PERKONGRUENAN POLINOMIAL MODULO m

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 6

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

PERANGKAT PEMBELAJARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Teori bilangan. Nama Mata Kuliah : Teori bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 sks. Deskripsi Mata Kuliah. Tujuan Perkuliahan.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

SUKU BANYAK. A. Teorema Sisa 1) F(x) = (x b) H(x) + S, maka S = F(b) 2) F(x) = (ax b) H(x) + S, maka S = F( a

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

PROSIDING ISSN:

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah

SUKU BANYAK. Secara umum sukubanyak atau polinom dalam berderajat dapat ditulis dalam bentuk berikut:

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar

TEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Tugas 1

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Teori Bilangan (Number Theory)

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

KALKULUS 1. Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI /

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo

Silabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

Teorema Faktor. Misalkan P (x) suatu polynomial, (x k) merupakan faktor dari P (x) jika dan hanya jika P (k) = 0

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

Pengantar Teori Bilangan

WOLFRAM-ALPHA PADA TEORI BILANGAN

TEOREMA VIETA DAN JUMLAH NEWTON. 1. Pengenalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Penulis : Rahmad AzHaris. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com

PENGAPLIKASIAN KONGRUEN LANJAR UNTUK MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR, CHINESE REMAINDER THEOREM, DAN UJI DIGIT ISBN.

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

Solusi Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten/Kota 2015 Bidang Matematika

TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa :

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD:

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS MATERI : TEORI BILANGAN

Sistem Bilangan Riil

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

PERANAN SISTEM MODULO DALAM PENENTUAN HARI DAN PASARAN

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

Penerapan Matriks dalam Kriptografi

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

MA5032 ANALISIS REAL

Antonius C. Prihandoko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENERAPAN AKSIOMA KETERBAGIAN DALAM PEMBELAJARAN KONSEP AKAR PANGKAT DUA DI KELAS VII SMP Oleh : Andi Syamsuddin*

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

PERSAMAAN KUADRAT. Nama Anggota Kelompok 4 : 1. Krisna Bani Putri Puspita Azah Elvana Eni Lestari

Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting

BAB VI. INTEGRAL TAK TENTU (ANTI TURUNAN)

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

SILABUS MATEMATIKA KEMENTERIAN

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS (IT 131) Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristan Satya Wacana. Bagian 3. Limit & Kontinuitas ALZ DANNY WOWOR

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas : VIII ( Delapan ) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Dosen Pengampu: Rina Agustina, M.Pd. NIDN

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA)

BIDANG MATEMATIKA SMA

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

BAB I OPERASI ALJABAR DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

Kata kunci: definisi, relasi rekursi linier berkoefisien konstan, solusi relasi rekurensi, dan solusi homogen & partikelir

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan.

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

Transkripsi:

PERKONGRUENAN POLINOMIAL MODULO m Nunung Fajar Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Jebres Surakarta, e-mail: nfjar@yahoo.com Abstrak Tujuan dari penulisan artikel ini adalah 1) Untuk mengetahui bentuk umum perkongruenan polinomial modulo m. 2) Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penyelesaian perkongruenan polinomial modulo m dengan Hensel s Lemma. Dalam artikel ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Pengkongruenan polinomial modulo m adalah suatu perkongruenan derajat tinggi modulo m dengan derajat tertingginya n. Bentuk umum dari perkongruenan polinomial modulo m adalah sebagai berikut: a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 1 x + a 0 0 (mod m). Dengan a n 0 (mod m), n > 1 dan n bilangan bulat. 2) Penyelesaian Pengkongruenan polinomial modulo m menggunakan Hensel s Lemma. Syarat suatu Pengkongruenan polinomial modulo m dapt diselesaikan menggunakan Hensel s Lemma; a) p adalah bilangan prima. b) f(x) adalah fungsi yang terdifferensialkan. Langkah-langkah penyelesaian f(x) 0 (mod m): i) Perhatikan bahwa m = p k, kemudian menentukan penyelesaian f(x) 0 (mod p). ii) Menentukan turunan pertama untuk f(m 1 ). iii) Menentukan invers untuk f (m 1 ) r (mod p). iv) Menentukan penyelesaian untuk x m 1 (mod p). v) Mengulangi langkah ke iv) untuk m 2, m 3,, m n. Kata kunci: Perkongruenan, Polinomial, Modulo m.. 1. PENDAHULUAN a. LATAR BELAKANG Kongruensi adalah cara lain untuk mengkaji keterbagian dalam bilangan bulat. Relasi dengan tanda " " disebut relasi kongruensi. Selain kongruensi, dalam perkuliahan teori bilangan dipelajari juga tentang perkongruenan modulo m. Perkongruenan modulo m adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi modulo m. Perkongruenan modulo m terdiri dari perkongruenan linear modulo m dan perkongruenan polinomial modulo m. Perkongruenan linear modulo m adalah kalimat terbuka yang melibatkan relasi kongruensi modulo m dan variabel dari perkongruenan tersebut paling tinggi berpangkat 1. Sedangkan perkongruenan polinomial modulo m adalah suatu polinom yang melibatkan relasi kongruensi modulo m. Perkongruenan polinomial modulo m yang dipelajari dalam perkuliahan hanya perkongruenan derajat dua modulo m. Perkongruenan derajat dua modulo m adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi modulo m dan variabel dari perkongruenan tersebut paling tinggi berpangkat 2. Sifat-sifat yang berlaku dalam relasi kongruensi juga berlaku dalam perkongruenan modulo m. Perkongruenan modulo m mempunyai beberapa sifat yang sama dengan persamaan dalam Aljabar. Masalah utama persamaan dalam Aljabar adalah menentukan akar-akar suatu persamaan yang dinyatakan dalam bentuk f(x) = 0 dengan f(x) adalah polinomial. Demikian pula halnya dengan perkongruenan polinomial modulo m, Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 842

permasalahannya adalah menentukan bilangan bulat x sehingga memenuhi f(x) 0 (mod m). Penyelesaian permasalahan pada perkongruenan polinomial modulo m yang dipelajari dalam perkuliahan adalah penyelesaian dari perkongruenan derajat dua modulo m. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh perkongruenan polinomial modulo m khususnya tentang bentuk umum dan penyelesaian dari perkongruenan derajat tiga modulo m. Perkongruenan derajat tiga modulo m adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi modulo m dan variabel dari perkongruenan tersebut paling tinggi berpangkat 3. Penyelesaian perkongruenan derajat tiga modulo m dengan cara biasa terlalu panjang dan rumit. Oleh karena itu, penulis ingin membahas penyelesain lain yaitu penyelesain dengan Hensel s Lemma. Untuk lebih memberikan gambaran bagaimana perbedaan penyelesaian tersebut pada artikel ini akan dibahas penyelesaian dari perkongruenan derajat tiga modulo m dengan cara biasa dan dengan Hensel s Lemma. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1) Untuk mengetahui bentuk umum perkongruenan polinomial modulo m. 2) Untuk mendeskripsikan langkahlangkah penyelesaian perkongruenan polinomial modulo m dengan Hensel s Lemma. b. KAJIAN TEORI 1) Kekongruenan Modulo m Definisi Bila dua bilangan bulat a dan b dibagi dengan bilangan bulat positif (bilangan asli) m dan mempunyai sisa sama maka dikatakan bahwa a kongruen dengan b modulo m, dan ditulis a b(mod m). Demikian juga bila b kongruen dengan a modulo m dapat ditulis: b a(mod m) a b(mod m) a b = km m a b, dengan k adalah bilangan bulat. Sehingga (b a) = ( k)m m b a Jadi, bila a b(mod m), maka juga berlaku b a(mod m). (Purwoto, 2000: 89) 2) Polinomial Polinomial adalah suku banyak berderajat n, dengan n bilangan cacah. Bentuk umum: a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 2 x 2 + a 1 x + a 0. a n 0, a n, a n 1,, a 2, a 1 dinamakan koefisien, x n, x n 1, x n 2,, x 2, x dinamakan variabel berpangkat, n, n 1, n 2,, 2, 1 dinamakan pangkat dan a 0 dinamakan suku tetap. Dengan a n, a n 1,, a 2, a 1 adalah bilangan bulat. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 843

