BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Yulia Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu matematika, banyak pembahasan di bidang analisis dan topologi yang memerlukan pengertian ruang Hilbert. Ruang Hilbert merupakan konsep abstrak yang mendasari teori persamaan diferensial parsial, mekanika kuantum, analisis Fourier, dan teori Ergodik. Ruang Hilbert H merupakan ruang Banach dengan norma x = x, x, untuk setiap x anggota ruang Hilbert H, dengan, menyatakan produk skalar pada ruang Hilbert H. Pada ruang Hilbert, operator dikenal sebagai fungsi yang memetakan antara dua ruang Hilbert. Teori operator merupakan bagian terpenting dalam analisis fungsional. Secara khusus, teori operator menjadi instrumen dasar dalam teori sistem dinamis, menjadi representasi dari grup dan aljabar, dan merupakan instrumen penting dalam matematika fisika dan mekanika kuantum. Operator juga terlibat dalam teori probabilitas. Operator pada ruang Hilbert H dikatakan linear kontinu jika operator tersebut linear dan kontinu. Koleksi semua operator linear kontinu A pada ruang Hilbert H, dinotasikan dengan L c (H), merupakan ruang Banach terhadap norma A = sup{ A(x) : x 1}. Jika diberikan operator linear kontinu dari suatu ruang Hilbert H ke ruang Hilbert K, maka ada tepat satu operator linear kontinu dari K ke H yang disebut dengan operator adjoint A. Operator linear kontinu U dari ruang Hilbert H ke ruang Hilbert K dikatakan uniter jika U U = UU = I. Operator linear kontinu A pada ruang Hilbert H dikatakan uniter ekuivalen (unitarily equivalent) dengan operator linear kontinu B pada ruang Hilbert K, jika terdapat operator uniter U dari H ke K sehingga berlaku B = UAU 1. Operator linear kontinu A pada ruang Hilbert H disebut operator 1
2 2 kontraksi jika untuk setiap x H berlaku A(x) x. Koleksi semua operator kontraksi pada H, dinotasikan dengan C t (H), merupakan ruang bagian dari L c (H). Setiap ruang Hilbert dan ruang Banach merupakan ruang topologis. Oleh karena itu, koleksi semua operator linear kontinu L c (H) merupakan ruang topologis. Pada L c (H) terdapat topologi konvergen titik demi titik (pointwise convergence topology / point-open topology). Untuk setiap x H dan U H, himpunan S(x, U) = {A L c (H) : A(x) U} merupakan anggota basis bagian untuk topologi konvergen titik demi titik. Topologi ini disebut topologi operator kuat (strong operator topology). Dalam hal ruang yang dimaksud adalah ruang operator, topologi operator kuat biasa disebut topologi kuat. Ruang topologis X disebut ruang Baire jika irisan sebanyak terhitung himpunan terbuka yang rapat (dense) di X merupakan himpunan yang rapat di X. Konsep mengenai ruang Baire merupakan alat yang penting dalam topologi dan analisis fungsional, sebab menyajikan gagasan mengenai himpunan bagian dari ruang topologis yang sangat kecil yang dikenal dengan himpunan kategori pertama (meager). Komplemen dari himpunan kategori pertama disebut himpunan residual (co-meager). Suatu himpunan dikatakan kategori pertama jika dapat dinyatakan sebagai gabungan sebanyak terhitung himpunan bagian yang tidak rapat dimanapun (nowhere dense). Suatu himpunan pada ruang topologis yang dapat dinyatakan sebagai irisan sebanyak terhitung himpunan terbuka disebut sebagai anggota G δ. Setiap ruang metrik lengkap merupakan ruang Baire dan setiap anggota G δ yang rapat di X merupakan himpunan residual (co-meager) di X. Diperhatikan bahwa terdapat suatu sifat yang dapat dipelajari di ruang Baire yang hanya berlaku pada himpunan yang bukan kategori pertama. Dengan kata lain, sifat tersebut hanya berlaku pada himpunan residual. Diberikan sebarang ruang Baire X dan sifat Φ pada titik di X. Sifat φ dikatakan tipikal pada X jika A = {x X : x memenuhi Φ} merupakan himpunan bagian residual dari X. Sifat tipikal memberi peranan di dalam perkembangan
