II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

B a b 1 I s y a r a t

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

IV. METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

BAB III METODE PENELITIAN

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB III METODE PENELITIAN

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

IV. METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

KINEMATIKA GERAK LURUS

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

Bab 2 Landasan Teori

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

Bab II LANDASAN TEORI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

BAB III METODE PENELITIAN

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

Lobak (Raphanus sativus) merupakan sayuran berumbi,

Transkripsi:

II. TINJUN PUSTK. Kedelai Kedelai (Glycine max) ermasuk dalam famili Leguminoceae, sub famili Papilionidae, genus Glycine dan spesies max diperkirakan berasal dari Cina. Tanaman ini dibagi menjadi dua golongan, perama berdasarkan warnanya yaiu kedelai puih/kuning, kedelai cokla, kedelai hijau, dan kedelai hiam. Pembagian kedua berdasarkan umurnya yaiu umur pendek (60-80 hari), sedang (90-100 hari), dan panjang (110-120 hari). Kedelai mempunyai kandungan proein dan lemak yang inggi. Secara umum komposisi za gizi kedelai kuning kering dan empe dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia kedelai dan empe per 100 gram Komponen Kimia Kedelai Kuning Tempe Kalori (kal) 400 149 Proein (g) 35,1 18,3 Lemak (g) 17,7 4,0 Hidra arang (g) 32 12,7 Kalsium (mg) 226 129 Besi (mg) 8,5 10 Viamin B1 (mg) 0,66 0,17 ir (g) 10,2 64 Sumber: Sanoso, 1993 Komposisi asam amino yang membenuk proein kedelai cukup lengkap. Kandungan lisin kedelai cukup inggi sehingga dapa digunakan dalam suplemenasi pada serealia yang kandungan lisinnya rendah. Kandungan mehionin pada proein kedelai rendah, sehingga merupakan fakor pembaas yang harus diperhaikan bila digunakan dalam forifikasi makanan. Berbagai produk dapa dihasilkan dari kedelai baik sebagai bahan makanan manusia maupun ernak dan bahan indusri lainnya. Produk kedelai hasil indusri radisional yang diproduksi dan berpoensi di Indonesia erdiri dari lima jenis produk yaiu: empe, ahu, auco, kecap, dan kembang ahu (Muchadi, 1989). B. Tempe dan Senyawa ni Nurisi Menuru Sandar Nasional Indonesia (1992), empe kedelai adalah produk makanan hasil fermenasi biji kedelai oleh kapang erenu, berupa padaan kompak dan berbau khas sera berwarna puih aau sediki keabu-abuan. Tempe merupakan produk fermenasi radisional Indonesia yang umumnya difermenasi dengan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus. Kapang lain yang sering diemukan pada empe anara lain Rhizopus oryzae, Rhizopus arrhizus, dan Rhizopus solonifer. Masing-masing spesies kapang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan enzim. Shurleff dan oyagi (1979) menyaakan bahwa analisis yang dilakukan erhadap sampel-sampel empe dari berbagai empa di Jawa dan Sumara ernyaa Rhizopus oligosporus selalu erdapa pada empe yang bermuu baik. Pengolahan kedelai menjadi empe meningkakan nilai gizi eruama pada proein, lemak, karbohidra dan viamin. Selain iu kandungan gizi empe menjadi lebih laru dalam air 3

