BAB 2 LANDASAN TEORI. Robot, kata robot berasal dari bahasa Czech yaitu robota, yang berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Robot, kata robot berasal dari bahasa Czech yaitu robota, yang berarti"

Transkripsi

1 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definsi Robot Robot, kata robot berasal dari bahasa Czech yaitu robota, yang berarti kerja. Kamus besar Webster memberikan definisi mengenai robot, yaitu sebuah peralatan otomatis yang melakukan pekerjaan seperti apa yang dilakukan manusia. Jenis Robot industrial ini cukup banyak. Salah satunya adalah robot yang menyerupai manusia. contohnya lengan robot yang dibuat berdasarkan fungsi kerja lengan manusia walaupun dapat diubah untuk kerja yang berlainan. namun konsep pergerakannya mirip dengan lengan manusia. Karena dari hal ini dapat membuat robot dapat lebih mudah dan fleksibel untuk berbagai jenis kerja. Berikut gambar dari klasiifikasi industrial robot dilihat dari struktur mechanicanya. Gambar 2.1 Klassifikasi industrial robot dilihat dari struktur mechanical

2 13 Sumber: World Robotics 2004, IPA Stuttgart, ISO 8373 Beberapa aplikasi robot pada proses manufakturing : Perakitan Perakitan komponen pesawat terbang dan bagian bagian lainnya. Permesinan Penghalusan plat logam, pembuatan sayap rudal. Pengelasan Pengelasan titik dan pengelasan bentuk lain. Pengecatan Pengecatan semprot untuk badan mobil dan bagian mobil lainnya. Penanganan material

3 14 Penumpukan suku cadang mobil dan penghantarannya. Lain - lain Inspeksi produk, suku cadang dan ketahanan produk Keuntungan nyata : Penghematan tenaga kerja. Meningkatkan kinerja produksi Kemampuan untuk diprogram ulang (re-program) membuat robot lebih fleksibel. Dapat membuat produksi kecil ditengah-tengah pekerjaan besar rutin. Produk baru dapat dikeluarkan dalam persiapan yang singkat Sekilas Tentang Spesisikasi Robot, Obyek, Focus dan Target Penelitian Menurut Endra Pitowarno Untuk mengetahui dalam tema apa saja robotik dapat diteliti maka sebelumnya dapat mengilustrasikannya dahulu. Pada gambar 2.2 dijelaskan tentang keterkaitan seluruh komponen atau sub-domain dalam ruang lingkup penelitian di bidang robotik. Secara garis besar penelitian di bidang robotik dapat dilakukan dengan memilih tema berdasarkan alur dalam 4 tahapan, yaitu klasifikasi, obyek penelitian, fokus penelitian dan target penelitian. Dari blok klarifikasi, struktur robot dapat diketahui berada dalam kelompok mana. Dari sini, obyek penelitian dapat ditentukan dan dijabarkan secara detil parameter-parameternya. Bisa dilihat pemaparan gambar dibawah ini

4 15 Gambar 2.2 klasifikasi, obyek penelitian, fokus penelitian dan target penelitian Sumber : Robotika, desain, kontrol dan kecerdasan buatan. Endra Pitowarno. 2005

5 Robot Berdasarkan Fungsi dan Sifat Mobolitasnya Menurut International Federation of Robotics (IFR) fungsi robot dapat diklasifikasikan ke dalam 2 bagian besar, yaitu : a. Industrial Robot (robot industri) digunakan pada sektor industri seperti, membantu dalam proses perakitan kendaraan, mengelas, dan sebagainya. b. Service Robot berfungsi membantu manusia dalam membersihkan rumah, membantu dokter melakukan operasi, menjadi pemandu wisata, dan lain-lain. Definisi Robot Industri Menurut ISO Organisasi standarisasi dunia melalui ISO 8373 mendefinisikan robot industry sebagai sebuah manipulator dengan tiga atau lebih sumbu, yang dikontrol secara otomatis, yang dapat diprogram ulang, dengan banyak tujuan, di mana diletakkan pada tempat yang tetap atau dapat bergerak untuk keperluan dan aplikasi-aplikasi otomasi industri. Komponen Robot Industri Berdasarkan Arthur J. Critchlow (1985, p19-22) komponen robot industri antara lain: a. Link dan Joint Joint merupakan sumbu perputaran robot. Fungsi joint ini untuk menghubungkin link link yang terdapat pada robot industri. Link merupakan salah satu bagian dari robot industri yang berfungsi untuk menjangkau area robot. Panjnag link ditentukan sesuai fiungsi robot itu.

6 17 b. Wrist Wrist merupakan sebuah penghubung antara end effector (hand) dan lengan (arm) pada robot. Wrist memiliki tiga pergerakan, antara lain: Pitch, pergerakan joint untuk naik dan turun. Yaw, pergerakan joint untuk menyamping kiri dan kanan. Roll, pergerakan joint untuk memutar. c. End effector End effector merupakan peralatan mekanik yang bisa digerakkan dan dilekatkan pada ujung manipulator. End effector ini bisa berfungsi untuk memegang dan memindahkan objek serta bisa juga melakukan proses manufaktur seperti: mengecat mengelas, dan sebagainya. d. Drive Bagian ini merupakan sebagai media penggerak lengan robot. Bisa berupa motor listrik, hidraulik motor, hidraulik silinder, pneumatic motor dan sebagainya. e. Controller merupakan bagian dari sistem yang berfungsi untuk mengatur semua kegiatan yang terjadi pada robot. Bagian controller ini menggunakan mikrokontroler atau mikroprosesor dan berisi control program dan task program.