3 3 ilmu pengetahuan, ada beberapa pengertian tipikal di matematika. Dalam teori ukuran, sifat tipikal merupakan sifat yang berlaku hampir dimana-mana (almost everywhere). Dalam teori probabilitas, sifat yang berlaku hampir dimana-mana merujuk pada himpunan dengan probabilitas 1. Selanjutnya, dalam topologi dan aljabar geometri, sifat tipikal merupakan sifat yang berlaku pada himpunan residual. Sifat tipikal telah diselidiki oleh beberapa peneliti, khususnya pada ruang topologis, diantaranya A. Bruckner, Tanja Eisner, dan Tamás Mátrai. Bruckner membahas tentang himpunan semua fungsi kontinu yang tidak terdiferensial dimanapun merupakan himpunan yang residual dari (C[0, 1], ). Tanja Eisner dan Tamás Mátrai membahas tentang sifat tipikal operator linear kontraksi pada ruang Hilbert berdimensi tak hingga atas C di beberapa topologi, diantaranya pada topologi lemah (weak topology) dan topologi kuat (strong topology). Koleksi semua operator kontraksi C t (H) dengan H ruang Hilbert separabel berdimensi tak hingga atau ruang Hilbert klasik (classical Hilbert space), merupakan ruang Baire. Dengan memandang pentingnya operator dan peranan sifat tipikal di dalam perkembangan ilmu matematika, muncul gagasan untuk menyelidiki sifat tipikal pada C t (H). Pada tesis ini, akan dipelajari dan diselidiki sifat tipikal operator kontraksi pada ruang Hilbert berdimensi tak hingga di topologi operator kuat yang dinotasikan dengan s-tipikal kontraksi. 1.2 Perumusan Masalah Seperti yang telah disampaikan di dalam latar belakang penelitian, permasalahan yang akan dibahas di dalam tesis ini adalah menyelidiki sifat s-tipikal pada operator kontraksi. Karena sifat tipikal dikerjakan pada ruang Baire dan koleksi semua operator kontraksi yang memenuhi sifat tersebut merupakan himpunan bagian residual dari C t (H), permasalahan yang dibahas di tesis ini disampaikan sebagai berikut. 1. Membuktikan bahwa koleksi semua operator kontraksi, dinotasikan C t (H), merupakan ruang Baire.
4 4 2. Menunjukkan bahwa sifat s-tipikal pada operator di C t (H) merupakan uniter ekuivalen dengan operator backward unilateral shift berdimensi tak hingga. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama dari tulisan ini adalah mempelajari tentang sifat s-tipikal operator linear kontraksi pada ruang Hilbert klasik. Adapun manfaatnya, diharapkan dengan adanya tulisan ini pembahasan lebih lanjut tentang sifat s-tipikal operator kontraksi di dalam topologi operator kuat dapat diselidiki dengan meneliti sifat operator backward unilateral shift berdimensi tak hingga. 