Strategi Pengembangan Program Intervensi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) Untuk Peningkatan Kualitas Outreach Pada Komunitas GWL

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

Komentar dan Rekomendasi

Teknik Audit Internal dalam Akreditasi PUSKESMAS (#14)

Manajemen Proyek. Manajemen

Octavery Kamil, Irwanto, Ignatius Praptoraharjo, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitorus, Sari Lenggogeni

PERTEMUAN KE-I PENGENALAN STUDIO PROSES PERENCANAAN

Komentar dan Rekomendasi. 2. Cholis Abrori

Komentar dan Rekomendasi

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

BAB III METODE PENELITIAN. lazim disebut classroom action research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

Anggaran Berbasis Kinerja

Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Fakta yang terjadi: Di Aceh Di DIY: Hari 1- Hari 8 Hari 1: Sabtu 27 Mei 2006 Kekacauan, Telekmunikasi break dwn. Banyak isu. Kebetulan hari libur panj

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

DAFTAR ISI PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN STRATEGI BISNIS. Referensi pemikiran Drucker dan implementasinya. kemampuan melihat peluang lainnya

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

Notulensi Rapat Kerja Pencanangan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemda Birawa Bidakara, 28 Mei 2013

90 menit STRATEGI HEARING TUJUAN PERKIRAAN WAKTU PERLENGKAPAN

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

Komentar dan Rekomendasi

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERAN PARA TOKOH-TOKOH PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI TEKNIK KANCING GEMERINCING

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Dindin Nugraha. I. Otomatiskan Semuanya. Lisensi Dokumen:

Peran Auditing Akuntan Publik. Bidang Bisnis:

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI

Nomor : 1089/P.01/09/ September 2014 Lampiran : 1 Berkas : Penawaran Diklat Kelayakan Proyek

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Kebijakan tentang Benturan Kepentingan dan Benturan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB II PETUGAS HUMAS DAN WARTAWAN DI KABUPATEN BREBES. Tanpa komunikasi, masyarakat akan mengalami ketertinggalan informasi,

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM

Komentar dan Rekomendasi

Nomor : 690/QM/XII/2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pemberitahuan Bimbingan Teknis Menyusun Inventory System/Sistem Persediaan Rumah Sakit

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS POTENSI REPLIKASI PRAKTEK BAIK SEKTOR KESEHATAN DI PAPUA.

- Perencanaan dan Penyusunan Program

Apa yang seharusnya dilaporkan dengan menggunakan prosedur Angkat Bicara! ini?

STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM MOBIL SEHAT DALAM PENINGKATAN DERAJAD KESEHATAN MASYARAKAT

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI BAGI KELOMPOK TANI WANITA PANEN RAYA DI KANAGARIAN PADANG TAROK KEC. BASO KAB.

III. METODE PENELITIAN. dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan istilah atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata to manage

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi memiliki mandat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Kompetensi Inti : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

RENCANA KEPERAWATAN NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI NOC NIC

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu: Audit Subject, Audit Objective, Preaudit Planning, Audit Procedure &

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

PEDOMAN PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

BAB 5. Kesimpulan dan Saran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang rendah pada

Hingga Juli 2012, telah digunakan anggaran insentif PKPP sebagai berikut: : Rp (74 % dari 250 juta

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin

D E S K R I P S I K E R J A PANITIA PPAM IKM FTUI 2012 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Ialah cara pemeriksaan yg dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien atau pada orang tua atau sumber lain.

Bab XII. Kesehatan Seksual. Seks dan peranan berdasarkan gender. Bagaimanakah gender mempengaruhi kesehatan seksual?

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESELAMATAN/KEAMANAN LABORATORIUM PUSKESMAS KINTAMANI 1

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

Lokakarya LSL dalam Pengembangan SRAN. Integrasi program LSL dalam SRAN

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC

Ludi Hartono. 1) MA Wanadadi Banjarnegara ABSTRAK. Kata kunci: Pemahaman konsep IPA, pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH DAN NASIONAL DALAM PRAKIRAAN AWAL MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU BERBASIS DATA SATELIT

KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE

49 Media Bina Ilmiah ISSN No

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

HIV/AIDS dapat menyerang setiap orang tanpa membedakan usia, ras, latar belakang kebudayaan ataupun agama.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

Transkripsi:

Strategi Pengembangan Prgram Intervensi Kmunikasi Perubahan Perilaku (KPP) Untuk Peningkatan Kualitas Outreach Pada Kmunitas GWL Panduan untuk pengella prgram di tingkat LSM & rganisasi berbasis kmunitas

Mdul ini dikembangkan leh: Jaringan Gaya Warna Lentera Indnesia Strategi Pengembangan Prgram Intervensi Kmunikasi Perubahan Perilaku (KPP) Untuk Peningkatan Kualitas Outreach Pada Kmunitas GWL Panduan untuk pengella prgram di tingkat LSM & rganisasi berbasis kmunitas Dengan dukungan: 1

"Penyusunan mdul ini difasilitasi leh Yayasan Siklus Indnesia". Tahun 2015

Strategi Pengembangan Prgram Intervensi Kmunikasi Perubahan Perilaku (KPP) untuk Peningkatan Kualitas Outreach pada kmunitas GWL Pendahuluan Prses penjangkauan di lapangan harus didukung manajemen prgram yang baik di tingkat lembaga, dalam hal ini direktur prgram, manajer prgram dan krdinatr lapangan. Ketiga pihak ini bertanggung jawab untuk merencanakan prgram secara keseluruhan, mensupervisi, mengevaluasi dan melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi sesuai situasi dan kebutuhan lapangan. Perencanaan, supervisi dan evaluasi prgram relatif lebih mungkin dilakukan karena lembaga dnr mitra biasanya telah menyediakan kerangka kerja untuk melakukan ketiga hal tersebut. Namun penyesuaian dan pengembangan strategi prgram sering harus bttm-up, dimulai dari bawah, dari para pelaksana prgram, baru kemudian dibakukan leh lembaga dnr mitra. Di sini kemampuan para pelaksana prgram untuk memfrmulasikan penyesuaian dan pengembangan strategi diperlukan. Sampai saat ini tidak ada panduan yang baku untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi prgram. Sebab hal ini berlangsung sangat dinamis dan tidak sama untuk semua lapangan atau jenis intervensi. Kemampuan memfrmulasikan pengalaman supervisi dan menganalisis data-data evaluasi menjadi salah satu kunci untuk dapat melakukannya. Satu tahap lebih maju dari kemampuan tersebut, adalah memfrmulasikan rencana perubahan dan pengembangan strategi serta memberi alasan mengapa hal itu perlu dilakukan. Pada titik ini manajemen prgram di tingkat OBK masih sering sulit melakukannya. Buku ini bermaksud memberikan panduan dan tips praktis bagaimana peran-peran manajemen prgram dapat dilakukan lebih efektif, apa saja yang perlu dilakukan dan yang terpenting bagaimana cara melakukannya terutama dalam hal melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi prgram KPP. i

Daftar Isi Pendahuluan... i Daftar Isi... ii Bagian 1... 1 Mendefinisikan Penjangkauan... 1 A. Outreach dan Intervensi... 1 B. Penjangkauan Sebagai Intervensi... 1 C. Penjangkauan Sebagai Outreach... 2 D. Definisi Outreach... 2 E. Peran Petugas Lapangan Dalam Outreach... 3 F. Catatan Praktek-Praktek Outreach Saat Ini Terkait Dengan Definisi Outreach... 4 Bagian 2... 6 IPP, KPP dan Outreach... 6 A. IPP dan KPP... 6 B. Kaitan dan Perbedaan IPP dan KPP... 7 C. Kaitan IPP, KPP dan Outreach... 8 D. Kekuatan dan Kelemahan Outreach Dalam IPP dan KPP... 8 Bagian 3... 10 Strategi Perubahan Perilaku & Outreach Berbasis Setting Htspt... 10 A. Strategi Perubahan Perilaku... 10 B. Outreach Berbasis Setting Htspt... 11 Bagian 4... 13 Strategi Pencapaian dan Penyesuaian Target... 13 Bagian 5... 16 Strategi Pengembangan Kapasitas Petugas Lapangan... 16 1. Pengembangan Kapasitas Tidak Harus Pelatihan... 16 2. Benarkah Pelatihan Jawabannya?... 17 3. Tahapan Pengembangan Pelatihan... 17 4. Pengellaan Pelatihan... 18 5. Mendesain Pelatihan... 19 6. Melakukan Pelatihan... 20 7. Mengevaluasi Pelatihan... 22 ii Panduan untuk pengella Prgram di tingkat LSM & rganisasi berbasis kmunitas

Bagian 6... 24 Strategi Memfkuskan Peran dan Kinerja Petugas Lapangan... 24 1. Persiapan... 24 2. Pelaksanaan... 25 3. Mempertahankan kinerja... 25 Bagian 7... 28 Strategi Meningkatkan Keterampilan Kmunikasi Petugas Lapangan... 28 Menggunakan Media Ssial sebagai Metde Kmunikasi Invatif... 30 Bagian 8... 32 Strategi Penempatan Petugas Lapangan... 32 Bagian 9... 35 Strategi Mengembangkan Htzne Priritas... 35 Bagian 10... 37 Strategi Mengembangkan Peer Outreach... 37 Bagian 11... 40 Strategi Mengembangkan Internet Outreach... 40 A. Tentang Internet Outreach... 40 B. Persiapan Internet Outreach... 41 C. Memilih dan Mengkmbinasiskan Berbagai Fitur Online... 42 Bagian 12... 45 Strategi Penyediaan dan Penggunaan Bahan Kntak dan Alat Bantu Outreach... 45 iii

iv Panduan untuk pengella Prgram di tingkat LSM & rganisasi berbasis kmunitas

Bagian 1 Mendefinisikan Penjangkauan A. Outreach dan Intervensi Kejelasan atas definisi dapat menjadi salah satu cara paling sederhana untuk mengembangkan prgram penjangkauan yang berkualitas. Definisi yang jelas akan menuntun arah prgram yang jelas pula. Penjangkauan dapat dimaknai: Secara umum sebagai intervensi, dan Secara khusus sebagai utreach. Kita dapat berbicara penjangkauan pada dua level tersebut. B. Penjangkauan Sebagai Intervensi Jika kita bicara penjangkauan sebagai intervensi, maka penjangkauan hanya salah satu tipe intervensi dari banyak tipe intervensi lain yang ada dan dapat dijalankan. Dalam knteks ini, penjangkauan tidak berdiri sendiri. Dia adalah bagian dari intervensi secara keseluruhan. Meskipun penjangkauan sering menjadi tulang punggung sebuah intervensi/prgram, namun penjangkauan tetap tidak dapat berdiri sendiri. Telah dibuktikan di berbagai studi dan pengalaman prgram di berbagai negara, bahwa intervensi yang berhasil selalu merupakan kmbinasi dari berbagai tipe intervensi dengan jenis-jenis kegiatan yang spesifik. Tidak ada intervensi yang berhasil dengan kegiatan tunggal. 1

