BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PERCOBAAN 8. RANGKAIAN ARITMETIKA DIGITAL DASAR

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH

Rangkaian Kombinasional

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC

Sistem. Bab 6: Combinational 09/01/2018. Bagian

Jobsheet Praktikum PARALEL ADDER

OPERASI DALAM SISTEM BILANGAN

Rangkaian Digital Kombinasional. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Dari tabel kebenaran half adder, diperoleh rangkaian half adder sesuai gambar 4.1.

Review Kuliah Sebelumnya

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL

Muhammad Adri Abstrak

A0 B0 Σ COut

LAB SHEET TEKNIK DIGITAL. Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2013

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Aljabar Boolean. IF2120 Matematika Diskrit. Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB. Rinaldi Munir - IF2120 Matematika Diskrit

RANGKAIAN ARITMETIKA 3

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2-

Kuliah#11 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

PERCOBAAN 11. CODE CONVERTER DAN COMPARATOR

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

ALJABAR BOOLEAN R I R I I R A W A T I, M. K O M L O G I K A M A T E M A T I K A 3 S K S

Arithmatika Komputer. Pertemuan 3

DIKTAT SISTEM DIGITAL

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB III GERBANG LOGIKA DAN ALJABAR BOOLEAN

Aljabar Boolean. Rudi Susanto

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD Maret 2018

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL

Basic Arithmetic Computing. Team Dosen Telkom University 2016

Sasaran Pertemuan 2 PERTEMUAN 2 SISTEM BILANGAN

BAB II SISTEM-SISTEM BILANGAN DAN KODE

Bilangan Bertanda (Sign Number)

BAB V UNTAI NALAR KOMBINATORIAL

Pertemuan Ke-6 ARITMATIKA KOMPUTER

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL

DECODER. Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan 2. Dasar-dasar rangkaian Decoder. 3. Mendesain rangkaian Decoder

Pokok Pokok Bahasan :

BAB I GERBANG LOGIKA DASAR & ALJABAR BOOLEAN

Pertemuan 2. sistem bilangan

Pengenalan Sistem Bilangan Biner dan Gerbang Logika

PRAKTIKUM RANGKAIAN DIGITAL

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

Percobaan 3 RANGKAIAN PENJUMLAH BINER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

BAB VI RANGKAIAN-RANGKAIAN ARITMETIK

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

9.3. ARITMATIKA INTEGER

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER

Kuliah#9 TKC205 Sistem Digital - TA 2013/2014. Eko Didik Widianto. 21 Maret 2014

Sistem Bilangan. Rudi Susanto

Perancangan Rangkaian Digital, Adder, Substractor, Multiplier, Divider

TEKNIK DIGITAL KODE BILANGAN

Operasi Aritmatika Sistem Bilangan Biner & Bilangan Oktal

Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT UNIT I GERBANG LOGIKA DASAR DAN KOMBINASI. I. Tujuan

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data

Dr. novrina

SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER

SISTEM BILANGAN. B. Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital, diantaranya yaitu

MODUL II DASAR DAN TERMINOLOGI SISTEM DIGITAL

MODUL 1 SISTEM BILANGAN

RANGKAIAN LOGIKA DISKRIT

PERANGKAT PEMBELAJARAN

SILABUS MATA KULIAH MICROPROCESSOR I Nama Dosen: Yulius C. Wahyu Kurniawan, S.Kom.

Logika Matematika Aljabar Boolean

ARITHMATIC LOGIC UNIT ( alu ) half - full adder, ripple carry adder

BAB VI RANGKAIAN KOMBINASI

REPRESENTASI DATA. Pengantar Komputer Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder

DIG 04 RANGKAIAN PENJUMLAH

Representasi Data. M. Subchan M

Sistem-Sistem Bilangan Sistem-Sistem Bilangan secara matematis: Contoh-2: desimal: biner (radiks=2, digit={0, 1}) Bilangan. Nilai

yang paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur unsur pembentuknya (Definisi 2.1 Menurut Lipschutz, Seymour & Marc Lars Lipson dalam

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN

BAB 5. Sistem Digital

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL II ARITMATIKA BINER

BAB 4. Aljabar Boolean

8/4/2011. Microprocessor & Microcontroller Programming. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan

BAB IV PETA KARNAUGH (KARNAUGH MAPS)