7 18 f. Sensor Sensor berguna sebagai inputan robot untuk melihat atau mengukur posisi joint sesuai posisi referensinya. g. Interface Interface berfungsi sebagai media komunikasi antara komputer dan robot. Biasanya media komunikasi yang sering digunakan seperti RS Kinematika Dasar Berdasarkan Fu, Gonzales dan Lee (1987, p6-13) adalah terdapat dua permasalahan dalam mempelajari kinematika, yaitu adalah forward kinematic dam inverse kinematic. Forward kinematics bertujuan mencari solusi untuk mendapatkan posisi dan orientasi dari end effector yang relatif terhadap base dengan memberikan sudut-sudut dari joint (θi). Inverse kinematics bertujuan mencari solusi untuk menemukan besarnya sudut-sudut joint (θi) dengan memberikan posisi dari end effector berupa koordinat posisi X,Y,Z. Pada gambar 2.3 menggambarkan hugungan antara inverse dan forward kinematik. Gambar 2.3 Direct kinematics dan inverse kinematics

8 Forward Kinematics Bagian ini menjelaskan hubungan mencari solusi untuk mendapatkan posisi dan orientasi dari tool frame dalam hal ini end effector yang relatif terhadap base frame dengan memberikan sudut-sudut dari joint (θi). Maksud dari Posisi ini merupakan titik kedudukan relatif suatu benda terhadap suatu titik acuan dan Orientasi merupakan arah suatu benda relatif terhadap suatu titik acuan. Sedangkan Frame merupakan sekumpulan vektor yang memberikan informasi tentang posisi dan orientasi. Untuk mendapatkan posisi dan orientasi tersebut bisa menggunakan matrix transformasi homogeneous, dan konsep Denavit-Hartenberg. Untuk memahami konsep Denavit-Hartenberg memerlukan pembahasan tentang transformasi homogeneous di mana untuk memahaminya hal tersebut memerlukan pembahasan tentang pergerakan rotasi dan translasi dalam tiga dimensi. Gerak translasi merupakan gerak perpindahan dari suatu titik ke titik lain secara lurus. Gerak rotasi merupakan gerak perpindahan suatu titik ke titik lain secara melingkar. Sedangkan transformasi merupakan gabungan dari gerak translasi dan gerak rotasi Pergerakan Rotasi Dalam 3 Dimensi Berdasarkan Fu, Gonzales dan Lee (1987, p14-19) Pada Gambar 2.4 menggambarkan sistem koordinat OUVW berotasi terhadap sistem koordinat referensi OXYZ. Titik P dapat direpresentasikan melalui tiap-tiap koordinatnya dengan mengacu kepada sistem koordinat OUVW dan OXYZ.

9 20 Gambar 2.4 Koordinat OUVW relatif terhadap sistem koordinat OXYZ Pada gambar 2.5 merupakan matriks rotasi dalam 3 dimensi berukuran 3 x 3. Sistem koordinat OUVW tersebut berotasi terhadap sumbu OX dengan sudut sebesar α, maka koordinat arah sumbu OX tidak berubah, yang berubah koordinat pada arah OY dan OZ. Pers...(2-1) Gambar 2.5 Koordinat OUVW berotasi terhadap sumbu OX

10 21 Pada Gambar 2.6 menggambarkan sistem koordinat OUVW berotasi terhadap sumbu OY dengan sudut sebesar Φ, koordinat arah sumbu OY tidak berubah, yang berubah koordinat pada arah OX dan OZ, jadi hasil matriksnya mirip dengan komponen Y-nya tetap, hasilnya adalah, Pers...(2-2) Gambar 2.6 Koordinat OUVW berotasi terhadap sumbu OY Pada Gambar 2.7 menggambarkan sistem koordinat OUVW berotasi terhadap sumbu OZ dengan sudut sebesar θ, koordinat arah sumbu OZ tidak berubah, yang berubah koordinat pada arah OX dan OY, jadi hasil matriksnya dimensi dengan komponen Z-nya tetap, hasilnya adalah, Pers... (2-3) Gambar 2.7 Koordinat OUVW berotasi terhadap sumbu OZ

11 22 Pada gambar 2.8 Arah rotasi positif berlawanan jarum jam tanda α, θ, dan Φ sedangkan arah rotasi negatif searah dengan gerak jarum jam tanda α, θ, dan Φ. Matriksmatriks Rx,α persamaan (2-1), Ry,Φ persamaan (2-2) dan Rz,θ persamaan (2-3) di atas dapat disebut sebagai matriks rotasi dasar. Gambar 2.8 Sistem-sistem koordinat yang berputar Translasi Dalam 3 Dimensi Untuk translasi 3 dimensi hanya, ada memiliki 3 buah komponen yaitu x,y,z sehingga persamaan (2-4) menjadi, Pers...(2-4)

12 Matriks Transformasi Homogeneous Berdasarkan Fu, Gonzales dan Lee (1987, p27-29) berikut bagian-bagian yang penting tentang transformasi homogeneous. Matriks rotasi 3x3 yang sebelumnya tidak dapat digunakan untuk menunjukkan pergeseran dari suatu posisi (translasi) dan penskalaan, untuk itu dibutuhkan sebuah matriks baru yang bisa merepresentasikan pergeseran sekaligus penskalaan. Matriks transformasi homogeneous merupakan sebuah matriks 4x4 di mana matriks ini dapat memetakan sebuah vektor posisi yang diekspresikan dalam koordinat homogeneous dari suatu sistem koordinat ke sistem koordinat lainnya. Sebuah matriks transformasi homogeneous terdiri dari 4 submatriks: Pers...(2-5) Submatriks 3x3 yang terletak di kiri atas merepresentasikan matriks rotasi, submatriks 3x1 di bagian kanan atas merepresentasikan vektor posisi dari system koordinat asal yang dirotasi mengacu pada sistem koordinat referensi. Submatriks 1x3 di bagian bawah kiri merepresentasikan transformasi perspektif, dan terakhir submatriks 1x1 yang terletak di bagian kanan bawah adalah matriks yang merepresentasikan factor penskalaan. Selanjutnya sebuah matriks rotasi 3x3 bisa diperluas menjadi matriks transformasi homogeneous 4x4 yang dilambangkan dengan T rot. Pada Persamaan (2-1) sampai dengan persamaan (2-3) dapat diekspresikan sebagai matriks transformasi homogeneous,