Dua tipe besar intervensi yakni intervensi perilaku dan intervensi bimedis. Penjangkauan termasuk ke dalam intervensi perilaku. Intervensi perilaku sendiri dapat menyasar 3 level: Intervensi perilaku level individu Intervensi perilaku level kelmpk Intervensi perilaku leval kmunitas Penjangkauan umumnya merupakan intervensi perilaku pada level individu dan kelmpk. Sementara itu, intervensi bimedis biasanya dijalankan leh layanan kesehatan antara lain melalui diagnsis dan pengbatan IMS, HIV dan pengbatan IO. C. Penjangkauan Sebagai Outreach Kita lebih sering bicara penjangkauan sebagai utreach (berasal dari kata serapan Bahasa Inggris, ut = keluar, reach = menjangkau). Outreach sebenarnya mempunyai dua makna: Cntact, yaitu kntak/penjangkauan Encunter, yaitu pendampingan Pendampingan mensyaratkan adanya kntak berulang atau penjangkauan yang diulang kepada rang yang sama. Oleh karena itu, kata yang tepat untuk menyebut penjangkauan sebenarnya adalah utreach. Jika diterjemahkan secara bebas dalam Bahasa Indnesia maka tepatnya adalah penjangkauan dan pendampingan. Tidak bisa hanya penjangkauan saja. Karena utreach mengandung dua makna tersebut sekaligus. Buku ini akan lebih banyak bicara penjangkauan sebagai utreach daripada sebagai intervensi. Dalam buku ini, kita akan menggunakan istilah utreach atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indnesia adalah penjangkauan dan pendampingan, bukan hanya penjangkauan saja, agar makna dasarnya tidak hilang. D. Definisi Outreach Dalam knteks penanggulangan HIV dan AIDS, utreach didefinisikan sebagai: Kntak dan kntak berulang secara tatap muka, baik secara individual maupun kelmpk kecil (biasanya 2-6 rang), kepada mereka yang mempunyai perilaku berisik tinggi terinfeksi HIV yang dilakukan langsung di tempat mereka biasanya berada untuk memberikan infrmasi, memtivasi perubahan perilaku, mengajarkan keterampilan dan menyediakan sumber daya yang mendukung perubahan perilaku berisik ke perilaku lebih aman. Dalam definisi ini ada beberapa kata kunci yang sekaligus menjadi kriteria apakah suatu kegiatan disebut utreach atau tidak: Adanya kntak dan yang lebih penting lagi adalah kntak berulang 2

Dilakukan secara langsung, tatap muka Menggunakan pendekatan individual atau kelmpk kecil Sasarannya ditetapkan secara spesifik, dalam hal ini ppulasi kunci yang berisik tinggi Dilakukan langsung di tempat KD biasa berada (htspt, lkasi, tngkrngan) Melakukan paling tidak kegiatan-kegiatan pemberian infrmasi, memtivasi perubahan perilaku, mengajarkan keterampilan dan menyediakan sumber daya pendukung perubahan perilaku E. Peran Petugas Lapangan Dalam Outreach Sesuai dengan definisinya, maka petugas lapangan dalam knteks utreach mempunyai peran inti untuk: Memberikan infrmasi, misalnya: Infrmasi dasar IMS, HIV dan AIDS Infrmasi layanan kesehatan Memtivasi perubahan perilaku, misalnya: Mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku KD Memberikan infrmasi dan dukungan perubahan perilaku KD sesuai tahapa perubahan perilakunya Menggunakan teknik-teknik kmunikasi mtivatif dan persuasif untuk mendrng perubahan perilaku KD Mengajarkan keterampilan, misalnya: Keterampilan memperleh kndm dan pelicin, membawa/menyimpan, dan menggunakannya Keterampilan negsiasi pemakaian kndm dan perilaku seks lebih aman lainnya Keterampilan mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan Menyediakan sumber daya pendukung perubahan perilaku, misalnya: Menyediakan/mendistribusikan kndm dan pelicin Menyediakan/mendistribusikan Media KIE Menyediakan/mendistribusikan kartu rujukan ke layanan kesehatan Menyediakan diri menjadi pendamping/pengantar ke layanan kesehatan 3

Mengrganisir pelaksanaan mbile services langsung ke htspt Peran petugas lapangan sangat banyak dan beragam bergantung pada desain prgram yang ada. Namun dalam knteks utreach, empat peran inti inilah yang harus dijalankan. Sebelum melakukan peran inti, petugas lapangan harus melakukan beberapa peran pendukung, antara lain: Melakukan pemetaan untuk mengetahui dimana htspt KD dan jumlahnya Melakukan pendekatan awal untuk membuka akses dan membangun kepercayaan KD F. Catatan Praktek-Praktek Outreach Saat Ini Terkait Dengan Definisi Outreach Saat ini praktek utreach dilakukan hampir leh semua OBK (Organisasi Berbasis Kmunitas) yang bergerak di bidang penanggulangan HIV dan AIDS pada ppulasi GWL di Indnesia. Berikut beberapa catatan yang dapat menjadi petunjuk bagi direktur prgram, manajer prgram dan krdinatr lapangan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi utreach lebih lanjut. Catatan pertama yang perlu diberikan adalah bahwa tidak semua kegiatan turun lapangan (turlap) dapat disebut utreach. Prses turun lapangan ke htspt bisa karena berbagai tujuan dan kegiatan. Sekretariat OBK Turlap ke Htspt Penyuluhan Outreach Pemetaan Survey Lainnya? Catatan kedua adalah bahwa utreach itu sebuah prses. Idealnya dalam sekali kntak maka semua peran inti PL dapat dijalankan sekaligus. Namun yang sering terjadi, dalam sekali kntak tidak semua hal tersebut dapat dilakukan. Oleh karena itu, utreach memerlukan beberapa kali kntak baik untuk memberikan infrmasi, memtivasi perubahan perilaku, mengajarkan keterampilan dan menyediakan sumber daya pendukung perubahan perilaku. Maksimal dalam 4 kali kntak 4 peran inti PL dapat dijalankan meskipun tidak harus selalu berurutan. 4

Memberikan infrmasi Memtivasi perubahan perilaku Mengajarkan keterampilan Menyediakan sumber daya Catatan ketiga adalah PL tidak selalu mengetahui secara pasti jenis, kedalaman dan cara melakukan peran inti yang harus dilakukannya di lapangan. Manajemen prgram perlu tegas dan berulang-ulang memahamkan: Jenis infrmasi apa yang wajib di sampaikan, seberapa dalam/detil dan dengan cara seperti apa Mtivasi apa saja yang perlu dilakukan, seberapa dalam, dengan cara seperti apa Keterampilan apa saja yang perlu diajarkan, seberapa dalam dan dengan cara seperti apa Sumber daya apa saja yang perlu disediakan, seberapa banyak dan dengan cara seperti apa Manajemen prgram perlu mendesain paket minimum/esensial yang perlu dilakukan PL untuk setiap peran inti yang dijalankannya. Catatan keempat adalah bahwa utreach memang harus tatap muka. Ada jenis utreach lain yang tidak harus tatap muka, tetapi melalui perantara media. Untuk utreach ini biasanya menggunakan nama baru, tidak utreach saja, misalnya: Outreach melalui dunia maya, mempunyai nama baru dan sering disebut sebagai cyber-space utreach, virtual utreach atau internet-based utreach. Outreach melalui media telepn, mempunyai nama baru misalnya utreach pasif, htline, helpline dll. Outreach jenis ini jarang sekali disebut utreach, tetapi biasanya langsung disebut htline atau semacamnya. Catatan kelima adalah bahwa kegiatan kelmpk (misalnya 15 rang sekaligus) sering masih dikategrikan juga sebagai utreach. Rasanya hal ini sangat sulit dilakukan apalagi harus melakukan 4 peran inti seperti disebutkan di atas. Untuk pertemuan dengan 15 rang sekaligus mungkin strategi yang tepat adalah diskusi kelmpk atau penyuluhan. Pasca kegiatan ini, PL dapat melakukan utreach ke beberapa rang secara individual untuk tindak lanjut dan pendalaman. Catatan keenam adalah utreach mempunyai keterbatasan. Tidak semua hal dapat dilakukan melalui utreach. Misalnya, jika kita menginginkan perubahan perilaku di level kelmpk besar atau kmunitas, maka strategi yang tepat mungkin bukan utreach melainkan intervensi struktural, advkasi publik, atau mbilisasi kmunitas. 5

Bagian 2 IPP, KPP dan Outreach A. IPP dan KPP Intervensi HIV dan AIDS adalah suatu kegiatan (atau serangkaian paket kegiatan) yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau tindakan individu maupun ppulasi untuk mengurangi perilaku berisiknya. Sebuah intervensi memiliki prses yang jelas, apa yang ingin kita capai, dan prtkl yang memuat petunjuk mengenai tahap-tahap implementasinya. Intervensi HIV dan AIDS salah satunya dapat dijalankan dengan pendekatan Intervensi Perubahan Perilaku. Intervensi Perubahan Perilaku/IPP (Behavir Change Interventin/BCI) adalah suatu kmbinasi berbagai kegiatan yang terencana secara strategis berkaitan dengan kebutuhan KD dan dikembangkan bersama KD untuk membantu mengurangi perilaku berisik dan rentan pada HIV dengan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perubahan individu dan klektif. Kmpnen IPP termasuk: Kmunikasi Perubahan Perilaku (KPP), advkasi, mbilisasi kmunitas, jaringan ke layanan dan kmditas kesehatan yang aksesibel dan tepat dan lainnya. IPP tidak hanya fkus pada perubahan perilaku individu, tetapi juga mengusahakan transfrmasi lingkungan ssial di tempat dimana perubahan akan dilakukan. IPP merupakan pendekatan strategis yang luas terhadap perubahan perilaku. Kmunikasi Perubahan Perilaku/KPP (Behavir Change Cmmunicatin/BCC) adalah suatu prses interaktif yang melibatkan KD dan kmunitas untuk merancang beragam pesan menggunakan berbagai macam media dan saluran untuk memprmsikan, mengubah, mengembangkan dan memelihara perilaku psitif. 6

B. Kaitan dan Perbedaan IPP dan KPP IPP lebih merupakan pendekatan umum, kerangka prgram sekaligus merupakan kmbinasi berbagai kegiatan/tipe intervensi spesifik dengan tujuan masing-masing yang spesifik untuk mencapai tujuan besar prgram. Misalnya, dalam IPP kita memiliki kegiatan spesifik bernama utreach, diskusi kelmpk, penyuluhan, penilaian risik individu, penilaian risik kelmpk dll. KPP lebih merupakan isi pesan, media dan saluran kmunikasi yang digunakan dalam setiap jenis kegiatan IPP. Apa yang harus dikatakan dan dilakukan PL dalam utreach harusnya mempunyai spesifikasi tersendiri dengan apa yang harus dikatakan dan dilakukan PL ketika melakukan penyuluhan atau penilaian risik kelmpk. Demikian juga media yang digunakan dan saluran kmunikasinya. Spesifikasi itu bisa berupa ragam pesannya, kedalaman pesannya, variasi media dan saluran yang digunakan. KPP membahas apa pesan yang paling efektif untuk disampaikan kepada KD agar KD, misalnya, mau melakukan tes HIV, serta melalui media dan saluran apa pesan tersebut paling baik disampaikan. Dan ini bergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan. Perbedaan IPP dan KPP Meskipun IPP dan KPP saling mendukung, seperti ibu dan anak, namun keduanya tetap berbeda. Satu perbedaan paling utama adalah pada tujuan yang ingin dicapai leh keduanya. Tujuan IPP Meningkatkan praktek/perilaku seksual yang aman dari risik penularan IMS termasuk HIV Meningkatkan perilaku pencarian layanan kesehatan yang benar Tujuan KPP Meningkatkan pengetahuan tentang IMS, HIV dan AIDS Meningkatkan persepsi terhadap risik Meningkatkan kepercayaan diri untuk menggunakan kndm Meningkatkan demand /permintaan/kebutuhan terhadap layanan Meningkatkan kepercayaan diri untuk mengakses layanan kesehatan terkait HIV dan AIDS Tujuan KPP lebih sebagai perantara yang memungkinkan tujuan IPP tercapai. Jika tujuan KPP tercapai, maka kemungkinan besar, diperkuat faktr pendukung lain, tujuan IPP akan tercapai. 7

