Teori Dasar Gelombang Gravitasi

dokumen-dokumen yang mirip
K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

FISIKA XI SMA 3

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

GETARAN DAN GELOMBANG

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

Antiremed Kelas 12 Fisika

LAMPIRAN. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder:

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

Bab 5. Migrasi Planet

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

I. Hukum lintasan : Semua planet bergerak dalarn lintasan berupa elips, dengan matahari pada salah satu titik fokusnya.

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Persamaan Diferensial Biasa

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Pengantar KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK MATERI I ANALISIS VEKTOR DAN SISTEM KOORDINAT

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Bagian 2 Matriks dan Determinan

SASARAN PEMBELAJARAN

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

Suryadi Siregar Metode Matematika Astronomi 2

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

FONON I : GETARAN KRISTAL

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

METODE POST-NEWTONIAN

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penurunan Persamaan Air Dangkal

3.1 Integral Kirchhoff Pada Media Homogen

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang.

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

Bab 1 : Skalar dan Vektor

SELEKSI OLIMPIADE NASIONAL MIPA PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2014 TINGKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BIDANG FISIKA

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Transformasi Laplace

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

GETARAN DAN GELOMBANG

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Transkripsi:

Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab [13]: g ab = η ab + h ab, h ab 1, (2.1) di mana, η ab = metrik diagonal ( 1, 1, 1, 1) h ab = besaran dari komponen tidak nol dari h ab. Kondisi h ab 1 membatasi medan gravitasi sebagai medan yang lemah, sehingga membatasi sistem koordinat menjadi sistem koordinat kartesian. h ab menggambarkan gelombang gravitasi, tetapi memiliki derajat kebebasan non-radiatif sehingga yang digunakan hanya suku linear pada h ab saja. Sebagai akibatnya, indeks dinaikkan dan diturunkan dengan menggunakan η ab. Metrik h ab bertransformasi sebagai tensor di bawah transformasi Lorentz, tapi tidak di bawah transformasi koordinat secara umum. Untuk menjelaskan gravitasi terlinearisasi, semua kuantitas yang diperlukan dihitung terlebih dahulu. Komponen Simbol Christoffel diberikan sebagai berikut: Γ a bc = 1 2 ηad ( c h db + b h dc d h bc ) = 1 2 ( ch a b + b h a c a h bc ). (2.2) Indeks bagian ruang dapat ditulis sebagai dinaikkan atau diturunkan tanpa mengubah kuantitasnya, sedangkan operasi menaikkan dan menurunkan indeks pada bagian waktu akan mengubah tanda. 7

2.1. GRAVITASI TERLINEARISASI 8 Tensor Riemann dapat dibangun sebagai berikut: R a bcd = c Γ a bd d Γ a bc = 1 2 ( c b h a d + d a h bc c a h bd d b h a c). (2.3) Persamaan (2.3) dapat digunakan untuk membangun Tensor Ricci: R ab = R c acb = 1 2 ( c b h c a + c a h bc h ab a b h), (2.4) di mana, h a a = h adalah trace dari metrik gangguan h ab dan c c = 2 t 2 = adalah operator gelombang Dari persamaan (2.4) dibangun skalar kurvatur: R = R a a = ( c a h c a h). (2.5) Kemudian persamaan (2.5) digunakan untuk membangun tensor Einstein: G ab = R ab 1 2 η abr = 1 2 ( c b h c a + c a h bc h ab a b h η ab c d h c d + η ab h ab ). (2.6) Persamaan (2.6) dapat disederhanakan dengan menggunakan gangguan trace reversed: h ab = h ab 1 2 η abh. (2.7) Dengan memasukkan persamaan (2.7) ke persamaan (2.6) diperoleh: G ab = 1 2 ( c b hc a + c a hbc h ab η ab c d hc d ). (2.8) Persamaan (2.8) dapat disederhanakan kembali dengan melakukan transformasi koordinat yang dikenal sebagai transformasi gauge. Transformasi koordinat infinitesimal dapat ditulis sebagai x a = x a + ξ a, di mana ξ a (x b ) merupakan medan vektor infinitesimal yang berubah-ubah. Transformasi ini mengubah metrik melalui, h ab = h ab 2 a ξ b, (2.9) sehingga metrik trace reversed menjadi h ab = h ab 1 2 η abh = h ab 2 < bξ a > +η ab c ξ c. (2.10)