DASAR DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

RANGKAIAN ARITMETIKA

Gerbang dan Rangkaian Logika

BAB III RANGKAIAN LOGIKA

Representasi Boolean

Gambar 28 : contoh ekspresi beberapa logika dasar Tabel 3 : tabel kebenaran rangkaian gambar 28 A B C B.C Y = (A+B.C )

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1

4.1 Menguraikan Rangkaian-Rangkaian Logika Secara Aljabar. Gambar 4.1 Rangkaian logika dengan ekspresi Booleannya

2.1 Desimal. Contoh: Bilangan 357.

DIKTAT RANGKAIAN DIGITAL

GERBANG LOGIKA. Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE

Transkripsi:

BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA 5.1 REPRESENTASI BILANGAN NEGATIF Terdapat dua cara dalam merepresentasikan bilangan biner negatif, yaitu : 1. Representasi dengan Tanda dan Nilai (Sign-Magnitude) 2. Representasi dengan Komplemen-2 5.1.1 Representasi bilangan Sign-magnitude Representasi bilangan biner sign-magnitude kadang disebut juga dengan Bilangan Biner Bertanda. Menyatakan bilangan negatif pada sistem bilangan biner, menggunakan bit paling berarti (MSB) untuk menunjukkan bit tanda. Ketika bit MSB bernilai 0 maka bilangan biner tersebut bernilai positif, sedangkan ketikan bit MSB bernilai 1 berarti bilangan biner tersebut bernilai negatif). Kemudian bit-bit sisanya menyatakan besaran bilangan biner. Berikut format bilangan biner sign-magnitude pada bilangan biner 8 bit : B7 B6 B5 B4 B3 B2 B1 B0 Tanda Nilai Gambar 5.1 Format Bilangan Biner Sign-Magnitude pada Bilangan Biner 8 Bit Dengan demikian sebuah bilangan biner 8 bit akan mencakup 11111111 2 (sama dengan -127 10 ) sampai dengan 01111111 2 (sama dengan +127 10 ). Tabel berikut akan menunjukkan perbandingan bilangan biner positif dan negatif pada bilangan biner 4 bit :

Tabel 5.1 Perbandingan Bilangan Biner Positif dan Negatif pada Bilangan Biner 4 Bit Desimal Bil. Biner Bertanda +7 0111 +6 0110 +5 0101 +4 0100 +3 0011 +2 0010 +1 0001 +0 0000-7 1111-6 1110-5 1101-4 1100-3 1011-2 1010-1 1001-0 1000 Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat dua bilangan untuk merepresentasikan bilangan 0, yaitu +0 10 pada 0000 2 dan -0 10 pada 1000 2. Dalam kenyataanya, dalam sistem bilangan desimal bilangan +0 dan -0 merupakan bilangan yang sama yaitu 0. Sehingga di sini kita bisa menarik suatu kesimpulan bahwa walaupun sistem bilangan sign-magnitude ini mudah dalam pengerjaannya, tetapi bilangan ini memiliki dua kekurangan yaitu terdapatnya dua bilangan untuk merepresentasikan bilangan 0 dan sulit diimplementasikan rangkaian logikanya, karena operasi aritmatika antar bilangan biner negatif dan bilangan biner positif tidak bisa dilakukan secara langsung sehingga diperlukan rangkaian logika tambahan untuk penyesuai bilangan biner negatif tersebut. 82