C. Kaitan IPP, KPP dan Outreach Kaitan ketiganya dapat digambarkan melalui diagram berikut ini: Outreach KPP Intervensi HIV & AIDS IPP Lainnya? Lainnya? Lainnya? Pada dasarnya intervensi HIV dan AIDS dapat dijalankan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang umum adalah IPP. IPP salah satunya dapat dijalankan dengan KPP. Di dalam KPP, utreach menjadi salah satu tipe intervensi yang memungkinkan berbagai pesan dan media digunakan. D. Kekuatan dan Kelemahan Outreach Dalam IPP dan KPP Seperti telah dibahas, utreach pada dasarnya merupakan salah satu jenis kegiatan pada intervensi level individu dan kelmpk kecil. Sementara itu, banyak sebab yang membuat KD terus berada pada psisi berisik terinfeksi HIV karena faktr-faktr pada kelmpk besar, kmunitas dan sistem. Misalnya adalah stigma dan diskriminasi, kebijakan yang tidak mendukung atau sistem jaminan kesehatan yang belum sepenuhnya memperhitungkan ppulasi kunci yang marginal. Sebagai pendekatan individual dan kelmpk kecil, utreach memerlukan waktu lama untuk dapat memapar semua KD dalam sebuah wilayah secara efektif. Oleh karena itu pendekatan yang efektif adalah kmbinasi dari berbagai kegiatan yang mampu menyasar KD secara individual, kelmpk kecil, kelmpk besar dan kmunitas secara keseluruhan. Kelemahan ini sekaligus menjadi kekuatan utreach. Untuk KD GWL yang sering terislasi secara ssial, nilai, gegrafis dan bahkan budaya, utreach hampir menjadi satu-satunya cara untuk bisa menemui mereka dalam kndisi yang dirasakan KD tidak mengancam atau nyaman. Untuk melakukan ini, utreach memang harus tatap muka secara individual atau kelmpk kecil, bertahap dan langsung di tempat dimana mereka biasa berada/htspt. Pendekatan individual atau kelmpk kecil memungkinkan PL membangun kedekatan dan kepercayaan. Dalam knteks mempengaruhi perubahan perilaku, pendekatan individual menjadi jauh lebih intens daripada pendekatan kelmpk besar atau kmunitas. 8

Agar efektif, utreach dan IPP serta KPP, harus mempunyai kejelasan struktur, isi dan knteksnya. Struktur adalah perumusan seberapa intensitas yang diperlukan untuk mengubah perilaku KD, bentuknya seperti apa, cara penyampaiannya seperti apa. Ini sal meramu dsis paparan/intervensi yang tepat. Isi menyangkut sal cara-cara yang dianggap efektif yang pernah dilakukan dan kemampuan mengadaptasikannya dalam knteks wilayah dan karakteristik KD di daerah intervensi masing-masing OBK. Sementara knteks menyangkut seberapa akurat dan banyak infrmasi/aspirasi yang dapat kita gali dari KD untuk membantu kita menyesuaikan dan mengembangkan kegiatan yang cck dan mampu mempengaruhi perubahan perilaku mereka. Lainnya, misalnya menyangkut urutan dan tahapan infrmasi/kegiatan utreach. Infrmasi/kegiatan apa yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dilakukan. Kmpnen yang Mempengaruhi Efektivitas Outreach, KPP dan IPP Struktur Lainnya? IPP/KPP/Outreach Isi Knteks 9

Bagian 3 Strategi Perubahan Perilaku & Outreach Berbasis Setting Htspt A. Strategi Perubahan Perilaku Tujuan banyak prgram pencegahan HIV adalah mengubah perilaku berisik menjadi perilaku lebih aman dari penularan HIV. Intinya adalah perubahan perilaku. Banyak studi dan pengalaman di berbagai daerah di Indnesia menunjukkan bahwa KD yang terpapar beberapa jenis intervensi lebih mungkin untuk berubah perilakunya. KD yang terjangkau leh prgram pencegahan melalui PL dan mendapat paparan intervensi bimedis melalui tes HIV leh petugas kesehatan cenderung mengubah perilaku berisik mereka. Oleh karena itu menjangkau KD dan merujuknya ke layanan kesehatan menjadi sebuah frmula bagi upaya perubahan perilaku yang berhasil. Namun demikian, menggerakkan KD dari tidak mau pergi ke layanan menjadi mau pergi ke layanan tidak bisa hanya dijalankan dengan utreach. Apalagi jika urusannya menggerakkan ribuan KD. Tiga strategi perubahan perilaku idealnya dijalankan secara bersamaan, yakni: "Paksaan" Pendidikan Regulasi KD akan pergi ke layanan kesehatan jika dia mengetahui alasan mengapa harus pergi ke sana (merasa berisik, merasa mampu pergi ke layanan, mendapat dukungan teman/pasangan untuk pergi dll) dan tahu infrmasi tentang layanan (dimana bisa periksa, berapa biayanya, bagaimana prsedurnya, apakah layanan ramah). KD perlu mendapat pendidikan kesehatan semacam itu. 10

Namun demikian, upaya pendidikan ini tampaknya memerlukan waktu beberapa lama sampai KD secara sadar dan sukarela pergi ke layanan kesehatan memeriksakan diri. Oleh karenanya pendekatan pendidikan kesehatan (yang selama ini telah dijalankan leh berbagai OBK dengan ujung tmbak PL yang melakukan utrerach) perlu didampingi dengan strategi yang lain, regulasi. Regulasi bisa sangat kmpleks misalnya UU, Peraturan Pemerintah, Kepres, Peraturan Menteri, Perda, Instruksi Dinas dll. Namun regulasi di sini juga bisa sangat sederhana: regulasi kmunitas, regulasi penyedia layanan, atau regulasi kelmpk. Regulasi di tingkat kelmpk atau kmunitas tampaknya masih dalam area pengaruh dan area kemampuan OBK yang menjalankan prgram pendidikan kesehatan melalui uteach untuk diwujudkan. Namun demikian, tetap memerlukan penyesuaian tugas PL dari melakukan utreach untuk merujuk KD ditambahkan menjadi utreach untuk meyakinkan tkh-tkh kelmpk/kmunitas GWL dan anggtanya untuk membuat regulasi tingkat kelmpk/kmunitas, misalnya kesepakatan untuk tes HIV berkala bagi semua anggta kelmpk GWL tertentu. Langkah jangka pendek yang dapat dilakukan adalah mendampingi strategi perubahan perilaku melalui pendidikan dan regulasi dengan strategi paksaan atau enfrcement. Paksaan yang dimaksud di sini lebih merupakan paksaan psitif, yakni memanfaatkan dinamika kelmpk untuk saling mengingatkan, mengajak, memberikan sanksi ssial kelmpk, memberikan reward kelmpk dan semacamnya. Ini adalah bentuk rekayasa dinamika kelmpk. Pendekatan ini juga memerlukan penyesuaian tugas PL dari hanya merujuk langsung KD ke layanan menjadi mendrng anggta kelmpk-kelmpk kecil GWL saling memaksa satu sama lain demi kesehatan bersama. B. Outreach Berbasis Setting Htspt Tiga strategi perubahan perilaku tersebut di atas, mensyaratkan bahwa meskipun pendekatan individual dan kelmpk kecil melalui utreach masih diperlukan, tetapi pendekatan baru perlu diadpsi. Outreach saat ini tidak cukup menyasar individu-individu dalam sebuah htspt, tetapi perlu menyasar htspt itu sendiri sebagai suatu kesatuan. Dengan cara seperti ini utreach dapat berperan lebih banyak memanfaatkan pendekatan regulasi dan paksaan. Ini yang kita sebut dengan htspt-based utreach, utreach berbasis htspt. Htspt untuk GWL bisa berupa tempat nngkrng (mall, warnet, lapangan terbuka), tempat kerja (panti pijat, lkasi nyebng Waria) atau tempat tinggal (rumah kst bersama GWL). Masing-masing jenis htspt ini bisa berbeda cara pendekatannya. Outreach pada setting ini memerlukan pendekatan ke gatekeeper (misalnya pemilik panti pijat, satpam mall) dan key pinin leader (tkh-tkh kunci kmunitas, misalnya mami Waria, tkh senir di kalangan LSL). 11

Mungkin langkah pragmatis yang bisa diambil OBK untuk merespn kebutuhan ini adalah menugaskan beberapa PL dan KL senir untuk menjalankan peran-peran advkatr kmunitas/kelmpk. Unit intervensi mereka bukan individu atau rang per rang, tetapi htspt dengan sistem ssial atau kelmpknya. PL dan KL senir ini melakukan utreach khusus ke gatekeeper dan key pinin leader agar mampu tercipta regulasi kelmpk atau paksaan kelmpk. 12

Bagian 4 Strategi Pencapaian dan Penyesuaian Target Strategi pencapaian dan penyesuaian target adalah cara untuk memperleh hasil yang memuaskan dari target yang telah ditetapkan. Target siapa yang menetapkan? Target ditetapkan bisa dari lembaga dnr yang memiliki kepentingan untuk melihat cakupan prgram. Selain dnr, lembaga sendiri juga bisa menentukan target yang akan dijangkau berdasar situasi prevalensi HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS), yang dikeluarkan leh Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan setempat. Target yang dimiliki leh lembaga yang berkerja di isu GWL, misalnya: 1. Jumlah rang yang dijangkau 2. Jumlah rang yang dilatih, dan terlibat di pertemuan. 3. Jumlah yang melakukan tes HIV dan 4. Jumlah yang tes dan periksa IMS. Untuk jumlah rang yang dilatih dan jumlah rang yang terlibat pertemuan kadang kala tidak menemui banyak kesulitan untuk dicapai. Jumlah yang ditargetnya biasanya sedikit dan lembaga bisa mencapai dengan mudah misalnya dalam kurun 6 bulan sampai 1 tahun. Kecuali untuk target jangkauan ppulasi kunci seperti Lelaki Seks Lelaki (LSL), biasanya lembaga mengalami berbagai tantangan. Tantangannya apa saja: 1. Menentukan lkasi nngkrng atau htspt, 2. Menentukan cara menjangkau dan memberi infrmasi, 3. Mengella petugas lapangan 13