dan lebih mudah dicerna dibanding kedelai, sera erjadi kerusakan za-za ani-nurisi seperi aniripsin, asam fia, dan oligosakarida penyebab flaulensi pada kedelai (Hermana, 1985). sam fia dapa membenuk ikaan komplek dengan Fe aau mineral lain seperi Zn, Mg, dan Ca menjadi benuk yang idak laru dan suli diabsorpsi ubuh. Proses perendaman dalam air panas dan fermenasi selama proses pembuaan empe dapa menurunkan kandungan asam fia sehingga mineral dapa lebih mudah diserap ubuh (Koswara, 1992). Kapang empe dapa menghasilkan enzim fiase yang akan menguraikan asam fia menjadi fosfor dan inosiol. sam fia berkurang sekiar 30% dari kedelai sebelum fermenasi. sam fia dapa menyebabkan defisiensi fosfa, kalsium, dan gangguan penyerapan za besi (Karyadi, 1985). Fermenasi akan meningkakan padaan erlaru dari 13% pada kedelai menjadi 28% pada empe seelah 72 jam fermenasi. Seengah kandungan proein awal akan dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana dan laru dalam air seperi asam amino dan pepida. Hal ini menunjukkan bahwa daya cerna empe lebih inggi dari kedelai (Seinkraus, 1983). C. sam Fia sam fia adalah suau mio-inosiol 1, 2, 3, 4, 5, 6-heksafosfa (dihidrogen fosfa) (Oberleas, 1973) yang memiliki fosfor bermuaan negaif yang besar sehingga asam fia mampu berikaan dengan banyak kaion divalen, proein, dan pai. sam fia diemukan dalam konsenrasi yang inggi pada serealia, kacang-kacangan, dan minyak biji-bijian. Pada anaman serealia dan minyak biji-bijian, asam fia erdapa dalam jumlah 1-5% dari bera oal dan menjadi benuk penyimpanan uama dari fosfor pada anaman serealia (Liener, 1989). Fungsi uama fia pada umbuhan adalah unuk menyediakan fosfor dan mio-inosiol yang dibuuhkan selama masa perkecambahan benih (Markakis, 1977). (a) (b) Gambar 1. Srukur asam fia menuru (a) Erdman (1979) dan (b) Sco e al (1982) sam fia mampu mengkela mineral-mineral eruama kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), dan seng (Zn) sehingga menurunkan keersediaan mineral ersebu bagi ubuh. Kandungan fia yang inggi (1% aau lebih) dalam makanan dapa menyebabkan defisiensi mineral, misalnya defisiensi Ca pada hewan dan manusia (Wozenski dan Woodburn, 1975). 4

(a) (b) Gambar 2. Srukur kompleks fia-mineral menuru (a) Erdman (1979) dan (b) Sco e al (1982) sam fia dapa juga bereaksi dengan proein membenuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks ini dapa mempengaruhi kecepaan hidrolisis proein oleh enzim-enzim proeoliik karena erjadi perubahan konformasi proein. Hal ini menyebabkan keersediaan biologis dari za gizi ersebu menurun. Fia suli dicerna karena kurangnya sisem kerja enzim endogenous yang mampu mengkaalisis hidrolisis fia menjadi inosiol dan fosfor organik (Muchadi, 1989). Oleh karena iu asam fia dianggap sebagai senyawa aninurisi. Pada dua dekade erakhir, beberapa peneliian menunjukkan bahwa asam fia memiliki beberapa efek kesehaan, dianaranya menurunkan risiko kanker. Kadar asam fia dalam kacang kedelai adalah 1,4% (Sudarmadji dan Markakis, 1977). Kadar asam fia akan menurun secara drasis akiba perlakuan perendaman dan fermenasi. Perendaman kacang jogo dalam air pada suhu 60 C selama 10 jam menurunkan 90% oal kandungan asam fia. Penurunan nyaa kadar asam fia erjadi pada pemberian perlakuan fermenasi karena kapang fermenasi menghasilkan enzim fiase. Pada oncom, fermenasi menurunkan kadar asam fia dari kadar awal 1.36% menjadi 0.05% (pada oncom hiam) dan 0.70% (pada oncom merah) (Fardiaz dan Markakis, 1981). D. Proses Panas Proses ermal merupakan aplikasi panas pada bahan pangan erenu yang diharapkan dapa memperpanjang umur simpannya. Proses ermal juga memiliki manfaa lain, eruama dalam peningkaan muu sanap. Tujuan uama proses ermal adalah membunuh mikroba pembusuk dan paogen dengan pemanasan sehingga dapa meningkakan keamanannya dan memperpanjang daya awenya dalam jangka waku erenu. Proses ermal juga menyebabkan inakivasi enzim perusak sehingga muu produk pangan lebih sabil. Namun demikian, proses ermal dapa menyebabkan kerugian, yaiu kerusakan za gizi dan muu organolepik (Kusnandar e al., 2006). Proses ermal juga dapa menyebabkan perubahan yang merugikan seperi perubahan eksur dan kerusakan za gizi seperi viamin. Seiap produk pangan memiliki ingkah laku yang berbeda oleh pengaruh pemanasan, sehingga akan sanga berguna apabila mengeahui kineika penurunan muu oleh panas. Proses ermal secara umum melipui blansir, paseurisasi, dan serilisasi. Proses ermal seperi paseurisasi dan serilisasi uap diharapkan dapa menjadi meode yang epa unuk memperpanjang umur simpan empe karena proses ermal dapa menginakivasi mikroba 5

