REDUNDANSI FRAME DAN PENGARUHNYA PADA DEKOMPOSISI FUNGSI DI RUANG HILBERT
|
|
- Ade Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Page 1 of 33 REDUNDANSI FRAME DAN PENGARUHNYA PADA DEKOMPOSISI FUNGSI DI RUANG HILBERT SUZYANNA NRP July 13, 2010
2 ABSTRAK Page 2 of 33 Konsep frame di ruang hasil kali dalam dapat dipandang sebagai perumuman dari basis ortonormal dalam ruang Hilbert dengan {f k } disebut frame jika terdapat 0 < A B < sedemikian sehingga A f 2 f, f k 2 B f 2 untuk setiap f H dengan A dan B adalah batasan frame.jika A = B maka {f k } disebut frame ketat. Materi tesis ini membahas pengertian redundan atau overcomplete pada suatu frame ketat. Disajikan pula cara perhitungan suatu redundansi dalam contoh-contoh sederhana baik di dimensi hingga maupun tak hingga. Kata-kunci: hasil kali dalam, basis, basis ortonormal, norm, frame.
3 LATAR BELAKANG Page 3 of 33 Frame pertama kali diperkenalkan oleh Duffin dan Schaeffer(1952), menggunakan frame untuk mempelajari Deret Fourier yang nonharmonik yakni ekspansi fungsi di (L 2 [0, 1]). Christensen(2006),Balan dkk (2005),dan Casazza (2010) sesuai definisi frame dimana frame adalah basis yang overcomplete dan perumuman dari basis ortonormal. A dan B masing-masing adalah batas atas dan bawah frame. Jika A = B maka frame disebut sebagai frame ketat. Setiap basis ortonormal adalah Riesz basis dan setiap Reisz basis adalah frame.
4 Page 4 of 33 Casazza dkk (2009), menenuhi definisi frame, jika A = B = 1, maka disebut sebagai frame Parseval. Frame mempunyai redundant N. Jika ϕ n i = c untuk semua i = 1,..., N disebut equal norm frame. Jika φ adalah equal norm Parseval frame maka redundansi R φ = R + φ = N dimana n R φ adalah batas bawah redundansi sedang R + φ adalah batas atas redundansi.
5 Page 5 of 33 Casazza(1998), setiap frame dalam ruang Hilbert H dapat dinyatakan sebagai jumlahan dari tiga basis ortonormal di H, dan dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari dua basis ortonormal jika dan hanya jika frame adalah Riesz Basis. Setiap frame dapat dinyatakan sebagai jumlahan dari dua buah frame ketat dengan batasan frame adalah 1 atau jumlah dari suatu basis ortonormal dan Riesz basis di H, dan juga dapat ditulis sebagai rata-rata dua basis ortonormal di ruang Hilbert.
6 Page 6 of 33 Mallat(1999), memenuhi definisi frame, frame adalah lengkap, stabil dan punya redundan.jika vektor-vektor pada frame di normalkan, atau f k = 1, maka redundansi dapat dinyatakan sebagai batasan-batasan frame A dan B. Daubechies (1992), memenuhi definisi frame, redundant A+B 2 dengan frame adalah ketat.
7 PERMASALAHAN Dalam tesis ini akan difokuskan pembahasan permasalahan sebagai berikut: Page 7 of 33 Bagaimana bentuk redundansi frame pada dekomposisi suatu fungsi di ruang Hilbert. Bagaimana pengaruh redundansi frame pada dekomposisi suatu fungsi di ruang Hilbert.
8 Page 8 of 33 BATASAN MASALAH Redundansi frame dalam tesis ini dapat dikontrol (secara relatif) oleh f yaitu dengan ketentuan 0 R K f 2 dengan K adalah konstanta positif yang bergantung pada penyajian atas frame yang diberikan selain itu redundansi bisa dikontrol juga oleh f 2 sesuai sifat frame A f 2 f, f k 2 B f 2 untuk suatu frame {f k } k.
9 Page 9 of 33 TUJUAN PENELITIAN a. Menentukan batas atas dan batas bawah frame b. Mengkaji pengaruh redundansi frame pada dekomposisi fungsi f di ruang Hilbert di L 2 (R).