Untuk memudahkan cara menyebutnya polinomial dinyatakan dengan f(x). f(x) = a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 (Pargiyo, 2002:45) 3) Perkongruenan Linear Modulo m Perkongruenan adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi. Suatu perkongruean ax n b (mod m), dengan n = 1 disebut perkongruenan linear. Bentuk umum: ax b(mod m), dengan a 0. Telah diketahui bahwa ax b(mod m) berarti ax b = k. m atau ax = b + k. m, maka perkongruenan linear ax b(mod m) akan mempunyai solusi (penyelesaian) bila dan hanya bila ada bilanganbilangan bulat x dan k yang memenuhi persamaan ax = b + k. m. (Purwoto, 2000:119) 4) Perkongruenan Derajat Dua Modulo m Perkongruenan Derajat Dua modulo m adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi modulo m dan variabel dari perkongruenan tersebut paling tinggi berpangkat 2. Bentuk umum dari perkongruenan derajat dua modulo m adalah sebagai berikut: a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod m) Dengan a 2, a 1, a 0 dan m bilangan-bilangan bulat, a 2 0(mod m). Perkongruenan derajat dua modulo m adalah suatu perkongruenan derajat tinggi modulo m dengan derajat tertingginya adalah 2. Oleh karena itu, sifat-sifat yang dipenuhi untuk perkongruenan derajat tinggi (polinom) modulo m dipenuhi pula untuk perkongruenan derajat dua modulo m. (Purwoto, 2000:134) 5) Perkongruenan Derajat Tiga modulo m Perkongruenan Derajat Tiga modulo m adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi kongruensi modulo m dan variabel dari perkongruenan tersebut paling tinggi berpangkat 3. Bentuk umum dari perkongruenan derajat tiga modulo m adalah sebagai berikut: a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod m) Dengan a 3, a 2, a 1, a 0 dan m bilangan-bilangan bulat, a 3 0(mod m). Perkongruenan derajat tiga modulo m adalah suatu perkongruenan derajat tinggi modulo m dengan derajat tertingginya adalah 3. Oleh karena itu, sifat-sifat yang dipenuhi untuk perkongruenan derajat tinggi (polinom) modulo m dipenuhi pula untuk perkongruenan derajat tiga modulo m. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 844

Pada perkongruenan derajat tinggi (polinom) modulo m jika terdapat a suatu residu modulo m sehingga f 1 (a) f 2 (a)(mod m) maka dikatakan a solusi dari perkongruenan tersebut. (Bana Kartasasmita, 1982: 61) 6) Hensel s Lemma Teorema Andaikan f(x) suatu polinomial dengan koefisien bilangan bulat, p suatu bilangan prima, dan a merupakan solusi untuk kongruensi f(x) 0 (mod p j ) sehingga f (x) 0 mod p. Maka ada sebuah bilangan bulat t sehingga a + tp j merupakan solusi untuk kongruensi f(x) 0 (mod p j+1 ). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur. Metodologi yang digunakan adalah mengumpulkan bahan tulisan dari buku-buku dan jurnal maupun makalah yang membahas perkongruenan polinomial modulo m. Artikel memberikan gambaran bagaimana perbedaan penyelesaian perkongruenan polinomial modulo m pada makalah ini akan dibahas penyelesaian dari perkongruenan derajat tiga modulo m dengan cara biasa dan dengan Hensel s Lemma. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1) Untuk mengetahui bentuk umum perkongruenan polinomial modulo m. 2) Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penyelesaian perkongruenan polinomial modulo m dengan Hensel s Lemma. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Bentuk Umum Perkongruenan Polinomial Modulo m Perkongruenan polinomial modulo m adalah suatu perkongruenan derajat tinggi modulo m dengan derajat tetingginya n. Bentuk umum dari perkongruenan polinomial modulo m adalah sebagai berikut: a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 1 x + a 0 0 (mod m) Dengan a n 0 (mod m), n 1 dan n bilangan bulat Teorema 1 Andaikan f suatu polinom dengan koefisien bilangan bulat, yaitu: f(x) = a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 1 x + a 0 Dengan a n, a n 1, a n 2,, a 0 masing-masing bilangan bulat. Jika a b(mod m) maka f(a) f(b)(mod m). Bukti Teorema 1 Karena a b(mod m) maka a n b n (mod m), berdasarkan Teorema 7. Berarti a n a n a n b n (mod m), a n 1 a n 1 a n 1 b n 1 (mod m) dan seterusnya menurut pangkatnya hingga a 1 a a 1 b(mod m), sedangkan a 0 a 0 (mod m). Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 845

