BAB III : SISTEM PERSAMAAN LINIER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB X SISTEM PERSAMAAN LINIER

Bab 7 Sistem Pesamaan Linier. Oleh : Devie Rosa Anamisa

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU),

Sistem Persamaan Linier FTI-UY

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

MATRIKS DAN OPERASINYA. Nurdinintya Athari (NDT)

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

02-Pemecahan Persamaan Linier (1)

Pertemuan 14. persamaan linier NON HOMOGEN

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Sistem Persamaan Aljabar Linier

6- Operasi Matriks. MEKANIKA REKAYASA III MK Unnar-Dody Brahmantyo 1

1.1 MATRIKS DAN JENISNYA Matriks merupakan kumpulan bilangan yang berbentuk segi empat yang tersusun dalam baris dan kolom.

Part II SPL Homogen Matriks

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Sistem Persamaan Linier dan Matriks

SISTEM PERSAMAAN LINIER

Bentuk umum : SPL. Mempunyai penyelesaian disebut KONSISTEN. Tidak mempunyai penyelesaian disebut TIDAK KONSISTEN TUNGGAL BANYAK

DETERMINAN. Determinan matriks hanya didefinisikan pada matriks bujursangkar (matriks kuadrat). Notasi determinan matriks A: Jika diketahui matriks A:

a11 a12 x1 b1 Lanjutan Mencari Matriks Balikan dengan OBE

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah garis dalam bidang xy secara aljabar dapat dinyatakan oleh persamaan yang berbentuk

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

Aljabar Linear Elementer MUG1E3 3 SKS

6 Sistem Persamaan Linear

Adri Priadana. ilkomadri.com

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 4 Sistem Persamaan Linear. Sistem m persamaan linear dalam n variabel LG=C adalah himpunan persamaan linear

Sebelum pembahasan tentang invers matriks lebih lanjut, kita bahas dahulu beberapa pengertian-pengertian berikut ini.

Aljabar Linier & Matriks. Tatap Muka 2

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks

BAB 2 LANDASAN TEORI

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Pertemuan 2 Matriks, part 2

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

Dalam bentuk SPL masalah ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

Matriks Jawab:

Syarif Abdullah (G ) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor.

ELIMINASI GAUSS MAKALAH. Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Saluky M.Kom. Di Susun Oleh: Kelompok VII Matematika C/VII

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

03-Pemecahan Persamaan Linier (2)

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II )

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

DIKTAT MATEMATIKA II

BAB 2 LANDASAN TEORI

dimana a 1, a 2,, a n dan b adalah konstantakonstanta

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

BAB X MATRIK DAN SISTEM PERSAMAAN LINIER SIMULTAN

PERSAMAAN & PERTIDAKSAMAAN

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

3 Langkah Determinan Matriks 3x3 Metode OBE

KED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I

MATRIKS. Matematika. FTP UB Mas ud Effendi. Matematika

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

METODE dan TABEL SIMPLEX

Solusi Persamaan Linier Simultan

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

ALJABAR LINEAR [LATIHAN!]

Course of Calculus MATRIKS. Oleh : Hanung N. Prasetyo. Information system Departement Telkom Politechnic Bandung

Penerapan Matriks dalam Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

4. SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

Solusi Sistem Persamaan Linear Ax = b

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

Materi VI. Matik memiliki notasi yang berbeda dengan determinan. Garis pembatas sedikit disikukan Contoh. matrik ini memiliki ordo (3x4)

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 4

Pertemuan 13 persamaan linier NON HOMOGEN

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL PRAKTIKUM 6. Determinan dan Sistem Persamaan Linier. cukup dengan perintah det(a). Coba lihatlah contoh di bawah ini

MATRIKS Matematika Industri I

2. MATRIKS. 1. Pengertian Matriks. 2. Operasi-operasi pada Matriks

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

Transkripsi:

