dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

REDUNDANSI FRAME DAN PENGARUHNYA PADA DEKOMPOSISI FUNGSI DI RUANG HILBERT

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

Aljabar Linear Elementer

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis

4.1 Algoritma Ortogonalisasi Gram-Schmidt yang Diperumum

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame

BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 26

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

Materi Aljabar Linear Lanjut

Kumpulan Soal,,,,,!!!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aljabar Linier Elementer

SOAL-SOAL PEMBAHASAN FUNGSI KOMPOSISI & INVERS FUNGSI

TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor)

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

9. Teori Aproksimasi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KALKULUS LANJUT A (S1 / TEKNIK INFORMATIKA ) KODE / SKS KD

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

ORTOGONALISASI GRAM-SCHMIDT YANG DIPERUMUM UNTUK MEMBANGUN FRAME PARSEVAL

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

BAB III MATRIKS HERMITIAN. dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

Table of Contents. Table of Contents 1

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang. Abstrak

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

SUMMARY ALJABAR LINEAR

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal

BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR

7. Transformasi Fourier

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L 2 (a, b)

SUBRUANG VEKTOR. Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

Bab 2 LANDASAN TEORI

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

II. TINJAUAN PUSATAKA

matematika wajib K-13 FUNGSI INVERS K e l a s f -1 Fungsi invers

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

8.3 Inverse Linear Transformations

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

8.1 Transformasi Linier Umum. Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari

BAB 3 PRODUK SILANG DAN PENDAHULUAN ALJABAR TOEPLITZ

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Aljabar Linier. Kuliah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR DASAR TEORI

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

BAB 3 FUNGSI MONOTON MATRIKS

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

WARP PADA SEBUAH SEGITIGA

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

Transkripsi:

BAB 3 FRAME Sinyal kontinu dapat kita diskritisasi dengan menggunakan ekspansi vektor. Sifat yang paling esensial untuk melakukan hal tersebut adalah adanya operator yang menjamin bahwa ekspansi vektor yang kita lakukan memang merepresentasikan sinyal kontinu yang diharapkan. Pada bab ini akan dibahas ekspansi vektor oleh operator frame, serta keunggulannya dibandingkan ekspansi oleh basis ortonormal. Untuk selanjutnya, ruang Hilbert yang dibicarakan dalam tugas akhir ini adalah ruang Hilbert separabel. 3.1 Basis Suatu subhimpunan Ψ = {ψ i } i I dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor di Ψ bebas linier. Jika I = {1,..., n}, kita katakan V berdimensi n. Basis Ψ = {ψ i } i I disebut basis ortonormal jika vektor-vektornya ortonormal, yaitu ψ i, ψ j = δ ij. Ekspansi vektor oleh basis ortonormal diberikan oleh : x = i I ψ i, x ψ i ψ i, x disebut koefisien ekspansi dari x. Sebagai contoh sederhana, pandang himpunan di R 2 berikut: Ψ = {ψ 1, ψ 2 } = {(1, 0), (0, 1)}. Jelas bahwa Ψ adalah basis ortonormal dari R 2. Dengan demikian, 12

BAB 3. FRAME 13 setiap vektor x = (x 1, x 2 ) R 2 dapat diekspansi oleh Ψ, yaitu: x = (1, 0), (x 1, x 2 ) (1, 0) + (0, 1), (x 1, x 2 ) (0, 1) x = x 1 (1, 0) + x 2 (0, 1) (3.1) Dalam pemrosesan sinyal, misalnya transmisi, koefisien ekspansi dipandang sebagai kode dari sinyal yang bersangkutan. Kode ini kemudian akan ditransmisikan melalui media perantara. Secara umum, kode yang dikirim dapat berbeda dengan kode yang diterima. Dalam kasus ekspansi oleh basis ortonormal, kesalahan ini tidak dapat dideteksi oleh satu kali proses transmisi. Perhatikan (3.1). Misalkan kode yang dikirim adalah x 1 dan x 2, sedangkan kode yang diterima adalah x 1 dan x 3. Proses rekonstruksi dari kode yang diterima diberikan oleh: x 1 (1, 0) + x 3 (0, 1) = (x 1, x 3 ) R 2. Jadi, vektor yang dikirim dan yang diterima sama-sama berada di R 2 sehingga proses transmisi dianggap berhasil. Padahal, (x 1, x 2 ) (x 1, x 3 ). Kesalahan seperti ini tidak dapat dideteksi hanya dengan satu kali proses transmisi, diperlukan beberapa kali pengulangan proses yang akan berdampak negatif pada efisiensi dan efektivitas pemrosesan sinyal. 3.2 Frame Konsep frame merujuk pada perluasan konsep basis yang memungkinkan adanya vektor-vektor basis yang berlebih (redundant). Jadi, berbeda dengan basis secara umum, sistem basis yang bergantung linier ini mengandung vektor-vektor basis yang lebih banyak daripada dimensi ruangnya. Definisi 19. Keluarga fungsi (ϕ i ) i I dalam ruang Hilbert H disebut frame jika terdapat dua konstanta 0 < A B < sehingga untuk setiap x H berlaku A x 2 i I ϕ i, x 2 B x 2 (3.2) A dan B disebut batas-batas frame.