Dengan menggunakan Teorema 3, dapat diperoleh: a n a n + a n 1 a n 1 + + a 1 a + a 0 a n b n + a n 1 b n 1 + + a 1 b + a 0 (mod m) Atau f(a) f(b)(mod m). Jadi, terbukti jika a adalah solusi polinom f(x) dengan koefisien bilangan bulat sedangkan a b(mod m). Maka b menjadi solusi f(x) untuk modulo m. (Terbukti) Teorema 2 Jika x r(mod m) merupakan solusi perkongruenan f(x) 0(mod m) dengan f(x) = a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 1 x + a 0 ; a n, a n 1, a n 2,, a 0 bilangan bulat dan a n 0(mod m), maka (x r) adalah faktor dari f(x)(mod m) dan sebaliknya. Bukti Teorema 2 Menurut Teorema Sisa Aljabar, f(r) adalah sisa apabila f(x) dibagi (x r). f(x) = q(x)(x r) + f(r) atau f(x) f(r) = q(x)(x r) dan q(x) = b 0 x n 1 + b 1 x n 2 + bx n 3 + + b n 2 x 1 + b n 1 x 0 dengan b 0, b 1, b 2,, b n 1 bilangan bulat. Sehingga f(x) f(r) (x r)q(x)(mod m) dan f(x) (x r)q(x)(mod m) karena f(r) 0(mod m) Ini berarti (x r) merupakan faktor modulo m untuk f(x). Andaikan sebaliknya, maka: f(x) f(r) (x r)q(x)(mod m) sehingga f(r) (r r)q(x)(mod m) f(r) 0(mod m) Ini artinya x r(mod m) solusi dari f(r) 0(mod m). (Terbukti) b. Penyelesaian Perkongruenan Derajat Tiga Modulo m Penyelesaian Perkongruenan derajat tiga modulo m ada berbagai cara antara lain adalah sebagai berikut: 1) Cara Biasa Cara ini disebut biasa karena kita hanya membuat barisan bilangan yang memenuhi masing-masing kongruensi, dan dilanjutkan dengan pencarian unsur persekutuan dari semua kongruensi. Penetapan penyelesaian didasarkan pada teorema kekongruenan. Langkah-langkah Penyelesaian a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod m) : a) Mencari perkalian dua bilangan yang memenuhi m. Misal dua bilangan itu adalah m 1 dan m 2. Dengan m 1 dan m 2 adalah bilangan bulat. Atau ditulis: m = m 1 m 2 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 846

b) Memecah kongruensi menjadi dua bagian, yaitu: a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod m 1 ) (i) a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod m 2 ) (ii) c) Mencari solusi untuk (i) dan (ii). i. Jika m 1 atau m 2 adalah bilangan tertentu berpangkat k maka dicari terlebih dahulu solusi untuk bilangan itu. Misal: m 1 = p k, dengan p adalah bilangan prima. k 2 dan k adalah bilangan bulat. Ditulis: a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod p) (iii) a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod p k ) (iv) Mencari solusi untuk a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod p). Langkah-langkahnya: Menggunakan cara coba-coba dengan memasukkan x = 0,1,2,3,4,, (p 1) yang memenuhi kongruensi tersebut. Misal: q memenuhi persamaan itu. Diperoleh, a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 0(mod p) Sehingga solusinya adalah x q (mod p) atau x = pt + q dimana t adalah bilangan bulat. Mensubtitusikan x = pt + q ke (iv), sehingga diperoleh: a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 0(mod p k ) (a 3 p 3) t 3 + (a 3 p 2 q + 2a 3 p 2 q+a 2 p 2 )t 2 + (2a 3 pq 2 + a 3 pq 2 + 2a 2 pq + a 1 p)t + (a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 ) 0(mod p k ) Membuat (a 3 p 3) t 3 + (a 3 p 2 q + 2a 3 p 2 q+a 2 p 2 )t 2 + (2a 3 pq 2 + a 3 pq 2 + 2a 2 pq + a 1 p)t + (a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 ) 0(mod p k ) menjadi bentuk linear. Berapapun nilai t, (a 3 p 3 )t 3 + (a 3 p 2 q + 2a 3 p 2 q+a 2 p 2 )t 2 selalu habis dibagi p k. Oleh karena itu dapat dihilangkan. Sehingga menjadi: (a 3 p 3) t 3 + (a 3 p 2 q + 2a 3 p 2 q+a 2 p 2 )t 2 + (2a 3 pq 2 + a 3 pq 2 + 2a 2 pq + a 1 p)t + (a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 ) 0(mod p k ) (2a 3 pq 2 + a 3 pq 2 + 2a 2 pq + a 1 p)t + (a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 ) 0(mod p k ) Membagi kedua ruas dengan p. (2a 3 pq 2 + a 3 pq 2 + 2a 2 pq + a 1 p) t + (a 3q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 ) p p p k 0 (mod FPB(p, p k ) ) Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 847