4. Mengajak ke layanan tes HIV. Berkaitan dengan target, biasanya lembaga hanya menerima begitu saja jumlah yang telah ditetapkan. Namun demikian perlu adanya suatu waktu untuk membicarakan bagaimana sebuah target ditentukan sehingga staf lapangan memahaminya. Bila staf memahami, akan berdampak baik untuk prgram dan lembaga. Bagaimana target ditetapkan? Target ditetapkan salah satunya adalah melalui estimasi jumlah ppulasi kunci yang dikeluarkan leh Kemenkes. Infrmasi ini bisa diperleh dari website baik dari Kemenkes atau Kmisi Penanggulangan AIDS Nasinal (KPAN). Di dalam estimasi akan disebutkan berapa ppulasi kunci (misalkan LSL) di wilayah sebuah kabupaten tertentu. Sebagaimana istilah yang digunakan adalah estimasi yaitu perkiraan jumlah, maka bisa saja yang telah ditentukan dalan rujukan infrmasi tersebut bisa rendah dan tinggi estimasi jumlahnya bila dihadapkan dengan situasi di lapangan. Lembaga yang bekerja untuk GWL akan melakukan pemetaan lebih dahulu di lapangan sehingga jumlah yang terdapat dalam estimasi adalah rujukan infrmasi utama. Bagaimana menjalankan pemetaan? Pemetaan adalah upaya untuk mendapat infrmasi akurat dari lapangan yang paling terbaru. Pemetaan dilakukan dengan turun langsung ke htspt dan melakukan penghitungan jumlah ppulasi kunci yang akan dijangkau. Misalnya di café A, di sebuah kta setelah dipetakan jumlah LSL yang berada di café tersebut tiap malam adalah 20 rang. Setelah digabung dengan café dan htspt lainnya, maka jumlah terkumpul 150 rang LSL yang akan dijangkau. Data hasil pemetaan tersebut bisa saja lebih kecil dari estimasi, namun demikian bukan hanya menerima saja jumlah yang ada di lapangan, mungkin kemudian menjadi pekerjaan tersendiri dari PL dan krdinatr untuk membuka htspt lain di tempat lain. Bagaimana bernegsiasi terhadap target yang tinggi atau rendah? Berhadapan dengan target yang terlalu tinggi, sebagai pengella prgram perlu bertindak cermat. Jumlah yang tinggi perlu disiasati dengan: 1. Melihat kembali ketajaman PL untuk membuka htspt setiap waktu. 2. Kemampuan pemetaan lembaga di lkasi yang terpilih 3. Menembus rang kunci untuk mendapat akses. 4. Mengindentifikasi ppulasi kunci yang memiliki jaringan luas di kmunitas 5. Selalu memnitr situasi lapangan secara berkala Bila berhadapan dengan target yang terlalu rendah, serang pengella prgram perlu berpikir kritis, yakni: 1. Apakah betul perkiraan dan target di lkasinya rendah, di awali dengan mengadakan pemetaan kembali. 2. Mengurangi jumlah PL di sebuah wilayah yang rendah jumlah ppulasi kuncinya untuk diarahkan ke htspt yang banyak jumlahnya 14

3. Kemudian mencari infrmasi di lapangan mengenai situasi terkini untuk mencari strategi penjangkauan. Bagaimana bila lembaga tidak bisa mencapai target. Kadang lembaga berhadapan dengan situasi tidak mencapai target yang direncanakan. Dalam kndisi ini, serang pengella prgram sudah harus mengetahui di awal bulan prgram. Sehingga tidak terjadi penumpukan keksngan target tiap bulan. Langkah yang mudah adalah dengan memeriksa rekap data lapran jangkauan PL dari krdinatrnya masingmasing. Bila terjadi terus menerus keksngan target berarti sangat mungkin di akhir bulan evaluasi (misalnya tahunan) akan terjadi gap antara jumlah yang direncanakan dengan yang dicapai. Tips yang bisa digunakan antara lain: 1. Cek kemampuan krdinatr lapangan mengella PL. 2. Cek kemampuan PL pada masing-masing htspt. 3. Cek hubungan PL dengan kmunitas, tidak dipungkiri terjadi knflik antar PL atau PL dengan kmunitas sehingga PL tidak bisa menembus jangkauan. 4. Adakan pengayaan berkala materi kepada PL supaya menambah infrmasi dan keterampilan menjangkau Bagaimana bila target yang dijangkau melebihi dari yang direncanakan. Situasi demikian adalah situasi yang bisa ditemui leh lembaga. Bila target telah ditetapkan secara kaku leh dnr, maka kelebihan target akan menjadi bnus yang baik untuk prgram. Namun demikian sebagai lembaga yang bertanggung jawab bersama stakehlder lain, hal ini merupakan suatu pencapaian bersama untuk mendrng semakin tingginya akses layanan tes HIV ke kmunitas. Sebagai penutup pada bagian 5 ini, tidak kalah penting juga lembaga memikirkan bagaimana memberikan apresiasi/penghargaan kepada PL atau krdinatr yang mampu bekerja dengan baik. Tentunya ukurannya tidak hanya tercapainya target yang ditetapkan namun juga kntribusinya dalam kepada lembaga. Lembaga perlu menyiapkan hadiah dalam bentuk apapun bagi petugas lapangan atau kdinatr yang handal, giat, rajiin dan invatif dalam bekerja. 15

Bagian 5 Strategi Pengembangan Kapasitas Petugas Lapangan 1. Pengembangan Kapasitas Tidak Harus Pelatihan Pengembangan kapasitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara itu tidak harus pelatihan. Bergantung pada kebutuhan yang ada, pengembangan kapasitas dapat dilakukan secara individual dan kelmpk. Metde pengembangan kapasitas dapat dilakukan dengan pelatihan, magang, kunjungan lapangan, bservasi kegiatan dan mentring. Pikirkan jumlah rang yang memerlukan pengembangan kapasitas dan metde yang paling tepat dan paling memungkinkan: Level Pengembangan Kapasitas Individual Kelmpk kecil (2-5 rang) Kelmpk sedang (6-14 rang) Kelmpk besar (15-30) Metde Mentring, magang Observasi kegiatan, kunjungan lapangan, n the jb training Diskusi rutin mdel aksi-refleksi Pelatihan Manajemen prgram tidak bisa menunggu jumlah rang yang membutuhkan pengembangan kapasitas menjadi banyak baru kemudian dilakukan. Selain menjadi terlambat, hal ini bisa menjadi mahal. Staf yang telah mengikuti pelatihan pengembangan kapasitas secara individual, dapat diikutkan dalam pengembangan kapasitas kelmpk kecil, kelmpk sedang maupun kelmpk besar atau sebaliknya. Pengetahuan dan keterampilan sering tidak dikuasai 16

melalui satu kali kegiatan pengembangan kapasitas. Pengulangan memungkinkan penguasaan lebih akurat dan dalam. Apapun intervensi yang akan kita lakukan untuk meningkatkan kapasitas, harus berbasis pada kinerja apa yang diharapkan untuk dilakukan leh staf yang bersangkutan. Dengan cara ini, pengembangan kapasitas menjadi bagian dari intervensi menyelesaikan masalah yang ada. 2. Benarkah Pelatihan Jawabannya? Sekali lagi ingin ditekankan bahwa tidak semua kelemahan kinerja staf disebabkan leh kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu jawaban atas rendahnya kinerja staf tidak selalu pelatihan. Bagaimana memastikannya? Lakukan Perfrmance Need Assessment (PNA) atau penjajakan kebutuhan kinerja. PNA dapat mengidentifikasi kesenjangan kinerja atau masalah dan memberikan infrmasi yang kita perlukan untuk menentukan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kinerja staf. Tujuan utama PNA adalah mengidentifikasi kesenjangan kinerja/masalah dan menentukan intervensi paling tepat untuk meningkatkan kinerja ini. Langkah-Langkah Tentukan kinerja yang diharapkan Gambarkan kinerja aktual saat ini Lakukan analisis akar masalah Pilih intervensi untuk peningkatan kinerja Penjelasan Ambil dari dkumen jb des atau dkumen prgram. Jika tidak terlalu menggambarkan, tanyakan secara langsung ke staff: apa pekerjaan yang diharapkan dijalankan, apa utput yang diharapkan. Fkuskan pada kinerja individual atau tim. Gali situasi pelaksanaan kinerja saat ini. Perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual disebut dengan kesenjangan kinerja. Kumpulkan infrmasi mengapa kesenjangan kinerja terjadi, tanya sebanyak mungkin sumber termasuk staf sendiri, supervisr atau bahkan KD. Jika sebab rendahnya kinerja adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan, maka pelatihan adalah intervensi yang tepat. 3. Tahapan Pengembangan Pelatihan Jika pelatihan bersama/kelmpk adalah jawaban atas rendahnya kinerja, maka pelatihan perlu direncanakan secara baik. Apa yang membuat sebuah pelatihan lebih baik dari yang lainnya? Perencanaan pelatihan yang efektif dapat membantu meningkatkan kualitas pelatihan dan kinerja staf seperti yang diharapkan. 17

Keputusan bahwa training diperlukan Perfrmance Need Assessment Pengelaan Training Mendesain Training Melakukan Training Mengevaluasi Training Berikut penjelasan apa yang perlu dilakukan pada setiap tahapan pengellaan pelatihan tersebut. 4. Pengellaan Pelatihan Pengellaan pelatihan berjalan sebelum pelatihan dilakukan, selama pelatihan dan setelah pelatihan. Berikut beberapa hal kunci yang harus dikella: Pastikan PNA telah dilakukan dan pelatihan memang akan menutup kesenjangan kinerja yang ada. Rencanakan, dapatkan dan kella sumber daya untuk mencapai tujuan pelatihan. Biaya, alat dan bahan, tempat pelatihan, pelatih adalah beberapa hal utama yang perlu disiapkan dan disesuaikan dengan rencana pelatihan yang ada. Tentukan tim yang akan mendesain pelatihan, yang akan melakukan pelatihan. Tim ini bisa sama atau berbeda, meskipun lebih direkmendasikan rang yang sama. Kella lgistik pelatihan sesuai dengan desain pelatihan yang dirumuskan. Lgistik pelatihan bisa sangat standar namun bisa sangat variatif dan kreatif bergantung pada desain pelatihan. Ada beberapa pelatihan yang mungkin memerlukan pengembangan alat bantu audi-visual, ada yang perlu menyiapkan lkasi praktek lapangan, ada yang membutuhkan alat peraga khusus untuk digunakan dalam pelatihan dan lainnya. 18

Semua lgistik ini harus disiapkan secara baik demi tercapainya tujuan pelatihan dan disesuaikan pula dengan sumber dana yang tersedia. Kmunikasikan hasil PNA dan tujuan pelatihan kepada peserta dan supervisr mereka sebelum pelatihan dilakukan. Peserta tidak cukup hanya menerima undangan pelatihan. Paling tidak sebuah TOR yang menggambarkan hasil PNA, desain dan tujuan pelatihan perlu dibuat. Kriteria peserta perlu terus di-update sesuai dengan desain dan tujuan pelatihan. Sediakan dukungan lanjutan setelah pelatihan kepada peserta dan supervisr mereka. Pelatihan yang baik memikirkan apa yang terjadi pada peserta pasca pelatihan dan mengalkasikan anggaran dan sumber daya untuk membuat dukungan lanjutan kepada peserta setelah pelatihan. 5. Mendesain Pelatihan Desain pelatihan dilakukan sebelum pelatihan dilakukan dan setelah PNA dilakukan. Langkah-langkah praktisnya kurang lebih adalah sbb: Verifikasi lebih lanjut kesenjangan kinerja yang telah teridentifikasi dan tujuan pelatihan untuk memastikan telah sejalan dan sesuai dengan situasi yang ada. Jika tim yang mendesain pelatihan menemukan ada hasil-hasil PNA yang kurang jelas, maka perlu diklarfikasi lebih lanjut kepada pelaksana PNA atau caln peserta langsung. Kumpulkan infrmasi latar belakang peserta dan identifikasi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mereka butuhkan. Infrmasi karakter demgrafis dan pengalaman kerja serta pengalaman pelatihan yang pernah diikuti peserta dapat membantu mendesain pelatihan dengan lebih baik. Setelah PNA, tim yang mendesain pelatihan perlu menyiapkan lembar penjajakan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang saat ini telah dimiliki dan perlu dimiliki lagi ke depan untuk memastikan apa yang sebaiknya menjadi materi pelatihan. Identifikasi sumber-sumber isi pelatihan/mdul, kembangkan atau adaptasi materimateri pelatihan. Usahakan tidak mengembangkan isi/mdul/materi pelatihan baru karena mungkin telah ada dan hanya perlu diadaptasi. Langkah ini akan menghemat biaya, waktu dan sumber daya yang ada dan mungkin menghasilkan isi materi yang lebih baik karena pernah digunakan sebelumnya. 19