2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 9 Untuk memenuhi radiasi, maka digunakan kondisi Lorentz gauge a h ab = 0. (2.11) Jika metrik gangguan tidak berada di bawah Lorentz gauge, maka perlu dicari metrik h ab yang baru di mana a h ab : a h ab = a hab a b ξ a ξ b + b c ξ c (2.12) = a hab ξ b. (2.13) Metrik gangguan h ab dapat dimasukkan ke dalam Lorentz gauge dengan menggunakan transformasi koordinat infinitesimal yang memenuhi a h ab = ξ b. (2.14) Dengan menemukan solusi dari persamaan gelombang (2.14), gauge Lorentz dapat dicari. Dengan memasukkan persamaan (2.11) ke persamaan (2.8), diperoleh: G ab = 1 2 h ab. (2.15) Dengan demikian, dalam gauge Lorentz, tensor Einstein tereduksi menjadi operator gelombang yang bekerja pada metrik gangguan trace reversed (sampai dengan faktor 1 2 ). Persamaan Einstein yang terlinearisasi dengan demikian adalah h ab = 16πT ab. (2.16) 2.2 Perambatan Gelombang Gravitasi Dalam ruang vakum (T ab = 0),persamaan Einstein yang terlinearisasi (2.16) tereduksi menjadi [18]: h ab = 0. (2.17) Solusi persamaan di atas diberikan sebagai berikut: h ab = A ab exp(ik a x a ) (2.18)

2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 10 yang jika diturunkan akan memberikan hasil sebagai berikut: c h ab = k c hab. (2.19) Persamaan (2.17) akan mengambil bentuk yang sederhana jika diajukan kondisi gauge a hab = 0, (2.20) dari persamaan (2.19) dan (2.20) diperoleh A ab k a = 0. (2.21) Hal ini berarti bahwa A ab harus tegak lurus terhadap k. Dengan menggunakan kebebasan gauge lainnya, maka amplitudo gelombang gravitasi dapat dibatasi lebih jauh dengan mengganti gauge tanpa mengubah kelas Lorentz dengan menggunakan vector yang dapat menyelesaikan c c ξ a = 0, (2.22) yang solusinya adalah ξ a = B a exp(ik c x c ), (2.23) dimana B a adalah konstanta dan k c adalah null vector. ξ ini memberikan perubahan pada h ab menjadi h ab = h ab 2 <a ξ b> (2.24) dan h ab = h ab 2 <a ξ b> + η ab c ξ c. (2.25) Dengan mensubtitusi persamaan (2.23) ke persamaan (2.25) lalu menghilangkan semua faktor eksponensial yang sama diperoleh A ab = A ab ib a k b ib b k a + iη ab B c k c, (2.26) dan B a dapat dipilih sedemikian untuk membatasi A ab : A a a = 0, (2.27) dan A ab U b = 0, (2.28)

2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 11 di mana U merupakan kecepatan-4 tertentu, vektor unit timelike konstan yang hendak kita pilih. Persamaan (2.21), (2.27), dan (2.28) disebut sebagai kondisi gauge transverse traceless. Pada latar belakang transformasi Lorentz, di mana vektor U merupakan basis vektor U b = δ b 0, maka persamaan (2.28) mengimplikasikan bahwa A a0 = 0 untuk semua a. Dalam kerangka ini, dimisalkan gelombang merambat dalam arah z, k (ω, 0, 0, ω). Maka persamaan (2.21), (2.28) mengimplikasikan bahwa A ax = 0 untuk semua a. Kedua implikasi ini menunjukkan bahwa hanya komponen A xx, A yy, dan A xy = A yx yang tidak nol. Dari persamaan (2.27), maka didapat bahwa dalam bentuk matriks, kerangka ini dapat dituliskan sebagai berikut: A ab = 0 0 0 0 0 A xx A xy 0 0 A xy A xx 0 0 0 0 0. (2.29) Efek dari gelombang gravitasi adalah dapat mengubah jarak proper antara dua buah partikel. Pada ruang waktu datar, cahaya akan mengikuti lintasan garis lurus. Namun, pada ruang-waktu lengkung, lintasan lurus yang dilalui oleh cahaya akan mengalami deviasi dari koordinat pada ruang-waktu datar. Sebagai contoh, misalkan terdapat 2 buah massa yang berdekatan. Massa yang pertama terletak pada (0, 0, 0) dan massa yang kedua terletak pada (ɛ, 0, 0). Dengan menggunakan persamaan deviasi geodesik, d 2 dτ 2 ξa = R a cdbu c U d ξ b (2.30) dimana vektor ξ b menghubungkan kedua partikel dan U = d x dτ adalah vektor kecepatan-4 dari kedua partikel, di mana U (1, 0, 0, 0) dan pada awalnya, ξ (0, ɛ, 0, 0). Maka persamaan (2.30) tereduksi menjadi orde pertama h ab : d 2 dτ 2 ξa = 2 t ξ a = ɛr a 00x = ɛr a 0x0. (2.31)

