MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/219/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, Menimbang : a. bahwa Jabatan Fungsinal Perekayasa dan Angka Kreditnya yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nmr 24/KEP/M.PAN/2/2003 tentang Jabatan Fungsinal Perekayasa dan Angka Kreditnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan prfesi dan tuntutan kmpetensi perekayasa saat ini; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu mengatur kembali Jabatan Fungsinal Perekayasa dan Angka Kreditnya dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsinal Perekayasa dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nmr 8 Tahun 1974 tentang Pkk-pkk Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1974 Nmr 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nmr 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1999 Nmr 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 3890);

2 2. Undang-Undang Nmr 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasinal Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknlgi (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2002 Nmr 84); 3. Undang-Undang Nmr 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2004 Nmr 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nmr 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nmr 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nmr 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2005 Nmr 108); 4. Peraturan Pemerintah Nmr 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1966 Nmr 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 2797); 5. Peraturan Pemerintah Nmr 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1977 Nmr 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 3098), sebagaimana telah sepuluh kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nmr 10 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2008 Nmr 23); 6. Peraturan Pemerintah Nmr 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1980 Nmr 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 3176); 7. Peraturan Pemerintah Nmr 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsinal Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 1994 Nmr 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 3547); 8. Peraturan Pemerintah Nmr 97 Tahun 2000 tentang Frmasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2000 Nmr 194, Tambahan Lembaran Negara Republik 2

3 Indnesia Nmr 4015), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nmr 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2003 Nmr 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4332); 9. Peraturan Pemerintah Nmr 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2000 Nmr 195, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4016), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nmr 11 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2002 Nmr 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4192); 10. Peraturan Pemerintah Nmr 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2000 Nmr 196, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nmr 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2002 Nmr 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4193); 11. Peraturan Pemerintah Nmr 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2000 Nmr 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4019); 12. Peraturan Pemerintah Nmr 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2003 Nmr 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nmr 4263); 13. Keputusan Presiden Nmr 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsinal Pegawai Negeri Sipil; 14. Keputusan Presiden Nmr 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Nn Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nmr 64 Tahun 2005; 3

4 15. Peraturan Presiden Nmr 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indnesia sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nmr 94 Tahun 2006; Memperhatikan : 1. Usul Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi dengan surat Nmr 175/KA/BPPT/IV/2008 tanggal 30 April 2008; 2. Pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara dengan surat Nmr K.26-30/V.67-1/93 tanggal 6 Juni Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN ANGKA KREDITNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini yang dimaksud dengan: 1. Perekayasa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan teknlgi dalam suatu kelmpk kerja fungsinal pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan pengperasian yang diduduki leh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh leh pejabat yang berwenang. 2. Teknlgi adalah cara atau metde serta prses atau prduk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia. 3. Kerekayasaan adalah kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengperasian. 4

5 4. Penelitian Terapan adalah kegiatan penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan yang dapat dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan perekayasaan. 5. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknlgi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teri ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknlgi yang telah ada atau menghasilkan teknlgi baru. 6. Perekayasaan adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknlgi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan sistem, mdel, nilai, prduk dan/atau prses prduksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau knteks teknikal, fungsinal, bisnis, ssial budaya dan estetika, dalam suatu kelmpk kerja fungsinal. 7. Pengperasian adalah kegiatan yang meliputi uji perasinal dan evaluasi, pemasaran, penjualan serta pelayanan pasca jual, mdifikasi dan perawatan dari suatu prduk atau sistem kerekayasaan untuk tujuan nn kmersial maupun kmersial. 8. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai leh Pejabat Fungsinal Perekayasa dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 9. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa adalah Tim Penilai yang dibentuk dan ditetapkan leh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja Pejabat Fungsinal Perekayasa. 10. Majelis Perekayasa adalah Tim yang dibentuk dan ditetapkan leh Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Fungsinal Perekayasa dengan tugas memberikan pemikiran tentang pengembangan perekayasaan nasinal dan pemikiran tentang Jabatan Fungsinal Perekayasa termasuk di dalamnya nrma-nrma dan kde etik kerekayasaan. 11. Organisasi Fungsinal Kerekayasaan adalah rganisasi yang dibentuk secara temprer (ad hc) untuk pelaksanaan kegiatan 5

