Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

BAB 2 LANDASAN TEORI

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB 2 LANDASAN TEORI

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

HEAT EXCHANGER. (Indra Wibawa Dwi S.Teknik Kimia.Universitas Lampung)

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

1.1 Konsep Distribusi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

IR. STEVANUS ARIANTO 1

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

IV. METODE PENELITIAN

Kinematika. Posisi ; kedudukan suatu benda disuatu saat relatif terhadap suatu titik acuan.

Bab IV Pengembangan Model

IV. METODE PENELITIAN

Hidrograf satuan (Unit hydrograph) Hujan titik. Peta Topografi. Hujan DAS. Hujan rancangan. Parameter DAS. Hidrograf satuan sintetik

Bab 2 Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

Matematika EBTANAS Tahun 1988

IV. METODE PENELITIAN

Darpublic Nopember 2013

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

Xpedia Fisika. Mekanika 01

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

TEORI TERZAGHI KO K N O S N O S L O I L DA D S A I S SA S T A U T U DI D ME M N E S N I S

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

Fungsi Bernilai Vektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PERSAMAAN GERAK

Transkripsi:

Konsolidasi

Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi

Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi neo (q n ), dengan q n q-d f γ (dikurangi bera anah yang digali) q n 48,74 KPa

Δσ Δp 43,86 kpa p1 p0 + Δp 130,6 + 43,86 174,47 kpa < pc 00 kpa S c C H log p 1 r 1+ e0 p0 ' ' S c 0,047 1+ 6 0,78 174,47 log 130,6 S c 0,005 m

Kapan konsolidasi berakhir? (ΔU 0) Proses konsolidasi idak boleh erjadi keika masa operasional konsruksi pembangunan berahap ΔH

Perkembangan proses konsolidasi akiba kenaikan egangan erenu, dapa dinyaakan dalam persamaan: U e e 0 0 dengan: U e o e 1 e e e 1 deraja konsolidasi pada waku dan kedalaman erenu angka pori awal sebelum konsolidasi angka pori akhir konsolidasi angka pori pada waku erenu pada saa konsolidasi masih berlangsung

Deraja konsolidasi juga dapa dinyaakan dalam benuk persamaan: U U p' p p ' p 1 1 0 0 ' ' u1 u u 1 u u 1 p p ' + 1 ' 0 p p' + u 1 ' u i U S S c

Tekanan air pori berlebih (excess pore waer pressure) pada saakonsolidasi berlangsung dapa diunjukkan dengan persamaan konsolidasi 1D Teraghi (195). Anggapan dalam analisis konsolidasi saudimensi: 1. Tanah homogen dan jenuh sempurna. Parikel pada 3. Arah pemadaan dan aliran air pori verikal 4. Regangan kecil 5. Berlaku hukum Darcy 6. Permeabilias (k) dan m v konsan 7. Nilai angka pori dan egangan efekif idak berganung waku

Diinjau lapisan lempung seebal d. Kelebihan ekanan air pori pada sembarang iik di lapisan lempung adalah u

Gradien hidraulik dinyaakan oleh persamaan: i h 1 γ u w Jika v adalah kecepaan drainasi air pori yang melewai lapisan ipis, maka persamaan Darcy dinyaakan oleh: v ki h k k γ w u

Perubahan kecepaan aliran melewai elemen d: u k h k ki v w γ d n d v ' ' ' / 1 p n p n p H H m v d p p n d v ' ' d p m d v v '

Apabila egangan verikal oal konsan selama konsolidasi, maka: d u m d v v u p ' d p m d v v ' u p p + ' u p p + ' Persamaan egangan efekif: 0 p

Subsiusi nilai koefisien konsolidasi, C v, maka akan diperoleh persamaan: d u m d v v u k v w γ subsiusi u m u k v w γ u m k u v w γ v w v m k C γ u C u v

ΔU Persamaan konsolidasi Teraghi dapa diselesaikan secara analiis dengan beberapa asumsikondisi baas: Saa 0, pada lapisan lempung d, ΔuΔp Unuk sembarangwaku (), H dan 0 Δu 0 Pada waku sanga lama, pada sembarang kedalaman Δu 0

0 H jarak linasan drainase erpanjang u i disribusi kelebihan ekanan air pori awal Apabila ekanan air pori awal u i dianggap konsan, maka: Ui

Apabila: n dan m + 1 dan M ( π / )(m + 1) C T v v H dengan T v adalah besaran anpa dimensi, yang disebu ime facor, maka: u m m 0 u M i sin M H exp( M T v )

Denganmensubsiusi deraja konsolidasi, U u1 u u U 1 u1 u 1 Maka, deraja konsolidasi sepanjang keebalan lapisan lempung dapa dihiung menggunakan: U m 1 sin exp( M T v m 0 M H M Dalam prakis di lapangan, nilai raa-raa deraja konsolidasi U, sepanjang kedalaman lebih diperlukan. U 1 m m 0 exp( M T v ) M )