2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 12 Dengan menggunakan persamaan (2.3) untuk menunjukkan, dalam gauge T T : R x 0x0 = R x0x0 = 1 2 2 0 hxx tt, R y 0x0 = R y0x0 = 1 2 2 0 hxy tt, (2.32) R y 0y0 = R y0y0 = 1 2 2 0 hyy tt, = Rx 0x0 dengan komponen independen lainnya menghilang. Hal ini berarti kedua partikel memiliki vektor pemisahan dalam arah x: 2 t ξ x = 1 2 ε 2 t h T T xx, 2 t ξ y = 1 2 ε 2 t h T T xy, (2.33) dan dalam arah y: 2 t ξ y 2 t ξ x = 1 2 ε 2 t h T T yy = 1 2 ε 2 t h T T xx, = 1 2 ε 2 t h T T xy. (2.34) Persamaan (2.34a) dan (2.34b) akan membantu dalam menjelaskan polarisasi gelombang gravitasi. Gambar 2.1 (a) Lingkaran partikel sebelum gelombang merambat melewati lingkaran tersebut dalam arah sumbu z. (b) distorsi yang dihasilkan oleh gelombang dengan polarisasi +. (c) Seperti (b) tapi dengan polarisasi x Karakteristik dari gelombang gravitasi akan lebih jelas terlihat dengan tidak hanya mempertimbangkan dua buah partikel saja, melainkan sejumlah partikel yang tersusun dalam bentuk lingkaran pada bidang x y pada z = 0

2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 13 dengan sebuah massa lainnya pada bagian pusat. Misalkan lingkaran partikel tersebut pada awalnya diam (lihat Gambar 2.1a). Lalu gelombang gravitasi dengan h T T xx 0, h T T xy = 0 melewati lingkaran partikel ini, maka lingkaran partikel akan terdistorsi (jarak proper relatif terhadap massa pada pusat) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1b, awalnya masuk, lalu keluar, dimana gelombang berosilasi dan h xx berubah tanda. Jika partikel memiliki h T T xx 0 tetapi h T T xx = h T T yy = 0, maka lingkaran partikel tersebut akan berdistorsi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1c. Karena h T T xx dan h T T xy tidak saling bergantung, maka Gambar 2.1b dan 2.1c merupakan gambaran dari dua buah polarisasi yang berbeda. Polarisasi gelombang memiliki pola seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 karena gravitasi direpresentasikan oleh tensor simetrik rank-2 h cd. 2.3 Pembangkitan Gelombang Gravitasi Persamaan medan lemah Einstein adalah h ab = 16πT ab. (2.35) Beberapa asumsi yang diambil untuk memecahkan masalah ini adalah: 1. Komponen riil yang bergantung waktu berosilasi secara sinusoidal dengan frekuensi Ω sebagai berikut: T ab = S ab (x i ) exp( iωt). (2.36) Daerah dimana S ab 0 lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang dari gelombang gravitasi dengan frekuensi 2π/Ω. 2. Sumber bergerak lambat. Kecepatan khas di dalam daerah sumber harus lebih kecil dari 1. Hal ini dipenuhi oleh semua sumber gravitasi kecuali sumber yang sangat kuat. Solusi untuk h ab dari bentuk h ab = B ab (x i ) exp( iωt) (2.37)

