 diukur dari O i-1, jika joint ke-i adalah prismatik maka d i bernilai variabel. 3. α i merupakan sudut yang terbentuk antara Z i-1 dan Z i dengan acuan sumbu X i. 4. ө i merupakan sudut antara X i-1 dan X i dengan acuan Z i-1 jika joint ke-i adalah revolute maka ө i bernilai variabel. Tabel 3. DH Paramater Robot Cincinnati Milacron h. Tahap 8 Membentuk matriks transformasi homogen untuk setiap joint dengan memasukkan parameter pada Tabel 2 kedalam persamaan 2, misal diasumsikan θ 1 =90 o,θ 2 =0 o, θ 3 =0 o θ 4 =90 o,θ 5 =0 o,θ 6 =90 o, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

i. Tahap 9 Membentuk matrik transformasi homogen yang menyatakan hubungan antar joint seperti pada persamaan 3. Mengingat stanford manipulator mempunyai 6 joint, maka akan diperoleh bentuk matriks T yaitu = sebagai berikut : [ ] Dari hasil matriks T yang terbentuk dapat diketahui bahwa dengan memberikan nilai sudut θ 1 =90 o,θ 2 =0 o, θ 3 =0 o θ 4 =90 o,θ 5 =0 o,θ 6 =90 o maka akan didapat posisi dari end effector, yaitu pada posisi x = 0 m, y = 2.1340 m, z = 1.3360 m, terhadap base frame. 2. Inverse Kinematics

Inverse kinematics digunakan untuk mencari kombinasi sudut yang harus diberikan pada manipulator agar end effector bergerak menuju koordinat posisi yang ditentukan. Hal ini berbeda dengan konsep forward kinematics, dimana sudut dari tiap joint sudah ditentukan untuk mencari koordinat posisi dari end effector, perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada Tabel 4. Ada beberapa cara untuk menyelesaikan inverse kinematics, salah satunya adalah dengan metode aljabar. Ciri khas dari penyelesaian menggunakan persamaan inverse kinematics adalah mempunyai lebih dari satu solusi penyelesaian, karena dimungkinkan memiliki lebih dari satu kombinasi sudut tiap joint untuk mendapatkan koordinat posisi dari end effector. Tabel 4. Perbedaan inverse dan forward kinematic Inverse Kinematics Forward Kinematics θ = (x) x = dimana : θ = variabel joint x = posisi dan orientasi end effector 2.1 Persamaan Inverse Kinematics Robot Puma 560 2.2 Persamaan Inverse Kinematics Standford Manipulator 2.3 Persamaan Inverse Kinematics Cincinnati Milacron 3. Simulasi Forward Kinematics 3.1 Simulasi Forward Kinematics Robot Puma 560 3.2 Simulasi Forward Kinematics Stanford Manipulator 3.3 Simulasi Forward Kinematics Cincinnati Milacron T3 4. Simulasi Inverse Kinematics 4.1 Simulasi Forward Kinematics Robot Puma 560 4.2 Simulasi Forward Kinematics Stanford Manipulator 4.3 Simulasi Forward Kinematics Cincinnati Milacron T3