1.4 Tinjauan Pustaka Ruang Hilbert merupakan ruang pre-hilbert yang lengkap. Setiap ruang pre-hilbert yang berdimensi hingga selalu dapat ditemukan basis ortonormal sehingga setiap ruang pre-hilbert yang berdimensi hingga merupakan ruang Hilbert. Ruang Hilbert H yang separabel memiliki basis ortonormal. Sebarang ruang Hilbert separabel berdimensi tak hingga disebut ruang Hilbert klasik (Classical Hilbert Space). Pada saat dua buah ruang Hilbert diberikan, dapat didefinisikan operator linear dari satu ruang Hilbert ke ruang Hilbert. Di dalam konsep operator linear kontinu, dikenal beberapa jenis operator beberapa diantaranya adalah operator kontraksi dan operator Adjoint. Dari konsep operator adjoint dikenalkan operator uniter dan isometrik. Operator A dikatakan uniter ekuivalen dengan operator B jika terdapat operator uniter U sedemikian hingga B = UAU 1 (Berberian, 1961). Di dalam koleksi operator linear kontinu terdapat topologi. Dengan didasari oleh definisi basis dan basis bagian di dalam Munkres (2000) dan Hunter (1975), diperoleh pengertian basis bagian untuk topologi pada ruang operator. Salah satu topologi pada ruang operator adalah topologi konvergen titik demi titik. Alasan menyebut topologi konvergen titik demi titik adalah karena topologi tersebut berkorespondensi dengan konvergen titik demi titik yang pada ruang operator yang
5 5 dikenal dengan nama konvergen kuat. Oleh karena itu, topologi tersebut sering dikenal sebagai topologi operator kuat. Dari pengertian ruang topologis, dikenal konsep mengenai ruang Baire. Setiap ruang metrik lengkap merupakan ruang Baire dan suatu ruang topologis dikatakan ruang Baire jika irisan sebanyak terhitung himpunan terbuka yang rapat di dalamnya merupakan himpunan rapat (Royden, 1988). Suatu himpunan pada ruang topologis dikatakan anggota G δ apabila dapat dinyatakan sebagai irisan sebanyak terhitung himpunan terbuka. Setiap himpunan anggota G δ yang rapat di X merupakan himpunan yang residual. Hal tersebut dipergunakan untuk mendefinisikan sifat tipikal. Sifat Φ disebut sifat tipikal pada titik di ruang Baire X apabila koleksi titik-titik pada X yang memenuhi Φ merupakan himpunan bagian residual dari X (Kechris, 1994). Selanjutnya, akan diselidiki sifat tipikal operator linear kontinu pada ruang Hilbert klasik. Penelitian pertama yang dilakukan adalah menunjukkan bahwa koleksi operator kontraksi pada H merupakan ruang Baire, yaitu dengan menunjukkan bahwa C t (H) merupakan ruang yang completely metrizable. Pengertian tentang ruang topologis yang completely metrizable diperoleh dari Dugundji (1966). Penelitian berikutnya dilakukan terhadap sifat tipikal pada operator kontraksi yang diamati di dalam topologi operator kuat ditulis singkat s-tipikal kontraksi dan koleksi operator kontraksi yang memenuhi sifat s-tipikal kontraksi tersebut ditulis singkat koleksi s-tipikal kontraksi. Eisner dan Mátrai (2012) menunjukkan bahwa s-tipikal kontraksi adalah uniter ekuivalen dengan operator backward unilateral shift berdimensi tak hingga. Di dalam tulisannya, Eisner dan Mátrai tidak memberikan bukti dengan lengkap namun hanya secara garis besar alur pembuktiannya. Langkah untuk menunjukkan sifat s-tipikal kontraksi tersebut adalah melengkapi alur pembuktian yang ditulis oleh Eisner dan Mátrai. Dengan memanfaatkan teorema dekomposisi Wold (Nagy, 1970) akan dibahas bahwa operator s-tipikal kontraksi A uniter ekuivalen dengan jumlahan langsung operator uniter dan operator backward unilateral shift. Operator