6 kerekayasaan dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan tertentu. 12. Struktur Rincian Kerja (Wrk Breakdwn Structures/WBS) adalah struktur pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kegiatan kerekayasaan atau bidang keilmuan. 13. Paket Pekerjaan (Wrk Package/WP) merupakan rincian kerja dari struktur rincian kerja (WBS) tertentu yang disusun berdasarkan disiplin keilmuan atau kegiatan perekayasaan. 14. Kepala Prgram (Prgram Directr) adalah Inisiatr Prgram yang memberikan arahan tentang garis-garis besar kegiatan termasuk status keterkinian teknlgi (state f the art technlgy), strategi keuangan prgram, maupun eksekusinya. 15. Insinyur Kepala (Chief Engineer) adalah Pengella Prgram yang bertanggung jawab terhadap kualitas teknis hasil prgram, sumber daya manusia dan fasilitas prgram. 16. Asisten Insinyur Kepala (Assistant Chief Engineer) adalah Asisten Pengella Prgram yang bertanggung jawab terhadap kualitas teknis hasil prgram, sumber daya manusia dan fasilitas prgram. 17. Manajer Prgram (Prgram Manager) adalah Pengella Prgram yang bertanggung jawab terhadap pendanaan dan jadwal pencapaian sasaran. 18. Asisten Manajer Prgram (Assistant Prgram Manager) adalah Asisten Pengella Prgram yang bertanggung jawab terhadap pendanaan dan jadwal pencapaian sasaran. 19. Ketua Kelmpk (Grup Leader) adalah Kepala sebuah struktur rincian kerja (WBS) yang membawahkan beberapa paket kerja. 20. Ketua Sub Kelmpk (Leader) adalah Kepala sebuah paket kerja. 21. Staf Perekayasa (Engineering Staff) adalah Pelaksana kegiatan penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengperasian seperti diinstruksikan dalam buku acuan prgram (Prgram Manual) untuk spesifik bidang tertentu. 22. Buku Acuan Prgram (Prgram Manual) merupakan acuan umum yang menjelaskan semua hal berkaitan dengan prgram. 6

7 23. Buku Petunjuk Desain (Design Manual) adalah acuan yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan desain kerekayasaan. 24. Buku Petunjuk Kerekayasaan (Engineering Manual) merupakan acuan yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan teknis kerekayasaan. 25. Buku Petunjuk Pengujian (Testing Manual) merupakan acuan yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan pengujian kerekayasaan. 26. Buku Petunjuk Prduksi dan Integrasi (Prductin and Integratin Manual) merupakan acuan yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan prduksi suatu hasil desain. 27. Catatan Teknis (Technical Ntes/TN) adalah dkumen lapran yang terdiri dari hanya satu subjek yang melatarbelakangi kegiatan sebuah paket kerja disajikan dalam bentuk catatan catatan teknis leh staf perekayasa (Engineering Staff). 28. Lapran Teknis (Technical Reprt/TR) adalah dkumen lapran hasil kegiatan Paket Pekerjaan (WP) yang ditulis leh ketua sub kelmpk (Leader) yang merupakan rangkuman dari beberapa catatan teknis (TN). 29. Lapran Teknis (Technical Reprt/TR) atau revisi lapran teknis (Technical Memrandum/TM); adalah dkumen lapran yang merupakan perbaikan dari satu atau beberapa pasal dari lapran teknis (TR) yang mungkin terjadi sebagai akibat dari perkembangan kegiatan. 30. Dkumen Teknis (Technical Dcument/TD) adalah dkumen lapran hasil kegiatan struktur rincian kerja (WBS) yang ditulis leh Ketua Kelmpk (Grup Leader) yang merupakan rangkuman dari beberapa lapran teknis (TR) dalam struktur rincian kerja (WBS) tersebut. 31. Lapran Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (Prgress Cntrl and Mnitring/PCM) adalah dkumen lapran 7

8 hasil pemantauan dan pengendalian jalannya prgram dari segi jadwal dan aliran pendanaan yang ditulis leh Manajer Prgram (Prgram Manager). 32. Lapran Akhir Prgram (Prgram Dcument/PD) adalah dkumen lapran hasil akhir dari prgram yang merupakan rangkuman dari seluruh dkumen teknis (TD) dan lapran pemantauan dan pengendalian kemajuan kegiatan (PCM) dari prgram tersebut yang ditulis leh Insinyur Kepala (Chief Engineer), Manajer Prgram (Prgram Manager) dan kepala prgram (Prgram Directr). BAB II RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, Pasal 2 Jabatan Fungsinal Perekayasa termasuk dalam rumpun jabatan penelitian dan perekayasaan. Pasal 3 (1) Jabatan Fungsinal Perekayasa berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsinal pada kegiatan kerekayasaan. (2) Jabatan Fungsinal Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki leh Pegawai Negeri Sipil. Pasal 4 Tugas pkk Pejabat Fungsinal Perekayasa adalah melakukan kegiatan kerekayasaan. BAB III INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA Pasal 5 (1) Instansi Pembina Jabatan Fungsinal Perekayasa adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi. (2) Tugas pkk Instansi Pembina adalah membina jabatan fungsinal Perekayasa menurut peraturan perundang-undangan, dengan fungsi sebagai berikut: 8

