BAB III PD LINIER HOMOGEN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PD LINIER HOMOGEN

BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

Persamaan Di erensial Orde-2

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II

Persamaan Diferensial

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

Persamaan Differensial Biasa

SOLUSI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan Diferensial

BAB PDB Linier Order Satu

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB IV PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan Diferensial Biasa. Rippi Maya

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

FUNGSI BESSEL. 1. PERSAMAAN DIFERENSIAL BESSEL Fungsi Bessel dibangun sebagai penyelesaian persamaan diferensial.

Persamaan Diferensial Biasa

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

BAB VI PENYELESAIAN DERET UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

PD Orde 2 Lecture 3. Rudy Dikairono

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI. ahli matematika lainnya di Kerala School membuat penemuan-penemuan (yang

Analisis Riil II: Diferensiasi

Persamaan Diferensial Biasa

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

Ruang Vektor Real. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

PAM 252 Metode Numerik Bab 4 Pencocokan Kurva

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

BAB II KAJIAN TEORI. dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema,

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Menyelesaikan Persamaan Kuadrat. 3. Rumus ABC ax² + bx + c = 0 X1,2 = ( [-b ± (b²-4ac)]/2a. Kemungkinan Jenis Akar Ditinjau Dari Nilai Diskriminan

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x = @u @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.

Department of Mathematics FMIPAUNS

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

Persamaan Diferensial

TINJAUAN PUSTAKA. Jika y = f(x) dengan f(x) adalah suatu fungsi yang terdiferensialkan terhadap

STRUKTUR ALJABAR: RING

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN ORDE 2 Oleh: Ir. Sigit Kusmaryanto, M.Eng

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Teknik pengintegralan: Integral fungsi pecah rasional (bagian 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

TEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Tugas 1

BERBAGAI MODEL MATEMATIKA BERBENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TINGKAT SATU

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

Kalkulus Variasi. Persamaan Euler, Masalah Kalkulus Variasi Berkendala, Syarat Batas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB.

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN NON LINIER

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

dy = f(x,y) = p(x) q(y), dx dy = p(x) dx,

Transkripsi:

BAB III PD LINIER HOMOGEN Kompetensi Mahasiswa diharapkan. Mampu menentukan selesaian umum dari PD linier homogen orde dua dengan jenis akarakar karakteristik yang berbeda-beda. Memahami pengertian kebebaslinieran dari dua buah selesaian 3. Dapat menentukan basis dari selesaian yang akan membangun selesaian umum. 4. Dapat mengubah PD linier yang dinyatakan dalam bentuk operator diferensial Materi. PD Linier Homogen Orde Dua. PD Homogen dengan Koefisien Konstan. 3. Selesaian Umum dan Basis. 4. Akar Real, Komplek, Ganda dan Persamaan Karakteristik 5. Operator Differensial 6. Persamaan Euler-Cauchy 7. Eksistensi dan Ketunggalan Selesaian 8. Persamaan Linier Homogen Orde n 9. Persamaan Orde n dengan Koefisien Konstan

BAB III PD LINIER HOMOGEN PD biasa dapat digolongkan dalam dua kelas besar, yaitu PD linier dan PD taklinier. Dibandingkan dengan jenis yang kedua, selesaian PD linier jauh lebih mudah ditentukan karena sifat-sifat selesaiannya dapat dikarakterisasikan dalam suatu cara yang umum dan metode baku tersedia untuk penyelesaian persamaan-persamaan ini. PD linier juga berperan penting dalam matematika teknik seperti getaran mekanika dan sirkuit listrik dan jaringan. Menurut bentuk persamaannya, suatu persamaan differensial linier dapat dibedakan menjadi dua yakni homogen dan nonhomogen. Sedang menurut ordenya dapat dibedakan menjadi orde satu, orde dua dan orde banyak (orde n, dengan n>). 3. PD Linier Homogen Orde Dua Suatu PD linier orde dua mempunyai bentuk: () y + p(x)y + q(x)y = r(x). PD di atas dikatakan linier karena berbentuk linier dalam fungsi y yang tidak diketahui dan turunan-turunannya, sementara p, q, dan r adalah fungsi-fungsi dari x yang diketahui. Jika suku pertama PD itu berbentuk f(x)y, maka kita bisa membaginya dengan f(x) sehingga diperoleh bentuk baku seperti (), dengan suku pertamanya adalah y. Jika r(x) 0 (yaitu r(x)=0 untuk semua x dalam domainnya), maka () menjadi () y +p(x)y +q(x)y = 0, dan disebut PD homogen orde dua. Jika r(x) 0 maka disebut PD linier takhomogen orde dua. Sebagai contoh y + 4y = e -x sinx adalah PD linier takhomogen, sedangkan (-x )y -xy +6y = 0 adalah PD linier homogen. Fungsi p dan q disebut koefisien persamaan. 3