6 6 kontraksi A dikatakan stabil kuat (strongly stable) jika s- lim n N A n = 0. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa koleksi s-tipikal kontraksi tersebut bersifat stabil kuat sehingga bagian uniternya merupakan ruang bagian trivial (Kubrusly 2010). Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menunjukkan kernelnya berdimensi tak hingga. 1.5 Metodologi Penelitian Penulisan tesis ini menggunakan metode studi literatur yaitu mengkaji jurnal dan makalah terdahulu serta artikel terkait mengenai sifat s-tipikal operator pada ruang Hilbert. Paper "On Typical Properties of Hilbert Space Operator" oleh Tanja Eisner dan Tamás Mátrai dijadikan referensi utama dalam tesis ini dengan melengkapi pembuktian teorema di dalamnya. Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dalam penelitian ini. Pertama, dibuktikan terlebih dahulu bahwa koleksi operator kontraksi pada ruang Hilbert H merupakan ruang Baire dengan menunjukkan bahwa C t (H) merupakan ruang topologis yang completely metrizable dan terdapat metrik d s pada C t (H) sehingga (C t (H), d s ) merupakan ruang metrik lengkap yang separabel. Selanjutnya, dikenalkan definisi shift operator yang ditekankan pada pembahasan operator backward unilateral shift. Diberikan ruang Hilbert H = l 2 (N N) dan dinyatakan {e in : i, n N} adalah basis ortonormal kanonik dari H. Didefinisikan operator backward unilateral shift berdimensi tak hingga S C t (H) dengan S(e 1n ) = ˆ0 dan S(e {i+1}n ) = e in, untuk i, n N. Diberikan koleksi O(S) = {USU 1 : U uniter} adalah koleksi operator yang uniter ekuivalen dengan operator backward unilateral shift tersebut. Langkah berikutnya adalah membuktikan bahwa koleksi O(S) merupakan himpunan yang residual dari C t (H). Didefinisikan himpunan S koleksi operator kontraksi A yang stabil kuat, dan himpunan G koleksi operator kontraksi A yang memenuhi S H A[S H ] dengan S H = {x H : x = 1} dan dim ker A =. Himpunan S dan G merupakan himpunan bagian residual dari C t (H). Dalam menunjukkan G residual dibutuhkan lemma yang mengatakan bahwa setiap operator kontraksi yang terdefinisi pada
7 7 ruang bagian berdimensi hingga dari H dapat diperluas menjadi operator kontraksi yang surjektif dalam arti yang lebih kuat. Sedangkan untuk menunjukkan kernel A berdimensi tak hingga dibutuhkan lemma yang mengatakan bahwa s-tipikal kontraksi A konvergen ke nol pada ruang bagian Z sehingga untuk setiap n N, berlaku dim Z n. Himpunan O(S) merupakan himpunan yang residual dari C t (H) dapat terbukti dengan menujukkan untuk setiap A S G uniter ekuivalen dengan operator S. Untuk setiap A G berlaku AA = I dan A A merupakan proyeksi pada range A. Akan ditunjukkan bahwa A merupakan operator isometrik sehingga A merupakan operator co-isometrik dan A isometrik pada range A. Menggunakan teorema dekomposisi Wold, karena A operator isometrik, diperoleh H dapat didekomposisi menjadi jumlahan ortogonal H = H 1 H 2 sehingga H 1 dan H 2 mereduksi A, A H1 merupakan operator uniter, dan A H2 merupakan operator shift. Karena S merupakan himpunan bagian residual dari C t (H), sama artinya dengan mengatakan bahwa operator s-tipikal kontraksi A merupakan operator yang stabil kuat, yaitu s- lim n N A n = 0. Akibatnya, A shift sehingga bagian uniternya merupakan himpunan trivial, dengan kata lain H 1 = {ˆ0}. Dengan memanfaatkan kesamaan multiplisitas, Rosenblum dan Rovnyak (1985) mengatakan bahwa dua operator shift dikatakan uniter ekuivalen jika memiliki multiplisitas yang sama. Dengan demikian, karena dim ker A =, diperoleh operator shift A uniter ekuivalen dengan operator shift pada l 2 (N, ker A). Diperhatikan bahwa l 2 (N, ker A) isomorfik dengan l 2 (N N). Dengan demikian, operator s-tipikal kontraksi A uniter ekuivalen dengan operator adjoint dari operator shift pada l 2 (N N) yang merupakan backward unilateral shift pada l 2 (N N). Metodologi penelitian ini disampaikan dalam diagram berikut.