13 24 Pers (2-6) Pers (2-7) Pers (2-8) Matriks-matriks rotasi 4x4 di atas disebut juga matriks rotasi homogeneous dasar. Pada matriks rotasi homogeneous faktor penskalaan di set 1, karena diasumsikan tidak terjadi pembesaran pada objek jika tidak menggunakan kamera Konsep Denavit Hartenberg Manipulator mekanik terdiri dari sejumlah bagian tubuh yang dinamakan link dan joint. joint digunakan untuk menghubungkan setiap link-link yang ada. Setiap joint mewakili satu derajat kebebasan. Untuk mendeskripsikan hubungan translasional dan rotasional antara link-link yang berdekatan digunakanlah konsep Denavit dan Hartenberg sebagai sebuah metode matriks yang secara sistematis membangun sebuah sistem koordinat dari masing-masing link. Berdasarkan Andreas Bischo et al(1999.p20-21) Dalam mencari sebuah transformasi dari sebuah ujung alat hingga basis dari sebuah manipulator, ditentukan frame dari link-link dan mendapatkan teknik yang sistematikal, yang dapat menjabarkan kinematika dari sebuah robot dengan n derajat kebebasan dalam cara yang unik.

14 25 Gambar 2.9 menunjukkan link pertama dari rantai kinematika. Pada basis dan tiap link i dari rantai tersebut menggambarkan sebuah frame Ki yang pesifik, yang mana merupakan link. Jadi posisi dan orientasi dari sebuah frame link berubah dengan berdasarkan frame link yang sebelahnya menurut pergerakkan dari penggabungan joint. Maka dari itu koordinat frame Ki dapat dijabarkan dari frame Ki-1 link sebelumnya. Transformasi homogeneous meliputi sudut joint (untuk joint putar) atau offset joint (untuk prismatic joint). Pada akhirnya frame Kn dapat ditransformasikan ke frame base dengan mengalikan semua transformasi link dengan rantai kinematik dari matrik trasnfomasi homogeneus. Untuk membuat suatu posisi/orientasi tergantung dari frame alat yang mendekati frame basis dari manipulator (biasanya berada di lantai bersifat permanen), urutan dari transformasi homogeneous diurut dari atas(ujung akhir) hingga bawah(basis) dengan urutan Kn-1,Kn-2,.,K0. Tugas yang tersisa adalah mengatur semua matriks transformasi homogeneous untuk sebuah tipe rantai kinematik, mengingat sudut dari link dan tipe dari joint.

15 26 Gambar 2.10 Parameter kinematik menurut konsep Denavit Hartenberg Berdasarkan Andreas Bischo et al(1999.p22-23) Pada Gambar 2.10 menunjukkan rantai kinematik, dimana dua buah link yang terhubung lewat sebuah joint putar. Ini digunakan untuk menunjukkan bagaimana parameter-parameter didapat dengan penjabaran link. i dan i-1 adalah joint yang merepresentasikan joint yang satu dengan yang sebelumnya. Pada joint yang ke i, perpotongan garis tegak pada titik Ui dengan garis lurus ai merupakan frame Ki, dimana i = 0, 1, 2, 3, 4,, n (dimana n merupakan jumlah derajat kebebasan). Sumbu x didapat dari garis normal pada frame base dan searah dengan link jika bukan base. Sumbu Z merupakan garis lurus yang searah dengan sumbu putar joint, sehingga berdasarkan kaedah tangan kanan sumbu y bisa didapatkan. Kaedah tangan kanan didefinisikan sebagai perluasan ibu jari, jari

16 27 telunjuk, dan jari tengah tangan kanan. pergerakan dari x (jari telunjuk) ke +y (jari tengah) menunjukkan hasil vektor z (ibu jari). Sebuah transformasi homogeneous i-1ai pencerminkan frame Ki terhadap Ki- 1melalui link terbaru, dapat diturunkan dengan transformasi geometrikal melalui link dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Rotasi terhadap Zi-1 dengan sudut θ. 2. Translasi sepanjang Zi-1 dengan perpindahan di. 3. Translasi sepanjang Xi-1 dengan perpindahan ai. 4. Rotasi terhadap Xi dengan sudut αi. Berdasarkan Fu, Gonzales dan Lee (1987, p36) setiap koordinat dibuat berdasarkan tiga buah aturan di bawah ini: 1. Sumbu Zi-1 berada di sepanjang poros pergerakan dari joint ke-i 2. Sumbu Xi tegak lurus terhadap sumbu Zi-1 dan menunjuk menjauh darinya 3. Sumbu Yi melengkapi sistem koordinat yang diperlukan berdasarkan aturan tangan kanan Berikutnya juga perlu diperhatikan adalah konvensi Denavit-Hartenberg, dikutip dari Fu, K. S. et al., page 37: θi adalah sudut pandang pada joint dari sumbu xi 1 dengan sumbu zi 1 sebagai porosnya (perputarannya menggunakan aturan tangan kanan).