Kembangkan tujuan pembelajaran di setiap materi/sesi. Tujuan pembelajaran di setiap sesi/materi perlu SMART (specific, measurable, achievable, realistic, time-bund (spesifik, dapat diukur, mungkin dicapai, realistis dan sesuai durasi yang waktu yang tersedia). Tujuan pembelajaran tidak bleh hanya mencakup meningkatkan pengetahuan, tapi juga harus berrientasi meningkatkan sikap psitif dan keterampilan. Buat perencanaan pelatihan. Perencanaan pelatihan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jadwal pelatihan. Jadwal pelatihan yang baik perlu dibuat dalam 2 versi: untuk peserta dan untuk pelatih dan panitia. Jadwal untuk pelatih dan panitia harus memuat tidak saja waktu dan kegiatan yang akan dilakukan, namun juga tujuan pembelajaran di tiap kegiatan, utput yang diharapkan, jenis dan jumlah alat bantu yang diperlukan dan penanggung jawabnya. Jadwal seperti ini adalah versi lebih ringkas dari mdul pelatihan yang dapat menjadi rujukan cepat. Perencanaan pelatihan yang lebih advance mencantumkan apa yang akan dilakukan pasca pelatihan untuk melihat dampak pelatihan dan penguatan lebih lanjut kepada peserta. Kembangkan atau adaptasi instrumen/tl evaluasi pelatihan. Jika sudah ada mdel evaluasi pelatihan, sebaiknya adaptasi mdel tersebut, daripada mengembangkan yang baru. 6. Melakukan Pelatihan Tahap ini dilakukan selama Hari H pelatihan. Apa yang harus dilakukan adalah: Setiap panitia dan pelatih perlu terus menjaga kredibiltas diri dan prses pelatihan yang dilakukan agar peserta melihat prfesinalisme pelaksanaan pelatihan. Banyak pelatihan rusak karena hal ini. Pelatih dan panitia perlu terus berklabrasi menjaga ritme dan suasana pelatihan kndusif dan prfesinal. Termasuk ke dalam hal ini adalah menmrsatukan kepentingan peserta selama prses pelatihan dan memfasilitasinya semaksimal mungkin. Membaurkan diri dalam kmunikasi infrmal di luar sesi dengan peserta juga dapat meningkatkan nilai tambah pelatihan baik bagi pelatih, panitia maupun peserta. 20

Lakukan pelatihan dengan cara yang respnsif sesuai kebutuhan peserta dan mengembangkan klabrasi sejajar dengan peserta pelatihan. Belajar adalah klabrasi. Pelatihan adalah prses belajar yang dipercepat. Hal ini akan lebih berhasil jika ada prses klabrasi antara peserta, panitia dan pelatih. Termasuk ke dalam sikap respnsif adalah menanggapi keluhan peserta atas materi dan metde pelatihan dan menyesuaikannya di sesi/hari berikutnya, merancang bagaimana peserta diam dapat terlibat dan peserta dminan dapat berbagi waktu dengan yang lainnya. Sediakan umpan balik yang knstruktif bagi peserta. Prses pelatihan juga upaya menginisiasi sikap-sikap individu yang lebih baik. Sediakan umpan balik baik terkait materi atau sikap secara knstruktif. Gunakan mdel sandwich ketika memberikan umpan balik: beri umpan balik psitif, sampaikan kritik dan saran, beri lagi umpan balik psitif. Dengan cara ini umpan balik akan lebih fair karena menyampaikan dua sisi psitif maupun negatif dari peserta yang perlu ditingkatkan. Gunakan teknik kmunikasi dan presentasi yang efektif. Apa yang paling penting, sampaikan terlebih dahulu Apa yang paling esensial, sampaikan terlebih dahulu Cara ini akan menjaga fkus kita pada tpik utama Gunakan teknik fasilitasi yang efektif. Gunakan semua teknik verbal yang kita kuasai untuk melakukan fasilitasi prses pelatihan. Teknik verbal berfkus pada apa yang harus dikatakan serang pelatih, antara lain: seni bertanya/asking questin, seni membuat ikhtisar/paraphrasing, seni menggali infrmasi/ pendapat/prbing, seni mendrng rang bicara/encuraging, seni membuat rangkuman/kesimpulan/summarizing. Gunakan semua teknik nnverbal yang kita kuasai untuk melakukan fasilitasi prses pelatihan. Teknik nnverbal berfkus pada apa yang harus dilakukan serang pelatih, antara lain: seni mengamati/bserving, seni menyimak/active listening, seni memberikan perhatian, seni memberikan semangat, menglah bahasa tubuh/bdy language, suara wajah dan menghindari kebiasaan buruk, Sediakan insentif yang memtivasi dan kata-kata untuk penguatan semangat peserta yang psitif. Insentif yang memtivasi bisa verbal (memberi pujian, ucapan terima kasih, menjadikan peserta sebagai cnth, menjadikan peserta sebagai narsum kedua) dan nnverbal (tepuk tangan, acungan jempl dll), namun bisa juga berapa reward barang-barang kecil seperti permen, cklat dll. 21

Sediakan kesempatan/waktu untuk aplikasi praktis pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Misalnya rle play, praktek lapangan dll. Terus mnitr prses pelatihan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan. Jika memungkinkan perlu ada serang MOT (master f training) yang bertindak seperti MC dalam sebuah event, yang mengamati, mengatur, memberikan umpan balik kepada pelatih apa yang harus ditingkatkan lagi. Jika tidak ada MOT, maka serang training directr atau krdinatr training/pelatih bisa menjalankan fungsi-fungsi MOT. Bagian dari mnitring prses pelatihan adalah menggali perasaan dan pendapat peserta baik secara frmal (menjadi bagian dari agenda pelatihan) maupun secara infrmal (dalam percakapan infrmal dengan peserta di luar sesi). Termasuk prses mnitring pelatihan adalah membiasakan adanya review harian bersama diantara pelatih dan panitia untuk perbaikan di hari berikutnya. 7. Mengevaluasi Pelatihan Evaluasi pelatihan dapat dilakukan pada akhir pelatihan atau setelah pelatihan selesai dilakukan. Berikut beberapa cara praktisnya: Lakukan pengukuran kepuasan peserta atas pelatihan yang diikuti Kepuasan peserta bisa diukur dengan mdel skala 1-5 misalnya, dimana 1 sangat tidak puas dan 5 sangat puas. Beberapa hal utama yang bisa ditanyakan adalah kepuasan terhadap metde yang digunakan, kepuasan terhadap materi yang diberikan, kepuasan terhadap bahan pembelajaran/handut yang diberikan dan kepuasan terhadap kualitas pelatih. Kepuasan yang lain dapat ditanyakan bergantung kepada kebutuhan: kepuasan terhadap akmdasi dan knsumsi, training kit, tempat pelatihan dll. Lakukan pengukuran apakah peserta telah mencapai tujuan pembelajaran yang ada dengan memberikan skring pengetahuan dan keterampilan Metde yang umum dilakukan adalah dengan memberikan sal pre dan pst test. Metde kualitatif dapat digunakan, misalnya peserta diminta membuat diari/jurnal harian tentang apa yang diperleh setiap hari, bagaimana perasaannya, apa yang dirasakan paling bermanfaat. Diakhir pelatihan jurnal harian ini bisa dikumpulkan untuk dianalisis. Perbaiki pelatihan berdasarkan masukan dan hasil evaluasi pelatihan leh peserta. Hal ini bisa dilakukan secara harian atau berguna untuk pelatihan selanjutnya. 22

Mnitr dan evaluasi kinerja dalam pekerjaan sehari-hari peserta pasca pelatihan. Praktek ini paling jarang dilakukan. Padahal masih menjadi bagian dari kegiatan pelatihan yakni bagian mnev pelatihan. Tim pelatih perlu mendapat alkasi waktu dan pendanaan untuk melakukan field visit ke lkasi kerja peserta yang dilatih dan mengamati atau melakukan wawancara tentang manfaat pelatihan yang berguna dalam mendukung pekerjaan mereka sehari-hari. 23

Bagian 6 Strategi Memfkuskan Peran dan Kinerja Petugas Lapangan Strategi memfkuskan peran dan kinerja Petugas Lapangan (PL) adalah upaya untuk mengefektifkan kinerja Petugas lapangan leh pengella prgram. Lembaga tidak bisa mencapai tujuan bila tidak memiliki PL yang baik. Oleh karenanya pengella prram perlu memfkuskan peran dan kinerja PL. Pengella prgram perlu cerdik untuk memfkuskan peran dan kinerja PL. Terdapat 3 langkah dalam upaya ini, yakni: 1. Persiapan Tahapan pertama berkaitan dengan bagaimana pengella prgram mempersiapkan prgram. Pengella sudah harus menyiapkan prses mencari PL selain aspek prgram lainnya. PL yang direkrut perlu sesuai dengan isu prgram. Dalam isu GWL, maka PL yang berasal dari kmunitas atau yang berpihak pada isu GWL akan sangat mempengaruhi peran dan kinerjanya. Syarat yang harus ditetapkan leh pengella prgram harus jelas berkaitan dengan prgram GWL. Kmitmen awal untuk bergabung bersama lembaga harus jelas dipahami. Karena selain sekedar masalah gaji atau uang transprt bulanan tapi juga berkaitan dengan kesesuaian hati terhadap prgram ini (Passin). Setelah PL diterima di lembaga maka rientasi prgram terhadap PL perlu diberikan. Orientasi ini untuk memahamkan isu GWL dan hubungan dengan isu HIV. Orientasi juga bertujuan untuk memberikan pengenalan terhadap lapangan. Pengenalan yang 24

penting lagi adalah deskripsi kerja yang kadang justru dilupakan karena dianggap sudah memahami. 2. Pelaksanaan Setelah PL dibekali berbagai bahan dan infrmasi. Tahap selanjutnya berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan. Sangat dipahami PL akan bertemu situasi yang mungkin berbeda dengan knsep di awal. Atau biasanya rientasi hanya akan menjawab 50%- 70% situasi lapangan. Fkus kerja PL yang sudah ditentukan di awal, seperti menjangkau, memberi infrmasi dan merujukkan ke layanan tes HIV. Ketika diberikan dalam rientasi bisa dipahami secara lengkap leh PL. namun demikian di lapangan, pengella prgram akan mengetahui bahwa PL akan menemui beragam tantangan. Tantangan yang ada seperti kesulitan mencari jangkauan, bahan kntak seperti kndm atau lembar infrmasi yang terbatas, serta kemungkinan sulitnya jangkauan diajak ke layanan testing HIV. Mnitring berkala misalnya tiap minggu dan bulanan dalam metde pertemuan kelmpk dan diskusi individual diharapkan bisa membantu PL untuk lebih fkus dan meningkat kinerja. 4 pertanyaan sederhana untuk membantu mnitring sederhana: 1. Apa yang dilakukan PL di lapangan? 2. Siapa yang dirujuk leh PL? 3. Htspt mana yang dijangkau PL? 4. Orang kunci yang diketahui PL? Pertanyaan sederhana di atas pada tiap sesi pertemuan, akan membantu PL maupun pengella prgram untuk refleksi diri dan melihat situasi lingkungan untuk mendapat hasil yang maksimal. 3. Mempertahankan kinerja Ketika PL sudah mendapat infrmasi melalui rientasi serta telah diturunkan ke lapangan. Banyak kejadian yang akan ditemui leh PL yang nantinya akan bermanfaat dalam peningkatan kinerja PL. Perkara yang tidak mudah adalah upaya pengella prgram untuk mempertahankan kinerja dari PL. Pengella prgram untuk mempertahankan kinerja perlu mengembangkan panduan berisi apa yang harus dilakukan PL di prgram GWL. Misalnya dikembangkan buku panduan yang nantinya akan membuat PL selalu bisa merujuk panduan yang telah disiapkan pengella prgram. Pengayaan yang berkala, untuk PL perlu dijadikan jadual rutin di lembaga leh pengella prgram. Pengayaan ini bertujuan untuk mempertahankan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki leh PL. Pengayaan bisa dibuat tidak mahal dengan cara dilakukan dengan mengundang secara bergilir sebagai narasumber tiap PL atau 25