10 Page 10 of 33 MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan dekomposisi frame, khususnya dalam menyelesaikan masalah aplikasi.
11 KAJIAN PUSTAKA dan DASAR TEORI Sifat-sifat hasil-kali-dalam adalah sebagai berikut : Page 11 of 33 x + y, z = x, z + y, z αx, y = α x, y x, y = y, x x, x 0 dan x, x = 0 x = 0 Ruang vektor V dengan hasil kali dalam.,. disebut ruang hasil-kali-dalam.
12 Page 12 of 33 Definisi Ortogonal Jika x, y X, dengan x y dalam suatu ruang hasil-kalidalam, dan x, y = x y = 0, maka x dan y dikatakan saling ortogonal. Apabila x = 1 untuk x X, maka X dikatakan himpunan ortonormal
13 Page 13 of 33 Ketaksamaan Cauchy-Schwarz Suatu hasil kali dalam dan norma memenuhi ketaksamaan Cauchy-Schwarz dinyatakan sebagai berikut: x, y = y, x x y
14 Basis Ortonormal Suatu basis {e k } adalah basis ortonormal, yaitu bila Page 14 of 33 e k, e j = δ k,j = { 1 jika k = j 0 jika k j
15 Definisi Frame Page 15 of 33 Suatu barisan {f k } dengan anggota anggotanya diruang Hilbert H disebut Frame untuk H bila terdapat A, B > 0 (A, B adalah konstan) sedemikian hingga A f 2 f, f k 2 B f 2, f H
16 Page 16 of 33 Definisi Frame Ketat Jika A = B maka frame disebut frame ketat (tight frame). Suatu frame dikatakan bukan frame bila ada salah satu anggotanya dihilangkan, dan disebut frame eksak.
17 Page 17 of 33, Contoh 1 ( 3 Ambil H = C 2, e 1 = (0, 1), e 2 = ( 3 ) e 3 =, untuk setiap υ = (υ 1, υ 2 ) di H maka, j=1 2, v, e j 2 = v v v v 2 1 1v 2 2 = 3 2 v 2 ), dan Dengan demikian { e 1, e 2, e 3 } adalah frame dengan batas-batas A = B = 3 2, yang menyatakan redundan adalah 3 2 2
18 Page 18 of 33 Unconditionality atau Tak bersyarat Andaikan {f n : n Z} adalah frame di ruang Hilbert H, maka setiap pengurutan kembali dari barisan {f n } juga merupakan frame.
19 Contoh 2 Misalkan: A 2 := { e 1, e 2 } dengan e 1 = (1, 0) dan e 1 = (1, 0) Page 19 of 33 x, y R 2 2 (x, y), e k 2 = (x, y), (1, 0) 2 + (x, y), (0, 1) 2 = x 2 + y 2 = f 2 Dalam contoh ini A = B = 1 yang berarti 1 adalah redundansi dari sistem dua vektor di R 2. Karena A = B maka frame disebut frame ketat.
20 METODA PENELITIAN Page 20 of 33 Tahap 1: Mengkaji sifat-sifat frame sebagai perluasan konsep basis di ruang hasil kali-dalam Pada tahapan ini akan dikaji sifat-sifat frame yaitu bahwa frame yang dibicarakan mula-mula dalam ruang vektor dimensi hingga dengan hasil kali dalam, dan merupakan perluasan dari basis ortonormal, memberikan contoh frame. Tahap 2 : Mengkaji dekomposisi fungsi-fungsi menggunakan frame Pada tahapan ini akan dibahas tentang operator sintesis, operator analisis operator frame, invers, self adjoin, bentuk dekomposisi fungsi, dan contoh menghitung S 1 f k.
21 Page 21 of 33 Tahap 3 : Mengkaji frame di dimensi tak hingga Pada tahapan ini setelah membahas pendahuluan tentang frame dalam ruang di dimensi hingga, maka berikut akan dibicarakan ekspansi dalam ruang vektor dimensi tak hingga, membahas barisan konvergen absolut, konvergen tak bersyarat, operator linear terbatas, operator adjoin, barisan Bessel, dan dekomposisi f diruang dimensi tak hingga. Tahap 4: Mengkaji redudansi suatu dekomposisi fungsi frame. Pada tahap ini memberi contoh menentukan redudansi suatu dekomposisi fungsi frame yang berasal dari basis ortonormal, memberi contoh tentang penggunaan fungsi dekomposisi frame.