3.1 PENDAHULUAN BAB III : SISTEM PERSAMAAN LINIER Penyelesaian suatu sistem n persamaan dengan n bilangan tak diketahui banyak dijumpai dalam permasalahan teknik. Di dalam Bab ini akan dipelajari sistem persamaan linier, yang bentuknya seperti berikut : (3.1). Dengan a adalah koefisien konstan, b adalah konstan, n adalah jumlah persamaan, dan x 1, x 2,, x n adalah bilangan yang tidak diketahui. 3.2 Notasi Matriks Matriks adalah suatu larikan bilangan-bilangan yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai bentuk sebagai berikut : Dalam bab ini akan dipelajari beberapa metode penyelesaian langsung (di sebut metode pivot) dan metode iterasi. 3.3 Metode Eliminasi Gauss Metode eliminasi Gauss adalah salah satu cara yang paling awal dan banyak digunakan dalam penyelesaian system persamaan linier. Prosedurnya adalah mengurangi system persamaan ke dalam bentuk segitiga sedemikian sehingga salah satu dari persamaan-persamaan tersebut hanya mengandung satu bilangan tak diketahui, dan setiap persamaan berikutnya hanya terdiri dari satu tambahan bilangan tak diketahui baru. Dipandang suatu system dari 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui. (1a) (1b) (1c)

Persamaan pertama dari system dibagi koefisien pertama dari persamaan pertama, a 11 (2) Persamaan (2) dikalikan dengan koefisien pertama persamaan kedua (1b). (3) Persamaan (1b) dikurangi persamaan (3) didapat : Langkah berikutnya, persamaan yang telah dinormalkan (2) dikalikan dengan koefisien pertama persamaan ketiga, dan hasilnya dikurangkan dari persamaan ketiga (1c), hasilnya adalah : Dengan melakukan prosedur hitungan diatas, akhirnya didapat persamaan berikut : (4a) (4b) (4c) Prosedur berikutnya adalah mengeliminasi x 2 dari salah satu dari dua persamaan terakhir (4b) dan (4c). Persamaan (4b) dibagi dengan koefisien pertama dari persamaan (4b) yaitu a 22. (5) Persamaan (5) dikalikan dengan koefisien pertama dari persamaan (4c) (6) Persamaan (4c) dikurangi persamaan (6), Dengan demikian persamaannya menjadi :

Contoh : Menyelesaikan persamaan linier dengan Metode Eliminasi Gauss Persamaan: 3,0x + 1,0y + -1,0z = 5,0 (1) 4,0x + 7,0y + -3,0z = 20,0 (2) 2,0x + -2,0y + 5,0z = 10,0 (3) Penyelesaian : Iterasi 0 3,0 1,0-1,0 5,0 4,0 7,0-3,0 20,0 2,0-2,0 5,0 10,0 Langkah pertama menormalkan pers. (1) dengan membagi persamaan tsb dengan elemen pivot (koefisien pertama pers. (1)) (pers.1)/ 3 1 1,0 0,3-0,3 1,7 (4) 4,0 7,0-3,0 20,0 (5) 2,0-2,0 5,0 10,0 (6) (pers.2)- (4*(pers.4)) 2 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 5,7-1,7 13,3 2,0-2,0 5,0 10,0 (pers.3)- (2*(pers.1)) 3 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 5,7-1,7 13,3 0,0-2,7 5,7 6,7 (pers.2) / 5,66666666666667 4 1,0 0,3-0,3 1,7