Suatu PD orde dua yang tidak bisa dituliskan dalam bentuk () disebut PD taklinier. Sebagai contoh, PD: y y+y = 0 dan + y = y '. Konsep Selesaian. Prinsip superposisi Suatu fungsi y = φ(x) disebut suatu selesaian dari PD (linier atau taklinier) orde dua pada suatu interval, jika φ(x) beserta turunan pertama dan turunan keduanya terdefinisikan di seluruh interval itu sedemikian hingga persamaan itu menjadi suatu identitas jika fungsi y dan turunanturunannya yang tidak diketahui diganti dengan φ dan turunan-turunan yang bersesuaian. Contoh. Fungsi-fungsi y = cosx dan y=sinx adalah selesaian PD linier homogen y + y = 0 untuk semua x, karena jika y diganti dengan cosx akan diperoleh suatu identitas (cosx) + cosx = -cos x + cos x = 0. Demikian juga jika y diganti dengan sin x. Lebih lanjut, jika masing-masing fungsi itu dikalikan dengan konstan-konstan tertentu dan dijumlahkan, maka hasilnya juga merupakan suatu selesaian dari PD di atas. Misal diambil konstan-konstan 3 dan, maka diperoleh fungsi 4

y = 3cosx-sinx, jika disubtitusikan dalam PD-nya diperoleh (3cosx-sinx) + (3cosx-sinx) = 3((cosx) +cosx) ((sinx) +sinx) = 3.0-.0 = 0. Suatu ekspresi yang berbentuk y = c y +c y disebut kombinasi linier dari y dan y. Contoh di atas merupakan suatu ilustrasi dari teorema berikut: Teorema Dasar untuk PD homogen () Jika suatu selesaian PD linier homogen () pada suatu interval I dikalikan dengan suatu konstan, maka hasilnya juga merupakan suatu selesaian () pada interval I. Jumlah dua selesaian dari () pada interval I juga merupakan selesaian () pada interval yang sama. Suatu kombinasi linier dari selesaian-selesaian () pada interval I juga meripakan selesaian () pada interval yang sama. Perhatian! Teorema di atas hanya berlaku untuk PD linier homogen, tidak berlaku untuk PD linier takhomogen dan PD taklinier. Sebagai contoh: Fungsi-fungsi y=+cosx dan y=+sinx adalah selesaian PD takhomogen y +y=, tetapi (+cosx) dan (+cosx)+(+sinx) keduanya bukan selesaian PD tersebut. Fungsi-fungsi 5

y=x dan y= adalah selesaian dari PD taklinier y y-xy =0, tetapi fungsi-fungsi x dan x + keduanya bukan selesaian PD itu. Catatan. (i). Jika dalam suatu PD orde dua, variabel tak bebas y tidak muncul secara eksplisit, sehingga persamaan berbentuk F(x,y,y )=0, maka persaman itu bisa diubah menjadi PD orde satu (yaitu dengan substitusi y =z). (ii). Jika dalam suatu PD orde dua, variabel bebas x tidak muncul secara eksplisit, sehingga persamaan berbentuk F(y,y,y )=0, maka persaman itu bisa diubah menjadi PD orde satu (yaitu dengan substitusi z=y, sehingga y menjadi variabel bebas dalam PD orde satu yang baru). Latihan 3. Gunakan (i) untuk mengubah menjadi PD orde satu:. y =y tanhx. y =y 3. xy +y =y Gunakan (ii) untuk mengubah menjadi PD orde satu: 4. yy =y 5. y +e y y 3 =0 6. y +y 3 cosy=0 6

3. PD Homogen dengan Koefisien Konstan. PD linier orde dua homogen dengan koefisien konstan mempunyai bentuk umum dengan a dan b konstan real. (3) y +ay +by = 0, Untuk menentukan selesaian (3), kita ingat kembali bahwa selesaian PD linier homogen orde satu dengan koefisien konstan adalah suatu fungsi eksponensial, katakan Karena itu kita menduga bahwa (4) y = e λx y +ky=0 y=ce -kx. mungkin merupakan suatu selesaian PD (3) jika λ dipilih secara tepat. Dengan memasukkan fungsi (4) dan turunan-turunannya, yaitu ke dalam persamaan (3), diperoleh y =λe λx dan y =λ e λx, (λ +aλ+b)e λx = 0. Jadi (4) adalah suatu selesaian dari (3), jika λ adalah suatu selesaian dari persamaan kuadrat (5) λ +aλ+b=0. Persamaan (5) disebut persamaan karakteristik (bantu) dari (3). Akar-akar dari (5) adalah (6) λ = λ = ( a + a 4b ), ( a a 4b ) Dengan penurunan diperoleh bahwa fungsi-fungsi dan. (7) λ x x y e λ y e = dan = adalah selesaian dari (3). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan substitusi (7) dalam (3). 7

Dari aljabar kita tahu bahwa karena a dan b real, persamaan karakteristiknya mungkin mempunyai (Kasus I) (Kasus II) (Kasus III) dua akar real berbeda dua akar komplek sekawan dua akar real yang sama. Kasus-kasus di atas akan dibicarakan secara detil dalam pasal 3.4. Contoh. Akar-akar real berbeda Tentukan selesaian persamaan y +y -y = 0. Penyelesaian. Persamaan karakteristiknya adalah λ +λ- = 0. Akar-akarnya adalah dan, sehingga selesaiannya adalah y =e x dan y =e -x. Contoh 3. Akar komplek sekawan Tentukan selesaian persamaan (8) y +y = 0. Penyelesaian. Persamaan karakteristiknya adalah λ + = 0. Akar-akarnya adalah i (= -) dan i, sehingga selesaiannya adalah y =e ix dan y =e -ix. Dalam bagian berikutnya akan dibahas cara memperoleh selesaian real dari selesaian komplek. Bisa diperiksa bahwa cosx dan sinx adalah selesaian dari (8). Contoh 4. Dua akar real sama Tentukan selesaian persamaan 8