17 28 di adalah jarak dari pusat koordinat kerangka/sumbu koordinat ke-(i 1) ke perpotongan sumbu zi 1 dengan sumbu zi 1 dengan sumbu xi sepanjang sumbu zi 1. ai adalah jarak/panjang perpotongan sumbu zi 1 dengan sumbu xi ke pusat kerangka/sumbu koordinat ke-i sepanjang sumbu xi (atau jarak terpendek antara sumbu zi 1dan sumbu zi). αi (alpha) adalah sumbu dari sumbu zi 1 ke sumbu zi dengan poros sumbu xi (perputarannya dengan menggunakan aturan tangan kanan). Masing-masing dari keempat pertimbangan di atas dapat dilakukan perhitungan dengan cara matriks homogeneous rotasi-translasi dan hasil dari keempat matriks tersebut adalah matriks transformasi berdasarkan konsep Denavit Hartenberg untuk sistem koordinat berdekatan i-1ai, yaitu sistem koordinat i dan sistem koordinat i-1, untuk joint putar adalah: i-1ai = TZ,d. TZ,θ. TX,a. TX,α Pers (2-10)

18 Inverse Kinematics Inverse Kinematics merupakan pengendalian posisi dan orientasi dari end effector robot untuk mencapai suatu objek di dalam sistem koordinat. Berdasarkan posisi dan orientasi yang ingin dicapai, inverse kinematics digunakan untuk mencari besarnya sudut (θi) yang harus diberikan pada setiap joint (i) manipulator untuk mendapatkan posisi dan orientasi tersebut (Fu, Gonzales dan Lee, 1987, p52). Berdasarkan Craig (1989, p ), kemungkinan adanya solusi perlu diketahui dahulu sebelum melakukan pencarian nilai θi. Kemungkinan untuk mendapatkan solusi sangat penting untuk diketahui, hingga perhitungan untuk mencari solusi tidak perlu dilakukan apabila tidak ada jaminan bisa mendapatkan solusi. Ada tidaknya solusi berhubungan erat dengan area jangkauan (workspace) robot. Area jangkauan adalah volum ruang yang dapat dicapai oleh end effector manipulator. Apabila posisi dan orientasi (titik tujuan) dari end effector berada di dalam area jangkauan, maka sekurangkurangnya terdapat satu solusi. Apabila solusinya ada, maka kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah solusinya lebih dari satu (multi solusi). Hal ini menjadi masalah karena sistem dituntut hanya bisa memilih satu solusi saja. Gambar 2.11 Dua solusi untuk satu posisi

19 30 Sebagai contoh bisa dilihat pada gambar 2.11, berdasarkan gambar tersebut, end effector semula berada pada posisi A dan diinginkan pindah ke posisi B. Untuk mencapai posisi B ada dua macam konfigurasi gerakan manipulator yang bisa dilakukan (ditunjukkan dengan garis putus-putus 1 dan 2). Kedua solusi tersebut sama-sama bisa mendapatkan posisi yang sama. Bila terdapat lebih dari satu solusi, maka akan sangat baik untuk memilih solusi dengan gerakan paling sedikit pada joint-joint, berdasarkan contoh gambar 2.11 di atas maka garis putus-putus paling atas (1) merupakan pilihan terbaik. Namun apabila ada halangan atau rintangan ketika memilih solusi dengan gerakan yang paling minimal, maka solusi dengan pergerakan yang lebih jauh bisa dipilih. Hal ini menunjukkan perlunya menghitung semua solusi yang mungkin dilakukan. Banyaknya solusi ditentukan oleh jumlah joint yang dimiliki manipulator, dan juga fungsi dari Parameter-parameter (di,ai,αi dan θi pada manpulator dengan joint putar; dan di, ai, dan αi pada manipulator dengan joint prismatik). Parameter-parameter link (di, ai, dan αi pada manipulator dengan join putar; dan θi, ai, dan αi pada manipulator dengan joint prismatik) yang tidak sama dengan nol. Semakin banyak parameter link yang tidak bernilai nol, maka semakin banyak pula cara atau solusi untuk mencapai suatu tujuan. Penyelesaian Inverse kinematic bisa dengan cara pendekatan numerik. Pendekatan Numerik Pada pendekatan numerik ini memanfaatkan kemampuan komputer untuk melakukan perhitungan secara berulang-ulang untuk mendapatkan solusi inverse kinematics. Komputer akan terus menghitung semua kemungkinan solusi secara berulang-ulang sampai didapatkan suatu solusi yang sesuai untuk sudut-sudut joint yang dibutuhkan agar bisa mencapai posisi dan orientasi yang diinginkan. Cara numerik

20 31 relatif lebih mudah, namun menghabiskan lebih banyak waktu karena sifat pengulangannya. Apabila cara numerik menghabiskan waktu terlalu banyak, maka perlu dipertimbangkan penggunaan cara analitik (Craig, 1989, p ). 2.3 Mikrocontroller Focus pada keluarga Arsitektur jenis 8051 dikembangkan oleh Perusahaan INTEL pada tahun 1980 yang digunakan untuk keperluan embedded system(sistem yang berbasis penanaman bahasa mesin). AT89S51 mempunyai konsumsi daya rendah, mikrokontroller 8-bit CMOS dengan 4K byte momori Flash ISP ( in system programmable/ dapat diprogram didalam sistem).divais ini dibuat dengan teknologi memori nonvolatile kerapatan tinggi dan kompatibel dengan standart industri 8051, set instruksi dan pin keluaran. Flash yang berada didalam chip memungkinkan memori program untuk diprogram ulang pada saat chip didalam sistem atau dengan menggunakan Programmer memori nonvolatile konvensional. Dengan mengkombinasikan CPU 8 bit yang serbaguna dengan flash ISP pada chip, ATMEL 89S51 merupakan mikrokontroller yang luarbiasa yang memberikan fleksibelitas yang tinggi dan penyelesaian biaya yang efektif untuk beberapa aplikasi kontrol. AT89S51 memberikan fitur-fitur standar sebagai berikut: 4K byte Flash, 128 byte RAM, 32 jalur I/O, Timer Wachtdog, dua data pointer, dua 16 bit timer/ counter, lima vektor interupsi dua level, sebuah port serial full dupleks, oscilator internal, dan rangkaian clock. Selain itu AT89S51 didisain dengan logika statis untuk operasi dengan frekuensi sampai 0 Hz dan didukung dengan mode penghematan daya. Pada mode idle akan menghentikan CPU sementara RAM, timer/ counter, serial port dan sistem