penyebab kerusakan. Terbenuknya ammonia merupakan penyebab kerusakan yang uama pada empe. Enzim proeoliik yang dihasilkan bakeri konaminan dapa mendegradasi proein sehingga menimbulkan bau. Hal ini menyebabkan empe segar yang disimpan dalam suhu ruang dan idak dikemas dengan baik akan berahan maksimal dua hari (Koswara, 1992). Blansir adalah perlakuan panas pendahuluan yang sering dilakukan dalam proses pengolahan makanan buah dan sayuran dengan ujuan unuk memperbaiki muunya sebelum dikenai proses lanjuan. Dengan demikian, proses blansir bukan diujukan unuk proses pengawean. Tujuan perlakuan blansir eruama adalah unuk menginakifasi enzim, mengurangi jumlah mikroba awal (eruama mikroba pada permukaan bahan pangan), melunakkan bahan pangan sehingga mempermudah proses pengisian bahan pangan dalam wadah, dan mengeluarkan udara yang erperangkap pada jaringan bahan pangan yang akan mengurangi kerusakan oksidasi (Kusnandar e al., 2006). Paseurisasi merupakan proses perlakuan panas yang membunuh sebagian besar sel vegeaif mikroorganisme yang erdapa di dalam makanan. Paseurisasi menggunakan suhu dibawah 100 C dengan kombinasi suhu dan waku yuang digunakan adalah 62,8 C selama 30 meni (konvensional) dan 71 C selama 15 deik (HTST). Dalam beberapa produk makanan, paseurisasi diujukan unuk membunuh mikroba paogen, sedangkan dalam produk fermenasi seperi bir, paseurisasi diujukan unuk membunuh mikroba pembusuk. Unuk produk lainnya, paseurisasi yang dikembangkan didasarkan pada daya ahan panas dari mikroba erenu yang ingin dihancurkan. Paseurisasi biasanya digunakan pada bahan pangan yang mempunyai ph 3-4 (Fellow, 1992). Pengerian seril absolu menunjukkan suau kondisi yang suci hama, yaiu kondisi yang bebas dari mikroorganisme. Pada proses serilisasi produk pangan, kondisi seril absolu suli dicapai, karena iulah digunakan isilah serilisasi komersial aau serilisasi prakikal. Serilisasi komersial yaiu suau kondisi yang diperoleh dari pengolahan pangan dengan menggunakan suhu inggi dalam periode waku yang cukup lama sehingga idak ada lagi mikroorganisme hidup. Pengerian serilisasi komersial ini menunjukkan bahwa bahan pangan yang elah mengalami proses serilisasi mungkin masih mengandung spora bakeri (eruama bakeri non-paogen), namun seelah proses pemanasan ersebu spora bakeri non-paogen ersebu bersifa dorman (idak dalam kondisi akif bereproduksi), sehingga keberadaannya idak membahayakan kalau produk ersebu disimpan pada kondisi normal. Dengan demikian, produk pangan yang elah mengalami serilisasi komersial akan mempunyai daya awe yang inggi, yaiu beberapa bulan sampai beberapa ahun (Kusnandar e al., 2006). Serilisasi komersial era kaiannya dengan keahanan bakeri ermasuk sporanya. Keahanan bakeri erhadap proses pemanasan umumnya dinyaakan dengan isilah nilai D dan nilai z. Nilai D adalah waku dalam meni yang dibuuhkan unuk memusnahkan 90% dari populasi bakeri dalam suau medium ermasuk bahan pangan pada suhu eap yang erenu. Nilai z adalah selang suhu erjadinya penambahan aau pengurangan organisme aau spora sepuluh kali lipa dalam waku yang dibuuhkan baik unuk menurunkan 90% aau pembinasaan seluruhnya (Heldman dan Singh, 2001). E. Kineika Reaksi Kineika adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari laju reaksi kimia secara kuaniaif dan fakor-fakor yang mempengaruhinya (Bird, 1987). plikasi eori kineika pening arinya dalam menduga perubahan-perubahan yang erjadi dalam bahan pangan selama proses 6