y -y +y = 0. Penyelesaian. Persamaan karakteristikya adalah λ -λ+ = 0, yang mempunyai dua akar sama yaitu. Jadi selesaiannya adalah y = e x. Masalah dua akar sama akan dibahas dalam pasal 3.4. Bisa diperiksa bahwa y = xe x juga merupakan selesaian dari PD di atas. Latihan 3. Tentukan selesaian persamaan berikut. y -y = 0. 8y +y -y = 0 3. y +4y +5y = 0 4. Tentukan selesaian y +4y = 0, (a) dengan metode yang ada (b) dengan reduksi ke persamaan orde satu. Carilah PD yang selesaiannya seperti berikut ini dan periksa kembali dengan melakukan substitusi fungsi ke dalam persamaannya. 5. e (-+i)x, e (--i)x 6., e x 7. e kx, e lx Kunci Jawaban Latihan 3.. y = e x, y = e -x 3. y = e (-+i)x, y =e (--i)x 9

5. y +y +5y = 0 7. y - (k+l)y +kly = 0. 3.3 Selesaian Umum dan Basis. Masalah nilai awal Sementara perhatian kita ditujukan pada PD linier homogen orde dua. Dalam pasal ini kita perhatikan persamaan (9) y +p(x)y +q(x)y = 0 dan kita berkenalan dengan konsep selesaian umum dari persamaan itu. Selesaian umum akan menjadi penting dalam seluruh bab ini. Bentuk persamaan dengan koefisien konstan akan didiskusikan dalam pasal berikut. Definisi (Selesaian umum, basis, selesaian khusus) Suatu selesaian umum dari (9) pada suatu interval buka I adalah suatu fungsi berbentuk (0) y(x) = c y (x)+c y (x), c,c konstan sebarang dengan y dan y membentuk suatu basis (atau sistem fundamental) dari selesaian (9) pada I, yaitu, y dan y adalah selesaian (9) pada I yang tidak proporsional pada I. Suatu selesaian khusus dari (9) pada I diperoleh jika kita memberikan nilai-nilai khusus untuk c dan c dalam (0). Di sini y dan y dikatakan proporsional pada I jika () (a) y =ky atau (b) y =ly berlaku untuk semua x pada I, dengan k dan l bilangan-bilangan, nol atau bukan. Dengan menggunakan Teorema Dasar pada 3.. maka (0) merupakan selesaian dari (9). Catatan. Bebas linier. Definisi yang dinyatakan di atas dapat juga dirumuskan dalam bentuk bebas linier. Dua fungsi y (x) dan y (x) dikatakan bebas linier pada suatu interval definisi I jika (3) k y (x)+k y (x)=0 pada I mengakibatkan 0

(4) k =0, k =0, dan y (x) dan y (x) dikatakan tak bebas linier pada suatu interval definisi I jika persaman juga dimenuhi untuk konstan-konstan k dan k yang tidak nol semua. Jika k 0 atau k 0, maka kita bisa melakukan suatu pembagian untuk mendapatkan selesaian y y k = k k = k y y. atau Jadi y dan y proporsional, sementara dalam kasus bebas linier y dan y tidak proporsional. Dengan demikian kita mempunyai hasil berikut Variabel y dan y membentuk suatu basis dan y dalam (0) suatu selesaian dari (9) pada suatu interval I jika dan hanya jika y, y adalah selesaian bebas linier dari (9) pada I. Contoh 5. Basis. Selesaian umum. Selesaian khusus Tentukan selesaian umum dari PD homogen y +5y +6y = 0 Dan selesaian khusus yang memenuhi syarat awal y(0)=,6, y (0)=0. Penyelesaian. Langkah. Persamaan karakteristiknya adalah λ +5λ+6=0. Akar-akarnya adalah λ =- dan λ =-3. Sehingga selesaiannya adalah y =e λx =e -x dan y =e λx =e -3x. Karena hasil bagi y /y bukan suatu konstan, maka y dan y tidak proporsional. Jadi y dan y membentuk suatu basis. Selesaian umum yang bersesuaian adalah

y(x) = c y (x)+c y (x) = c e -x +c e -3x. Langkah. Dengan syarat awal yang pertama, y(0) = c +c =,6... (i). Dengan penurunan, y (x) = -c e -x -3c e -3x. Jadi dengan syarat awal yang kedua, y (0) = -c -3c = 0... (ii). Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh c =4,8 dan c =-3,. Dengan demikian selesaian khusus yang memenuhi kedua syarat awal tersebut adalah y = 4,8e -x -3,e -3x. Contoh 6. Selesaian yang proporsional Fungsi-fungsi y =e x dan y =3e x adalah selesaian dari persamaan dalam contoh 4 pada pasal 3.., tetapi karena y =3y, maka y dan y proporsional sehingga tidak membentuk basis. Suatu Selesaian Umum dari (9) Meliputi Semua Selesaian Teorema (Selesaian umum, masalah nilai awal) Misalkan PD linier homogen (9) mempunyai koefisien p(x) dan q(x) yang kontinu pada suatu interval buka I. maka (9) mempunyai suatu selesaian umum y=c y (x)+c y (x) pada I, dan setiap selesaian (9) pada I tidak melibatkan konstan sebarang yang bisa diperoleh dengan memberikan nilai-nilai yang cocok untuk c dan c. Lebih lanjut, setiap masalah nilai awal pada I terdiri dari persamaan (9) dan dua syarat awal y(x 0 )=K 0, y (x 0 )=K [dengan memberikan x 0 dalam I dan konstan K 0 dan K ] mempunyai selesaian tunggal pada I. Jadi (9) tidak mempunyai selesaian singular, yaitu, selesaian yang tidak bisa diperoleh dari suatu selesaian umum.