BAB 3. FRAME 14 Jika kedua batas frame sama, A = B, maka frame ini disebut frame ketat. Frame Parseval adalah frame ketat dengan batas frame A = 1. Dari (3.2), untuk frame ketat, kita peroleh yang ekuivalen dengan ϕ i, x 2 = A x 2 (3.3) i I i I 1 2 ϕ i, x = x 2 (3.4) A yaitu, keluarga Φ = ( 1 A ϕ i ) i I adalah frame Parseval. Dengan kata lain, sebarang frame ketat dapat diubah menjadi frame Parseval. Dengan A = 1, (3.4) tampak mirip dengan identitas Parseval yang menyebabkan ia dinamai frame Parseval. Pada frame ketat, x H diekspansi seperti berikut ini: x = 1 ϕ i, x ϕ i (3.5) A i I Meskipun persamaan (3.5) mirip dengan ekspansi vektor oleh basis ortonormal, secara umum frame tidak menyatakan suatu basis ortonormal. Sebaliknya, vektorvektor frame boleh bergantung linier dan oleh karena itu tidak harus membentuk basis. Berikut ini akan diberikan contoh bagaimana frame dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemrosesan sinyal, khususnya dalam pendeteksian kesalahan. Contoh 2. Ambil H = R 2, e 1 = (1, 0), e 2 = (0, 1), e 3 = ( 1, 0), e 4 = (0, 1). Untuk sebarang v = (v 1, v 2 ) di H, kita peroleh 4 v, e j 2 = v 1 2 + v 2 2 + v 1 2 + v 2 2 j=1 = 2[ v 1 2 + v 2 2 ] = 2 v 2. Jadi {e 1, e 2, e 3, e 4 } adalah frame ketat dengan batas frame A = 2, dan jelas bukan basis ortonormal: keempat vektor e 1, e 2, e 3, e 4 tidak bebas linier. Dari (3.5), kita peroleh bahwa setiap v = (v 1, v 2 ) H diekspansi oleh {e 1, e 2, e 3, e 4 }

BAB 3. FRAME 15 menjadi: v = 1 2 4 e j, v e j j=1 = 1 2 [v 1(1, 0) + v 2 (0, 1) + ( v 1 )( 1, 0) + ( v 2 )(0, 1)]. Jika kita akan mentransmisikan v, maka yang kita transmisikan adalah barisan kode {v 1, v 2, v 1, v 2 }. Perhatikan bahwa komponen pertama dan kedua masingmasing merupakan balikan dari komponen ketiga dan keempat. Dengan menggunakan sifat ini, kita dapat mendeteksi kesalahan setidaknya hanya dengan satu kali proses transmisi, yaitu jika pada barisan kode yang diterima, komponen pertama bukan balikan dari komponen ketiga atau komponen kedua bukan balikan dari komponen keempat, maka dengan yakin dapat kita katakan bahwa telah terjadi kesalahan dalam proses transmisi. 3.3 Operator Frame Pada bagian ini akan dibahas operator frame secara umum. Definisi 20. Misalkan (ϕ i ) i I adalah frame di ruang Hilbert H. Maka operator frame T adalah operator linier dari H ke l 2 yang didefinisikan oleh: T (x) = ( x, ϕ i ) i I (T (x)) i = x, ϕ i. Dari Definisi 20 diperoleh bahwa T (x) 2 B x 2, yaitu T adalah operator linier terbatas. Maka, terdapat T, adjoint dari T yang dengan mudah dapat dihitung: T (x), y = y, T (x) = y j x, ϕ j = x, y j ϕ j = x, T (y). Jadi, T (y) = y jϕ j.