21 32 interupsi tetap berfungsi. Mode Power Down akan tetap menyimpan isi dari RAM tetapi akan membekukan osilator, menggagalkan semua fungsi chip sampai interupsi eksternal atau reset hardware ditemui. ( Bentuk chip mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat dari gambar dibawah ini Gambar 2.12 Konfigurasi PIN 89S Mengenai I/O pada Mikrocontroller. Input output yang dilakukan pada percobaan ini sangat sederhana dimana mengambil input dari dip switch atau push button dan mengeluarkan output ke led atau seven segment. Sebelum nya inisialisasi port yang digunakan untuk input dan output pada praktikum adalah ada 4 buah port yaitu: Port 0

22 33 Merupakan port yang memiliki dua kegunaan. Pada desain yang minimum sederhana digunakan sebagai port I/O Port 1 Merupakan port yang hanya berfungsi sebagai port I/O, kecuali pada IC 89S52 yang menggunakan P1.0 dan P1.1 sebagai input eksternal untuk timer ketiga T3. Port 1 terdapat pada pin 1-8. Port 2 Merupakan dual-purpose port. Pada desain minimum digunakan sebagai port I/O. Port 2 terdapat pada pin Port 3 Merupakan dual-purpose port. Selain sebagai port I/O juga mempunyai fungsi Khusus Addressing Mode Addressing Mode merupakan cara pengalamatan memory baik yang terdapat pada RAM maupun ROM, Addressing mode pada arsitektur mikrokontroler keluarga 8051 yaitu: Immediate Addressing Dinamakan immediate addressing karena nilai yang berada pada pada memori langsung diubah oleh instruksi. Contoh dari perintah ini adalah sebagai berikut: MOV A,#23h Pada perintah di atas nilai pada akumulator akan diisi dengan nilai 23 hexadecimal. Direct Addressing

23 34 Pada mode direct addressing, nilai pada suatu alamat memori akan diisi secara langsung oleh nilai yang terdapat pada alamat memori yang lain, misalnya 31h. Contoh dari perintah ini adalah sebagai berikut: MOV A,31h Pada perintah di atas, nilai pada akumulator akan diisi dengan nilai yang terdapat pada memori alamat 31h pada RAM, misalkan alamat memori 31h berisi nilai FBh, maka A akan bernilai FBh setelah instruksi tersebut dieksekusi. Indirect Addressing Pada mode ini nilai dari suatu memori akan diisi dengan nilai dari alamat memori yang ditunjuk oleh suatu alamat memory yang lain atau register yang lain. Contoh dari mode ini adalah sebagai berikut: MOV A,@R0 Pada perintah ini akumulator akan diisi dengan nilai yang terdapat pada alamat yang ditunjuk oleh nilai R0. Jika R0 bernilai 10h dan pada alamat 10h terdapat nilai FCh, maka akumulator akan diisi dengan nilai yang berada pada alamat 10h yaitu FCh. 2.4 Komunikasi Serial Komunikasi serial merupakan komunikasi data dengan pengiriman data secara satu per satu dengan menggunakan satu jalur kabel data. Sehingga komunikasi serial hanya menggunakan 2 kabel data yaitu kabel data untuk pengiriman yang disebut transmit (Tx) dan kabel data untuk penerimaan yang disebut receive (Rx). Kelebihan dari komunikasi serial adalah jarak pengiriman dan penerimaan dapat dilakukan dalam

24 35 jarak yang cukup jauh dibandingan dengan komunikasi parallel tetapi kekurangannya adalah kecepatan lebih lambat daripada komunikasi parallel, untuk saat ini sedang dikembangkan teknologi serial baru yang dinamakan USB (Universal Serial Bus) yang memiliki kecepatan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat disbanding serial biasa. Gambar 2.13 Connector Female Beberapa contoh : komunikasi Serial RS-232 dan RS-485. Komunikasi serial RS-232 antara Mikrokontroller dengan Komputer PC dapat melalui Serial Port tetapi butuh sebuah Interface sebagai pengantar berkomunikasinya. MAX232 digunakan sebagai Sinkronisasi data dari Mikrokontroller ke Komputer PC karena Logika yang terdapat pada Komputer PC adalah : Logika 1 pada Komputer PC adalah tegangan antara -3 sampai -25 Volt Logika 0 pada Komputer PC adalah tegangan antara 3 sampai 25 Volt Sumber : Servo Motor DC Motor servo merupakan sebuah motor dc kecil yang diberi sistim gear dan potensio meter sehingga dia dapat menempatkan horn servo pada posisi yang

25 36 dikehendaki. Motor servo ini jelas menggunakan sistim close loop sehingga posisi horn yang dikehendaki bisa dipertahanakan Jenis Motor Servo Secara umum terdapat 2 jenis motor servo. Yaitu motor servo standard dan motor servo Continous. Motor servo standard sering dipakai pada sistim robotika misalnya untuk membuat Robot Arm ( Robot Lengan ) sedangkan motor servo Continous sering dipakai untuk Mobile Robot Mengontrol Motor Servo Penggunaan motor servo untuk bidang robotika tentu ada alasannya. Pertama adalah motor servo memiliki putaran yang lambat dan torsi yang kuat ( berkat adanya sistim gear ). Hal ini cocok dengan bidang robotika, bandingkan misalnya dengan motor dc biasa yang memiliki putaran cepat namun torsi rendah. Kedua, sistim kontrol untuk motor servo relatif sedikit ( diperlukan hanya 1 jalur data saja ). Hal ini tentu berbeda misalnya jika menggunakan motor stepper yang memerlukan jalur kontrol lebih dari 1 jalur. Oleh karena itu tantangannya adalah bagaimana mengontrol motor servo yang hanya menggunakan 1 jalur tersebut. Oleh karena hanya digunakan 1 jalur data untuk mengontrol motor servo, maka digunakan teknik PWM ( Pulse Width Modulation = Modulasi Lebar Pulsa ). berdasarkan (microrobotics.blogspot.com)