Memperoleh Basis Jika Satu Selesaian tidak Diketahui (Reduksi Orde) Kita seringkali dapat memperoleh suatu selesaian y (tidak sama dengan nol) dari suatu PD bentuk (9) dengan memperkirakan atau dengan suatu metode. Selanjutnya kita dapat menunjukkan bahwa selesaian independen kedua, yaitu y, dapat ditemukan dengan menyelesaikan suatu PD orde satu. Karena itu, hal ini disebut reduksi orde. Dalam metode ini kita mensubstitusikan y(x)=u(x)y (x) dan turunan-turunannya: y =u y +uy, y =u y +u y +uy ke dalam (9) dan mengumpulkan suku-sukunya untuk memperoleh u y +u (y +py )+u(y +py +qy )=0. Karena y suatu selesaian dari (9), ekspresi yang ada dalam kurung yang terakhir bernilai nol. Selanjutnya hasilnya dibagi dengan y dan ditulis u =U. Jadi u =U dan kita mempunyai ' y ( U' + + p U = 0. y Dengan pemisahan variabel dan pengintegralan diperoleh lnu = ln y pdx + c ~. atau c (4) = pdx U e. y Di sini U=u. Jadi selesaian yang ke dua adalah y =uy =y Udx. Karena y /y =u= Udx 3

tidak mungkin berupa suatu konstan, kita melihat bahwa y dan y membentuk suatu basis. Contoh 8. Persamaan dengan koefisien konstan: Kasus akar sama Dari 3.. kita mengetahui bahwa persamaan dengan koefisien konstan (5) y +ay +by = 0 mempunyai selesaian y = e λx, dengan λ akar dari persamaan karakteristik λ + aλ + b = 0. Persamaan ini mempunyai dua akar ganda λ = -/a jika dan hanya jika a -4b=0. Maka b=a /4, sehingga (5) menjadi (5*) y +ay +/4a y = 0, dan mempunyai satu selesaian y = e -ax/. Selesaian independen yang ke dua ditentukan dengan cara berikut. Dalam (4) kita perlukan pdx= adx=ax dan /y =e ax. Menghasilkan U=ce ax e -ax =c. Jadi u= Udx=cx+k, 4

Dengan c dan k sebarang. Dengan mengambil diperoleh selesaian independen ke dua u=x y =uy =xy, yaitu y =xe -ax/. Jadi dalam kasus akar ganda (hanya dalam kasus ini saja!), suatu selesaian umum dari (5) [yang telah berubah menjadi (5*)!] adalah (6) y = (c +c x)e λx, λ=-a/. Latihan 3.3 Tentukan apakah pasangan fungsi berikut bebas linier atau tidak dalam interval yang diberikan. e x, e -x, interval sebarang. x, x+, (0<x<) 3. sinx, sinxcosx, interval sebarang. Tentukan selesaian umum dari PD berikut pada suatu interval. Periksa bahwa dua fungsi yang terlibat itu membentuk basis (tidak proporsional) 4. y -5y=0 5. y -8y +6y=0 6. 9y -6y +y=0 Tentukan PD berbentuk y +ay +by=0 dengan selesaian pasangan fungsi yang diberikan dan periksa bahwa fungsi-fungsi itu membentuk basis pada suatu interval 7. e -3x, e x 8. e (-3+i)x, e (-3-i)x 5

Reduksi orde. Tunjukkan bahwa fungsi y yang diberikan merupakan suatu selesaian dari persamaan yang diberikan untuk semua bilangan positif x dan tentukan y sedemikian hingga y dan y membentuk suatu basis selesaian untuk x ini. 9. y -(/x)y +(/x )y=0, y =x 0. y -(/(x+))y +(/(x+) )y=0, y =x+. Kunci jawaban Latihan 3.3. Bebas linier 3. Tak bebas linier 5. y = (C +C x)e 4x, y = e 4x, y = xe 4x. 7. y +y - 6y = 0 9. y = xlnx. 3.4 Akar Real, Komplek, Ganda dan Persamaan Karakteristik Kita akan mempelajari cara memperoleh suatu selesaian umum dari PD linier orde dua dengan koefisien konstan. PD itu berbentuk (7) y +ay +by=0, dengan a dan b konstan. Dari 3.. kita mengetahui bahwa fungsi (8) y=e λx adalah suatu selesaian dari (7) jika λ suatu akar persamaan karakteristik (9) λ +aλ+by=0. Akar-akar itu adalah (0) λ = ( a + λ = ( a a a 4b), 4b). Karena a dan b real, persamaan karakteristik mungkin mempunyai 6

(Kasus I) (Kasus II) (Kasus III) dua akar real berbeda dua akar komplek sekawan akar real ganda. Hal ini telah kita bicarakan dalam 3.. Sekarang didiskusikan kasus-kasus ini secara terpisah dan setiap kasus ditentukan cara memperoleh penyelesaian umumnya. Kasus I. Dua akar real berbeda Kasus ini terjadi jika diskriminan a -4b dalam (9) positif, karena mengakibatkan nilai akar dalam (0) real (dan tidak nol). Jadi suatu basis dalam suatu intervalnya adalah y λ = e x λ, y e x = Tentusaja y /y tidak konstan, sehingga dua selesaian itu tidak proporsional. Selesaian umum yang berkaitan adalah λ () y c e x λ c e x = +. Contoh 9. Selesaian umum dalam kasus akar real berbeda Selesaikan y +y -y=0. Penyelesaian. Persamaan karakteristik λ +λ-=0 mempunyai akar-akar dan, sehingga selesaian umumnya adalah y = c e x x + ce Kasus II. Akar komplek Kasus ini terjadi jika a -4b negatif, dan (0) mengakibatkan akar-akarnya komplek sekawan, λ = a + iω, λ = a iω, dengan.. 7