0,0 1,0-0,3 2,4 0,0-2,7 5,7 6,7 (pers.3)- (-2,66666666666667 *(pers.2)) 5 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0 0,0 4,9 12,9 (pers.3)/ 4,88235294117647 6 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0 0,0 1,0 2,7 Hasil : x = 1,5 ; y = 3,1 ; z = 2,7. 3.4 Metode Gauss-Jordan Metode Gauss-Jordan adalah mirip dengan metode eliminasi Gauss. Penjelasan metode ini menggunakan contoh sistem 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui. (2) Di dalam metode Gauss-Jordan, dipilih secara berurutan setiap baris sebagai baris pivot, dengan pivot adalah elemen pertama tidak nol dari baris tersebut. 1. Pertama kali baris pertama dari persamaan (2) dibagi dengan elemen pivot, yaitu,sehingga didapat : 1 Elemen pertama dari semua baris lainnya dihilangkan dengan cara : a. Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua ( dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan kedua.

b. Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan ketiga ( dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan kedua. Operasi ini menghasilkan sistem persamaan berikut : 1 0 0 (3) 2. Kemudian ditetapkan baris kedua sebagai pivot dan sebagai elemen pivot. Prosedur diatas diulangi lagi untuk baris kedua. Baris kedua dari persamaan diatas dibagi dengan elemen pivot yaitu, sehingga didapat : 1 0 1 0 Elemen kedua dari baris lain dihilangkan dengan cara : a. Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan pertama dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama. b. Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan ketiga dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan ketiga. Operasi ini menghasilkan sistem persamaan berikut : 1 0 0 1 0 0 (4) 3. Untuk langkah selanjutnya ditetapkan baris ketiga sebagai pivot, prosedur diulangi lagi akhirnya didapat persamaan berikut : 1 0 0 0 1 0 (5) 0 0 1 Dari persamaan (5) dapat dihitung nilai,, dan. Contoh : Persamaan :

3,0x + 1,0y + -1,0z = 5,0 4,0x + 7,0y + -3,0z = 20,0 2,0x + -2,0y + 5,0z = 10,0 Penyelesaian : Iterasi 0 3,0 1,0-1,0 5,0 4,0 7,0-3,0 20,0 2,0-2,0 5,0 10,0 (pers.1)/ 3 1 1,0 0,3-0,3 1,7 4,0 7,0-3,0 20,0 2,0-2,0 5,0 10,0 (pers.2)- (4*(pers.1)) 2 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 5,7-1,7 13,3 2,0-2,0 5,0 10,0 (pers.3)- (2*(pers.1)) 3 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 5,7-1,7 13,3 0,0-2,7 5,7 6,7 (pers.2)/ 5,66666666666667 4 1,0 0,3-0,3 1,7 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0-2,7 5,7 6,7

(pers.1)- (0,333333333333333 *(pers.2)) 5 1,0 0,0-0,2 0,9 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0-2,7 5,7 6,7 (pers.3)- (-2,66666666666667 *(pers.2)) 6 1,0 0,0-0,2 0,9 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0 0,0 4,9 12,9 (pers.3)/ 4,88235294117647 7 1,0 0,0-0,2 0,9 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0 0,0 1,0 2,7 (pers.1)- (-0,235294117647059 *(pers.3)) 8 1,0 0,0 0,0 1,5 0,0 1,0-0,3 2,4 0,0 0,0 1,0 2,7 (pers.2)- (-0,294117647058824 *(pers.3)) 9 1,0 0,0 0,0 1,5 0,0 1,0 0,0 3,1 0,0 0,0 1,0 2,7 Maka, x = 1,5 y = 3,1 z = 2,7

3.5 Matriks Tridiagonal (Metode Sapuan Ganda Choleski) Dalam penyelesaian sistem persamaan berbentuk matriks tridiagonal, metode penyelesaian langsung (metode pivot) sering di sebut metode sapuan ganda atau metode Choleski. Metode ini mudah pemakaiannya dan matriks tridiagonal banyak dijumpai dalam banyak permasalahan. Dipandang sistem persamaan berikut : (1) Persamaan pertama dari sistem (1) memungkinkan untuk menulis bilangan yang tidak diketahui x 1 sebagai fungsi bilangan x 2. atau (2) Dengan dan Apabila nilai x 1 disubstitusikan ke dalam persamaan kedua dari sistem (1), Atau Dengan dan Sehingga x 2 merupakan fungsi dari x 3, prosedurnya diulangi untuk persamaan berikutnya. Misalkan telah diperoleh persamaan berikut : Apabila nilai x i-1 disubstitusikan ke dalam persamaan ke-i sistem (1), maka :