krdinatr lapangan. Sewaktu-waktu bisa juga mengundang narasumber dari luar untuk pendalaman materi. Cnth Jadual Pengayaan Rutin di Lembaga untuk 1 semester: N Tanggal Materi Fasilitatr/Narasumber Keterangan 1 1-Jan-2016 Mengella situasi sulit di lapangan 2 1-Feb-2016 Strategi menghadapi tkh kunci 3 1-Mar-2016 Mengajak KD ke layanan testing HIV 4 1-April-2016 Membuka kmunikasi hal-hal sensitif. 5 1-Mei-2016 Mempersiapkan bahan kntak dan alat bantu utreach 6 1-Juni-2015 Mengella bekerja di bawah tekanan mengejar target Strategi memfkuskan peran dan kinerja PL, bukan suatu tindakan sekali jadi. Maksudnya adalah bahwa strategi akan dijalankan terus sepanjang prgram berjalan. Untuk mengantisipasi, diperlukan menu khusus bagi PL semacam mdul untuk dipelajari terus menerus. Setelah dipelajari kemudian dipraktekkan ke lapangan atau htspt. Dalam mendukung kinerja PL, pengella juga memperhatikan bekal yang harus dimiliki leh PL, antara lain: 1. Lembaga menyediakan deskripsi tugas dan peran yang jelas kepada petugas lapangan. Diskripsi meliputi: a. Jam kerja yang disesuaikan kegiatan ppulasi kunci. b. Tugas petugas lapangan untuk merujuk ke layanan tes HIV. c. Rencana dan target kerja di lapangan. d. Material KIE (kmunikasi, infrmasi, dan edukasi) yang perlu dibawa. e. Diskripsi tugas dan peran, termasuk di dalamnya adalah kde etik yang berisi apa yang bleh dan tidak bleh dilakukan bagi petugas lapangan. 2. Lembaga menyediakan panduan yang jelas kepada petugas lapangan dalam menjalankan tugas, misalnya dalam memberikan infrmasi, jenis infrmasi, dan cara merujuk ke layanan kesehatan. Sehingga prses menjalankan tugas di lapangan selalu terarah dan terukur. 26

3. Lembaga melakukan pendampingan secara berkala kepada petugas lapangan. Di awal kegiatan petugas lapangan perlu didampingi sehingga bisa menjalankan tugasnya di lapangan secara baik. Lama pendampingan dilakukan selama 1 bulan awal masa tugas di lapangan. 4. Bagi petugas lapangan yang menghadapi kendala, lembaga menugaskan krdinatr lapangan untuk membantu petugas lapangan memecahkan masalah. Petugas lapangan yang mampu memecahkan masalah di lapangan akan menaikkan kepercayaan dari jangkauan kepada petugas lapangan. 5. Lembaga melakukan mnitring dan evaluasi prgram secara berkala. 27

Bagian 7 Strategi Meningkatkan Keterampilan Kmunikasi Petugas Lapangan Strategi meningkatkan keterampilan kmunikasi untuk petugas lapangan (PL) adalah salah satu strategi penting dalam pengellaan prgram khususnya prgram GWL. Dikatakan penting karena dasar dari keberhasilan prgram salah satunya adalah efektifitas kmunikasi. Efektifitas kmunikasi yang sebetulnya tidak hanya menjadi kebutuhan dari PL namun juga menejemen pengella prgram. Keterampilan kmunikasi dalam fkus prgram GWL, berkaitan dengan efektifitas PL merujuk dan mendampingi jangkauan ke layanan testing HIV. Keterampilan kmunikasi tidak bisa dibentuk langsung jadi, butuh selain pemahaman knsep juga praktek terus menerus leh PL untuk memperleh hasil maksimal. Kmunikasi dalam situasi saat ini juga tidak hanya menggunakan metde sederhana dan langsung seperti percakapan atau dialg, namun teknlgi telah membawa pada tahap yang sangat invatif. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana pengella prgram meningkatkan keterampilan kmunikasi untuk PL? ada beberapa tahap yang dilakukan, yakni: 1. Kmunikasi dimaknai sebagai pesan disampaikan kepada penerima pesan dengan baik, dalam hal ini kmunikasi yang diharapkan adalah keterampilan kmunikasi yang bisa digunakan leh PL untuk merujuk ke layanan tes HIV 2. Pengella prgram menyiapkan mdul untuk membahas keterampilan kmunikasi, bisa dalam sekali pelatihan atau beberapa tahapan pertemuan berkala. 3. Materi yang bisa dipaparkan seperti knsep kmunikasi dasar, kmunikasi perubahan perilaku, penggunaan saluran kmunikasi mdern sebagai alat 28

mendukung tugas di lapangan, seperti penggunaan media scial (facebk, fanpage, twitter). 4. Materi kmunikasi tidak akan ptimal, bila hanya diajarkan dalam ruangan, hal ini perlu disiasati untuk digunakan dalam praktek lapangan leh PL. 5. Bila pelatihan membutuhkan biaya yang besar, pengella prgram juga bisa melakukan pertemuan rutin tiap bulan bersama PL untuk membahas strategi kmunikasi. Dengan bekal keterampilan dasar kmunikasi, setidaknya PL bisa melakukan pendekatan kepada KD secara efektif (mudah diterima). Sebagai cnth: 1. Materi awal di penjangkauan, seperti tpik untuk menarik perhatian di lapangan. 2. Bagaimana berbicara masalah atau perihal isu sensitif seperti status HIV. 3. Keterbukaan rientasi seksual. Masalah tersebut kadang sederhana ketika dipelajari namun ketika dipraktekkan butuh keterampilan kmunikasi yang baik. Selain keterampilan memilih tpik kmunikasi, juga kemampuan kmunikasi praktis, seperti teknik bertanya. Misalnya: 1. Keterampilan mendengar aktif, walau hanya keterampilan mendengar namun memiliki pengaruh besar dalam kmunikasi. Karena pesan yang diterima dengan baik pastinya menimbulkan respn yang baik juga. Seperti apa mendengar aktif itu? Mendengar aktif adalah mendengar dengan seksama dan beberapa kali mengulang dengan menggunakan bahasa kita sendiri (parafrase), untuk menegaskan isi pembicaraan. 1. Melakukan prbing, prbing adalah menggali pertanyaan lebih mendalam supaya memahami lebih dalam pesan yang dimaksud. 2. Melakukan parafrase, yakni mengulang kembali pernyataan dari pembicara dengan menggunakan bahasa kita (bahasa pendengar). Keterampilan kmunikasi di atas harus selalu dipraktekkan atau rleplay supaya mencapai hasil yang ptimal. Apa tips untuk mengasah keterampilan kmunikasi PL? terdapat beberapa hal: 1. Kmunikasi adalah kegiatan yang bisa dilakukan secara harian, sehingga dalam tugasnya PL bisa melakukan ujicba terus menerus dengan tim PL. 2. Cba menyampaikan pesan, seperti tpik yang menarik kepada kmunitas atau ppulasi kunci, kemudian secara berkala mendapat umpan balik dari anggta tim PL. 29

3. Bila terjadi kendala dalam kmunikasi, minta serang supervisr mengamati cara PL melakukan kmunikasi yang baik. Bisa kepada kmunitas atau juga kepada stakehlder. 4. Cara mengasah berkmunikasi yang lain adalah menggunakan bahasa daerah (lkal) di area kerja. Kadang bisa membantu menjadi cara kmunikasi yang efektif. Karena sudah saling memahami knteksnya. Namun bagi PL dari luar daerah, gunakan bahasa Indnesia untuk mengawali sebuah prses kmunikasi yang efektif, bila tetap akan mencba dengan kmbinasi bahasa daerah setempat (lkal), agar meminta dampingan dari PL lain yang menguasai bahasa lkal. Pengella prgram juga perlu membekali PL, 2 bentuk kmunikasi selain kmunikasi langsung yang individual juga yang sifatnya kelmpk. PL di lapangan akan bertemu dengan kelmpk yang perlu diajak diskusi. Kemampuan memperhatikan semua anggta kelmpk ketika melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Ketika melakukan fasilitasi kelmpk, PL juga perlu mengella mimik muka, gerak dan bahasa tubuh yang psitif. Menyampaikan berita baik dengan nada yang datar membuat lawan bicara tidak tertarik. Atau mengajak kmunikasi dalam kelmpk namun dengan nada yang tinggi untuk mengajak ke layanan testing HIV juga bisa membuat kmunitas justru takut bukan tertarik. Gerak tubuh juga perlu diperhitungkan, berbicara dengan memasukkan jari di saku celana atau menaruh di pinggang tidak menunjukkan kita respek atau mengghargai lawan bicara atau kelmpk. Perilaku ini, buka tidak dipahami, hanya kadang dilupakan karena sudah terbiasa. Sehingga untuk meningkat kemampuan kmunikasi sekali lagi pengella prgram bisa menempat sepasang PL untuk melakukan umpan balik terus menerus sehingga dicapai hasil yang maksimal. Kmunikasi menarik lainnya adalah mdel presentasi, kadangkala PL akan diminta untuk menyampaikann tpik bahasa seputar HIV di kelmpk ppulasi kunci. Keterampilan berbicara ditengah peserta yang lebih dari 10 rang membuat PL harus mengeluarkan ekstra keterampilan kmunikasi. Penggunaan 10-15 slide dalam presentasi dan menyampaikan dalam bahasa yang jelas menjadikan pendengar memahami knteks dan pesan kmunikasinya. Menggunakan Media Ssial sebagai Metde Kmunikasi Invatif Saat ini yang menjadi pembicaraan adalah penggunakan saluran kmunikasi media ssial seperti facebk atau twitter. Pesan kesehatan seperti tes HIV bisa diantarkan melalui media ssial tersebut. Lembaga perlu mengembangkan pesan dalam media ssial seperti facebk. PL diminta untuk menjalankan kmunikasi berbasis internet ini. PL yang memiliki kesukaan dalam bidang media ssial, bisa menjadi ujung tmbak layanan infrmasi ini. Dalam hal melakukan aktivitas media ssial, tetap diutamakan bahwa nantinya bagi yang bisa dijangkau melalui media ssial tetap diarahkan untuk bisa mendatangi layanan kesehatan 30

yang terdekat. Petugas lapangan lain atau yang mendampingi di layanan kesehatan bila dibutuhkan. menjalankan media ssial bisa Banyak pengalaman yang menujukkan bahwa media ini menjadi sarana kmunikasi untuk melakukan tes HIV dan pemeriksaan kesehatan lainnya. 31