ω = b a. 4 Kita klaim bahwa dalam kasus ini suatu basis dalam suatu interval adalah y y = e = e ax / ax / cosωx, sinωx. Tentusaja ke dua fungsi di atas adalah selesaian dari PD (7). Juga, y /y bukan suatu konstan, karena ω 0, sehingga y dan y tidak proporsional. Selesaian umum yang berkaitan adalah () y = e -ax/ (Acosωx+Bsinωx). Fungsi eksponensial komplek Fungsi eksponensial komplek e z dari variabel komplek z=s+it didefinisikan dengan (3) e z = e s+it = e s (cos t+isint). Jika z=s(real) maka t=0 sehingga cos0= dan sin0=0 yang menjadikan e z sebagai fungsi eksponensial real. Lebih lanjut, seperti untuk bilangan real, fungsi eksponensial ini memenuhi sifat e z+z =e z e z, untuk setiap bilangan komplek z dan z. Untuk z=λ x=-/ax+iωx dan z=λ x=-/ax-iωx, dengan (3) akan diperoleh fungsi fungsi Y =e λx =e -ax/ (cosωx+isinωx) Y =e λx =e -ax/ (cosωx-isinωx). (rumus yang kedua diperoleh dengan mengingat bahwa sin(-α)=-sinα). menjumlahkan dan mengurangkan diperoleh Dengan ½(Y +Y ) = e -ax/ cosωx = y, 8

½(Y -Y ) = e -ax/ sinωx = y. Contoh 0. Selesaian umum dalam kasus akar komplek sekawan Tentukan selesaian umum dari persamaan y''-y'+0y=0. Penyelesaian. Persamaan karakteristiknya adalah λ -λ+0=0, yang mempunyai akar-akar komplek sekawan λ =+3i, dan λ =-3i. Ini menghasilkan basis y =e x cos3x, y =e x sin3x. Selesaian umum yang berkaitan adalah y=e x (Acos3x+Bsin3x). Contoh. Selesaikan masalah nilai awal y -y +0y=0, y(0)=4, y (0)=. Penyelesaian. Persamaannya sama dengan contoh 0, sehingga selesaian umumnya juga sama. Jika selesaian umumnya diturunkan diperoleh y (x)=e x (Acos3x+Bsin3x-3Asin3x+3Bcos3x). Dari y, y dan syarat-syarat awalnya diperoleh y(0)=a=4 y (0)=A+3B)=. Jadi A=4 dan B=- dan jawabannya adalah 9

y=e x (4cos3x-sin3x). Contoh Selesaian umum dari PD y +, ω y=0 (ω konstan tak nol) adalah y=acosωx+bsinωx.. Kasus III Akar ganda Kasus ini sering disebut kasus kritis. Dari (0), kasus ini muncul jika diskriminannya nol, yaitu a -4b=0. Akarnya adalah λ=-½a. Maka sebagai suatu basis pada suatu interval adalah e -ax/, x e -ax/. Selesaian umum yang bersesuaian adalah (4) y = (c +c x)e -ax/. Perhatian! Jika λ suatu akar sederhana dari (9), maka y = (c +c x)e λx bukan suatu selesaian dari (7). Contoh 3. Selesaian umum dalam kasus akar ganda Selesaikan PD y +8y +6y=0. Penyelesaian. Persamaan karakteristiknya mempunyai akar ganda λ=-4. Jadi yang menjadi suatu basis adalah 0

e -4x dan xe -4x dan selesaian umum yang bersesuaian adalah y=(c +c x)e -4x. Contoh 4. Masalah nilai awal untuk kasus akar ganda Selesaikan MNA y -4y +4y=0, y(0)=3, y (0)=. Penyelesaian. Suatu selesaian umum dari PD-nya adalah y(x)=(c +c x)e x. Dengan mengambil turunannya diperoleh y (x)=c e x +(c +c x)e x. Syarat-syarat awalnya memberikan y(0)=c =3, y (0)=c +c =. Jadi c =3 dan c =-5, dan selesaian MNA-nya adalah y=(3-5x)e x. Ringkasan Kasus Akar dari (3) Basis dari () Selesaian umum dari () I Real beda e λx, e λx y=c e λx +c e λx λ, λ Komplek sekawan II λ =-a/+iω e -ax/ cosωx y=e -ax/ (Acosωx+Bsinωx)