Contoh 5.1 Nyatakan setiap bilangan berikut sebagai bilangan biner bertanda 16 bit. a. +15 10 c. +27 10 b. -15 10 d. -27 10 Jawab : a. + 15 10 = 0000 0000 0000 1111 2 b. 15 10 = 1000 0000 0000 1111 2 c. + 27 10 = 0000 0000 0001 1011 2 d. 27 10 = 1000 0000 0001 1011 2 5.1.2 Representasi Bilangan dengan Komplemen-2 Representasi bilangan biner yang lain adalah dengan komplemen-2. Representasi sign magnitude semata-mata hanya dengan pengubahan tanda, sedangkan representasi dengan komplemen-2 ini prosedurnya agak lebih rumit. Ada cara tertentu yang harus dikerjakan untuk melakukan konversi dari suatu bilangan biner posotif ke bilangan biner negatif. Tetapi seperti halnya bilangan biner bertanda, bit MSB pada bilangan komplemen-2 juga menyatakan polaritas suatu bilangan, yaitu : jika bit MSB bernilai 0 maka bilangan biner tersebut bernilai positif, sebaliknya jika bit MSB bernilai 1 maka bilangan biner tersebut bernilai negatif. Berikut langkah-langkah dalam mengkonversikan bilangan biner positif ke bilangan biner negatif ataupun sebaliknya yang direpresentasikan dalam bentuk komplemen-2 : Ubah semua bit 0 menjadi 1, dan bit 1 menjadi 0, sehingga akan diperoleh komplemen-1 Tambahkan 1 pada bilangan komplemen-1 tersebut menggunakan penjumlahan biner biasa. Hasil penjumlahan tersebut merupakan bilangan komplemen-2. Tabel 5.2 berikut menunjukkan perbandingan bilangan biner positif dan negatif dalam representasi komplemen-2. 83

Tabel 5.2 Perbandingan Bilangan Biner Positif dan Negatif dalam Representasi Komplemen-2 Desimal Bil. Komplemen-2 +7 0111 +6 0110 +5 0101 +4 0100 +3 0011 +2 0010 +1 0001 +0 0000-7 1001-6 1010-5 1011-4 1100-3 1101-2 1110-1 1111-0 0000 Contoh 5.2 Bagaimanakah komplemen-2 dari : A = 0011 0010 0110 1100, dan nyatakan bilangan komplemen-2 tersebut dalam desimal. Jawab : Ubah semua bit 0 menjadi 1, dan bit 1 menjadi 0 A = 0011 0010 0110 1100 A = 1100 1101 1001 0011 komplemen-1 Tambahkan 1 pada bilangan komplemen-1 1100 1101 1001 0011 1 + 1100 1101 1001 0100 komplemen-2 84

5.2 Penjumlahan dan Pengurangan Biner 5.2.1 Penjumlahan Aturan aritmatika untuk penjumlahan bilangan biner adalah : 0 + 0 = 0 0 + 1 = 1 1 + 0 = 1 1 + 1 = 10 Tiga operasi yang pertama menghasilkan jumlah yang besarnya satu digit. Pada penjumlahan yang keempat dihasilkan dua digit yaitu 10. Bit dengan derajat yang lebih tinggi (1) pada hasil penjumlahan disebut carry (bawaan) dan akan ditambahkan pada digit berikutnya yang lebih tinggi. Contoh 5.4 Jumlahkan bilangan biner 11100 dengan 11010. Jawab : Mulai dari bit LSB, yang menghasilkan 0. 11100 11010 + 0 Berikutnya jumlahkan bit-bit kolom kedua. Pada tahap ini 0+1 = 1 11100 11010 + 10 Pada kolom ketiga 1+0 = 1, sehingga 11100 11010 + 110 Kolom keempat menghasilkan : 11100 11010 + 0110 Seperti kita lihat, 1+1 = 0 dengan carry 1. Bit carry tersebut ikut dijumlahkan dengan penjumlahan bit pada kolom kelima. 85

Kolom kelima akan menghasilkan : 11100 11010 + 110110 Di sini, 1 + 1 + 1(carry) menghasilkan 1 dan carry 1. Carry 1 ditulis sebagai 1 pada kolom berikutnya. Contoh 5.5 Jumlahkanlah bilangan biner 01010111 dan 00110101 Jawab : 1 1 1 1 1 1 Bit-bit carry 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 + 1 0 0 0 1 1 0 0 5.2.2 Pengurangan Operasi dasar pengurangan biner : 0 0 = 0 0 1 = pinjam (borrow) 1 1 0 = 1 1 1 = 0 Misalnya x adalah variable yang dikurangi dan y adalah variable pengurang. Untuk mengurangkan variabel x dan y, harus dilihat besar relatifnya terlebih dahulu. Jika x y, ada tiga kemungkinan : 0 0 = 0, 1 0 = 1 dan 1 1 = 0. Hasil tersebut dinamakan selisih. Apabila x y (seperti pada operasi kedua) yaitu 0 1, maka dibutuhkan pinjaman 1 dari bit yang lebih tinggi. Dengan adanya pinjaman tersebut operasi pengurangan menjadi 10 1 = 1. Contoh 5.6 Pecahkanlah pengurangan-pengurang berikut ini, dan lakukan juga pengurangan dalam bilangan biner! a. 27 10 b. 9 4 86