Bagian 8 Strategi Penempatan Petugas Lapangan Bagian strategi penempatan petugas lapangan, terdapat hubungannya dengan isu penyesuaian target. Selain itu berkaitan dengan meningkatkan kinerja Petugas Lapangan (PL) di lapangan. Apa pentingnya penempatan PL pada panduan pengellaan prgram? Yakni dimaksudkan untuk memberikan infrmasi bahwa pengella prgram bisa saja kesulitan mengatur jumlah PL dengan kebutuhan lapangan. Sehingga yang dikhawatirkan adalah adanya gap di beberapa htspt. Bila terjadi gap maka jalannya prgram tidak efektif. Seperti misalnya PL akan mengalami tantangan ketika mengatur waktu kunjungan ke lapangan, karena jaraknya berjauhan. Untuk mengatasi ini, perlu ada mnitring penempatan petugas lapangan. Sebuah frmulir mnitring bisa digunakan leh pengella prgram, cnth: Frmulir 1. Pemetaan Psisi PL dan area Htspt N Lkasi/Htspt Krdinatr Jumlah PL Keterangan 1 2 3 4 5 Frmulir ini akan membantu pemetaan psisi PL di tiap lkasi, dan bisa menjawab kecukupan antara htspt dengan jumlah PL. Bila dari sisi jumlah sudah teratasi dengan metde di atas, terdapat pendekatan lain yang bisa dilakukan berdasar keahlian PL. 32

1. PL yang memiliki kelebihan dalam bidang musik (misalnya) di tempatkan ke area yang berkaitan dengan musik atau lagu. Supaya bisa menjangkau secara luas ke kmunitas yang suka musik. 2. PL yang memiliki keterampilan chatting atau aktif di media ssial bisa menjalankan cyber utreach lembaga 3. PL yang hbi futsal, bisa ditempatkan htspt yang berhubungan dengan dunia lah raga. Karena tidak semua bisa sesuai dengan hbi, maka unsur pemerataan juga diharus diperhatikan. Maksudnya bahwa 2 hal penting yang dijadikan pertimbangan selain kesukaan/hbi juga pemerataan distribusi PL. Tidak dihindari bahwa akan terjadi perubahan situasi htspt. Sehingga sangat mungkin terjadi pergesaran dari PL ke tempat lain. Apa tantangan bila terjadi perubahan tempat penugasan PL? Pengella prgram akan berhadapan dengan situasi dimana PL sudah cukup mapan di tempat tertentu sehingg sulit untuk di ubah psisinya. Atau situasi dimana serang PL yang tidak bisa dipaksakan masuk ke sebuah htspt yang tidak sesuai dengannya. Apa yang bisa dilakukan pengella prgram? Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah: 1. Perubahan dimaknai sebagai penyegaran suasana bagi PL. Sehingga tiap rang bisa terbuka untuk melakukan pergeseran. 2. Diyakinkan bahwa htspt baru akan mendapatkan pengalaman baru dan berguna untuk kemudian hari. 3. Bila masih ragu serang PL di htspt baru, kewajiban lembaga untuk mengembangkan mekanisme pendampingan di awal (2 bulan pendampingan). 4. Serang PL juga tidak hanya diturunkan, tiap waktu secara berkala perlu mendapat umpan balik dari krdinatr lapangan tentang kemajuan yang diperlehnya. Untuk melakukan mnitring PL di htspt baru, bisa dibantu dengan frmulir mnitring, sebagai berikut: 33

Frmulir 2. Penilaian PL di Htspt Baru Nama PL: N Aspek Penilaian Kurang (1-2) Cukup (3-4) Penilaian Cukup Baik (5-6) Baik (7-8) Sangat Baik (9-10) 1. Kemampuan membuka akses 2. Kemampuan mengenali ppulasi kunci 3. Kemampuan menjalin relasi dengan tkh kunci 4. Kemampuan memberi infrmasi 5. Kemampuan merujuk dan mendampingi ke layanan Frmulir bisa digunakan leh supervisr atau Krdinatr lapangan untuk digunakan sebagai bahan mnitring dan evaluasi berkala. Dengan frmulir mnitring, bisa dilihat apa serang PL betul-betul tidak bisa melakukan kegiatan atau hanya butuh dampingan di awal saja. Kemudian bisa menjalankan kegiatan rutin dengan baik. Kadang PL tidak bersedia, hanya karena kurang percaya diri untuk melakukan kegiatan tersebut. Lembaga perlu mendrng dan memberi dukungan yang baik. PL yang kemudian bisa menjalankan prgram secara ekfektif di tempat baru. Membuktikan bahwa pengella prgram berhasil membuka kemampuan PL. Selain secara prgram juga berhasil melakukan perubahan psisi PL di htspt. Keahlian seserang bisa tergali lebih dalam. Kadang keahlian lain tidak tergali karena hanya berkutat dengan kegiatan itu-itu saja tiap waktunya. 34

Bagian 9 Strategi Mengembangkan Htzne Priritas A. Htzne Priritas Htzne adalah sekumpulan htspt dalam jarak yang saling berdekatan. Htzne dapat diciptakan sendiri leh OBK dengan cara melakukan pengelmpkkan atas htspt-htspt yang saling berdekatan dan diberi identitas. Identitas htzne bisa berupa nama kawasan, atau nmer atau yang lainnya. Pertimbangan utama membuat htzne adalah jarak yang berdekatan. Namun demikian dapat dipertimbangkan pula karaketeristik htsptnya, karakteristik GWL-nya dan pertimbangan lain yang relevan. Sebuah htzne idealnya terdiri dari beberapa htspt yang saling berdekatan dengan karakteristik yang sama. Namun demikian ada beberapa htzne yang mungkin hanya terdiri dari satu hstpt (karena memang tidak ada htspt lain di sekitarnya). Diantara semua htzne yang diciptakan atau teridentifikasi, dapat dipilih beberapa sebagai htzne priritas. Kriteria menjadi htzne priritas adalah: Jumlah ppulasinya cukup besar dibandingkan yang lainnya Ada struktur ssial frmal/infrmal yang bekerja di htzne tersebut Cara ini akan memudahkan pengembangan strategi utreach berbasis htspt dan penggunaan pendekatan perubahan perilaku jenis regulasi dan paksaan. Htzne priritas akan menjadi lkasi percnthan dan mendapat intervensi yang lebih intensif karena memiliki jumlah ppulasi yang lebih banyak. 35

B. Intervensi Pada Htzne Priritas Intervensi atau kegiatan pada htzne priritas adalah menghadirkan dan menghidupkan 4 pilar PMTS dan kmpnen-kmpnen LKB-SUFA di htzne tersebut. Khusus untuk 4 pilar PMTS, maka sebuah htzne priritas yang berhasil, harus mempunyai: Gatekeeper dan key pinin leader sebagai pemangku kepentingan yang aktif mendukung kegiatan pencegahan HIV dan rujukan tes HIV Ada tkh-tkh kmunitas sebagai kader dan navigatr yang mengarahkan, mengerahkan/membilisasi dan mengingatkan kmunitas untuk mengakses layanan kesehatan. Tkh kmunitas sebagai kader dan navigatr bisa sama dengan gatekeeper dan key pinin leader. Setiap htspt dalam htzne ini menjadi utlet kndm dan mempunyai akses kndm yang tidak terputus Mempunyai kerja sama, baik frmal maupun infrmal, ke Puskesmas/klinik tertentu untuk pemeriksaan kesehatan Intervensi pada htzne priritas dilakukan leh beberapa KL dan PL senir yang dibantu PL di wilayah tersebut. Semua prses intervensi di htzne priritas akan memanfaatkan struktur ssial frmal/infrmal yang ada sehingga dampaknya lebih luas dan diharapkan lebih langgeng. 36

Bagian 10 Strategi Mengembangkan Peer Outreach Strategi mengembangkan peer utreach adalah menguatkan peran utreach untuk menjangkau KD melalui peer/sebaya. Yakni memampukan kmunitas untuk mendukung kmunitas. Kmunitas menjangkau kmunitas atau ppulasi kunci. Kmunitas yang akan mejangkau kmunitasnya memerlukan pelatihan yang memadai. Mdel Peer Outreach (PO), telah dilakukan di berbagai area prgram seperti di kelmpk waria, wanita penjaja seks (WPS), selain pada kmunitas GWL untuk LSL. Pengella prgram juga perlu memahami bahwa kmunitas GWL saat ini masih mengalami diskriminasi dan stigma sehingga kmunitas GWL juga akan sulit ditemui secara langsung. Sehingga pendekatan peer utreach ini ptensial diterapkan. Beda peer utreach dan utreach sendiri, lebih ke arah siapa yang menjadi penjangkaunya. Bila berada dari dalam kmunitas akan disebut sebagai peer utreach. Bila dilakukan, dari luar kmunitas disebut sebagai utreach saja. Tujuan dari kegiatan utreach tidak berbeda, yakni mendukung perubahan perilaku khususnya tes HIV pada kelmpk GWL. Namun demikian kelebihan dari peer utreach terdapat beberapa hal, antara lain: 1. Tingkat kedekatan dengan kmunitas sangat tinggi, karena peer utreach berasal dari dalam kmunitas. 2. Tingkat kepercayaan ketika dijangkau tinggi leh peer utreach. 3. Mudah memahami situasi psik-ssial kmunitas 4. Mudah mengajak ke layanan karena merasa satu kmunitas 37

5. Pengetahuan dan pemahaman yang sama mengenai HIV dan seputar infrmasi seksualitas, memudahkan saling bertukar pikiran atau berdiskusi. Tantangan peer utreach: 1. Keterbatasan jumlah dari anggta kmunitas untuk dididik sebagai peer utreach 2. Tidak semua bersedia untuk terlibat dalam prgram HIV karena kmunitas GWL masih mengalami stigma dan diskriminasi. 3. Bila terjadi knflik di kmunitas akan bisa bertambah rumit karena menyangkut relasi individu di kmunitas. 4. Keterbatasan waktu yang dimiliki. 5. Banyak yang bersedia lebih sebagai relawan tidak sebagai petugas lapangan 6. Peer utreach bisa menimbulkan tingkat kepercayaan yang tinggi khususnya pada kmunitas waria ketika infrmasi disampaikan. Namun demikian karena masalah eg, kadang justru menimbulkan tingkat kepercayaan yang rendah atau kurang terhadap infrmasi yang diberikan. Bagaimana mana cara mengembangkan peer utreach? Karena pentingnya menggunakan pendekatan peer utreach dalam prgram. Perlu diketahui cara mengembangkannya. 1. Cari infrmasi siapa dari kmunitas yang selama ini dipercaya. 2. Jajagi melalui infrmasi berbagai sumber, untuk melakukan validasi atau cek silang siapa caln peer yang tepat 3. Orang terkenal dalam peer tidak selalu akan menjadi peer educatr karena yang dipilih lebih kearah kepercayaan yang kesediaan untuk meluangkan waktu bekerja di kmunitas 4. Minta rekmendasi dari rang-rang kunci di kmunitas 5. Bila sudah teridentifikasi, lakukan diskusi bersama atau diskusi individual untuk memahami kenginan dan kebutuhan dari caln peer utreach dan kebutuhan prgram 6. Tidak semua yang dijadikan caln bisa terpilih karena terbentur dengan keterbatasan waktu atau kebutuhan prgram. 7. Bagi caln yang terpilih, jangan lupa untuk segera dilibatkan dalam rientasi mengenai materi prgram. 8. Bagi caln yang belum terpilih, bila terbentur alasan waktu bisa, ditawarkan sebagai relawan atau akan diundang dalam event-event tertentu. 38