rt + s 0(mod p k 1 ), dengan r = (2a 3pq 2 +a 3 pq 2 +2a 2 pq+a 1 p) (a 3 q 3 +a 2 q 2 +a 1 q+a 0 ) p. p dan s = Berapapun nilai r dan s selalu habis dibagi p k 1. Sehingga r dan s juga selalu habis dibagi p. Oleh karena itu perkongruenannya menjadi: rt + s 0(mod p) rt s(mod p) rt p s(mod p) rt u (mod p) t v(mod p) Maka kita peroleh solusinya sebagai berikut: x = pt + q = p(pk + v) + q = p 2 k + (pv + q) x (pv + q) (mod p 2 ) Jika m 1 atau m 2 adalah bilangan tertentu berpangkat k maka solusinya dicari dengan menggunakan cara coba-coba dengan memasukkan x = 0,1,2,3,4,, (p 1) yang memenuhi kongruensi tersebut. Misal: y memenuhi persamaan itu. Diperoleh, a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 0(mod m 1 ) atau a 3 q 3 + a 2 q 2 + a 1 q + a 0 0(mod m 2 ). Sehingga solusinya adalah x y (mod m 2 ). atau x = m 2 l + y dimana l adalah bilangan bulat. Mencari penyelesaian untuk kedua solusi yang telah ditemukan. i. x (pv + q) (mod p 2 ) x = p 2 k + (pv + q) ii. x q (mod m 2 ) x = m 2 l + y p 2 k + (pv + q) = m 2 l + y p 2 k = m 2 l + (pv + q + y) Invers dari p 2 modulo m 2 adalah z. Diperoleh dari 1 = m 2 + p 2 ( z). p 2 k (pv + q + y) (mod m 2 ) k ( z)(pv + q + y) (mod m 2 ) k w (mod m 2 ) k = m 2 n + w Mensubtitusikan nilai k = m 2 n + w ke x = p 2 k + ( upv + q). Sehingga diperoleh: x = p 2 (m 2 n + w) + (pv + q) = p 2 m 2 n + (p 2 w + pv + q) x (p 2 w + pv + q)(mod p 2 m 2 ). Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 848