8 8. Koleksi semua operator Kontraksi Ruang Baire Koleksi operator kon- i. Himpunan G menyatakan koleksi operator kontraksi A yang memenuhi S H A[S H ] dan dim ker A = himpunan bagian residual dari C t (H), ii. untuk setiap A G, berlaku AA = I dan A A merupakan proyeksi pada range A, traksi yang stabil kuat merupakan himpunan iii. operator A merupakan operator isometrik pada range bagian residual dari A dan operator A merupakan operator isometrik. C t (H) Operator kontraksi A Bagian uniternya uniter ekuivalen dengan Teorema merupakan himpunan jumlahan langsung ope- dekomposisi trivial yaitu rator uniter dan operator Wold U[H] = {ˆ0} backward unilateral shift Setiap operator kontraksi yang stabil Koleksi operator kontraksi kuat yang memenuhi S H yang uniter ekuivalen dengan A[S H ] dan dim ker A = uniter operator backward unilateral ekuivalen dengan operator backward shift merupakan himpunan unilateral shift bagian residual dari C t (H). Gambar 1.1 Diagram Alur 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pengertian tentang sifat tipikal kuat dari operator linear kontraksi pada ruang Hilbert separabel atas himpunan bilangan kompleks berdimensi tak hingga. Secara umum, sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian. Bab I berisi tentang pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang permasalahan yang dibahas dalam penelitian dan merumuskan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan manfaat dari penelitian ini, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan disampaikan di dalam bab ini.
9 9 Bab II berisi tentang landasan teori yang memaparkan dasar-dasar teori yang diperlukan dalam penelitian. Landasan teori yang dimaksud meliputi konsep tentang ruang Hilbert dan beberapa sifat di dalamnya, operator linear kontinu pada ruang Hilbert, khususnya operator proyeksi, uniter, dan isometrik. Untuk mengenalkan definisi s-tipikal dalam bab selanjutnya, dipaparkan konsep tentang ruang topologis yang secara khusus lebih ditekankan pada basis dan basis bagian topologi, ruang Baire, dan teorema kategori Baire. Bab III dan bab IV berisi tentang hasil penelitian. Dalam bab III lebih ditekankan pada pengertian topologi konvergen titik demi titik atau dapat disebut topologi operator kuat (strong operator topology), uniter ekuivalen, operator kontraksi, dan karakteristik khusus pada operator kontraksi. Selanjutnya, pada bab IV dibahas mengenai sifat s-tipikal kontraksi, dekomposisi Wold, operator shift, dan pengertian operator backward unilateral shift, serta uniter ekuivalen antara operator s-tipikal kontraksi dan operator bakcward unilateral shift. Sebagai penutup, bab V berisi tentang kesimpulan dari seluruh rangkaian pembahasan sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemetaan linear merupakan salah satu jenis pemetaan yang dikenal dalam bidang matematika, khususnya dalam bidang matematika analisis. Diberikan ruang vektor
Lebih terperinciDASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT
DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z
Lebih terperinciBAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi
BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori titik tetap merupakan teori matematika yang sering digunakan untuk menjamin eksistensi solusi masalah nilai awal dan syarat batas persamaan diferensial
Lebih terperinciKarakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 A - 4 Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert Gunawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto gunoge@gmailcom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Dalam ilmu matematika, khususnya dalam bidang analisis dikenal berbagai macam ruang, salah satunya adalah ruang metrik. Ruang metrik merupakan suatu
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan penting dalam berbagai bidang. Salah satu cabang ilmu matematika yang banyak diperbincangkan
Lebih terperinciBAB III KEKONVERGENAN LEMAH
BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional
Ming gu ke RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 56 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional T o p i k S u b T o p i k 1. Ruang Banach - Ruang metrik - Ruang vektor bernorm - Barisan di ruang
Lebih terperinciBAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert
BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis yang membahas operator, operator linear dan sifat-sifatnya. Sebuah pemetaan antar ruang bernorm
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu struktur aljabar yang harus dikuasai oleh seorang matematikawan adalah grup yaitu suatu himpunan tak kosong G yang dilengkapi dengan satu operasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,
Lebih terperinciAnalisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemetaan merupakan konsep yang tidak pernah terlepas dari bahasan matematika analisis. Pengaitan setiap anggota dari suatu himpunan dengan tepat satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika dilengkapi dengan suatu norma., maka dikenal bahwa suatu ruang vektor bernorma. Kemudian
Lebih terperinciTEORI DILASI DALAM RUANG HILBERT DAN RUANG BANACH
TEORI DILASI DALAM RUANG HILBERT DAN RUANG BANACH Annisanti Surachman, Rizky Rosjanuardi 1, Isnie Yusnitha 2 Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: annisanti.surachman@student.upi.edu ABSTRAK.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konvergensi barisan bilangan real mempunyai banyak peranan dan aplikasi yang cukup penting pada beberapa bidang matematika, antara lain pada teori optimisasi,
Lebih terperinciOPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS
OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS Muslim Ansori *,Tiryono 2, Suharsono S 2,Dorrah Azis 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung,2 Jln. Soemantri Brodjonegoro No Bandar Lampung email: ansomath@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu matematika, khususnya dalam bidang analisis dikenal berbagai macam ruang, di antaranya ruang Hilbert. Banyak hal yang dapat dikaji di dalam ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori titik tetap merupakan salah satu landasan di dalam pengembangan matematika karena mempunyai peran yang cukup mendasar dalam aplikasi berbagai cabang
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Permulaan munculnya analisis fungsional didasari oleh permasalahan pada kurang memadainya metode analitik klasik pada fisika dan astronomi matematika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, teori persamaan diferensial merupakan suatu cabang analisis matematika yang banyak dipakai dalam kehidupan nyata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam matematika dikenal konsep fungsi naik monoton dan fungsi turun monoton. Jika f : R R merupakan fungsi naik monoton maka untuk setiap x, y R dengan x
Lebih terperinciTRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH
TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni, S.Si., M.Pd Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmail.com ABSTRAK Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi: Januari Juni
Lebih terperincidari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor
BAB 3 FRAME Sinyal kontinu dapat kita diskritisasi dengan menggunakan ekspansi vektor. Sifat yang paling esensial untuk melakukan hal tersebut adalah adanya operator yang menjamin bahwa ekspansi vektor
Lebih terperinciyang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Integral pada A - 3 yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi Arta Ekayanti dan Ch. Rini Indrati. FMIPA Universitas Gadjah Mada arta_ekayanti@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori titik tetap merupakan salah satu subjek yang menarik untuk dikaji karena memiliki banyak aplikasi dalam berbagai bidang. Selama kurun waktu sepuluh tahun
Lebih terperinciRuang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik
Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Oleh : Iswanti 1, Soeparna Darmawijaya 2 Iswanti, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali topik matematika khususnya dalam bidang analisis fungsional yang mengalami perluasan, seperti: ruang vektor,
Lebih terperinci0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks
0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas dan dituliskan dengan
Lebih terperinciKEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT
KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT Moch. Ramadhan Mubarak 1), Encum Sumiaty 2), Cece Kustiawan 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: ramadhan.101110176@gmail.com ABSTRAK.
Lebih terperinciKeterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal
Jurnal Matematika Integratif Volume 12 No. 2, Oktober 2016, pp. 117-124 p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/jmi.v12.n2.11928.117-124 Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan di berbagai bidang. Teori titik tetap merupakan salah satu cabang dalam ilmu matematika, khususnya matematika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi
Lebih terperinciEKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH
EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni Prodi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmailcom Info: Jurnal MSA Vol 3 No 1 Edisi: Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep ruang metrik merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika analisis. Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba mengembangkan konsep ruang metrik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Integral tipe Stieltjes merupakan salah satu topik yang banyak dipelajari dalam matematika analisis. Beberapa di antaranya adalah integral Riemann-Stieltjes,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSATAKA
4 II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Operator Definisi 2.1.1 (Kreyszig, 1989) Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator. Definisi 2.1.2 (Kreyszig, 1989) Diberikan ruang Bernorm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian
Lebih terperinciSifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji
Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,
Lebih terperinciPENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL
PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam perkembangan teknologi. Ilmu Matematika juga merupakan ilmu dasar yang banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,
II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, ruang Bernorm dan ruang Banach, ruang barisan, operator linear (transformasi linear) serta teorema-teorema
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari
BAB II TEORI DASAR Pada skripsi ini, akan dipelajari perbedaan sifat grup fundamental yang dimiliki beberapa ruang topologi, yaitu 2 S, torus, 2 P dan figure eight. Ruang topologi adalah suatu himpunan
Lebih terperinciPROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi
PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Gelar Sarjana
Lebih terperinciKONSTRUKSI, SIFAT DAN DIMENSI HIMPUNAN CANTOR MIDDLE THIRD. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP
KONSTRUKSI, SIFAT DAN DIMENSI HIMPUNAN CANTOR MIDDLE THIRD Khoiroh Alfiana, Siti Khabibah, Robertus Heri S.U,, Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika
Lebih terperinciPROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara
PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Pada umumnya suatu teorema mempunyai ruang lingkup
Lebih terperinciANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007