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Contoh 3 F = {f k } = {e 1, 1 2 e 2, 1 2 e 2, 1 3 e 3, 1 3 e 3, } 1 e 3,... 3 Page 22 of 33 Maka untuk setiap f H, f, f k 2 = k f, 1 2 e k k = f 2 Dengan demikian {f k } frame A = B = 1. frame ketat untuk H dengan batas
23 Page 23 of 33 Dekomposisi fungsi-fungsi menggunakan frame Suatu ruang vektor V yang dilengkapi frame {f k } m dan didefinisikan suatu pemetaan linear: T : C m V, T {c k } m = m c k f k (1) dengan T disebut sebagai operator pre-frame atau disebut juga dengan operator sintesis, sedangkan operator adjoin diberikan sebagai berikut : T : V C m, T f = { f, f k } m (2) dan disebut sebagai operator analisis. Dengan komposisi T dan T diperoleh operator frame sebagai berikut : S : V V, Sf = T T f = m f, f k f k (3)
24 Page 24 of 33 Berikut adalah bentuk operator frame: Sf, f = m f, f k f k, f = m f, f k f, f k = m f, f k 2 (4) Batas bawah frame dapat dipandang sebagai batas bawah suatu operator frame. Jika dapat dipilih batas A = B dari definisi maka frame {f k } m disebut frame ketat sehingga diperoleh : m f, f k 2 = A f 2, f V (5) Untuk frame ketat, nilai eksak A dalam (6) disebut batas frame (frame bound).
25 Page 25 of 33 Teorema Misalkan {f k } m adalah suatu frame untuk V dengan operator frame S maka belaku sifat-sifat berikut: S punya invers dan self-adjoint. Untuk setiap f V dapat disajikan bentuk m m f = f, S 1 f k fk = f, f k S 1 f k (6) Jika f V mempunyai penyajian f = m c k f k untuk beberapa koefisien skalar {c k } m, maka berlaku m c k 2 = m f, S 1 f k 2 + m c k f, S 1 f k 2
26 Page 26 of 33 Berikut ini adalah salah satu contoh aplikasi frame yaitu dalam pengiriman sinyal. Misalkan kita akan mengirim sinyal f dalam ruang vektor V dari suatu transmiter (pengirim) A ke suatu risiver (penerima) R. Bila keduanya yaitu A maupun R mempunyai informasi tentang frame {f k } m untuk V, maka hal ini dapat diselesaikan jika A menyampaikan atau mengirimkan koefisien frame { f, S 1 f k } m, dimana receiver (penerima) R dapat membangun kembali sinyal f menggunakan dekomposisi frame. Sekarang diasumsikan bahwa penerima R menerima gangguan sinyal(noise), yaitu menerima koefisien frame { f, S 1 f k + c k } m. Berdasarkan koefisien penerima, R akan menyatakan bahwa sinyal yang dikirim adalah sebagai berikut : m ( ) f, S 1 f k + ck fk = m ( ) f, S 1 f k fk + m c k f k = f + m c k f k
27 Redundansi Dekomposisi Fungsi di Ruang Hilbert Page 27 of 33 Frame mempunyai penyajian overcomplete artinya fungsi (data,sinyal) yang disajikan dalam bentuk frame tidak tunggal sehingga dikatakan bahwa frame tidak ortogonal. Oleh karena itu dekomposisi fungsi yang disajikan dalam bentuk basis ortonormal tidak stabil karena koefisien c k dari f = c k f k adalah tunggal yaitu dengan mengubah koefisien frame c k,misalkan (c k + ε k ) akan mengubah dekomposisi fungsi f,sehingga tidak akan menjadi f lagi. Secara matematis dapat ditulis: oleh karena f = c k f k + ε k f k maka c k f k = ε k f k f = 2f
28 Page 28 of 33 Sehingga untuk c k f k = 0 atau ε k f k = 0, berarti noise yang dicari tidak dapat ditangkap (capture) dengan optimal, akibatnya dekomposisi fungsi dengan basis ortonormal selalu didapat redundansi nol. Sedang pada frame dikatakan stabil, artinya dengan mengubah koefisien frame c k menjadi (c k + ε k ) dari f = c k f k tidak mengubah fungsi dekomposisi f = c k f k, sehingga dikatakan bahwa frame adalah stabil.