λ =-a/-iω e -ax/ sinωx III Real ganda e -ax/, xe -ax/ y=(c +c x) e -ax/ λ=-a/ Latihan 3.4 Periksalah bahwa fungsi-fungsi berikut adalah selesaian dari PD yang diberikan dan nyatakan dalam selesaian umum yang berbentuk real dari (). y=c e 5ix +c e -5ix, y +5y=0. y=c e iπx +c e -iπx, y +π y=0 3. y=c e (k+πi)x +c e (k-πi)x, y -ky +(k +4π )y=0 Selesaian umum. Nyatakan apakah persamaan yang diberikan bersesuaian dengan kasus I, II atau III dan tentukan selesaian umum dalam bentuk fungsi real 4. y -4y=0 5. 0y +6y +0,9y=0 6. 4y +36y +8y=0. 3.5 Operator Differensial Operator adalah suatu transformasi yang mentransformasi suatu fungsi ke fungsi yang lain. Pendiferensialan menyarankan suatu operator seperti berikut. Misal D menyatakan pendiferensialan terhadap x, yaitu ditulis Dy=y. D adalah suatu operator yang mentransformasikan y (yang dianggap terdiferensial) ke dalam turunannya, yaitu y. Sebagai contoh, D(x )=x, D(sinx)=cosx. Penerapan D dua kali, diperoleh turunan ke dua D(Dy)=Dy =y.

Kita cukup menuliskan D(Dy) dengan D y=y, sehingga Dy=y, D y=y, D 3 y=y, dan seterusnya. Lebih umumnya, (5) L = P(D) = D +ad+b disebut operator diferensial orde dua. Di sini a dan b konstan. P menandakan polinom, L menandakan linier. Jika L dikenakan untuk fungsi y (dianggap terdiferensial dua kali), menghasilkan (6) L[y] = (D +ad+b)y = y +ay +by. L adalah suatu operator linier. Dengan definisi ini berarti bahwa L[αy+βw] = αl[y]+βl[w] Untuk konstan-konstan α dan β dan fungsi-fungsi y dan w yang terdiferensial dua kali. Sekarang PD linier homogen y +ay +by=0 bisa disederhanakan dengan menulis (7) L[y] = P(D)[y] = 0. Sebagai contoh, (8) L[y] = (D +D-6)y = y +y -6y = 0. Karena D[e λx ]= λe λx, D [e λx ]=λ e λx, dengan (6) dan (7) maka (9) P(D)[e λx ]=(λ +aλ+b)e λx =P(λ)e λx =0. Ini mengkonfirmasi hasil dari pasal terakhir bahwa e λx adalah suatu selesaian dari (7) jika dan hanya jika λ adalah suatu selesaian dari persamaan karakteristik P(λ)=0. 3

Jika P(λ) mempunyai dua akar berbeda, akan diperoleh suatu basis. Jika P(λ) mempunyai akar ganda, kita memerlukan selesaian independen yang ke dua. Untuk memperoleh selesaian itu, kita turunkan P(D)[e λx ]=P(λ)e λx pada ke dua sisinya terhadap λ dan dengan penukaran pendiferensialan terhadap λ dan x, diperoleh P(D)[xe λx ]=P (λ)e λx +P(λ)xe λx dengan P =dp/dλ. Untuk akar ganda, P(λ)=P (λ)=0, sehingga P(D)[xe λx ]=0. Jadi xe λx adalah selesaian ke dua yang dicari. Ini cocok dengan pasal.4. P(λ) adalah polinom dalam λ, menurut aljabar biasa. Jika λ diganti dengan D, maka diperoleh operator polinom P(D). Tujuan dari kalkulus operasi ini adalah bahwa P(D) dapat diperlakukan seperti kuantitas aljabar biasa. Pada khususnya, kita dapat memfaktorkan. Contoh 5. Faktorisasi, selesaian suatu PD Faktorkan P(D)=D +D-6 dan selesaikan P(D)y=0. Penyelesaian. D +D-6 = (D+3)(D-). Dengan definisi (D-)y=y -y. Jadi (D+3)(D-)y = (D+3)[y -y] = y -y +3y -6y 4

= y +y -6y. Jadi pemfaktoran yang kita lakukan diperbolehkan, yaitu, memberikan hasil yang benar. Selesaian dari (D+3)y=0 dan (D-)y=0 adalah y =e -3x dan y =e x. Ini adalah suatu basis dari P(D)y=0 pada suatu interval. Bisa diperiksa bahwa hasil yang diperoleh dengan metode seperti pada pasal 3.4 adalah sama. Ini adalah suatu hasil yang tak terduga karena kita memfaktorkan P(D) sama seperti kita memfaktorkan polinomial karakteristik P(λ)=λ +λ-6. Metode operasional ini juga dapat digunakan untuk operator M=D +fd+g dengan f(x) dan g(x) koefisien variabel, tetapi dalam hal ini maslahnya lebih sulit dan perlu berhati-hati. Sebagai contoh, xd Dx karena xdy = xy tetapi Dxy=(xy) =y+xy. Latihan 3.5 Gunakan operator yang diberikan untuk masing-masing fungsi yang diberikan. D +3D; cosh3x, e -x +e x, 0-e -3x. (D-)(D+); e x, xe x, e -x, xe -x Tentukan selesaian umum dari persamaan berikut 3. (D -D-)y = 0 4. (6D -D-)y 5. (π D -4πD+4)y=0 5