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk : (3a) Dengan (3b) Untuk i=1 maka persamaan (3a) menjadi : (3c) (4a) Dengan (4b) (4c) Bandingkan persamaan (2) dan (4) menunjukkan P 0 = 0 dan Q 0 = 0. Persamaan diatas memungkinkan untuk menghitung koefisien P i dan Q i dari i = 1 sampai n, Langkah ini merupakan sapuan pertama. Setelah sampai titik ke n hitungan dilakukan dalam arah kebalikkan, yaitu dari n ke 1 untuk menghitung bilangan yang tidak diketahui x i. Persamaan terakhir (1) dapat ditulis : (5) Pada persamaan (3) apabila i= n-1, maka: (6) Substitusi persamaan (6) ke persamaan (5) akan memberikan : (7) Sesuai dengan persamaan (3a), maka : nilai x n diperoleh, x n-1 dst. Contoh : Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode sapuan ganda. 2 7 3 10 6 2 7 2 3 13

Penyelesaian : Sistem persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks tridiagonal : 2 1 0 0 1 13 0 0 62 1 0 0 2 3 a. Menghitung koefisien P i dan Q i (i=1,2,3,4) Untuk i=1, P 0 = 0 dan Q 0 = 0. 1 2 7 3.5 2 Untuk i=2 0.5 3 10.5 1 6 10 13.5 27 10,5 1 Untuk i=3 7 10 7 13 1 0.02941 6 6 2 7 627 4.97059 6 6 2 Untuk i=n=4 0 13 24.97059 1.00 20.02941 3 b. Menghitung x i (i=4,3,2,1) Variabel x i dihitung menggunakan persamaan : Untuk i = 4 1 Untuk i = 3 0.029411.0 4,97059 5.0 Untuk i = 2 65 27 3

Untuk i = 1 0.53 3.5 2 Untuk mengetahui benar tidak hasil yang diperoleh maka nilai dimasukkan ke persamaan awal. 3.6 Matriks Inverse Apabila matriks A adalah bujur sangkar, maka terdapat matriks lain yaitu A -1, yang disebut matriks inverse dari A, sehingga, dengan I adalah matriks identitas. Matriks inverse dapat juga digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan yang berbentuk :. Matriks inverse dapat dicari dengan menggunakan metode Gauss-Jordan. Untuk itu matriks koefisien A ditingkatkan dengan matriks identitas I. Kemudian metode Gauss-Jordan ini digunakan untuk mengubah matriks koefisien menjadi matriks identitas, setelah matriks koefisien menjadi matriks identitas, maka sisi kanan dari matriks yang ditingkatkan adalah matriks inverse. Contoh : Carilah matriks invers dari matriks berikut : 2 1 1 1 2 1 1 1 2 Penyelesaian : Matriks A ditingkatkan dengan matriks identitas sehingga menjadi : 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 Ditetapkan elemen pertama dari baris pertama sebagai elemen pivot, yaitu 2. Baris tersebut dibagi dengan elemen pivot (2) sehingga didapat : 1 1 2 1 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 1 Baris ke dua dan ke tiga dikurangi oleh baris pertama,

1 0 0 0 0 1 0 0 1 Baris kedua ditetapkan sebagai baris pivot, kemudian baris tersebut dibagi dengan elemen pivot, yaitu 3/2. 1 0 0 0 1 0 0 1 0 Kemudian baris kedua dikalikan dengan ½ dan hasilnya digunakan untuk mengurangi persamaan pertama dan ketiga, 1 0 0 1 0 0 0 0 1 Persamaan ketiga ditetapkan sebagai baris pivot dan kemudian baris tersebut dibagi dengan elemen pivot, yaitu 4/3, kemudian dikalikan dengan 1/3. 1 0 0 1 0 0 1 0 0 Baris pertama dan kedua dikurangi dengan baris ketiga, 1 0 0 0 1 0 0 0 1 Dengan demikian didapat matriks inversenya adalah :