26 37 Gambar 2.14 Hubungan lebar pulsa dengan posisi horn servo DC servo motor memiliki beberapa keunggulan, yaitu : Bentuknya kompak, ringan dan berdaya kerja tinggi Dapat bekerja pada daerah atau tempat yang kurang baik Kecepatan maksimum yang sangat tinggi Biaya perawatan mudah tenaga putaran tinggi tersedia Dalam semua ukuran ( bentuk servo sesuai ukuran)

27 38 Sebagian dari kerugian-kerugian dari servo sebagai berikut: lebih Mahal dibanding stepper motor Tidak bisa bekerja dengan sistem open looppengulangan Merlukan penyetelan parameter pengulangan Perlu perawatan untuk brushednya. 2.6 Teaching Box Teaching Box digunakan pada sebagai alat pengendali dari lengan Robot tersebut. Teaching Box selain untuk menggerakan lengan Robot secara manual, digunakan untuk menyimpan posisi sementara. Setelah itu, baru di-load ke Komputer, dan disimpan dengan ekstensi. Berikut merupakan contoh teaching box yang digunakan pada robot RV-M1 Gambar 2.15 Teaching Box

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, 92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu

Lebih terperinci

Tugas Besar 1. Mata Kuliah Robotika. Forward dan Inverse Kinematics Robot Puma 560, Standford Manipulator, dan Cincinnati Milacron

Tugas Besar 1. Mata Kuliah Robotika. Forward dan Inverse Kinematics Robot Puma 560, Standford Manipulator, dan Cincinnati Milacron Tugas Besar 1 Mata Kuliah Robotika Forward dan Inverse Kinematics Robot Puma 560, Standford Manipulator, dan Cincinnati Milacron Oleh : DWIKY HERLAMBANG.P / 2212105022 1. Forward Kinematics Koordinat posisi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN Andy Rosady 0400530056 Riza

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK. robot industri yang mudah dibawa / dipindahkan. Robot ini dirancang untuk dapat

BAB 3 PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK. robot industri yang mudah dibawa / dipindahkan. Robot ini dirancang untuk dapat 39 BAB 3 PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK Model industrial robot yang akan dirancang merupakan model skala kecil dari robot industri yang mudah dibawa / dipindahkan. Robot ini dirancang

Lebih terperinci

KENDALI LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51

KENDALI LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51 KENDALI LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51 Eko Patra Teguh Wibowo Departemen Elektronika, Akademi Angkatan Udara Jalan Laksda Adi Sutjipto Yogyakarta den_patra@yahoo.co.id ABSTRACT A robot

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK

PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK PERANCANGAN MODEL INDUSTRIAL ROBOT SECARA KINEMATIK Andy 1 ; Artur Laurensius 2 ; Firmansyah 3 ; Iman H. Kartowisastro 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, Jln.

Lebih terperinci

Rekayasa Elektrika. Perancangan Lengan Robot 5 Derajat Kebebasan dengan Pendekatan Kinematika

Rekayasa Elektrika. Perancangan Lengan Robot 5 Derajat Kebebasan dengan Pendekatan Kinematika Jurnal Rekayasa Elektrika VOLUME 11 NOMOR 2 OKTOBER 2014 Perancangan Lengan Robot 5 Derajat Kebebasan dengan Pendekatan Kinematika Firmansyah, Yuwaldi Away, Rizal Munadi, Muhammad Ikhsan, dan Ikram Muddin

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ROBOT LENGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC

SISTEM PENGENDALI ROBOT LENGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC SISTEM PENGENDALI ROBOT LENGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC Syarifah Hamidah [1], Seno D. Panjaitan [], Dedi Triyanto [3] Jurusan Sistem Komputer, Fak.MIPA Universitas Tanjungpura [1][3] Jurusan

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2011 di Lab. Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

Arti Kata & Definisi Robot

Arti Kata & Definisi Robot Materi #10 Arti Kata & Definisi Robot 2 Arti kata robot Robot berasal dari bahasa Cekoslovakia: robota yang berarti pekerja paksa (forced worker). Definisi robot Menurut Kamus Webster: Robot adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB I TUGAS MATA KULIAH SISTEM MIKROPROSESOR DOSEN PEMBERI TUGAS : FATAH YASIN, ST, MT.

BAB I TUGAS MATA KULIAH SISTEM MIKROPROSESOR DOSEN PEMBERI TUGAS : FATAH YASIN, ST, MT. 1 BAB I TUGAS MATA KULIAH SISTEM MIKROPROSESOR DOSEN PEMBERI TUGAS : FATAH YASIN, ST, MT. A. Deskripsi Tugas 1. Jelaskan perbedaan mikroprosesor dan mikrokontroler. 2. Jelaskan mode-mode pengalamatan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengan robot Lengan Robot adalah sebuah alat mekanik yang dapat melakukan tugas tugas fisik yang berat, sehingga sangat menbantu pekerjaan manusia dalam melakukan hal hal yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Pengantar Robotika : AK0223 / 2 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi Pengenalan Tentang Disiplin Ilmu Robotika mengetahui tentang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR ROBOTIKA KODE / SKS : / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGANTAR ROBOTIKA KODE / SKS : / 3 SKS Proses Belajar Mengajar Dosen Mahasiswa Mata Pra Syarat SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Menjelaskan, Memberi Contoh, Diskusi, Memberi Tugas : Mendengarkan, Mencatat, Diskusi, Mengerjakan Tugas : Mikrokomputer,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DENAVIT-HARTENBERG PADA PERHITUNGAN INVERSE KINEMATICS GERAKAN LENGAN ROBOT