9. Tetap lakukan rientasi lapangan, karena walau berasal dari kmunitas, akan terasa canggung karena berbeda status. 10. Sampaikan mengenai kde etik sebagai peer utreach dan tetap perlunya kerjasama dengan petugas lapangan lain dari nn peer. Isu-isu seputar peer utreach yang perlu di perhatikan: 1. Karena kedekatan yang tinggi, akan cenderung tinggi pula ptensi knflik yang ada. Dalam situasi ini, pengella prgram perlu memisahkan mengenai apakah knflik yang muncul adalah masalah individu atau manejemen. Cara menyelesasikan juga perlu direspn beda. Knflik yang bermula dari individu, bisa lebih pelik karena akan menyangkut isu harga diri, sehingga perlu dicari mekanisme yang disepakati. Misalnya: isu hutang piutang, isu cemburu karena pacar, isu kesenjangan eknmi 2. Peer utreach yang berasal dari kmunitas, ketika terpilih akan mejadi terkenal dan berptensi muncul sebagai selebritis. Dalam situasi ini, pihak krdinatr lapangan dan manejemen perlu sensitif. Perlu ditekankan kembali kde etik sebagai petugas lapangan yang tidak ada bedanya dengan petugas lapangan lainnya. Hak dan kewajiban sebagai peer utreach juga perlu untuk didiskusikan kembali, selain berbicara mengenai diskripsi dari tugas di lapangannya sebagai peer utreach. Kemudian karakteristik peer utreach yang berhasil: 1. Dipercaya 2. Dipercaya 3. Dipercaya 4. Jujur dan bersedia membantu kmunitas 5. Bersedia bekerja dalam tim Tiga kali penyebutan percaya, karena hal ini sangat penting sekali sebagai peer utreach untuk bisa menggerakkan kmunitasnya ke layanan tes HIV. Kepercayaan kmunitas sangat mahal harganya, karena sekali berbuat yang menimbulkan kepercayaan luntur dari kmunitas, maka tidak hanya secara individual terdampak, tapi prgram secara luas juga akan terkena dampaknya. 39

Bagian 11 Strategi Mengembangkan Internet Outreach A. Tentang Internet Outreach Internet telah menjadi medium yang ppuler untuk mencari pasangan seks dan infrmasi kesehatan di antara GWL, khususnya gay dan LSL lainnya. Pencarian infrmasi kesehatan melalui internet umumnya menjadi bagian awal dari pengbatan sendiri untuk memahami gejala atau keluhan yang dirasakan atau bagian dari mencari penjelasan tambahan dari penjelasan resmi dkter. Karena situasi tersebut, maka internet juga bisa menjadi alat untuk melakukan utreach. Meskipun belum ada studi yang sistematis khususnya tentang dampak dan efektifitas internet atau nline utreach, namun dengan memperhatikan fakta semakin banyaknya teknlgi ini diakses dan digunakan serta bservasi anekdtal bahwa lebih banyak LSL yang tertutup yang mengakses internet, cara ini layak ditempuh. Dkumen ini memuat langkah-langkah umum melakukan utreach untuk pencegahan HIV dan aktivitas rekruitmen di internet dan melalui setting virtual seperti: Chat rm Instant messaging Scial netwrk site/situs jejaring ssial Sexual netwrk site/situs jejaring seksual Bulletin bard dan frum E-mail grup 40

Media nline lainnya Internet utreach mempunyai banyak sebutan lain seperti virtual utreach, cmputer utreach, nline utreach atau cyber-space utreach. Untuk tujuan penulisan buku ini, kita akan gunakan istilah internet utreach. Internet utreach didefinisikan sebagai interaksi virtual antara PL dan individu atau sekelmpk rang yang berperilaku risik tinggi terhadap HIV dengan tujuan menyediakan: infrmasi dan pendidikan kesehatan, rujukan dan akses layanan, rekruitmen untuk testing dan pengbatan serta dukungan bagi pengurangan risik terkait HIV (US NCSD, 2008). Sama dengan utreach tradisinal, internet utreach menjangkau GWL dimana mereka berada, dalam kasus ini di dunia maya. Pendidik kesehatan yang terlatih dan PL dapat menyediakan berbagai macam layanan melalui internet, termasuk: Pendidikan pencegahan Knseling pengurangan risik Rujukan ke web infrmasi yang terpercaya Rujukan ke sumber-sumber lkal seperti tempat-tempat tes, pengbatan dan kelmpk dukungan Rekruitmen ke dalam prgram pencegahan dan perawatan Prmsi perilaku pencarian kesehatan yang psitif Dukungan bagi kmunitas berisik di dunia maya. Pesan-pesan kesehatan dapat dikirimkan ke kelmpk-kelmpk melalui chat rms, situs jejaring ssial, situs jejaring seksual, menggunakan instant messaging untuk membeirkan infrmasi, dipsting di dalam bulletin bard atau kepada individu-individu selama sesi pribadi satu lawan satu dan e-mail. Interaksi seperti ini tidak membutuhkan perjanjian, dapat beragam durasi dan intensitasnya dan menemui rang-rang dimana mereka berada nline. B. Persiapan Internet Outreach Penjajakan menjadi penting dilakukan, terutama untuk mengetahui segmen GWL sepeti apa yang aktif di internet termasuk karakteristik demgrafi mereka, pengetahuan-sikap-perilaku mereka terkait HIV dan AIDS, situs jejaring ssial dan seksual yang digunakan GWL, termasuk website dan kebutuhan umum segmen ini terkait HIV dan AIDS. Tempat-tempat nline spesifik yang cck untuk melakukan internet utreach harus diputuskan, termasuk waktu dan hari efektif untuk menjangkau mereka melalui internet. Penetapan ppulasi sasaran perlu dilakukan berdasarkan hasil penjajakan di atas. Semakin spesifik ppulasi sasaran akan semakin baik. Segmen mana yang paling bisa 41

dijangkau dan dilayani melalui internet utreach perlu ditentukan. Segmen yang terpenting adalah LSL yang sering menggunakan internet sebagai sarana kmunikasi, mencari infrmasi dan mencari pasangan seks. Dan jika memungkinkan, segmen ini memang yang selama ini tidak terjangkau melalui utreach knvensinal. Tim pelaksana internet utreach perlu ditentukan, baik sebagai PL khusus internet utreach maupun sebagai merangkap dengan utreach knvensinal. Jumlah PL yang akan dilibatkan juga perlu ditentukan termasuk jam kerja mereka sampai cakupan tugas mereka. Perlu dipikirkan juga apakah tim ini juga membutuhkan pelatuhan khusus terkait internet utreach atau tidak. Kriteria PL yang terlibat dalam internet utreach juga perlu ditetapkan, misalnya: Sudah aktif menggunakan internet, mengakses web, chat rm, situs jejaring ssial/seksual, e-mail dan lainnya paling tidak 3 tahun terakhir. Mahir dan punya pengetahuan praktis berinternet Punya keterampilan kmputer paling tidak tingkat menengah Memiliki keterampilan mengetik yang mahir dan akurat Punya pengetahuan tentang kualitas suatu internet Familiar dengan emticn, electrnic shrthand/tmbl-tmbl fungsi dan bahasabahasa nline lain Mempunyai pengetahuan dan keterampilan kmunikasi (tertutama tertulis) dan pendidikan IMS dan HIV Memahami karakteristik segmen kmunitas yang dilayani Panduan bekerja di tempat-tempat nline perlu dikembangkan leh OBK yang berencana melakukan internet utreach. Termasuk kebijakan lembaga tentang penggunaan internet. Perlu dibedakan secara jelas penggunaan internet untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan prgram. Membangun kerja sama dengan pemilik/admin website dan manajemen tempattempat nline perlu dilakukan. Beberapa webiste atau tempat nline mensyaratkan kerja sama frmal, beberapa tidak. Ijin dari mereka diperlukan untuk melakukan internet utreach yang efektif. Tambahan lagi, beberapa website mungkin mengijinkan kita membuat prfil nline, beberapa tidak. Yang lain mungkin mengijinkan kita masuk ke dalam chat rms yang disediakan, beberapa tidak. Banyak website yang tidak mengijinkan OBK kesehatan untuk memberikan layanan apapun di webiste mereka. C. Memilih dan Mengkmbinasiskan Berbagai Fitur Online Di sini akan dibahas 2 cara internet nline yang dinggap paling efektif digunakan yakni chat rm dan instant messaging. 42

Chat Rm adalah tempat nline dimana internet utreach dapat dilakukan. Chat rms di dunia maya mirip dengan bar, club, café, panti pijat atau tempat nngkrng lain di dunia nyata. Anggta sebuah chat rm, nrma, perilaku dan sikap mereka bisa berubah-ubah setiap hari bahkan setiap waktu dan antar rm. Setiap chat rm mempunyai karakateristiknya sendiri dan karakteristik ini biasanya merefleksikan karakteristik kmunitas yang bergabung di rm tersebut. Chat rm bisa sangat aktif dan bisa juga sepi meskipun anggta yang nline di dalam rm tersebut penuh. Banyak fenmena lurking atau diam. Anggta chat rm yang diam adalah mereka yang sudah lg in ke chat rm dan tidak aktif. Mungkin mereka sedang terlibat private chat dengan anggta lain. GAN, GIM, Byz Frum, Gmaster, Ygyakarta, Gay, Manjam adalah cnth beberapa chat rm di Indnesia. Untuk sukses melakukan internet utreach di chat rm, PL perlu menggunakan teknik-teknik yang berbeda di chat rm yang berbeda untuk melibatkan individu dalam diskusi tentang HIV/AIDS. Pertanyaan terbuka yang jelas, menarik dan membuat penasaran dapat mengundang diskusi di chat rm. Pada ujung diskusi, PL harus pandai mengajak satu atau beberapa anggta chat rm untuk berpindah ke private chat untuk melakukan internet utreach lebih leluasa. Prses utreach menggunakan chat rm secara umum adalah: Instant Messaging/IM adalah interaksi real-time yang kadang-kadang membutuhkan sftware tertentu diunduh terlebih dahulu dan perlu membuat prfil terlebih dahulu. Berbeda dengan Bergabung/jadi guest di chat rm tertentu Melemparkan tpik diskusi Berpartispasi dalam diskusi mengajak beberapa member untuk private chat atmsfer kelmpk pada chat rm publik, IM menyediakan fasilitas bagi pembicaraan satu lawan satu. Pembicaraan ini tidak dapat dilihat leh yang lainnya pada chat rm publik. Interaksi IM dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, mendiskusikan seks lebih aman/teknik pengurangan risik lainnya, membantu meningkatkan keterampilan kmunikasi atau negsiasi, merujuk ke sumber-sumber nline lain atau sumber-sumber di dunia nyata dan merekrut KD ke layanan pencegahan dan perawatan. Secara umum ada 3 tipe IM. Prgram seperti Skype, AIM, MSN, Yah!, ICQ, Facebk, Twitter, Grindr, Jack D, Grwl dan Hrnet menawarkan prgram IM yang dapat diunduh, diinstall dan digunakan untuk mengkntak rang lain yang menggunakan prduk yang sama (biasanya melalui screen name atau alamat email). Tipe kedua IM adalah yang hanya tersedia di website tertentu dan secara khusus digunakan leh para anggta dalam website tersebut. Tipe IM ini biasanya link ke prfil anggta aktif di website tersebut. Website seperti Gay.cm, Manhunt dan Myspace menggunakan IM yang hanya tersedia di website ini dan terhubung dengan prfil penggunanya. 43