pengolahan dan penyimpanan. Perubahan yang erjadi bisa berupa perubahan fisika, kimia, maupun mikrobiologi (Boekel, 1996). Sudi enang kineika adalah mempelajari gerakan aau perubahan suau sisem kimia sebagai fungsi waku. Beberapa laju perubahan sifa bahan pangan yang dapa dijelaskan dengan kineika reaksi anara lain kehilangan za gizi, perubahan flavor, dan perubahan warna (Labuza dan Kamman, 1983). Peneliian kineika pada umumnya berujuan unuk mempelajari perubahan komposisi sebagai fungsi dari waku. Percobaan didesain sedemikian rupa sehingga ipe perubahan yang lain dapa dikonrol aau dapa diramalkan. Dasar-dasar yang digunakan adalah suau sisem eruup yang homogen dan isohermal sehingga za idak ada yang masuk aau keluar sisem, gradien konsenrasi aau suhu diasumsikan idak nyaa, sera suhu dijaga konsan selama erjadi perubahan kimia (Swinbourne, 1971). Laju reaksi merupakan laju penurunan konsenrasi pereaksi aau perambahan konsenrasi produk per sauan waku. Reaksi yang erjadi dalam bahan pangan selama pengolahan dan penyimpanan sanga kompleks (Labuza dan Kamman, 1983). Dalam menduga persamaan laju reaksi pada perubahan ersebu lebih mudah digunakan pendekaan empiris. Pada pendekaan empiris perubahan sifa bahan pangan dianggap mengikui persamaan reaksi sebagai beriku : P Laju reaksi = -d[] / d = d[p] / d adalah reakan pada bahan pangan yang mengalami perubahan; P adalah produk dari perubahan ersebu. Jika merupakan waku; n adalah ordo reaksi; dan k adalah nilai konsana, maka laju perubahan menjadi P dinyaakan sebagai beriku: -d[] / d = d[p] / d = k[] n..(1) Pada reaksi ordo nol (n = 0) persamaan (1) menjadi : -d[] / d = d[p] / d = k[] 0 d = -k d 0 0 [] = []0 k Pada reaksi ordo sau (n = 1) persamaan (1) menjadi : -d[] / d = d[p] / d = k[] 1 d /[] = -k d 0 0 ln [] = ln []0 k log [] = log []0 (k / 2.303) Pada reaksi ordo dua (n = 2) persamaan (1) menjadi : -d[] / d = d[p] / d = k[] 2 d /[] 2 = -k d 0 0 1/[] = 1/[]0 + k 7

[]0 [] kemiringan garis = -k log []0 log [] kemiringan garis = -k/2.303 Ordo nol Ordo sau 1/[] kemiringan garis = -k 1/[]0 Ordo dua Gambar 3. Hubungan linier pada reaksi ordo nol, sau, dan dua (Saeni, 1989) Seiap produk pangan memiliki ingkah laku yang berbeda oleh pengaruh pemanasan, sehingga akan sanga berguna apabila mengeahui kineika penurunan muu oleh panas. Secara umum kineika penurunan muu lebih lamba daripada kineika inakivasi mikroba. Menuru Labuza dan Salmarch (1981) pengaruh perubahan suhu erhadap konsanan laju reaksi dinyaakan dalam persamaan rrhenius beriku: k = k0.e -Ea/RT ln k = ln k0 - Ea R ( 1 T ) di mana : k = konsana laju reaksi Ea = energi akivasi k0 = konsana (idak erganung suhu) R = eapan Planck ( 1,987 kal/mol K) T = suhu mulak (K) ln k0 ln k kemiringan garis = -Ea/R 1/T Gambar 4. Hubungan linier anara ln k dengan kebalikan suhu mulak (1/T) menuru hubungan rrhenius (Bird, 1987) Energi reakan pada reaksi harus erlebih dahulu dinaikkan ke ingka energi yang akif sehingga reaksi dapa berlangsung. Energi yang digunakan unuk menaikkan ingka energi ersebu disebu energi akivasi. Nilai energi akivasi dapa digunakan sebagai parameer besarnya sesuai dengan keerganungan laju reaksi erhadap suhu. Energi akivasi yang rendah berari energi yang 8

dibuuhkan unuk menaikkan ingka energi suau reakan agar bereaksi adalah kecil sehingga reaksi lebih mudah erjadi (Suharono, 1987). Persamaan rrhenius dapa digunakan unuk menduga laju penurunan muu makanan dengan menggunakan asumsi-asumsi (Syarief, 1990) : 1. Perubahan muu makanan hanya disebabkan oleh sau macam reaksi saja. 2. Tidak erjadi fakor lain yang menyebabkan perubahan muu. 3. Proses perubahan muu dianggap bukan merupakan akiba dari proses-proses yang erjadi sebelumnya. 9