ANALISIS NUMERIK LANJUT Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007 BAB I. RUANG LINEAR Pelajari definisi dan contoh: ruang linear (hal. 1-3); subruang (hal. 3); kombinasi linear (hal. 4); bebas/bergantung linear
Lebih terperinciREFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA
REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA Mila Apriliani Utari, Encum Sumiaty, Sumanang Muchtar Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak
SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo Abstrak Penulisan ini bertujuan menyelidiki sifat-sifat yang berlaku di dalam topologi
Lebih terperinciBAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI
BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI Bab ini membahas tentang fungsi uji dan distribusi di mana ruang yang memuat keduanya secara berturut-turut dinamakan ruang fungsi uji dan ruang distribusi. Ruang fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral merupakan salah satu konsep penting dalam matematika dan banyak aplikasinya. Dalam kehidupan sehari-hari integral dapat diaplikasikan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Himpunan fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Zadeh (1965). Himpunan fuzzy adalah suatu himpunan yang setiap anggotannya memiliki derajat keanggotaan. Derajat keanggotaan
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang
BAB 3 KONDISI SPECTRUM Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang diperoleh berdasarkan penjelasan - penjelasan yang telah dipaparkan pada bab - bab sebelumnya. Hasil
Lebih terperinciRUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ
RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Permasalahan Bidang ilmu analisis meruakan salah satu cabang ilmu matematika yang di dalamnya banyak membicarakan konse, aksioma, teorema, lemma disertai embuktian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE
Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 58 62 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE SISKA NURMALA SARI Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBeberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert
Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah
Lebih terperinciBEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.
BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF Oleh: Rindang Kasih Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNIVET Sukoharjo Jl. Letjend Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo, e-mail: Rindang_k@yahoo.com
Lebih terperinciHOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 98 102 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) RISCHA DEVITA Program Studi Matematika,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kajian menarik dalam analisis adalah teori himpunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kajian menarik dalam analisis adalah teori himpunan. Himpunan merupakan konsep dasar dari semua cabang matematika bahkan sudah diperkenalkan dalam pendidikan
Lebih terperinciGEOMETRI ALJABARIK I: RUANG AFFINE DENIK AGUSTITO
GEOMETRI ALJABARIK I: RUANG AFFINE DENIK AGUSTITO Tulisan ini didukung oleh AJM (Arsip Jurnal Matematika), Indonesia Email: denikagustito@yahoo.co.id Selesai pada 28 Pebruari 2011 ABSTRAK. Terdapat sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-19, Teori Representasi secara umum dipelajari sebagai bagian dari Teori Grup. Himpunan semua endomorfisma invertibel dari ruang vektor V atas
Lebih terperinciPRODUK SILANG ATAS SEMIGRUP ENDOMORFISMA
PRODUK SILANG ATAS SEMIGRUP ENDOMORFISMA Ishma Fadlina Urfa, Rizky Rosjanuardi, Isnie Yusnitha Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding author: ishmafadlina@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan skirpsi ini. 1.1.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem dinamik merupakan formalisasi Matematika untuk menggambarkan konsep-konsep ilmiah dari proses deterministik yang bergantung terhadap waktu (Kuznetsov,
Lebih terperinciBAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR
BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR A. DEFINISI DASAR 1. Definisi-1 Suatu pemetaan f dari ruang vektor V ke ruang vektor W adalah aturan perkawanan sedemikian sehingga setiap vektor v V dikawankan
Lebih terperinciOPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT
OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT Gunawan Universitas Muhammadiah Purwokerto, gun.oge@gmail.om Abstrat. In this artile, will disuss definition, examples, algebra properties, and some harateristi
Lebih terperinciCreated By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI DANIEL SALIM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPOK 2012
UNIVERSITAS INDONESIA SPEKTRUM DAN HIMPUNAN RESOLVENT DARI OPERATOR LINEAR TERBATAS DAN OPERATOR LINEAR SELF ADJOINT TERBATAS SKRIPSI DANIEL SALIM 0906511385 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada himpunan N = 0, 1, 2,.... Dengan kata lain, barisan bilangan real adalah suatu fungsi
Lebih terperinciFOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1
FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, 117 132 KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU Malahayati 1 1 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281
Lebih terperinciSYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak
Syarat Fritz John... (Caturiyati) SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com
Lebih terperinciOPERATOR FREDHOLM. Kartika Yulianti December 20, 2007
OPERATOR FREDHOLM Kartika Yulianti 20106010 December 20, 2007 1 Orientasi De nition 1 Misalkan X, Y adalah ruang Banach. Sebuah operator A 2 B(X; Y ) disebut operator Fredholm dari X ke Y, jika : 1. (A)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya deret Fourier diperkenalkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1807 untuk memecahkan model masalah persamaan panas pada suatu lempeng logam (Fourier, 1878).