Jawab : a. 27 10 = 17 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 17 b. 9 4 = 5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 5.3 Rangkaian Penjumlah (Adder) Rangkaian logika kombinasi yang melakukan operasi penjumlahan 2 (dua) bit disebut Half Adder (Penjumlah Paruh). Rangkaian yang melakukan penjumlahan tiga bit (penjumlahan dua bit biner dan satu bit bawaan sebelumnya) disebut Full Adder (Penjumlah Penuh). 5.3.1 Half Adder Rangkaian Half Adder mempunyai dua input biner (A dan B) dan dua output biner (S dan C o ). S adalah hasil penjumlahan dan C o adalah sisa. C o merupakan singkatan dari Carry Output. Tabel kebenaran yang menunjukkan fungsi Half Adder adalah : Tabel 5.3. Tabel Kebenaran Fungsi Half Adder Input Output A B C o S 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 Keluaran S merupakan bit yang paling kurang berarti (Least Significant Bit, LSB) dari hasil penjumlahan. Dari tabel di atas didapat Fungsi Boolean untuk S dan C o dengan implementasi dalam bentuk Sum of Product (jumlah dari hasil kali) yaitu : 87

S = AB+ C o = A B AB Dari persamaan di atas, tampak bahwa S adalah fungsi EX-OR ( A B ). Fungsi Boolean untuk S dan C o dengan implementasi dalam bentuk Product of Sum (hasil kali dari jumlah) yaitu : S = ( A+ B) ( A+ B) C o = A B Dari persamaan di atas, dapat dibuat implementasi rangkaian logika untuk half adder, yaitu : Gambar 5.2. Rangkaian Logika Half Adder Simbol Half Adder dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 5.3. Simbol Half Adder Half adder tersebut terbatas kemampuannya karena hanya dapat menjumlahkan dua bit tunggal. Meskipun dapat menghasilkan bawaan untuk pasangannya penjumlahan berikutnya, rangkaian tersebut tidak dapat menerima bawaan dari pasangan bit dengan kedudukan yang lebih rendah. 5.3.2 Full Adder Full Adder adalah rangkaian kombinasi yang menjumlahkan tiga input biner, terdiri dari tiga input (A, B dan C in ) dan dua output (S dan C o ). Dua variabel masukan (A dan B) merupakan dua bit yang dijumlahkan, dan masukan ketiga 88

(C in ) merupakan carry dari bit dengan orde/derajat yang lebih rendah. Tabel kebenaran untuk Full Adder adalah : Tabel 5.4. Tabel Kebenaran Fungsi Full Adder Input Output A B C in C o S 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 Dengan menggunakan K-Map untuk masing-masing output didapat persamaan Boolean: S = ABC + ABC + ABC+ ABC C o = AB+ AC+ BC Dari persamaan di atas, dapat dibuat implementasi rangkaian logika untuk full adder, yaitu : Gambar 5.4. Rangkaian Logika Full Adder 89

Simbol Full Adder dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 5.5. Simbol Full Adder Gambar 5.6 menampilkan blok diagram dari penjumlah biner 4 bit. Prinsip penjumlahan adalah menjumlahkan bit per bit. A dan B adalah bilangan biner yang akan dijumlahkan, S merupakan hasil penjumlahan, sedangkan C merupakan carry yang dihasilkan dari penjumlahan bit-bit yang sebelumnya (penjumlahan bit yang satu derajat lebih rendah). Pada penjumlahan bit-bit LSB, cukup digunakan half adder karena hanya menjumlahkan 2 bit. Sedangkan untuk bit-bit berikutnya, digunakan full adder karena carry dari penjumlahan bit yang sebelumnya ikut dijumlahkan. Gambar 5.7 memperlihatkan blok diagram dari penjumlah yang menjumlahkan bilangan desimal 12 dan 9. Gambar 5.6. Penjumlah Biner 4 bit 90