29 Secara matematis dapat distulis sebagai berikut: Fungsi f mengalami noise sehingga bentuknya sebagai berikut: f = = (c k + ε k )f k c k f k + ε k f k Page 29 of 33 Jika bentuk tersebut disederhanakan akan menjadi: f f + ε k f k dimana ε k f k 0. Karena dekomposisi menggunakan frame, maka ε k f k selalu ada, selain itu karena frame bersifat stabil maka dengan penambahan ε k f k tidak mengubah fungsi asal.
30 Page 30 of Kesimpulan Penutup Redundansi suatu frame dapat dikontrol (secara relatif) oleh f yaitu dengan ketentuan 0 R K f 2 dengan R adalah redundansi dan K adalah konstanta positif yang bergantung pada penyajian atas frame yang diberikan, selain itu redundansi secara mutlak bisa dikontrol oleh f 2 sesuai sifat frame A f 2 f, f k 2 B f 2 untuk suatu frame {f k } k. Pada waktu mengalami gangguan (noise), koefisien frame {c k } akan berubah menjadi {c k + ε k } dengan {ε k } adalah noise, sehingga bentuk dekomposisi fungsi f menjadi fungsi f dengan demikian diasumsikan f f + ε k f k
31 Page 31 of 33 Dengan demikian ε k f k 0. Karena dekomposisi menggu- nakan frame, maka ε k f k atau redundannya selalu ada, se- lain itu karena frame bersifat stabil maka dengan penambahan ε k f k tidak mengubah fungsi asal. Oleh karena itu redundansi memberikan pengaruh terhadap dekomposisi fungsi bergantung pada koefisien frame {c k } 2. Saran Untuk penelitian lebih lanjut perlu dikaji masalah aplikasi redundansi frame.
32 Page 32 of 33 References Allen, R.,Mills,D. (2004), Signal Analysis, John Wiley & Sons, Canada. Boufounos,P.T, (2006), Quantization and Erasures in Frame Representation, Submitted to the Department of Electrical Engineering and Computer Science in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Science in Electrical Engineering and Computer Science Balan.R,Casazza.P.G,Edidin.G,Kutinyok.G, (2005), Decompositions of Frames and a New Frame Identity, Proceeding of SPIE Bodman,B.G, Casazza,P.G,Kutyniok,.G, (2010), Upper and Lower Redundancy of Finite Frames, Annual Conference and Information Sciences and Systems (CISS) Casazza,P.G, (1998), Every Frame is a Sum of Three(but not two) Orthonormal Bases and Other Frame Representations, Journal of Fourier Analysis and Applications, Vol 4, No.6
33 Page 33 of 33 References Casazza,P.G, dan Kovacevic, J, (2001), Uniform Tight Frames for Signal Processing and Communications, In Proc.SPIE Conf on Wavelet Appl.in Signal and Image Proc Casazza, P.,Bodmann, B., dan Kutyniok, G. (2009), A Quantitative Notion of Redundancy for Finite Frames,Illinois/Missori Applied Harmonic Analysis Seminar Casazza,P.G,Leon,.M, (2010), Existense and Construction of Finite Frames with a Given Frame Operator, Int. J of Pure and Appl Math Christensen, O., (2003), An Introduction To Frames and Riesz Bases, Birkhauser, Boston. Christensen, O., (2006), Recent Developments in Frame Theory,Modern Mathematical Models,Methods and Algorithms for Real World System,
BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert
BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu matematika, khususnya dalam bidang analisis dikenal berbagai macam ruang, di antaranya ruang Hilbert. Banyak hal yang dapat dikaji di dalam ruang
Lebih terperincidari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor
BAB 3 FRAME Sinyal kontinu dapat kita diskritisasi dengan menggunakan ekspansi vektor. Sifat yang paling esensial untuk melakukan hal tersebut adalah adanya operator yang menjamin bahwa ekspansi vektor
Lebih terperinciTeorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar
Teorema Titik Tetap di Ruang Norm- Standar Muh. Nur Universitas Hasanuddin Abstract Pada tulisan ini, akan dipelajari ruang norm- standar, yakni ruang hasil kali dalam yang dilengkapi dengan norm- standar.