0 0.5 1 1.5.5 3 Tv 0.5 0.9 0.1 0.05 0.01 3.5 4 0 0. 0.4 0.6 0.8 1 U Hubungan deraja konsolidasi U sepanjang lapisan lempung dengan ebal 4 m berdrainase dobel erhadap T v

Craig (005)

Casagrande (1938) dan Taylor (1948) mengusulkan persamaan hubungan U dan T v yang sanga aplikaif dalam kepeningan perencanaan, yaiu: Unuk U<60%: T v (π/4)u Unuk U>60%: T v -0.933 log (1-U) 0.085 Persamaan di aas cukup mendekai nilai yang didapa dari rumus analiis (kurva 1): U 1 m m 0 exp( M T v ) M

Beberapa benuk diagram disribusi ekanan air pori awal digunakan dalam prakek, misalnya: benuk segi empa, segiiga, rapesium dan sinusoida Diagram dibawah merupakan isokron unuk waku, 0 Segi empa Segi iga Segi iga Trapesium Trapesium Sinusoid

Diagram ekanan air pori awal berupa luasan empa persegi panjang erjadi pada lapisan lempung relaif ipis dibanding lebar pembebanan, seperi fondasi raki (raf foundaion)

Disribusi ekanan air pori awal berupa luasan segiiga dengan puncak di aas erjadi apabila imbunan yang anahdasarnya dilandasi lapisan kedap air

Disribusi segiiga dengan ujung di bawah erjadi pada fondasi yang erleak pada lapisan lempung yang dibaasi lapisan lolos air di bawahnya

a) Hiung deraja konsolid asi anah lempung pada iap kedalam an,4,6,8 dan 10 m

Perama, perlu dihiung ime facor,t v Tiap sauan parameer perlu disesuaikan T T v T v v Cv H 4 7,99 10 7 365 4 60 60 (500) 0,71

(m) /H U (%) 0 0 100 0,40 87 4 0,80 79 6 1,0 79 8 1,60 87 10,00 100 Tv 0,71 Gambar 7.61 Nilai U iap lapisan?

b) Hiung kelebihan ekanan air pori pada iap kedalaman,4,6,8 dan 10 m

Tambahan egangan akiba beban meraa q Δp 100 kpa Pada waku 0, maka kelebihan ekanan air pori u i Δp 100 kpa Deraja konsolidasi dinyaakan oleh: U u i u u u kelebihan air pori 1 u i Δp 100 kpa

u (m) /H U (%) u (1-U )u i 0 0 100 0 0,40 87 13 4 0,80 79 1 6 1,0 79 1 8 1,60 87 13 10,00 100 0

c) Hiung waku yang dibuuhkan unuk erjadinya penurunan sebesar 0,0 m, bila lempung ermasuk jenis lempung normally consolidaed

Hiung ekanan efekif di engah-engah lapisan lempung akiba overburden dan Δp Hiung penurunan pada akhir konsolidasi (S c ) S c C c H e log p 1 1+ 0 p0 ' ' Tenukan deraja konsolidasi pada kondisi penurunan yang dianyakan (U S /S c ) Unuk U<60%: T v (π/4)u Unuk U>60%: T v -0.933 log (1-U) 0.085 HiungTv dan waku yang diperlukan unuk mencapai deraja konsolidasi U T v Cv H

Δσ Δp 100 kpa p0 (16,8 x 1,60) + (8,19 x 3) + (10,19 x 5) 10,35 kpa p1 p0 + Δp 10,35 + 100 0,35 kpa S c C H e log p 1 c 1+ 0 p0 ' ' Sc 10 0,5 log 1+ 0,61 0,35 10,35 S c 0,46 m S 0,0 π U 0,435 < 60% T U v 0, 149 Sc 0,46 4 Tv H 0,149 500 1,478 ahun 4 7,99 10 4 3600 365 C v

Beban imbunan, q 00 kpa Hiung waku yang dibuuhkan unuk erjadinya penurunansebesar 0,0 m, bila lempung ermasuk jenis lempung normally consolidaed

Δσ Δp 00 kpa p0 (16,8 x 1,60) + (8,19 x 3) + (10,19 x 5) 10,35 kpa p1 p0 + Δp 10,35 + 00 30,35 kpa S c C H e log p 1 c 1+ 0 p0 ' ' Sc 10 0,5 log 1+ 0,61 30,35 10,35 S c 0,73 m S 0,0 π U 0,74 < 60% T U v 0, 059 Sc 0,73 4 Tv H 0,059 500 0,584 ahun 4 7,99 10 4 3600 365 C v