Gambar 5.7. Penjumlahan 12 dan 9 5.4 Rangkaian Pengurang (Subtractor) Rangkaian logika kombinasi yang melakukan operasi pengurangan 2 (dua) bit disebut Half Subtractor (Pengurang Paruh). Rangkaian yang melakukan pengurangan tiga bit disebut Full Subtractor (Pengurang Penuh). 5.4.1 Half Subtractor Rangkaian kombinasi Half Subtractor mengurangkan antara 2 bit dan menghasilkan output selisih serta output yang menunjukkan adanya borrow (meminjam 1 dari bit signifikan yang lebih tinggi). Half Subtractor membutuhkan dua output. Output pertama adalah nilai selisih (D) dan output kedua menunjukkan borrow (B). Tabel 5.5. Tabel Kebenaran Fungsi Half Subtractor Input Output X Y B D 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 Dari tabel kebenaran di atas diperoleh : D = XY + = X Y B= XY X Y 91

Dari persamaan di atas, dapat dibuat implementasi rangkaian logika untuk half subtractor, yaitu : Gambar 5.8. Rangkaian Logika Half Subtractor Simbol Half Subtractor dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 5.9. Simbol Half Subtractor 5.4.2 Full Subtractor Rangkaian Full Subtractor mempunyai tiga input dan dua output. Ketiga variabel input X, Y, dan Z mewakili bilangan yang dikurangi, pengurang dan adanya borrow oleh bit yang lebih rendah. Sedangkan output D adalah selisih dan B adalah borrow ke bit yang lebih tinggi. Tabel 5.6. Tabel Kebenaran Fungsi Full Subtractor Input Output X Y Z B D 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 Dengan menggunakan K-map, didapat persamaan Boolean untuk Full Subtractor : D = X YZ + XY Z + X Y Z + XYZ 92

B = XY + X Z + YZ Dari persamaan di atas, dapat dibuat implementasi rangkaian logika untuk full subtractor, yaitu : Gambar 5.10. Rangkaian Logika Full Subtractor 5.5 Penjumlah Pengurang Komplemen-2 Komputer-komputer terdahulu menggunakan bilangan biner bertanda baik untuk bilangan positif maupun bilangan negative. Representasi ini menghasilkan rangkaian aritmatik yang rumit. Kemudian para ahli menemukan bahwa representasi komplemen-2 sangat berhasil dalam menyederhanakan perangkat keras aritmatik tersebut. Oleh karena itu penjumlah-pengurang komplemen-2 dipergunakan secara luas sebagai rangkaian aritmatik. Gambar berikut menunjukkan rangkaian penjumlah-pengurang 4 bit. Gambar 5.11. Rangkaian Penjumlah-Pengurang 4 Bit 93

Prinsip kerja rangkaian : Ketika SUB bernilai rendah (bernilai 0), bit-bit B akan melewati inverter terkendali tanpa mengalami inversi, sehingga keluarannya akan menjadi : S = A + B Jika SUB bernilai tinggi (bernilai 1), inverter terkendali menghasilkan komplemen-1, dan keadaan SUB yang tinggi akan menambahkan angka 1 kepada full adder pertama, sehingga keluarannya : S = A + B B adalah komplemen-2 dari B persamaan tersebut ekivalen dengan : S = A B Gambar 5.12 berikut merupakan implementasi rangkaian penjumlahpengurang 8 bit yang dibangun dari 2 buah IC 7483 yang merupakan IC penjumlah-pengurang 4 bit. Gambar 5.12 Rangkaian Penjumlah-Pengurang 8 Bit Misal : A = 0001 1000 B = 0001 0000 Jika SUB = 0, maka : Jika SUB = 1, maka : 0001 1000 24 0001 1000 24 0001 0000 + 16 + B 1111 0000 + -16 + 0010 1000 40 0000 1000 8 94

5.6 Soal-soal Latihan 1. Ubahlah bilangan biner bertanda berikut ke dalam bilangan desimal. a. 0000 0000 0000 1100 b. 1000 0000 0010 1101 c. 1000 0000 0101 0001 d. 0000 0000 1010 0011 2. Tentukan representasi komplemen-2 dari -20 dalam 8 bit! 3. Bilangan desimal berapakah yang diungkapkan dalam representasi komplemen-2 dari : 1111 0011 4. Jumlahkan 2 digit terakhir NIM anda. Kemudian nyatakan bilangan positif dan bilangan negatif dari hasil penjumlahan tersebut ke dalam bilangan biner bertanda (sign-magnitude) dan bilangan komplemen-2. 95