Lebih terperinciTOPOLOGI RUANG LINEAR
TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo e-mail: kurniasih.nila@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi
Lebih terperinciKORESPONDENSI KARAKTER TERRESTRIKSI DAN TERINDUKSI BESERTA TABEL KARAKTER DARI REPRESENTASI GRUP HINGGA
1 Jurnal Scientific Pinisi, Volume 3, Nomor 1, April 2017, hlm. 1-9 KORESPONDENSI KARAKTER TERRESTRIKSI DAN TERINDUKSI BESERTA TABEL KARAKTER DARI REPRESENTASI RUP HINA Restu Cahyaningsih dan Budi Surodjo
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2
Lebih terperinciMA3231 Analisis Real
MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017
Lebih terperinciBAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR
BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif
Lebih terperinciBAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada
BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai
Lebih terperinci4.1 Algoritma Ortogonalisasi Gram-Schmidt yang Diperumum
BAB 4 ORTOGONALISASI GRAM-SCHMIDT YANG DIPERUMUM Diberikan sebarang barisan hingga vektor di ruang Hilbert berdimensi hingga. Pada bab ini akan diberikan algoritma untuk menghitung frame Parseval pada
Lebih terperinciAljabar Linier. Kuliah
Aljabar Linier Kuliah 10 11 12 Materi Kuliah Transformasi Linier Kernel dan Image dari Transformasi Linier isomorfisma Teorema Rank plus Nullity 1/11/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand 2 Transformasi Linier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat dan logos yang artinya ilmu merupakan cabang matematika yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciAljabar Linear Elementer
BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk
Lebih terperinciSifat-sifat Ruang Banach
Vol. 11, No. 2, 115-121, Januari 2015 Sifat-sifat Ruang Banach Muhammad Zakir Abstrak Tulisan ini membahas tentang himpunan operator (pemetaan) linier dari ruang vektor ke ruang vektor yang dilambangkan
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR
SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR Mustafa A.H. Ruhama Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT Let UU, VV and WW are vector
Lebih terperinciPRODUK SILANG TEREDUKSI DARI ALJABAR- OLEH SEMIGRUP PADA AUTOMORFISMA
PRODUK SILANG TEREDUKSI DARI ALJABAR- OLEH SEMIGRUP PADA AUTOMORFISMA Nadia Shabilla, Rizky Rosjanuardi, Isnie Yusnitha Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding
Lebih terperinciPengaruh Waktu Tunda Yang Kecil Terhadap Stabilitas Eksponensial Seragam Suatu Sistem Persamaan Diferensial
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengaruh Waktu Tunda Yang Kecil Terhadap Stabilitas Eksponensial Seragam Suatu Sistem Persamaan Diferensial Aloysius Joakim Fernandez Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung e-mail: e.sumiaty@yahoo.com Abstrak Diketahui ruang fungsi klasik L (, ). Melalui oerator T ada ruang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL
Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 49-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Arta Ekayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi
Lebih terperinci