9 a. pengembangan dan penyusunan metdlgi, standar, dan pedman teknis kerekayasaan; b. penyusunan pedman frmasi jabatan Perekayasa; c. pengembangan dan penyusunan standar kmpetensi jabatan Perekayasa; d. fasilitasi penyusunan dan penetapan kde etik Perekayasa; e. penetapan kebijakan/pembinaan diklat fungsinal meliputi penyusunan pedman diklat, pengembangan kurikulum diklat, bimbingan dan krdinasi penyelenggaraan serta evaluasi diklat Perekayasa; f. penyelenggaraan sertifikasi Perekayasa; g. pengembangan sistem infrmasi jabatan Perekayasa; h. fasilitasi pembentukan dan pengembangan rganisasi prfesi Perekayasa; i. fasilitasi penerbitan buletin/majalah prfesi yang bergerak di bidang kerekayasaan; j. evaluasi dan fasilitasi pengusulan tunjangan jabatan Perekayasa; k. evaluasi dan mnitring penerapan standar dan kde etik Perekayasa, pedman teknis kerekayasaan dan administrasi jabatan Perekayasa. l. ssialisasi dan bimbingan penerapan metdlgi, standar, pedman teknis kerekayasaan, kde etik dan rganisasi prfesi Perekayasa. BAB IV UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN Pasal 6 Unsur dan sub unsur kegiatan Perekayasa yang dapat dinilai angka kreditnya, terdiri dari: 1. Pendidikan, meliputi: a. Pendidikan Seklah dan memperleh gelar/ijaah; b. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) kegiatan kerekayasaan dan memperleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP); c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan. 9

10 2. Kegiatan kerekayasaan meliputi: a. Melaksanakan kegiatan penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengperasian; b. Melaksanakan penyusunan pedman dan pembuatan lapran dalam rganisasi fungsinal kerekayasaan. 3. Pengembangan prfesi meliputi: a. Penyebarluasan prduk teknlgi sesuai dengan tugas yang sedang dilaksanakan dengan membuat karya tulis di bidang kerekayasaan; b. Pendayagunaan prduk teknlgi; c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis pengellaan kegiatan kerekayasaan; d. Keanggtaan dalam Majelis Perekayasa; e. Perlehan Sertifikat Prfesi; f. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lain di bidang kerekayasaan; 4. Kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas Perekayasa, meliputi: a. Pengajar/Pelatih di bidang kerekayasaan; b. Peran serta dalam seminar/lkakarya/knferensi di bidang kerekayasaan; c. Keanggtaan rganisasi prfesi Perekayasa; d. Keanggtaan Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa; e. Perlehan penghargaan/tanda jasa; f. Perlehan gelar kesarjanaan lainnya. BAB V JENJANG JABATAN DAN PANGKAT Pasal 7 (1) Jenjang Jabatan Fungsinal Perekayasa dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu: a. Perekayasa Pertama; b. Perekayasa Muda; c. Perekayasa Madya; d. Perekayasa Utama. 10

11 (2) Jenjang pangkat Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu: a. Perekayasa Pertama: 1. Penata Muda, glngan ruang III/a; 2. Penata Muda Tingkat I, glngan ruang III/b. b. Perekayasa Muda: 1. Penata, glngan ruang III/c; 2. Penata Tingkat I, glngan ruang III/d. c. Perekayasa Madya: 1. Pembina, glngan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, glngan ruang IV/b; 3. Pembina Utama Muda, glngan ruang IV/c. d. Perekayasa Utama: 1. Pembina Utama Madya, glngan ruang IV/d; 2. Pembina Utama, glngan ruang IV/e. (3) Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. (4) Penetapan jenjang jabatan Perekayasa untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan leh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). BAB VI RINCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DINILAI DALAM MEMBERIKAN ANGKA KREDIT Pasal 8 Setiap kegiatan kerekayasaan dilaksanakan berdasarkan Organisasi Fungsinal Kerekayasaan. 11