Lebih terperinciBAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi
BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang
Lebih terperinciKarakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 A - 4 Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert Gunawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto gunoge@gmailcom
Lebih terperinciBeberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert
Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah
Lebih terperinci17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame
17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame Pada 16 kita mempelajari basis ortonormal {e 2πimx g(x n)} dengan g = χ [,1). Transformasi f f(x)g(x n)e 2πimx dx, m, n Z, dikenal sebagai transformasi Fourier
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional
Ming gu ke RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 56 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional T o p i k S u b T o p i k 1. Ruang Banach - Ruang metrik - Ruang vektor bernorm - Barisan di ruang
Lebih terperinciAnalisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis yang membahas operator, operator linear dan sifat-sifatnya. Sebuah pemetaan antar ruang bernorm
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat
Lebih terperinciKEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT
KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT Moch. Ramadhan Mubarak 1), Encum Sumiaty 2), Cece Kustiawan 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: ramadhan.101110176@gmail.com ABSTRAK.
Lebih terperinciDASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT
DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan penting dalam berbagai bidang. Salah satu cabang ilmu matematika yang banyak diperbincangkan
Lebih terperinci0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks
0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,
Lebih terperinciKetaksamaan Cauchy-Schwarz, Ketaksamaan Bessel, dan Kesamaan Parseval di Ruang n-hasilkali Dalam Baku. Hendra Gunawan
Ketaksamaan Cauchy-Schwarz, Ketaksamaan Bessel, dan Kesamaan Parseval di Ruang n-hasilkali Dalam Baku Hendra Gunawan Departemen Matematika, ITB, Bandung 40132 hgunawan@dns.math.itb.ac.id 1 Abstrak Beberapa
Lebih terperinciKelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n
Jurnal Matematika, Statistika,& Komputasi Vol.... No... 20... Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n Meriam, Naimah Aris 2, Muh Nur 3 Abstrak Rumusan norm-n pada l merupakan perumuman dari rumusan norm-n
Lebih terperinci4.1 Algoritma Ortogonalisasi Gram-Schmidt yang Diperumum
BAB 4 ORTOGONALISASI GRAM-SCHMIDT YANG DIPERUMUM Diberikan sebarang barisan hingga vektor di ruang Hilbert berdimensi hingga. Pada bab ini akan diberikan algoritma untuk menghitung frame Parseval pada
Lebih terperinciTRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH
TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni, S.Si., M.Pd Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmail.com ABSTRAK Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi: Januari Juni
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian
Lebih terperinciTEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR. Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB
JMP : Volume 4 Nomor, Juni 0, hal. 69-77 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB shelvi_ekariani@students.itb.ac.id Hendra Gunawan KK Analisis dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,
II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, ruang Bernorm dan ruang Banach, ruang barisan, operator linear (transformasi linear) serta teorema-teorema
Lebih terperinciPENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL
PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat
Lebih terperinciKetunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach
Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Badrulfalah 1,Khafsah Joebaedi 2 1 Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran badrulfalah@gmail.com 2 Departemen Matematika
Lebih terperinciKAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA
Jurnal Matematika Murni dan Teraan εsilon Vol. 07, No.01, 013), Hal. 13 0 KAJIAN KONSEP RUANG NORMA- DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA Wahidah 1 dan Moch. Idris 1, Program Studi Matematika
Lebih terperinciTRANSFORMASI FOURIER QUATERNION DUA SISI DENGAN KERNEL SIFAT-SIFATNYA. MUH. NUR Jurusan Matematika, Universitas Hasanuddin, Makassar
TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION DUA SISI DENGAN KERNEL SIFAT-SIFATNYA DAN MUH. NUR Jurusan Matematika, Universitas Hasanuddin, Makassar Email : nur_math@yahoo.com Pada tulisan ini, kita membahas sifat-sifat
Lebih terperinciBAB III KEKONVERGENAN LEMAH
BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini
Lebih terperinciOPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS
OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS Muslim Ansori *,Tiryono 2, Suharsono S 2,Dorrah Azis 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung,2 Jln. Soemantri Brodjonegoro No Bandar Lampung email: ansomath@yahoo.com
Lebih terperinciPROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara
PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Pada umumnya suatu teorema mempunyai ruang lingkup
Lebih terperinciANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007
ANALISIS NUMERIK LANJUT Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007 BAB I. RUANG LINEAR Pelajari definisi dan contoh: ruang linear (hal. 1-3); subruang (hal. 3); kombinasi linear (hal. 4); bebas/bergantung linear
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,
Lebih terperinciTEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI- Hajar Grestika Murti, Erna Apriliani, Sunarsini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciRuang Norm-n Berdimensi Hingga
Jurnal Matematika Integratif. Vol. 3, No. 2 (207), pp. 95 04. p-issn:42-684, e-issn:2549-903 doi:0.2498/jmi.v3.n2.986.95-04 Ruang Norm-n Berdimensi Hingga Moh. Januar Ismail Burhan Jurusan Matematika dan
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL
Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 49-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Arta Ekayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi
Lebih terperinciEpilog & Daftar Pustaka
Epilog & Daftar Pustaka Bila aplikasi deret dan transformasi Fourier telah cukup banyak dibahas, maka berikut ini disajikan ilustrasi bagaimana wavelet Haar digunakan dalam analisis dan pemrosesan signal,
Lebih terperinciEKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH
EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni Prodi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmailcom Info: Jurnal MSA Vol 3 No 1 Edisi: Januari
Lebih terperinciVARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS
VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 1 Sistem Bilangan Kompleks (C) 1 1 Pendahuluan...............................
Lebih terperinci8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L 2 (a, b)
8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L (a, b) 8.1 Deret Fourier yang Diperumum Jika {ϕ n } 1 adalah basis ortonormal untuk L (a, b) dan f L (a, b), maka f, ϕ n disebut koefisien Fourier
Lebih terperinciA-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL
PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto 1, Aditya NR 2, Supriyadi W 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 sismipauns@yahoocoid, 2 adityanurrochma@yahoocom,
Lebih terperinciMETODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI
METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36
Lebih terperinciOPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT
OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT Gunawan Universitas Muhammadiah Purwokerto, gun.oge@gmail.om Abstrat. In this artile, will disuss definition, examples, algebra properties, and some harateristi
Lebih terperinciRUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ
RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang
Lebih terperinciLatihan 5: Inner Product Space
Latihan 5: Inner Product Space Diketahui vektor u v w ϵ R di mana u = v = Hitunglah : a b c d e f Diketahui vektor u v ϵ R di mana u = dan v = Carilah
Lebih terperinciKAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT
Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 1 Oktober 017 KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT Susilo Hariyantoe 1), Y.D Sumanto ), Solikhin 3), Abdul Aziz 1 Departemen
Lebih terperinciPertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:
Dimensi dari Suatu Ruang Vektor Jika suatu ruang vektor V memiliki suatu himpunan S yang merentang V, maka ukuran dari sembarang himpunan di V yang bebas linier tidak akan melebihi ukuran dari S. Teorema
Lebih terperinciBAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL
BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL Pada bagian ini akan dibahas konsep yang terkait dengan representasi yaitu homomorfisma-*, representasi nondegenerate, representasi faithful, representasi siklik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu matematika, banyak pembahasan di bidang analisis dan topologi yang memerlukan pengertian ruang Hilbert. Ruang Hilbert merupakan konsep abstrak yang mendasari
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI ( ) =
II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu
Lebih terperinciKEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 42 51 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE DEBI OKTIA HARYENI
Lebih terperinciPengaruh Waktu Tunda Yang Kecil Terhadap Stabilitas Eksponensial Seragam Suatu Sistem Persamaan Diferensial
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengaruh Waktu Tunda Yang Kecil Terhadap Stabilitas Eksponensial Seragam Suatu Sistem Persamaan Diferensial Aloysius Joakim Fernandez Fakultas