PENERAPAN METODE DENAVIT-HARTENBERG PADA PERHITUNGAN INVERSE KINEMATICS GERAKAN LENGAN ROBOT PENERAPAN METODE DENAVIT-HARTENBERG Agus Budi Dharmawan et al. PENERAPAN METODE DENAVIT-HARTENBERG Agus Budi Dharmawan 1, Lina 2 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Trial and Error

BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Trial and Error BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang robot menggunakan algoritma kinematika balik. 2.1. Metode Trial and Error Metode trial and

Lebih terperinci

PENGENALAN ROBOTIKA. Keuntungan robot ini adalah pengontrolan posisi yang mudah dan mempunyai struktur yang lebih kokoh.

PENGENALAN ROBOTIKA. Keuntungan robot ini adalah pengontrolan posisi yang mudah dan mempunyai struktur yang lebih kokoh. PENGENALAN ROBOTIKA Manipulator robot adalah sistem mekanik yang menunjukkan pergerakan dari robot. Sistem mekanik ini terdiri dari susunan link(rangka) dan joint (engsel) yang mampu menghasilkan gerakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia Mikrokontroler Mikrokontroler adalah sistem komputer yang dikemas dalam sebuah IC. IC tersebut mengandung semua komponen pembentuk komputer seperti CPU,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM INTERFACE UNTUK PENGONTROLAN RV-M1

PEMBUATAN PROGRAM INTERFACE UNTUK PENGONTROLAN RV-M1 PEMBUATAN PROGRAM INTERFACE UNTUK PENGONTROLAN RV-M1 Endra 1 ; Silvester H 2 ; Yonny 3 ; Galang Titan 4 1, 2, 3, 4 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

PERTEMUAN #8 ROBOT INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PERTEMUAN #8 ROBOT INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL ROBOT INDUSTRI Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer- Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 7 PERTEMUAN #8 TKT312 OTOMASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu sistem penjejak obyek bergerak. 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robotika memiliki unsur yang sedikit berbeda dengan ilmu-ilmu dasar atau terapan lainnya. Ilmu dasar biasanya berkembang dari suatu asas atau hipotesa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt Adiyatma Ghazian Pratama¹, Ir. Nurussa adah, MT. 2, Mochammad Rif an, ST.,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

Pembuatan Sistem Pengendali 4 Motor DC Penggerak 4 Roda Secara Independent Berbasis Mikrokontroler AT89C2051

Pembuatan Sistem Pengendali 4 Motor DC Penggerak 4 Roda Secara Independent Berbasis Mikrokontroler AT89C2051 Pembuatan Sistem Pengendali 4 Motor DC Penggerak 4 Roda Secara Independent Berbasis Mikrokontroler AT89C2051 Ari Rahayuningtyas Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Jl K S Tubun no 5 Subang Jawa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Matakuliah : Teknik Interface dan Peripheral Kode : TKC-210 Teori : 2 sks Praktikum : 1 sks Deskripsi Matakuliah Standar Kompetensi Program Studi : Di kuliah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Sistem Kendali atau control system terdiri dari dua kata yaitu system dan control. System berasal dari Bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah

Lebih terperinci

Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler

Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler II. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa memahami pemrograman dasar mikrokontroler 2. Mahasiswa memahami fungsi dan prinsip kerja

Lebih terperinci

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL Pendahuluan Mikroprosessor 8051 (Struktur dan Organisasi Memori, SFR ) Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL A. Organisasi Memori Mikroprosesor 8051 Pada mikrokontroler keluarga MCS51

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengertian robot tak lagi hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengertian robot tak lagi hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan seputar dunia robot umumnya difokuskan pada industri. Robot jenis ini banyak digunakan untuk membantu dalam proses produksi di pabrik-pabrik manufaktur.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi jari animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN HUMANOID ROBOT

BAB 3 DESAIN HUMANOID ROBOT BAB 3 DESAIN HUMANOID ROBOT Dalam bab ini berisi tentang tahapan dalam mendesain humanoid robot, diagaram alir penelitian, pemodelan humanoid robot dengan software SolidWorks serta pemodelan kinematik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR

RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR Rancang Bangun Robot Sebagai Alat Bantu Penjelajah Bawah Air....Kadri Hawari, dkk RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR Kadri Hawari, Aidi Finawan 2 dan M. Kamal 3 1 Prodi Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata Robot berasal dari bahasa Cekoslowakia, yakni robota, yang Isaac Asimov mengajukan ada 3 hukum dari robotics dimana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata Robot berasal dari bahasa Cekoslowakia, yakni robota, yang Isaac Asimov mengajukan ada 3 hukum dari robotics dimana BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN ROBOT Kata Robot berasal dari bahasa Cekoslowakia, yakni robota, yang berarti pekerja. Robot diciptakan atas dasar untuk mendukung dan membantu pekerjaan manusia. Istilah

Lebih terperinci

Written by Mada Jimmy Monday, 24 August :40 - Last Updated Thursday, 18 November :51

Written by Mada Jimmy Monday, 24 August :40 - Last Updated Thursday, 18 November :51 Perkembangan industri saat ini menuntut pemrosesan pada sistem kontrol yang semakin dinamis dalam setiap tahapan perancangan, pengoperasian, maupun perawatan. Peralatan yang kompak, fleksibel namun handal

Lebih terperinci

BAB 2 ROBOTIKA. Perancangan aplikasi..., Dian Hardiyanto, FT UI, 2008.