3.6 Persamaan Euler-Cauchy Persamaan Euler-Cauchy (30) x y +axy +by = 0 (a, b, konstan) dapat juga diselesaikan dengan manipulasi aljabar murni. Dengan substitusi (3) y = x m dan turunan-turunannya ke dalam PD () diperoleh x m(m-)x m- +axmx m- +bx m = 0. Dengan mengabaikan x m yang tidak nol jika x 0, diperoleh persamaan bantu (3) m +(a-)m+b = 0. Jika akar-akar m dan m dalam persamaan ini berlainan, maka fungsi-fungsi y (x) = x m dan y (x) = x m membentuk suatu basis selesaian dari PD (30) untuk semua x di tempat fungsi didefinisikan. Selesaian umum yang bersesuaian adalah (33) y = c x m +c x m (c, c sebarang). Contoh 6. Selesaian umum untuk kasus akar real berlainan Selesaikan PD: x y -,5xy -,5y=0. Penyelesaian. Persamaan bantunya adalah m -,5m-,5 = 0. Akar-akarnya adalah m =-0,5 dan m =3. Jadi basis dari suatu selesaian real untuk semua x yang positif adalah y =/ x, y =x 3 Dan selesaian umum yang berkaitan untuk nilai-nilai x tersebut adalah 6

y = c / x + c x 3. Jika akar-akar m dan m dari (3) adalah komplek, akar-akar itu berkawan, katakan m =µ+iν dan m =µ-iν. Kita klaim bahwa dalam kasus ini, suatu basis dari selesaian (30) untuk semua x yang positif adalah y =x µ cos (νlnx), (34) y = x µ sin (νlnx). Untuk mengecek bahwa (34) merupakan selesaian dari (30) dapat dilakukan dengan melakukan penurunan dan substitusi. Kedua selesaian itu independen karena tidak proporsional. Selesaian umum yang berkaitan adalah (35) y= x µ (A cos (νlnx) + B sin (νlnx)). Catatan. Ide dalam menentukan bahwa (34) merupakan basis selesaian dari (30) untuk kasus akar komplek sekawan adalah sebagai berikut: Rumus x k = (e lnx ) k = e klnx diperluas untuk bilangan komplek k=iv, dan dengan rumus Euler menghasilkan x iν = e iνlnx = cos (νlnx) + i sin (νlnx), x -iν = e -iνlnx = cos (νlnx) - i sin (νlnx). Selanjutnya kalikan dengan x µ dan ambil jumlah den selisihnya untuk mendapatkan y dan iy. Dengan membagi berturut-turut dengan dan i akan diperoleh (34). Contoh 7. Selesaian umum untuk kasus akar komplek sekawan Selesaikan PD: x y +7xy +3y=0. 7

Penyelesaian. Persamaan bantunya adalah m +6m+3=0. Akar-akar dari persamaan ini adalah m, =3±i. Jadi selesaian umumnya adalah Persamaan bantu (3) mempunyai akar ganda y=x -3 [Acos(lnx)+Bsin(lnx)]. m =m jika dan hanya jika b=¼(-a), sehingga m =m =(-a)/. Dalam kasus kritis ini kita bisa memperoleh selesaian ke dua dengan menerapkan metode reduksi orde. Prosedurnya sejalan dengan yang ada di Pasal 3.3. dan hasilnya adalah y =uy =(lnx)y. Dengan demikian selesaian (30) untuk kasus akar sama adalah (36) y =x m dan y =x m lnx, dengan m=(-a)/. Kedua selesaian itu independen, sehingga membentuk basis dari selesaian real (30) untuk semua x yang positif, dan selesaian umum yang berkaitan adalah (37) y=(c +c lnx)x m, dengan c dan c konstan sebarang. Contoh 8. Selesaian umum dalam kasus akar sama. Selesaikan x y +-3xy +4y=0. Penyelesaian. 8

Persamaan bantunya mempunyai akar ganda m=. Jadi suatu basis dari penyelesaian umumnya untuk semua x positif adalah x dan x lnx, dan selesaian umum yang berkaitan adalah y=(c +c lnx)x. Latihan 3.6. Periksa bahwa y dan y dalam (5) adalah selesaian dari () untuk semua x positif. Tentukan selesaian umum PD:. x y -0y=0 3. x y -7xy +6y=0 4. x y +3xy +5y=0 5. (x D +7xD+9)y=0 6. (x D +5xD-9)y=0 7. (x D -0,xD+0,36)y=0. Kunci jawaban Latihan 3.6 3. y = (C +C lnx)x 4 5. y = (C +C lnx)x 3 7. y = (C +C lnx)x 0,6 3.7 Eksistensi dan Ketunggalan Selesaian Didiskusikan eksistensi dan ketunggalan selesaian PD homogen umum. Eksistensi dan Ketunggalan 9

Suatu masalah nilai awal untuk PD orde dua terdiri dari suatu PD orde dua dan dua syarat awal, yang pertama untuk selesaian y(x) dan yang ke dua untuk y (x). Jadi suatu MNA untuk PD linier homogen orde dua terdiri dari PD (38a) y +p(x)y +q(x)y=0 dan dua syarat awal (38b) y(x 0 ) = K 0 y (x 0 ) = K. Di sini x 0 adalah nilai x yang diberikan dan K 0 dan K adalah konstan-konstan yang diberikan. Kekontinuan p(x) dan q(x) merupakan syarat cukup untuk eksistensi dan ketunggalan selesaian MNA (37) sesuai dengan teorema berikut Teorema 3. (Teorema eksistensi dan ketunggalan) Jika p(x) dan q(x) fungsi-fungsi yang kontinu pada suatu interval buka I dan x 0 dalam I, maka MNA (37), yaitu (38a) dan (38b), mempunyai suatu selesaian yang tunggal pada interval I. Kebebaslinieran. Wronski. Eksistensi dari selesaian umum. Kita diskusikan akibat teorema terhadap selesaian umum (39) y(x)=c y (x)+c y (x) (c,c konstan sebarang) dari PD linier homogen (38a). Dari pasal 3.3. diketahui bahwa (39) adalah suatu selesaian umum dari (38a) pada suatu interval buka I jika y dan y membentuk suatu basis dari selesaian (38a) pada I, yaitu y dan y bebas linier pada I. Suatu selesaian yang diperoleh dari (39) dengan memberikan nilai khusus untuk konstan c dan c disebut selesaian khusus dari (38a) pada I. Lebih lanjut, perlu diingat bahwa y dan y dikatakan bebas linier pada I jika k y (x)+k y (x)=0 pada I mengakibatkan k =0, k =0; 30