3.7. Metode Iteratif Dalam Bab ini akan dipelajari dua metode iteratif, yaitu metode Jacobi dan Gauss-Seidel. - Metode Jacobi Dipandang sistem 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui : (1) Persamaan pertama dari sistem diatas dapat digunakan untuk menghitung x 1 sebagai fungsi dari x 2 dan x 3, sehingga didapat : (2) Hitungan dimulai dengan nilai perkiraan awal sembarang untuk variabel yang dicari, semua variabel sama dengan nol. Nilai perkiraan awal tersebut disubstitusikan ke dalam ruas kanan dari sistem persamaan (2), selanjutnya nilai variabel yang didapat tersebut disubstitusikan ke ruas kanan dari sistem (2) lagi untuk mendapatkan nilai perkiraan kedua, prosedur tersebut diulangi lagi sampai iterasi ke n. (3) Contoh : Selesaikan sistem persamaan berikut dengan iterasi Jacobi. 3 5 4 7 3 20 2 2 5 10

Penyelesaian : Sistem persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk : 5 3 20 4 3 7 10 2 2 5 Langkah pertama dicoba nilai x = y = z = 0 dan hitung, 5 0 0 1,66667 3 20 40 30 2,85714 7 10 20 20 5 2 Iterasi dilanjutkan dengan memasukkan nilai x, y dan z ke persamaan dan kesalahan yang terjadi. 5 2,857771 2 1,38095 3 1,38095 1,66667 100% 20,69% 1,38095 20 41,66667 32 2,76190 7 2,76190 2,85714 100% 3,45% 2,76190,, 2,13333 2,13333 2 100% 6,25% 2,13333 Hitungan dilanjutkan dengan prosedur diatas sehingga diperoleh kesalahan yang diinginkan. - Metode Gauss-Seidel Di dalam metode Gauss-Seidel, nilai x 1 yang dihitung dari persamaan pertama digunakan untuk menghitung nilai x 2 dengan persamaan kedua, demikian juga nilai x 2 digunakan untuk

mencari x 3. Seperti metode Jacobi ke dalam persamaan pertama dari sistem (3) disubstitusikan nilai sembarang, biasanya diambil nol, sehingga : (4) Nilai baru dari x 11 tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan kedua dari sistem (3), Demikian juga ke dalam persamaan ketiga dari sistem (3) disubstitusikan nilai baru, sehingga didapat : Dengan cara seperti ini nilai x 1, x 2, dan x 3 akan diperoleh lebih cepat dari metode Jacobi. Contoh : Selesaikan persamaan berikut dengan metode iterasi Gauss-Seidel: 3 5 4 7 3 20 2 2 5 10 Penyelesaian : Langkah pertama dicoba y = z = 0 dan dihitung x dengan menggunakan persamaan (4). 12 5 0 0 1,6667 3 21 31 20 41,6667 30 7 1,90476 10 21,6667 21,90476 5 2,09524 Iterasi dilanjutkan dengan prosedur diatas untuk menghitung x, y dan z dan kesalahan yang terjadi.

5 1,90476 2,09524 1,73016 3 1,73016 1,66667 100% 3,67% 1,73016 20 41,73016 32,09524 2,76644 7 2,76644 1,90476 100% 31,15% 2,76644 10 21,730167 22,76644 2,41451 5 2,41451 2,09524 100% 13,22% 2,41451 Hitungan dilanjutkan dengan prosedur di atas sampai diperoleh kesalahan yang diinginkan.