2) Hensel s Lemma Langkah-langkah penyelesaian f(x) 0 (mod m): a) Perhatikan bahwa m = p k, kemudian menentukan penyelesaian f(x) 0 (mod p), dimana f(x) adalah fungsi yang terdifferensialkan. Dimana f(x) = a 3 x 3 + a 2 x 2 + a 1 x + a 0 m adalah bilangan bulat p adalah bilangan prima. k 2 dan k adalah bilangan bulat. Misalkan akar-akar tersebut adalah m 1, m 2, m 3,, m n. b) Menentukan turunan pertama untuk f(m 1 ). f (m 1 ) = 3a 3 m 1 2 + 2a 2 m 1 + a 1 c) Menentukan invers untuk f (m 1 ) 3a 3 m 1 2 + 2a 2 m 1 + a 1 (mod p). f (m 1 ) 1 = q 3a 3 m 1 2 + 2a 2 m 1 + a 1 1 (mod p). Dengan q adalah suatu bilangan bulat. d) Menentukan penyelesaian untuk x m 1 (mod p). b 1 m 1 (mod p) b 2 (a 1 f(a 1 )f (m 1 ) 1 ) (mod p 2 ) b 3 (a 2 f(a 2 )f (m 1 ) 1 ) (mod p 3 ) b n (a n 1 f(a n 1 )f (m 1 ) 1 ) (mod p n ) e) Mengulangi langkah ke 4) untuk m 2, m 3,, m n. Langkah-langkah penyelesaian f(x) 0 (mod m): a) Perhatikan bahwa m = p k, kemudian menentukan penyelesaian f(x) 0 (mod p), dimana f(x) adalah fungsi yang terdifferensialkan. Dimana f(x) = a 2 x 2 + a 1 x + a 0 m adalah bilangan bulat. p adalah bilangan prima. k 2 dan k adalah bilangan bulat. Misalkan akar-akar tersebut adalah m 1, m 2, m 3,, m n. b) Menentukan turunan pertama untuk f(m 1 ). f (m 1 ) = 2a 2 m 1 + a 1 c) Menentukan invers untuk f (m 1 ) 2a 2 m 1 + a 1 (mod p). f (m 1 ) 1 = q (2a 2 m 1 + a 1 ) 1 (mod p). Dengan q adalah suatu bilangan bulat. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 849

d) Menentukan penyelesaian untuk x m 1 (mod p). b 1 m 1 (mod p) b 2 (a 1 f(a 1 )f (m 1 ) 1 ) (mod p 2 ) b 3 (a 2 f(a 2 )f (m 1 ) 1 ) (mod p 3 ) b n (a n 1 f(a n 1 )f (m 1 ) 1 ) (mod p n ) e) Mengulangi langkah ke 4) untuk m 2, m 3,, m n. 4. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Pengkongruenan polinomial modulo m adalah suatu perkongruenan derajat tinggi modulo m dengan derajat tertingginya n. Bentuk umum dari perkongruenan polinomial modulo m adalah sebagai berikut: a n x n + a n 1 x n 1 + a n 2 x n 2 + + a 1 x + a 0 0 (mod m) Dengan a n 0 (mod m), n > 1 dan n bilangan bulat 2. Penyelesaian Pengkongruenan polinomial modulo m menggunakan Hensel s Lemma. Syarat suatu Pengkongruenan polinomial modulo m dapt diselesaikan menggunakan Hensel s Lemma: a) p adalah bilangan prima b) f(x) adalah fungsi yang terdifferensialkan. Langkah-langkah penyelesaian f(x) 0 (mod m): 1) Perhatikan bahwa m = p k, kemudian menentukan penyelesaian f(x) 0 (mod p). 2) Menentukan turunan pertama untuk f(m 1 ). Misalkan f (m 1 ) = r. 3) Menentukan invers untuk f (m 1 ) r (mod p). 4) Menentukan penyelesaian untuk x m 1 (mod p). 5) Mengulangi langkah ke 4) untuk m 2, m 3,, m n. 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Deret Taylor. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/deret_taylor. Bana Kartasasmita. (1982). Pengantar Teori Bilangan. Bandung: ITB. Hendry dext. (2009). Kongruensi Polinomial dan Hensel Lemma. Diakses dari http://hendrydext.blogspot.com. Herry Sukarman. (1993). Teori Bilangan. Jakarta: Universitas Terbuka Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 850

Depdikbud. Mcivor, James. (2012). Math 115. Lecture 10. Pargiyo. (2002). Aljabar. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Purcell, Edwin J dan Varberg, Dale. (1987). Kalkulus dan Geometri Anaitis Jilid I. Jakarta: Erlangga. Purwoto. (2000). Teori Bilangan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Riski Yulita Sayid Putri. (2009). Pengkongruenan Derajat Dua Modulo m. Surakarta: Jurusan Matematika FKIP UNS. Sukirman. (2006). Pengantar Teori Bilangan.Yogyakarta: Hanggar Kreator. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 851