dan y dan y dikatakan tak bebas linier pada I jika persamaan juga dipenuhi untuk k dan k yang tidak semuanya nol. Dalam kasus ini, dan hanya dalam kasus ini, y dan y proporsional pada, yaitu, (40) y =ky atau y =ly. Tujuan kita adalah memperlihatkan bahwa jika (38a) mempunyai koefisien-koefisien p(x) dan q(x) yang kontinu pada I, maka (38a) selalu mempunyai selesaian umum pada I dan, yang kedua, selesaian umum itu memuat semua selesaian dari (38a) pada I; jadi persamaan linier (38a) tidak mempuntai selesaian singular, yaitu selesaian yang tidak bisa diperoleh dengan memberikan nilai-nilai khusus pada konstan-konstan dalam selesaian umumnya. Langkah yang pertama, kita turunkan kriteria yang sangat berguna untuk ketakbebaslinieran dan kebebaslinieran selesaian. Kriteria ini menggunakan determinan Wronski, atau singkatnya Wronski, dari dua selesaian y dan y dari (a), yang didefinisikan dengan (4) W ( y, y = y y ' y ) = y ' ' y y. y y ' Teorema 4 (Ketakbebaslinieran dan Kebebaslinieran Selesaian) Misal (38a) mempunyai koefisien-koefisien p(x) dan q(x) yang kontinu pada suatu interval buka I. maka ke dua selesaian y dan y dari (38a) pada I adalah bebas linier jika dan hanya jika Wronski W bernilai nol pada suatu x 0 dalam I. Lebih lanjut, jika W=0 untuk x=x 0, maka W 0 pada I; jadi jika ada suatu x dalam I dimana W 0, maka y dan y bebas linier pada I. Contoh 9. Penerapan Teorema 4. Tunjukkan bahwa y =cosωx, y =sinωx membentuk suatu basis dari selesaian y +ω y=0, ω 0, pada suatu interval. Penyelesaian. 3

Dengan substitusi dapat ditunjukkan bahwa y dan y keduanya adalah selesaian dari PD-nya. Dengan teorema 4, cosωx W(cosωx, sinωx)= ω sinωx sinωx ω cosωx = ω(cos ωx + sin ωx) = ω 0, Sehingga ke duanya bebas linier. Contoh 0. Penerapan Teorema. Tunjukkan bahwa y=(c +c x)e x adalah suatu selesaian y -y +y=0 pada suatu interval. Penyelesaian. Dengan substitusi dapat ditunjukkan bahwa y =e x dan y =xe x adalah selesaian PD-nya. Karena, W(e x,xe x ) = e e x x xe x ( x +)e x = (x+)e x xe x = xe x 0. Maka y dan y bebas linier. Teorema 5. Eksistensi Selesaian Umum Jika koefisien p(x) dan q(x) dalam (38a) kontinu pada suatu interval buka I, maka (38a) mempunyai suatu selesaian umum pada I. Sebagai langkah yang terakhir, dengan teorema 3-5, ditunjukkan bahwa 3

Suatu selesaian Umum dari (a) meliputi semua selesaian Teorema 6 (Selesaian Umum) Misal (38a) mempunyai koefisien-koefisien p(x) dan q(x) yang kontinu pada suatu interval buka I. maka setiap selesaian y = Y(x) dari (38a) pada I mempunyai bentuk (4) Y(x) = C y (x) + C y (x), dengan y, y membentuk suatu basis selesaian (38a) dan C, C konstan-konstan yang sesuai. 3.8 Persamaan Linier Homogen Orde n Suatu PD orde n dikatakan linier jika dapat dituliskan dalam bentuk (43) y (n) + p n- (x)y (n-) + + p (x)y + p 0 (x)y = r(x), dengan p n- (x),, p (x), p 0 (x), dan r(x) fungsi-fungsi dari x dan y (n) menyatakan turunan ke-n dari y terhadap x. Sementara itu suatu PD orde n yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk (43) dikatakan taklinier. Jika r(x) 0, persamaan (43) menjadi (44) y (n) + p n- (x)y (n-) + + p (x)y + p 0 (x)y = 0, dan disebut disebut homogen. Jika r(x) 0, maka disebut takhomogen. Selesaian, Selesaian Umum, Kebebaslinieran Suatu fungsi y = φ(x) disebut suatu selesaian dari suatu PD (linier atau taklinier) orde n pada suatu interval I, jika φ(x) terdefinisikan dan terdiferensial sampai n kali pada I dan sedemaikian hingga persamaan menjadi suatu identitas jika kita mengganti fungsi y yang belum ditentukan dan turunan-turunannya dalam persamaan itu dengan φ dan turunanturunan yang sesuai. Suatu selesaian umum dari (44) pada suatu interval buka I adalah suatu fungsi yang berbentuk 33