BAB 2 ROBOTIKA. Perancangan aplikasi..., Dian Hardiyanto, FT UI, 2008. BAB 2 ROBOTIKA 2.1 Definisi Robot Apabila kita melihat di dunia industri, penggunaan robot dapat dikatakan sebagai hal yang sudah biasa, meskipun penggunaan dari tipe sederhana hingga robot cerdas yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN VACUUM CLEANER DENGAN PENGENDALI NIRKABEL MENGGUNAKAN MODUL RF DATA TRANSCEIVER YS-1020UB BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

RANCANG BANGUN VACUUM CLEANER DENGAN PENGENDALI NIRKABEL MENGGUNAKAN MODUL RF DATA TRANSCEIVER YS-1020UB BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 RANCANG BANGUN VACUUM CLEANER DENGAN PENGENDALI NIRKABEL MENGGUNAKAN MODUL RF DATA TRANSCEIVER YS-1020UB BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 I Gusti Agung Putu Raka Agung, Made Sudiana Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat dari otot. Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Tetas Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAKSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... xv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain motor servo, LCD Keypad Shield, rangkaian pemantik, mikrokontroler arduino uno dan kompor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik dan komputer telah menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar di dalam kegiatan manusia, di mana manusia

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Sistem Mikroprosesor ( Implementasi Pada Mikrokontroler 8 Bit

KATA PENGANTAR Sistem Mikroprosesor ( Implementasi Pada Mikrokontroler 8 Bit SISTEM MIKROPROSESOR, oleh I Wayan Sutaya, S.T., M.T. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta

Lebih terperinci

Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics

Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 281 Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics Hasbullah Ibrahim

Lebih terperinci

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IC Digital TTL dan CMOS Berdasarkan teknologi pembuatannya, IC digital dibedakan menjadi dua jenis, yaitu TTL (Transistor-Transistor Logic) dan CMOS (Complementary Metal Oxide

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

PENGATURAN PERGERAKAN ROBOT LENGAN SMART ARM ROBOTIC AX-12A MELALUI PENDEKATAN GEOMETRY BASED KINEMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO

PENGATURAN PERGERAKAN ROBOT LENGAN SMART ARM ROBOTIC AX-12A MELALUI PENDEKATAN GEOMETRY BASED KINEMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO 1 PENGATURAN PERGERAKAN ROBOT LENGAN SMART ARM ROBOTIC AX-12A MELALUI PENDEKATAN GEOMETRY BASED KINEMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO Dina Caysar NIM. 105060301111006 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Mikrokontroler 89C51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 Kbytes Flash Programmable Memory. Arsitektur 89C51 ditunjukkan pada gambar 2. Accumulator

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Umum Perancangan robot merupakan aplikasi dari ilmu tentang robotika yang diketahui. Kinerja alat tersebut dapat berjalan sesuai keinginan kita dengan apa yang kita rancang.

Lebih terperinci

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Sri Wahyuni Dali #1, Iskandar Z. Nasibu #2, Syahrir Abdussamad #3 #123 Teknik Elektro Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Makalah ini membahas desain

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Hexapod robot MSR-H01 Menggunakan Mikrokontroler ATMega 128

Sistem Kontrol Hexapod robot MSR-H01 Menggunakan Mikrokontroler ATMega 128 Sistem Kontrol Hexapod robot MSR-H01 Menggunakan Mikrokontroler ATMega 128 Yunifa Miftachul Arif Teknik Informatika, Fakultas Saintek, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak Penelitian ini membahas tentang

Lebih terperinci

DSR CHANNEL DELTA SERVO CONTROLLER

DSR CHANNEL DELTA SERVO CONTROLLER DSR-30 30 CHANNEL DELTA SERVO CONTROLLER DESKRIPSI DSR-30 Delta Servo Control adalah sebuah modul pengendali motor servo melalui port serial. Motor servo diatur gerakannya dengan menggunakan PWM di mana

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INVERSE KINEMATIC PADA PERGERAKAN MOBILE ROBOT KRPAI DIVISI BERKAKI

IMPLEMENTASI INVERSE KINEMATIC PADA PERGERAKAN MOBILE ROBOT KRPAI DIVISI BERKAKI IMPLEMENTASI INVERSE KINEMATIC PADA PERGERAKAN MOBILE ROBOT KRPAI DIVISI BERKAKI Publikasi Jurnal Skripsi Disusun oleh : EKY PRASETYA NIM. 0910633047-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma Sistem Tertanam Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno 1 Arsitektur Atmega328 Prosesor atau mikroprosesor adalah suatu perangkat digital berupa Chip atau IC (Integrated Circuit) yang digunakan untuk memproses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler.

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan membahas teori teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. 2.1 Gerak Melingkar Beraturan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat. BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Peranvangan merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam penyusunan dan pembuatan alat dalam proyek akhir ini, sebab tanpa adanya perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol pergerakan pada robot dibagi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor BAB II TEORI DASAR 2. 1 Sistem Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroller adalah suatu perangkat keras yang memiliki memori dan peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkah langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pokok Bahasan: 1. Mikrokontroler 8051 Arsitektur (Architecture) Timers/Counters Interrupts Komunikasi Serial (Serial Communication) Tujuan Belajar: Setelah mempelajari dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 ISSN: 693-6930 65 KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 Muchlas, Nurhidayat, Ribby Essabella Program Studi Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia kedokteran gigi, dikenal suatu teknologi yang dinamakan dental unit. Dental unit digunakan sebagai tempat periksa untuk pasien dokter gigi yang telah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGANALAT

BAB III PERANCANGANALAT BAB III PERANCANGANALAT 3.1. Tujuan Perancangan Berdasarkan kajian ladasan teori pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pembahasan berkenaan dengan perancangan alat, perancangan ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci