USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TATA LETAK MESIN MENGGUNAKAN GROUP TECHNOLOGY DENGAN METODE RANK ORDER CLUSTERING 2 (ROC2) (STUDI KASUS DI PT.

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Dasar Group Technology Karakteristik Metode-Metode Group Technology Metode Rank Order Clustering 2...

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

DAFTAR ISI. Daftar Isi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

GROUP TECHNOLOGY(GT)

2.3. Konsep Dasar Cellular Manufakturing System Pengertian Dasar Cellular Manufacturing System Klasifikasi / Part Family

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST

PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

Universitas Kristen Maranatha

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS *

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penjadwalan Pekerjaan pada No-Wait Flowshop dengan Pembatas Common Due-Date

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab 2 Tinjauan Pustaka

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN...

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Usulan Perancangan Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus di PT. X, Bandung)

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

SILABUS MATA KULIAH. Pengalaman Pembelajaran. 1. Mendiskusikan pentingnya. perancangan tata

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK...

Perancangan Tata Letak

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN I-1

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

BAB III METODE ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

Aplikasi Metode Group Technology dalam Memperbaiki Tata Letak Mesin untuk Meminimalkan Jarak Perpindahan Bahan (Studi Kasus di Perusahaan Mebel Logam)

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

IV. METODE PENELITIAN

Model Produksi dan Distribusi Energi

III HASIL DAN PEMBAHASAN

ALTERNATIF TATA LETAK FASILITAS (MESIN) MENGGUNAKAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DI UD. TRI REJEKI, MADIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor

BAB II PENYEARAH DAYA

TERMODINAMIKA TEKNIK II

USULAN TATA LETAK FRAKTAL UNTUK PABRIK BARU DARI CV PRIMA BANGUN NUSANTARA

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN TATALETAK TEKNOLOGI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BASED SORTED ALGORITHM DAN SIMILARITY COEFFICIENT PADA PT. BAJA PERTIWI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

BAB I PENDAHULUAN. Job Shop Make to order Process Layout dan seluler Fixed Site Engineer to order Fixed Layout

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

KESEIMBANGAN LINTASAN TIPE U- LINE ASSEMBLY PADA PERAKITAN POMPA AIR

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA TEORETIK

FORM (FR) SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Penentuan Jumlah, Lokasi dan Cakupan Distribusi Gudang Produk Air Minum Dalam Kemasan Jenis Gelas (Studi Kasus di PT. Dzakiya Tirta Utama)

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

kesamaan routing produk pada layout fasilitas. Layout module memperluas ide dari cell dalam cellular layout dan departemen dalam process layout

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

Aplikasi Information Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vector Space Model

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Transkripsi:

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TATA LETAK MESIN MENGGUNAKAN GROUP TECHNOLOGY DENGAN METODE RANK ORDER CLUSTERING 2 (ROC2) (STUDI KASUS DI PT.STALLION) Kartika Suhada, Santoso 2, Bobby Christian Mandagi 3 Absak PT Stallion erupakan perusahaan anufaktur yang bergerak dala bidang pebuatan koponen otootif, antara lain: brake pedal (Suzuki), pipe frae head (Suzuki), shock breaker (Showa), stay head light (Asa). Saat ini tata letak esin di lantai produksi asih kurang baik, diana letak esin esin yang seharusnya berdekatan diletakkan berjauhan. Tata letak yang kurang baik ini enyebabkan aliran aterial enjadi tidak beraturan dan proses aterial handling enjadi lebih laa, sehingga jarak yang ditepuh aterial pun enjadi lebih jauh. Disaping itu, karena proses aterial handling ditangani oleh operator, aka produktivitas operatorpun enjadi kurang optial. Pebagian departeen saat ini juga kurang tepat, diana hal ini engakibatkan perkiraan kebutuhan julah esin enjadi tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada Cara untuk engatasi perasalahan perusahaan di atas, penulis engusulkan perbaikan tata letak esin dengan enggunakan konsep Group Technology (GT). Dengan GT dibentuk suatu sel anufaktur, diana setiap sel terdiri dari esin-esin yang akan eproses pebuatan suatu koponen yang eiliki keiripan secara proses. Metode yang diusulkan adalah etode pebentukan sel anufaktur enggunakan etode Rank Order Clustering 2 (ROC2) yang dikebangkan oleh King dan Nakornchai (982). Metode ROC 2 sendiri erupakan pengebangan dari etode ROC. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dihasilkan tata letak esin usulan yang terdiri dari 4 buah sel anufaktur. Dengan penerapan tata letak esin usulan aka total jarak tepuh aterial handling per hari berkurang dari 7,66 enjadi 489,773. Dengan deikian terjadi pengheatan jarak tepuh aterial handling sebesar 09,887 atau 33,9%. Di saping itu, terjadi pengheatan julah esin yang dibutuhkan sebanyak 5 esin ( unit esin P0T, unit esin PT, unit esin PT, dan 2 unit esin PT). Dengan berkurangnya julah esin yang dibutuhkan, aka kebutuhan luas lantai produksi berkurang. Manfaat penerapan tata letak esin usulan di atas dapat enjadi pertibangan bagi perusahaan untuk enerapkan tata letak esin usulan. Jika perusahaan enerapkan tata letak esin usulan, penulis enyarankan agar perubahan susunan esin dilakukan pada waktu libur, sehingga tidak engganggu proses produksi.

. Pendahuluan PT. Stallion adalah perusahaan anufaktur yang eproduksi berbagai aca koponen obil dan otor. Saat ini perusahaan eproduksi koponen yang diantaranya adalah brake pedal, pipe frae head, shock breaker, stay head ligh. Untuk eproduksi koponen koponen tersebut, perusahaan epunyai 3 departeen produksi, yaitu: departeen brake pedal, departeen pipe frae head, dan departeen ulti part. Pebentukan departeen sendiri berdasarkan jenis produk yang dibuat pada asing-asing departeen, sehingga jenis esin yang digunakan dala setiap departeen disesuaikan dengan kebutuhan untuk eproduksi koponen yang dibuat. Tata letak esin saat ini dapat dikatakan kurang baik, diana letak esin esin yang seharusnya berdekatan diletakkan berjauhan. Hal ini enyebabkan aliran aterial enjadi tidak beraturan dan penanganan aterial handling enjadi lebih laa, sehingga jarak yang harus ditepuh aterial pun enjadi lebih jauh. Pebagian departeen saat ini dapat juga dikatakan kurang baik, diana alokasi kebutuhan julah esin pada departeen enjadi tidak sesuai dengan kebutuhan, Hal ini terlihat dari utilisasi beberapa esin yang kurang optial, diantaranya esin P0T, PT, PT, PT. Perasalahan perasalahan di atas harus segera diatasi, karena dapat enibulkan peborosan waktu, biaya dan tenaga dan enggangu proses produksi dala lantai produksi. 2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:. Mengidentifikasi kekurangan tata letak yang diterapkan perusahaan saat ini. 2. Mengusulkan rancangan tata letak yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan 3. Mengeukakan anfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika enerapkan rancangan tata letak usulan. 3. Kajian Literatur 3.. Perancangan Tata Letak Menurut Apple (997), konsep perancangan tata letak pabrik adalah:. Suatu perencanaan aliran barang yang efisien. 2. Pola aliran barang enjadi dasar bagi penyusunan fiktif yang efektif. 3. Material handling erupakan bagian dari pola aliran barang. 4. Susunan fasilitas yang baik. 5. Penyelesaian proses produksi yang baik. 6. Biaya produksi iniu.

3.2. Jenis Tata Letak Terdapat lia jenis dasar tata letak dala siste yaitu:. Fixed Layout 2. Product Layout 3. Process Layout 4. Group/Cell Layout 5. Hybrid Layout 3.3. Definisi Group Technology Menurut Mitofanov (983) dala Singh dan Rajani (996), group technology erupakan anajeen filosofi yang berupaya engelopokan produk dengan ciri desain atau karakteristik anufaktur yang irip, ataupun keduanya. Beberapa ahli endefinisikan teknologi kelopok sebagai berikut : Kusiak (99) : Dasar peikiran group technology erupakan dekoposisi siste anufaktur ke dala beberapa sub-siste. Singh dan Rajani (996) : Konsep group technology dapat engurangi waktu set-up, ukuran batch, dan jarak perpindahan. Intinya, group technology berupaya epertahankan fleksibilitas job shop dengan produktivitas tinggi seperti flow shop. Lugen (99). Teknologi kelopok bukan hanya pengelopokkan esin dala suatu sel anufaktur, tetapi sekaligus encakup dan engatur konsep, pronsip, perasalahan, penugasan kerja dan peningkatan produktivitas. 3.4. Keuntungan Penerapan Group Technology Beberapa keuntungan yang didapat dari penerapan group technology, yaitu: Kualitas upan balik antara anufaktur dan operasi perakitan enjadi lebih cepat. Reduksi kegiatan aterial handling. Reduksi atau bahkan enghilangkan kegiatan set up. Perbaikan dala proses pengawasan, upan balik dan pengendalian persediaan. Aliran produk elalui operasi anufaktur enjadi lebih lancar. Reduksi variasi waktu siklus dan gangguan line-balancing. Penerapan otoasi pada operasi anufaktur enjadi lebih udah. Perbaikan kapabilitas dan keandalan proses. Peningkatan utilisasi tenaga kerja dan esin.

3.5. Metode Dasar Group Technology Menurut Kusiak (99) terdapat dua etode pengelopokan sel, yaitu :. Klasifikasi Metode klasifikasi digunakan untuk engelopokan koponen berdasarkan jenis desainnya. Metode klasifikasi eiliki dua variasi, yaitu: Metode Visual Metode Pengkodean (Coding) Pengkodean yang digunakan secara uu adalah: Monocode Polycode Hybrid atau Mixed-ode code 2. Analisis Cluster Tujuan dari analisis cluster adalah untuk enugaskan koponen P kedala kelopok koponen (part faily) f, dan atau enugaskan esin M kedala sel MC. Analisis cluster terdapat dala etode forulasi aiks, forulasi perograan ateatik, dan forulasi grafik. Masing-asing etode bertujuan untuk engelopokan koponen dan esin kedala sel, dan einiasi aliran antar sel. 3.6. Metode Rank Order Clustering 2 (ROC2) ROC 2 dikebangkan oleh King dan Nakornchai (982) untuk engatasi terbatasnya perhitungan yang digunakan ROC. Alogarita ini diulai dengan engidentifikasi kolo paling kanan pada seua baris yang epunyai nilai. Baris tersebut akan dipindah ke kolo paling atas. Prosedur ini akan diulai baris paling akhir. Penggunaan angka binary akan dihilangkan dala ROC2, akan tetapi ide dari ROC tetap dipertahankan. Berikut algorita ROC 2: Langkah : Row Arrangeent. Koponen yang seula sebagai kolo diubah enjadi baris, diana urutan koponen disusun secara terbalik urutannya.tandai esin esin yang digunakan untuk engerjakan koponen. Keudian urutkan esin yang telah ditandai tersebut pada urutan pertaa pada awal baris koponen selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk koponen selanjutnya hingga koponen terakhir, diana nantinya akan dihasilkan suatu urutan esin yang baru. Langkah 2: Colun Arrangeent. Ubah susunan esin dengan urutan terbalik. Keudian tandai koponen koponen yang dikerjakan oleh esin. Selanjutnya urutkan koponen koponen yang telah ditandai tersebut pada urutan pertaa pada awal baris esin selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk esin selanjutnya hingga esin terakhir, diana nantinya akan dihasilkan suatu susunan koponen yang baru. Langkah 3: Row Arrangeent dan Colun Arrengeent dilakukan berulang hingga sapai tidak terjadi perubahan susunan esin dan koponen pada aiks.

4. Metodologi Penelitian Gabar Sisteatika Penelitian

4.. Metodologi Pengolahan Data dan Analisis Pengolahan data Routing process Kapasitas Layout Awal Pebuatan aiks awal esin-koponen Pebuatan routing sheet Perhitungan Frekuensi awal (ina sel) Penggunaan etode ROC 2 Maiks Akhir Peilihan aiks akhir terbaik berdasarkan GE Maiks Terpilih dengan duplikasi Penentuan kebutuhan esin tiap sel Pengalokasian esin dala sel Pengidentifikasian pergerakan ina sel dan inter sel Perhitungan frekuensi inter sel Pebuatan FTC frekuensi tiap sel Pebuatan FTC inflow dan outflow tiap sel PebuatanSkala prioritas tiap sel Pebuatan ARD usulan tiap sel PebuatanAAD usulan tiap sel PerhitunganJarak usulan (ina dan inter sel) Perhitungan total jarak untuk layout Awal dan Layout usulan Gabar 2 Flow Chart Pengolahan Data

5. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Stallion, departeen produksi awal terdiri dari 3 departeen, yaitu: Departeen Brake Pedal, Departeen Pipe Frae Head, Departeen Multi Part. Gabar tata letak esin saat ini ditunjukkan pada gabar 3. Receiving brake pedal 0,5 b b b 2, 5, 5 20 20 Dept. Multi Part 0 0 0 0 0,5 0, 5 00 00 00 00 00 00 b, 5, 5 0,5 b b 2 0, 5 6 2 b b b 0 0 6 Dept. Brake Pedal 0,5 0,5 6, 5 H D,5, 5,5 2 2 3,9 Pintu Db Db Db Db, 5 Dept. Pipe Frae Head H D 0,5 H D 0,5 0,5 50 0 0 Receiving Pipe Frae Head utaa Gabar 3 Layout Mesin Saat ini (Skala :0)

Data koponen yang dapat dilihat pada tabel, sedangkan data naa esin yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 Tabel. Data Naa Koponen NO Jenis Koponen Produk Stay Head Light, terdiri atas : Guide Cable 2 Rod C R/L 3 Washer Plate 4 Plate Nuber 5 Brid Holder R/L 6 Rod B 7 Rod A R/L Shock Breaker, terdiri atas : 8 Inner Base 9 Upper Spring Seat 0 Cap Vitara Case RR Cush Upper 2 Case Spring Adjuster 3 Upper Laa 4 Under Laa 5 Cap Keha 6 Dust Cover End 7 Dust Cover RR 8 Pipa Frae Head Xb 9 Pipa Frae Head Xc Brake Pedal Xb / XC, terdiri atas : 20 Return Spring Xb / XC 2 Hook Stop Switch Xb / XC 22 Ar Brake Rod Xb / XC 23 Brake Shoe Xb / XC 24 Ar Brake Pedal Xb / XC Asa Showa Suzuki Tabel 2. Data Naa Mesin. NO Jenis Mesin Diensi Julah Press 0 T X 0,92 M 6 2 Press6 T, X 0,8 M 3 3 Press 20 T,2 X 0,64 M 2 4 Press T,2X 0,8 M 9 5 Press T,3 X 9 M 6 6 Press T,62 X,08 M 9 7 Press 00 T,08 X 2,5 M 5 8 Press 50 T,6 X 0,9 M 9 Double Boring,6 X,3 M 4 0 Press Hidrolik,27 X,55 M 3 Press Double Action,8 X,6 M 8 2 Buffing,2 X,08 M 9 3 Triing,03 X,06 M 5 6. Pengolahan Data 6.. Pebentukan Maiks Awal Mesin-Koponen Pebuatan aiks awal diawali dengan elakukan penoeran esin dan koponen lebih terdahulu, hal ini dilakukan untuk eperudah pebuatan aiks awal. Penooran esin dan koponen dapat dilihat pada tabel 3. Maiks awal berisikan hubungan esin dan koponen yang dikerjakan oleh esin tersebut. Maiks awal ( a n ) tersebut berisikan nilai dan 0, nilai berarti esin digunakan untuk eproses koponen n,

sedangkan nilai 0 (dala aiks tidak ditulis) berarti esin tidak digunakan untuk eproses koponen n.maiks awal esin dan koponen dapat dilihat pada gabar 4. Tabel 3 Penoeran Mesin dan Koponen No Koponen No Koponen No Mesin Guide Cable 6 Hook Stop Switch XC P 0 T 2 Rod C R/L 7 Ar Brake Rod XC 2 P 6 T 3 Washer Plate 8 Brake Shoe XC 3 P 20 T 4 Plate Nuber 9 Ar Brake Pedal XC 4 P T 5 Brid Holder R/L 20 Upper Laa 5 P T 6 Rod B 2 Under Laa 6 P T 7 Rod A R/L 22 Cap Keha 7 P 00 T 8 Pipe Frae Head XB 23 Dust Cover RR 8 P 50 T 9 Pipe Frae Head XC 24 Dust Cover End 9 P double Boring 0 Return Spring XB Inner Base 0 P Hidrolik Hook Stop Switch XB 26 Upper Spring Seat P Double Action 2 Ar Brake Rod XB 27 Cap Vitara 2 Buffing 3 Brake Shoe XB 28 Case RR Upper 3 Triing 4 Ar Brake Pedal XB 29 Case Spring Adjuster 5 Return Spring XC 6.2. Pebentukan Sel dengan ROC 2 Setelah elakukan pebentukan aiks awal berdasarkan esin dan koponen, keudian penulis ebentuk suatu aiks baru berdasarkan algorita ROC2. Pebentukan aiks baru ini berdasarkan aiks awal yang sudah dibentuk. Langkah : Row Arrangeent. Koponen yang seula sebagai kolo diubah enjadi baris, diana urutan koponen disusun secara terbalik urutannya. Tandai esin esin yang digunakan untuk engerjakan koponen. Keudian urutkan esin yang telah ditandai tersebut pada urutan pertaa pada awal baris koponen selanjutnya. Langkah 2: Colun Arrangeent. Ubah susunan esin dengan urutan terbalik. Keudian tandai koponen koponen yang dikerjakan oleh esin. Selanjutnya urutkan koponen koponen yang telah ditandai tersebut pada urutan pertaa pada awal baris esin selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk esin selanjutnya hingga esin terakhir, diana nantinya akan dihasilkan suatu susunan koponen yang baru. Langkah 3: Row Arrangeent dan Colun Arrengeent dilakukan berulang hingga sapai tidak terjadi perubahan susunan esin dan koponen pada aiks. Dari kasus ini, didapat aiks akhir setelah dilakukan 3 kali proses Row Arrangeent dan 3 kali proses Colun Arrangeent. Maiks akhir dapat dilihat pada Gabar 5.

Mesin Koponen 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 26 27 28 29 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 Gabar 4 Maiks Awal Mesin-Koponen Mesin Koponen 27 8 9 3 8 7 3 4 2 7 5 0 5 6 6 22 29 26 4 9 2 20 2 28 23 24 6 5 2 3 0 8 9 4 7 2 3 Gabar 5 Maiks Akhir

Untuk endapatkan hasil aiks yang baik, aka pada penelitian ini dilakukan prosedur tabahan, yaitu dengan elakukan duplikasi esin, sehingga didapat bentuk aiks yang baik. Hal ini dilakukan untuk engurangi julah exceptional eleents, dan void yang terdapat dala sel. Dari hasil duplikasi didapat 3 alternatif aiks akhir. Ketiga alternatif dapat dilihat pada gabar 6 hingga gabar 8. 6.3. Pengukuran Perforansi Setelah aiks akhir terbentuk, keudian dilakukan perhitungan perforansi sel sel, baik perforansi asing-asing sel aupun secara keseluruhan. Untuk enentukan alternatif aiks akhir yang terbaik, aka dilakukan perhitungan perforansi sel untuk asing asing alternatif tersebut. Metode yang digunakan untuk perhitungan perforansi ini adalah Grouping Efficiency. Perhitungan Grouping Efficiency enggunakan ruus di bawah ini: η= qη + qη ( ) 2 η o e = o e+ v MN o v η 2 = MN o v+ e Diana: η : Efisiensi sel q : pebobotan seibang (q = 0,5) η : Utilitas esin η 2 : Pergerakan inter sel o :julah angka dala aiks e : Julah exceptional eleents v : julah void dala aiks M : Julah esin N : Julah koponen Berikut hasil perhitungan Grouping Efficiency dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4 Nilai η, η, η 2 Ketiga Alternatif Maiks Akhir η η 2 Alternatif η 0,54 0,757 2 0,478 0,739 3 0,345 0,67

Mesin Koponen 27 8 9 3 8 7 3 4 2 7 5 0 5 6 6 22 29 26 4 9 2 20 2 28 23 24 a 6a 5a 2a 3a a 0a 8 9 4a 7a b 5b 0b 2a 6b 5c 2b 3b 4b 7b 3 2c 3c b 2b Gabar 6 Maiks Alternatif Koponen Mesin 27 8 9 3 8 7 3 4 2 7 5 0 5 6 6 22 29 26 4 9 2 20 2 28 23 24 a 6a 5a 2a 3a a 0 8 9 4a 7a b 4b 2a 6b 5b 2b 3b 4c 7b 3 2c 3c b 2b Gabar 7 Maiks Alternatif 2 Koponen Mesin 27 8 9 3 8 7 3 4 2 7 5 0 5 6 6 22 29 26 4 9 2 20 2 28 23 24 6a 5a 2a 3a a 0 8 9 4a 7a 2a 6b 5b 2b 3b 4b 7b 3 2c 3c b 2b Gabar 8 Maiks Alternatif 3

Dari tabel 4 terlihat bahwa alternatif enghasilkan nilai η yang terbesar. Hal ini enunjukkan bahwa alternatif epunyai effisiensi sel yang paling baik. Oleh karena itu alternatif ini dipilih untuk pebentukan layout usulan, diana alternatif tesebut terdiri dari 4 buah sel. 6.4. Perhitungan Kebutuhan Julah Mesin untuk Masing-Masing Sel Perhitungan julah esin untuk setiap sel yang terbentuk perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya penduplikasian esin. Dengan adanya perhitungan julah esin ini diharapkan alokasi esin enjadi lebih seibang untuk asing asing sel yang terbentuk. Perhitungan julah esin ini enggunakan Routing Sheet, diana pebuatan routing sheet berdasarkan peta proses operasi dari asing asing koponen. Perbandingan julah esin pada tata letak awal dan tata letak usulan dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat adanya pergerakan inter sel, yaitu pergerakan inter sel akibat penggunaan esin iing dan esin P6T. Hal ini engakibatkan adanya koponen-koponen yang elakukan pergerakan inter sel. Koponen-koponen tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Koponen koponen yang Melakukan Pergerakan Inter Sel inter cell Dari Mesin Ke Mesin Koponen (sel 4) 3 (sel) dust cover end 2 (sel ) (sel 4) dust cover rr 6.5. Perhitungan Total Jarak Tepuh Material pada Tata Letak Mesin Awal Per hari Jarak tepuh Alat aterial handling, erupakan jarak yang ditepuh oleh alat aterial handling untuk ebawa koponen koponen yang diperlukan dala proses produksi. Perhitungan ini enggunakan etode perhitungan jarak Aisle Distance. Hasil perhitungan jarak tepuh alat aterial handling ini keudian dikalikan dengan frekuensi, sehingga dihasilkan jarak total tepuh alat aterial handling untuk tata letak esin awal. Total jarak tepuh total aterial pada tata letak esin awal adalah 7,660 /hari.

Tabel 5 Perbandingan Julah Mesin Tata Letak Awal dengan Tata Letak Usulan Layout Awal Julah esin Layout Usulan Alokasi esin pada sel Julah esin Mesin ( D. Brake Pedal ) (D. Pipe Frae Head ) ( D. Multi Part ) tersedia 2 3 4 2 3 4 dialokasikan P 0 T 4,6 =5,627=2 2,052 =3 0 2,27=3 5,808 =6 3 6 9 P 6 T 2,444=3 3 0,74= 0,843=,428=2 3 P 20 T,057 =2 2,057=2 2 2 P T 5,047 =6 4,083 =5 6,58=7 2,549=3 7 3 0 P T 2,052 =3 3,57 =4 7 0,5= 3,989 =4 0,709= 4 6 P T 2,567= 3,0=2 5,06 =6 2,738=3 5,99=6 3 6 9 P 00 T 5,043=6 6,785=2 3,8=4 2 4 6 P 50 T 0,844 = 0,844= D.Boring 3,69 =4 4 3,69=4 4 4 P HD 0,72=,769 =2 3,769=2 0,72= 2 3 P 5,072 =6 6 0,289= 4,783=5 5 6 Buffing 8,443=9 9 2,506=3 5,937=6 3 6 9 Triing 5,894=6 6 0,608=,897=2 3,389=4 2 3 6 Perbedaan julah esin Inter sel

6.6. Penyusunan Tata Letak Mesin Usulan Penyusunan tata letak esin ini berdasarkan aiks akhir yang terpilih, yaitu aiks akhir alternatif. Dengan penyusunan ini, aka dapat diketahui bentuk layout usulan yang akan dibentuk. Penyusunan ini enggunakan etode Fro To Chart berdasarkan frekwensi. 6.6.. Tata Letak Mesin Sel Sel terdiri dari beberapa esin yaitu: P0T (), PT (6), PT (5), P6T (2) buffing (2), P double action (), P Hidrolik (0), P50T (8), P double boring (8). Tata letak esin sel dapat dilihat pada gabar 9 Db Db Db Db HD HD Gabar 9 Tata Letak Mesin Sel

6.6.2 Tata Letak Mesin Sel 2 Sel 2 terdiri dari beberapa esin yaitu: PT (4), P00T (7), P0T (), PT (5), P Hidrolik (0). Tata letak esin sel 2 dapat dilihat pada gabar 0. HD 00 0 0 0 00 0 0 0 Gabar 0 Tata Letak Mesin Sel 2 (Skala :200) 6.6.3 Tata Letak Mesin Sel 3 Sel 3 terdiri dari beberapa esin yaitu: Triing (3), Buffing (2), PT (4) PT (6), P6T (2), P00T (7), PT (5). Tata letak esin sel 3 dapat dilihat pada gabar. 6.6.4 Tata Letak Mesin Sel 4 Sel 4 terdiri dari beberapa esin yaitu: P20T (3), P6T (2), Buffing (2), P Double Action (), Triing (3). Tata letak esin sel 4 dapat dilihat pada gabar 2.

00 00 00 00 Gabar Tata Letak Mesin Sel 3 (Skala :200) 20 20 Gabar 2 Tata Letak Mesin Sel 4 (Skala :200)

Receiving brake pedal 2 50 0,5 0 0 0 0,5,5 6 Sel,5 0 0 0 0 0 0,5 0,5 b b b 6 2 00 00,5,5 b b b 0,5 Sel 4 Sel 2 6,5 Sel 3,5 3,9,5 0,5 Receiving Pipe Frae Head b b b Pintu utaa Gabar 3 Layout Usulan (Skala :0)

6.7. Perhitungan Total Jarak Tepuh Material pada Tata Letak Mesin Usulan Per hari Perhitungan jarak pada tata letak usulan berdasarkan jarak antar esin usulan frekuensi alat aterial handling. Pada tata letak usulan ini terdapat pergerakan inter sel. Hal ini epengaruhi frekuensi ina sel dan enibulkan frekuensi inter sel. Jarak total alat aterial handling pada tata letak usulan adalah: Jarak Total = jarak total ina sel + jarak total inter sel = 4675,95 /hari + 26,578 /hari = 489,773 /hari 7. Hasil Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diatas, aka tata letak esin usulan yang terbentuk terdiri dari: Sel yang terdiri: 9 jenis esin: P0T, PT, PT, P6T, Buffing, P, P Hidrolik, P5T, Double boring. 4 jenis koponen: koponen 27, koponen 8, koponen 9, koponen. Sel 2 yang terdiri: 5 jenis esin: P00T, P0T, PT, PT, P Hidrolik. 4 jenis koponen : koponen 3, koponen 8, koponen 7, koponen 3, koponen 4, koponen 2, koponen 7, koponen 5, koponen 0, koponen 5, koponen 6, koponen, koponen 6. Sel 3 yang terdiri: 7 jenis esin: Triing, PT, PT, P6T, Buffing, PT, P00T. 4 jenis koponen : koponen 22, koponen 29, koponen 26, koponen, koponen 4, koponen 9, koponen 2. Sel 4 yang terdiri: 5 jenis esin: Triing, P20T, P, P6T, Buffing,. 5 jenis koponen : koponen 20, koponen 2, koponen 28, Koponen 23, koponen 24.

8. Kesipulan Kesipulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah:. Kekurangan dari tata letak esin perusahaan saat ini adalah: Jarak tepuh aterial yang jauh. Hal ini disebabkan oleh tata letak esin yang kurang baik, diana letak esin esin yang seharusnya berdekatan diletakan berjauhan, sehingga untuk encapai tepat yang seharusnya dekat enjadi lebih jauh.jauhnya jarak tepuh aterial engakibatkan peborosan waktu,dan tenaga, dan biaya, karena setiap enit yang dilewatkan aterial dala fasilitas akan enabah ongkos elalui odal kerja yang tertana pada aterial itu sendiri. Julah esin yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena akibat pebagian departeen yang kurang tepat, sehingga alokasi kebutuhan esin pada departeen enjadi tidak sesuai dengan kebutuhan. Dengan julah esin yang berlebih, aka akan tibul biaya biaya, seperti biaya operasional, biaya perawatan, dan biaya pebelian esin. Aliran aterial yang kurang beraturan. Hal ini disebabkan oleh tata letak esin yang kurang baik, sehingga pola aliran aterial enjadi tidak beraturan. 2. Manfaat penerapan tata letak esin usulan adalah : Total jarak tepuh alat aterial handling perhari berkurang dari 7,66 enjadi 489,773 hingga terjadi pengheatan jarak sebesar 09,887 atau 33,9%. Aliran aterial secara keseluruhan lebih teratur. Pengheatan julah esin, diana julah esin yang dibutuhkan berkurang sebanyak 5 unit ( unit esin P0T, unit esin PT, unit esin PT, dan 2 unit esin PT). Pengheatan luas peakaian lantai produksi. Pengheatan julah operator produksi, sehingga perusahaan dapat engheat beban untuk pebayaran gaji operator DAFTAR PUSTAKA. Apple, J. M., 990, Plant Layout and Material handling, Terjeahan: Nurhayati., Mardiono, ITB, Bandung. 2. Heragu, S., 997, Facilities Design, PWS Publishing Copany, Boston. 3. Kusiak, A., 99, Coputational Intelegent In Design and Manufacturing, Prentice Hall, New Jersey. 4. Singh, N., dan Rajaani, D., 996, Cellular Manufacturing Systes: Design, Planning, and Conol, Chapan & Hill, London.