Lebih terperinciKonvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) A-59 Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap pada Ruang b-metrik Cahyaningrum Rahmasari, Sunarsini, dan Sadjidon Jurusan Matematika,
Lebih terperinciKeterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana
Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real Lina urhayati, Universitas Sanggabuana nurhayati_lina@yahoo.co.id Abstrak Misalkan P suatu operator superposisi terbatas dan T adalah
Lebih terperinciPEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. Hal. 68 76 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR WIDIA ASTUTI Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab
BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B
Lebih terperinciMATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR
MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Lebih terperinciOPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 9-18 OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL Dodi Arianto, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI
Lebih terperinciTEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT Wihdatul Ummah, Sunarsini dan Sadjidon Jurusan Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciEkuivalensi Norm-n dalam Ruang R d
Jurnal Matematika Statistika & Komputasi 1 Vol No 201 Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d Taufik Akbar Muh Zakir uh Nur Abstrak Sebuah ruang vektor dapat dilengkapi lebih dari satu buah norm Hal yang sama
Lebih terperinciORTOGONALISASI GRAM-SCHMIDT YANG DIPERUMUM UNTUK MEMBANGUN FRAME PARSEVAL
ORTOGONALISASI GRAM-SCHMIDT YANG DIPERUMUM UNTUK MEMBANGUN FRAME PARSEVAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Program Studi Matematika ITB Disusun oleh: Maria Anestasia 10103014
Lebih terperinciKarakteristik Spesifikasi
Sinyal yang masuk difilter ke dalam sinyal frekuensi rendah (low-pass filter) dan sinyal frekuensi tinggi (high-pass filter) Lakukan downsampling pada kedua sinyal tersebut Low-pass frekuensi hasil downsampling
Lebih terperinciDEKOMPOSISI PRA A*-ALJABAR
Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 13 20 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND DEKOMPOSISI PRA A*-ALJABAR RAHMIATI ABAS Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciTRANSFORMASI WAVELET DISKRIT PADA SINTETIK PEMBANGKIT SINYAL ELEKTROKARDIOGRAM
Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 01 (2014), pp. 95 104. TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT PADA SINTETIK PEMBANGKIT SINYAL ELEKTROKARDIOGRAM Yedidia Panca, Tulus, Esther Nababan Abstrak. Transformasi
Lebih terperinciR maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit
BAB I RUANG EKTOR UMUM Dalam bab ini akan dipelajari tentang konsep ruang vektor umum, sub ruang vektor dan sifat-sifatnya. Pada pembicaraan ini, para mahasiswa dianggap sudah mengenal konsep dan sifat
Lebih terperinciKESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.
KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN Hilwin Nisa, Hairur Rahman, 3 Imam Sujarwo Jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSATAKA
4 II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Operator Definisi 2.1.1 (Kreyszig, 1989) Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator. Definisi 2.1.2 (Kreyszig, 1989) Diberikan ruang Bernorm
Lebih terperinciPROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi
PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Gelar Sarjana
Lebih terperinciTeorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 3, No2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) A-58 Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit Wihdatul Ummah, Sunarsini dan Sadjidon Jurusan Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciKekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut
Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol 9 No 2, Oktober 2013 pp 53-57 Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut Badrulfalah dan Iin Irianingsih Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas
Lebih terperinciEksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Eksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit Nurul Huda Matematika FMIPA Universitas Lambung
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT
PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciMA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN JURUSAN MATEMATIKA DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MATEMATIKA SILABUS MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan Aljabar Linear ELementer MA Analisis
Lebih terperinciKEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT
KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT Ro fah Nur Rachmawati Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinci1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1
Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi
Lebih terperinciINTERVAL KEKONTRAKTIFAN PEMETAAN PADA RUANG BANACH. Badrulfalah 1, Khafsah Joebaedi. 2.