2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 14 didapatkan dengan mensubtitusi persamaan (2.37) ke persamaan (2.35): ( 2 + Ω 2 )B ab = 16πT ab. (2.38) Untuk daerah di luar sumber diperlukan solusi dari persamaan (2.38) yang menunjukkan radiasi gelombang ke luar dan yang mendominasi di daerah gerak lambat. Didefinisikan r sebagai komponen radial koordinat polar dengan titik asalnya terletak di dalam sumber. Solusi dari persamaan (2.38) adalah: B ab = A ab r exp(iωr) + Z ab r exp( iωr) (2.39) Suku Z ab menyatakan gelombang yang merambat ke arah titik asal r = 0, sementara suku A ab menyatakan gelombang yang merambat ke luar dari sumber. Karena solusi yang dicari adalah gelombang yang diemisikan ke luar oleh sumber, maka Z ab = 0. Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan di dalam sumber adalah bahwa sumber bernilai tidak nol hanya di dalam bola dengan radius: ε 2π/Ω. Integrasi komponen waktu dari ruas kiri persamaan (2.38) sepanjang bagian dalam bola adalah Ω 2 B ab d 3 x Ω 2 B ab max 4πε 3 /3. (2.40) Dengan menggunakan teorema Gauss, maka integrasi komponen ruang dari suku bagian kiri persamaan (2.38) adalah 2 B ab d 3 x = n B ab ds, (2.41) namun karena integral permukaan berada di luar sumber, dimana diberikan oleh persamaan (2.39), yang simetris secara sferis: n B ab ds = 4πε 2 ( d dr B ab) r=ε 4πA ab, (2.42) dimana integral dari ruas kanan persamaan (2.38) didefinisikan sebagai: J ab = S ab d 3 x. (2.43) Dengan membatasi hasil-hasil di atas dalam limit ε 0, maka diperoleh A ab = 4J ab (2.44) h ab = 4J ab exp(iω(r t)/r) (2.45)

2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 15 Persamaaan (2.44) dan (2.45) merupakan pernyataan untuk gelombang gravitasi yang dibangkitkan oleh sumber, dimana suku dengan orde r 2 dan suku r 1 dengan orde yang lebih tinggi dari orde εω diabaikan. Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan memanfaatkan kenyataan bahwa {h ab } merupakan komponen dari tensor tunggal. Dari persamaan (2.43) didapatkan dengan konsekuensi: J ab exp( iωt) = iωj ab exp( iωt) = T ab d 3 x, (2.46) t T at d 3 x. (2.47) Dari hukum kekekalan untuk T ab, a T ab = 0, (2.48) disimpulkan bahwa t T at = k T ak. (2.49) Sehingga iωj at exp( iωt) = k T ak d 3 x = T ak n k ds, (2.50) dimana Teorema Gauss kembali digunakan. Hal ini berarti bahwa T ab = 0 pada permukaan yang melingkupi volume ini, sehingga ruas kanan dari persamaan (2.50) menghilang. Jika Ω 0, maka Pernyataan J ij juga dapat dituliskan sebagai berikut: J ab = 0, hab = 0. (2.51) d 2 dt 2 T 00 x l x m d 3 x, (2.52) dimana integral pada ruas kanan dari persamaan (2.52) merupakan tensor momen quadrupol dari distribusi massa, I lm = T 00 x l x m d 3 x (2.53) = D lm exp( iωt), (2.54)

2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 16 sehingga h jk = 2Ω 2 D jk exp(iω(r t)). (2.55) Persamaan (2.55) sering disebut sebagai pendekatan quadrupol untuk gelombang gravitasi. Persamaan (2.21) dapat dilengkapi dengan memilih kondisi dimana gelombang merambat dalam arah z, dan dalam gauge T T sehingga didapatkan bentuk paling sederhana dari gelombang: dimana h T T zi = 0 (2.56) h T T xx = h T T yy = Ω 2 (ł xx ł yy ) exp(iωr/r) (2.57) h T T xx = 2Ω 2 ł xy exp(iωr/r)) (2.58) ł jk = I jk 1 3 δ jki l l (2.59) disebut sebagai tensor trace-free atau tensor momen quadrupole tereduksi. Solusi untuk radiasi gravitasi yang teremisi pada persamaan (2.35) untuk nilai yang berubah-ubah diberikan oleh integral retarded h ab (t, x i τab (t R, y i ) ) = 4 d 3 x, (2.60) R dimana integral dilakukan melewati kerucut cahaya masa lalu (t, x i ) dimana h ab dihitung. Misalkan titik asal berada di dalam sumber dan dimisalkan bahwa titik medan x i terletak jauh sekali: x i r y i y (2.61) sehingga turunan komponen waktu dari T ab sangat kecil, maka, di dalam integral dari persamaan (2.60), kontribusi yang dominan berasal dari pertukaran R oleh r: h ab (t, x i ) 4 r T ab (t r, y i )d 3 x. (2.62) Persamaan (2.62) merupakan generalisasi dari dari persamaan (2.45). Dengan memanfaatkan hukum kekekalan a T ab = 0, (2.63)