BAB 3. FRAME 16 Operator linier T : H l 2 memetakan x H ke ( x, ϕ j ) l 2. Maka, oleh operator adjoint T : l 2 H, ( x, ϕ j ) dipetakan menjadi: T (( x, ϕ j ) ) = x, ϕ j ϕ j Teorema 11 menyatakan bahwa x = x, ϕ j ϕ j = x jika dan hanya jika ϕ j adalah basis ortonormal di ruang Hilbert H. Telah disebutkan bahwa secara umum, frame bukan basis ortonormal. Dengan demikan, T T (x) = x tidak selalu dipenuhi. Hingga bagian ini, kita telah mengetahui bagaimana vektor diekspansi oleh frame. Akan tetapi, adjoint dari operator frame ternyata tidak memberi jaminan dalam proses rekonstruksi vektor yang telah kita ekspansi. Kita perlu mencari operator lain yang menjamin bahwa vektor yang telah kita ekspansi dapat kita konstruksi ulang menjadi vektor yang sama. Perhatikan bahwa T T (x), x = x, ϕ j 2, maka kita dapat menuliskan (3.2) sebagai: AI T T BI, (3.6) dengan I adalah operator identitas pada H. Dari (3.6), kita peroleh: B 1 I (T T ) 1 A 1 I, yang mengakibatkan B 1 x 2 (T T (x), x) 1 = (T T (ϕ j, x)) 1 2 A 1 x 2, yaitu bahwa ((T T ) 1 (ϕ j )) juga adalah frame. Definisikan ( ϕ j )j J = ((T T ) 1 (ϕ j )), frame dual dari (ϕ j ). Operator frame dari frame dual ini adalah T : H l 2

BAB 3. FRAME 17 x j x, ϕ j yang memenuhi T (x) = T (T T ) 1 (x) T T = (T T ) 1 T T = I = T T Jadi, jika kita mengekspansi vektor x oleh T : H l 2 x ( x, ϕ j ) maka T : l 2 H akan merekonstruksi ( x, ϕ j ) menjadi x, yaitu ( x, ϕ j ) x, ϕ j ϕ j = x. Dengan mudah dapat diperiksa bahwa frame dual dari ( ϕ j ) adalah (ϕ j ). Kita dapat menulis ulang T T = I = T T sebagai x, ϕ j ϕ j = x = x, ϕ j ϕ j. (3.7) Ini berarti kita telah memperoleh rumus rekonstruksi untuk x dari x, ϕ j. Dengan demikian, jika diberikan suatu frame (ϕ j ), hal yang perlu dilakukan untuk menerapkan (3.7) adalah menghitung ϕ j = (T T ) 1 (ϕ j ). 3.4 Frame Parseval Secara khusus, frame Parseval memberi kita kemudahan dalam menghitung frame dualnya, karena pada frame Parseval berlaku: ϕ j, x 2 = x 2. Selanjutnya, (3.6) dapat kita tulis ulang menjadi T T = I.

BAB 3. FRAME 18 Ini berarti, (T T ) 1 = I. Sehingga, frame dual untuk frame Parseval adalah ( ϕ j ) = ((T T ) 1 (ϕ j )) = (ϕ j ) yaitu frame Parseval itu sendiri. Perhatikan kembali operator frame secara umum. Misalkan S = T T. S(x) = T T (x) = x, ϕ j ϕ j. Karena S memiliki invers, maka kita dapat menuliskan x sebagai komposisi dari S dan inversnya, yaitu x = SS 1 (x) = S 1 (x), ϕ j ϕj. Karena S adalah operator positif, maka terdapat secara tunggal akar kuadrat positif dari S yang juga self-adjoint. Ruas kanan persamaan di atas dapat ditulis sebagai: S 1 (x), ϕ j ϕj = S 1/2 (x), S 1/2 (ϕ j ) ϕ j. Dengan memisalkan g = S 1/2 (x), maka kita peroleh: I(x) = S 1/2 S 1/2 (x) = S 1/2 (g) = g, S 1/2 (ϕ j ) ϕ j. Lebih jauh, kita dapatkan: g = g, S 1/2 (ϕ j ) S 1/2 (ϕ j ), yaitu bahwa S 1/2 (ϕ j ) adalah frame Parseval. Jadi, dari sebarang frame, kita dapat membentuk frame Parseval. berikut ini meringkas pekerjaan yang baru saja kita lakukan. Teorema Teorema 21. Untuk setiap frame (ϕ j ) (dengan frame operator S), terdapat frame Parseval S 1/2 (ϕ j ).