Eksakta Vol.18 No.2 Oktober 2017 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 INTERVAL KEKONTRAKTIFAN PEMETAAN PADA RUANG BANACH Badrulfalah 1, Khafsah Joebaedi. 2 1) Departemen Matematika,
Lebih terperinciSYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak
Syarat Fritz John... (Caturiyati) SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com
Lebih terperinciPEMBUKTIAN BENTUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKAN DERET TAYLOR
Jurnal Matematika UAD Vol. 5 o. 4 Hal. 8 ISS : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UAD PEMBUKTIA BETUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKA DERET TAYLOR ADE PUTRI, RADHIATUL HUSA Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang
Lebih terperinciALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 313 322. ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan
6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing
Lebih terperinciPENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. 0 (017), hal 17 6. PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT Yuyun Eka Pratiwi, Mariatul Kiftiah,
Lebih terperinciFUNGSIONAL LINEAR-2 DALAM RUANG NORM-2 2-LINEAR FUNCTIONALS IN 2-NORMED SPACE
Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 016 Volume 10 Nomor 1 Hal. 1 7 FUNGSIONAL LINEAR- DALAM RUANG NORM- Harmanus Batkunde 1, Meilin I. Tilukay dan F. Y. Rumlawang 3 1,,3 Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,
II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, serta teorema-teorema yang mendukung
Lebih terperinciRUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh
Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang
Lebih terperinciANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W
ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W Malahayati Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Lebih terperinciENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING
ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING Edwin Junius, Reza Alfiansyah, Endra,Universitas Bina Nusantara, mono_unk@yahoo.com, devil.reza12@yahoo.com, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat
Lebih terperinciFOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1
FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, 117 132 KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU Malahayati 1 1 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:
5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi
Lebih terperinciKumpulan Soal,,,,,!!!
Kumpulan Soal,,,,,!!! Materi: Matriks & Ruang Vektor 1. BEBAS LINEAR S 3. BASIS DAN DIMENSI O A L 2. KOMBINASI LINEAR NeXt FITRIYANTI NAKUL Page 1 1. BEBAS LINEAR Cakupan materi ini mengkaji tentang himpunan
Lebih terperinciRabiner L, Juang BH Fundamental of Speech Recognition. New Jersey: PTR Prentice-Hall, Inc. Reynolds D.A An Overview of Automatic
DAFTAR PUSTAKA Bolat B, Yildirim T. 2003. Performance increasing methods for probabilistic Neural Networks. Pakistan Journal of Information and Technology 2(3):250-255. Campbell, J.P., 1997, Speaker Recognition:
Lebih terperinciNilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua
II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai
Lebih terperinciPEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL
Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika (JMP) Vol. 9 No. 2, Desember 2017, hal. 1-10 ISSN (Cetak) : 2085-1456; ISSN (Online) : 2550-0422; https://jmpunsoed.com/ PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED
Lebih terperinciPengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)
Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE) Disusun Oleh : Nama : Abner Natanael R Nrp : 0522034 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciHendra Gunawan. KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB. Bandung, Maret 2001 [Edisi Revisi II: Mei 2014]
Analisis Fourier dan Wavelet 1 Catatan Kuliah Analisis Fourier dan Wavelet Oleh Hendra Gunawan KK Analisis & Geometri FMIPA-ITB Bandung, Maret 2001 [Edisi Revisi II: Mei 2014] 1 2 Hendra Gunawan Daftar
Lebih terperinciANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 3, Dosen FMIPA - ITB
(Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. October 3, 2011 6.3 Limit Sepihak, Limit di Tak Hingga, dan Limit Tak Hingga Bila sebelumnya kita mempelajari limit barisan,
Lebih terperinciANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS
ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkalian skalar perplectic merupakan bagian dari teori perkalian skalar indefinite. Untuk menjelaskan pengertian perkalian skalar perplectic, terlebih dahulu
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TRANSFORMASI WAVELET DAUBECHIES PADA KOMPRESI CITRA DIGITAL
IMPLEMENTASI TRANSFORMASI WAVELET DAUBECHIES PADA KOMPRESI CITRA DIGITAL Suma inna 1 dan Gugun Gumilar 2 1,2 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatulallah Jakarta ABSTRAK
Lebih terperinci