2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 17 maka akan diperoleh T ta d 3 y = const. (2.64) Bagian r 1 dari h ta tidak ber-gantung waktu sehingga tidak akan berkontribusi pada bidang gelombang manapun. Hal ini akan menghasilkan persamaan (2.51). Lalu, dengan menggunakan persamaan (2.52), maka didapatkan persamaan generalisasi dari persamaan (2.55): h jk (t, x i ) = 2 r 2 t I jk (t r). (2.65) Dengan menggunakan gauge T T, maka diperoleh h T T xx = 1 r [ 2 t ł xx (t r) 2 t ł yy (t r)]. (2.66) h T T xy = 2 r 2 t ł xy (t r) 2.4 Radiasi Gravitasi Sistem Bintang Ganda Salah satu sumber gravitasi yang sangat umum adalah sistem 2 bintang yang mengorbit mengitari titik pusat massanya di bawah pengaruh gravitasi masingmasing bintang. Dari seluruh sistem bintang di alam semesta ini, kurang lebih 2/3 nya merupakan sistem bintang ganda [14]. Pendekatan untuk sumber yang bergerak lambat seperti yang dilakukan pada bagian 2.3 cukup memadai untuk diterapkan pada sistem bintang ganda. Kasus yang akan ditinjau ditunjukkan pada Gambar 2.2. Dengan mengasumsikan bahwa Hukum Newton cukup akurat, maka dengan memanfaatkan Hukum Newton (gaya gravitasi = gaya sentrifugal) dan mengambil G = 1: dimana ω merupakan kecepatan sudut orbit. M 2 ( ) 1 V 4R 2 = 2 Mω2 R : ω =, (2.67) R Dari Gambar 2.2 geometri untuk kasus yang ditinjau adalah: x 1 (t) = R cos(ωt), y 1 (t) = R sin(ωt), z 1 (t) = 0 x 2 (t) = x 1 (t), y 2 (t) = y 1 (t), z 2 (t) = 0. (2.68)

2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 18 Gambar 2.2 sistem bintang ganda yang mengitari titik pusat massa nya akibat pengaruh gravitasi masing-masing bintang. Kedua bintang memiliki massa yang sama M, dan bergerak dengan kecepatan sudut ω Komponen tensor momen quadrupol untuk kedua bintang dapat dihitung dari persamaan (2.53): I xx I yy I xy = 2MR 2 cos 2 (ωt) = MR 2 (1 + cos(2ωt)), = 2MR 2 sin 2 (ωt) = MR 2 (1 cos(2ωt)), = 2MR 2 sin(ωt) cos(ωt) = MR 2 sin(2ωt). (2.69) Tensor momen quadrupol tereduksinya adalah: ł xx ł yy = ł yy = MR 2 exp( 2iωt), = MR 2 exp( 2iωt). (2.70) Dengan memasukkan persamaan (2.70) ke persamaan (2.56-2.58): h xx = h yy = 8ω2 MR 2 r exp( 2iω(r t)/r), h xy = h yy = 8iω2 MR 2 r exp( 2iω(r t)/r). (2.71) Dari persamaan (2.71) dapat dilihat bahwa frekuensi dari radiasi yang teremisi adalah dua kali frekuensi orbit (Ω = 2ω) yang mengimplikasikan bahwa polarisasi gelombang yang diemisikan sistem bintang ganda ini merupakan polarisasi melingkar dimana partikel-partikel dengan elips yang tegak lurus, seperti

2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 19 yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1, berotasi dengan frekuensi sudut 2ω terhadap gelombang. Sedangkan untuk radiasi gelombang gravitasi yang merambat dalam arah sumbu x ditunjukkan oleh persamaan (2.71), namun tidak dalam gauge transverse traceless-nya. Dengan menghilangkan komponen longitudinal xx dan xy dari h ij dan mengurangi trace, maka diperoleh: h yy = h xx = 4ω2 MR 2 exp( 2iω(r t)/r). (2.72) r Persamaan (2.72) merupakan polarisasi linear yang sejajar dengan bidang orbit.