12 Pasal 9 (1) Organisasi Fungsinal Kerekayasaan di dalam kegiatan kerekayasaan terdiri dari 3 (tiga) bentuk, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. (2) Organisasi fungsinal tipe A, yaitu rganisasi fungsinal yang paling sedikit terdiri 5 (lima) struktur rincian kerja (WBS), dengan melibatkan institusi luar (baik dalam maupun luar negeri). Institusi luar dapat berupa struktur rincian kerja (WBS) ataupun paket pekerjaan (WP). Setiap struktur rincian kerja (WBS) terdiri dari minimal 2 (dua) paket pekerjaan (WP). (3) Organisasi fungsinal tipe B, yaitu rganisasi fungsinal yang terdiri dari minimal 2 (dua) struktur rincian kerja (WBS), yang pada setiap struktur rincian kerja (WBS), terdiri dari sedikitnya 2 (dua) paket pekerjaan (WP). (4) Organisasi fungsinal tipe C, yaitu rganisasi fungsinal yang terdiri hanya dari 1 (satu) struktur rincian kerja (WBS) yang terdiri dari beberapa paket pekerjaan (WP). Pasal 10 (1) Setiap kegiatan kerekayasaan dituangkan dalam bentuk Organisasi Fungsinal Kerekayasaan yang diduduki leh: a. Staf Perekayasa (Engineering Staff); b. Ketua Sub Kelmpk (Leader); c. Ketua Kelmpk (Grup Leader); d. Asisten Manajer Prgram (Assistant Prgram Manager); e. Manajer Prgram (Prgram Manager); f. Asisten Insinyur Kepala (Assistant Chief Engineer); g. Insinyur Kepala (Chief Engineer); h. Kepala Prgram (Prgram Directr). (2) Rincian kegiatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsinal Perekayasa dibagi dalam peran pada rganisasi perekayasaan dengan tugas pkk sebagai berikut: a. Staf Perekayasa (Engineering Staff): Pelaksana kegiatan penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengperasian seperti diinstruksikan dalam 12

13 buku acuan prgram (Prgram Manual) untuk spesifik bidang tertentu, di bawah krdinasi ketua sub kelmpk (Leader); b. Ketua sub Kelmpk (Leader): Kepala sebuah paket kerja, dan bertugas memimpin para pelaksana paket kerja yang terdiri dari staf perekayasa dan staf teknisi; c. Ketua Kelmpk (Grup Leader): Kepala sebuah struktur rincian kerja (WBS) yang membawahkan beberapa paket kerja, dan bertugas sebagai krdinatr dan integratr teknis hasil-hasil prgram dari paket-paket kerja yang dibawahkan; d. Asisten Manajer Prgram (Assistant Prgram Manager): Asisten Pengella Prgram dari segi pendanaan dan jadwal pencapaian sasaran; e. Manajer Prgram (Prgram Manager): Pengella Prgram dari segi pendanaan dan jadwal pencapaian sasaran; f. Asisten Insinyur Kepala (Assistant Chief Engineer): Asisten Pengella Prgram dari segi kualitas teknis hasil prgram, sumber daya manusia dan fasilitas prgram; g. Insinyur Kepala (Chief Engineer): Pengella Prgram dari segi kualitas teknis hasil prgram, sumber daya manusia dan fasilitas prgram; h. Kepala Prgram (Prgram Directr): Inisiatr Prgram yang memberikan arahan tentang garisgaris besar kegiatan termasuk status keterkinian teknlgi (state f the art technlgy), strategi keuangan prgram, maupun eksekusinya. (3) Kegiatan peran terkait dalam jenjang perekayasaan adalah sebagai berikut: a. Perekayasa Pertama: 1. Peran sebagai Staf Perekayasa (Engineering Staff); 2. Peran sebagai Ketua Sub Kelmpk (Leader). b. Perekayasa Muda: 13

14 1. Peran sebagai Ketua Sub Kelmpk (Leader); 2. Peran sebagai Ketua Kelmpk (Grup Leader); 3. Peran sebagai Asisten Prgram Manajer (Assistant Prgram Manager). c. Perekayasa Madya: 1. Peran sebagai Ketua Kelmpk (Grup Leader); 2. Peran sebagai Manajer Prgram (Prgram Manager); 3. Peran sebagai Asisten Insinyur Kepala (Assistant Chief Engineer). d. Perekayasa Utama: 1. Peran sebagai Insinyur Kepala (Chief Engineer); 2. Peran sebagai Kepala Prgram (Prgram Directr). (4) Rincian kegiatan kerekayasaan sesuai dengan peran dalam jabatan, sebagai berikut: a. Sebagai Staf Perekayasa (Engineering Staff): 1. Menetapkan tujuan dan kebutuhan desain (Design Requirement and Objective); 2. Menyusun filsfi rancang bangun; 3. Menetapkan metda yang digunakan; 4. Merekayasa bentuk knfigurasi; 5. Mengkalkulasi kinerja awal; 6. Membuat gambar teknis (Engineering Drawing) awal; 7. Melaksanakan iterasi hasil desain awal; 8. Mengptimasi hasil desain awal; 9. Melaksanakan knfigurasi desain rinci; 10. Menetapkan knfigurasi; 11. Melaksanakan perhitungan pendekatan awal; 12. Melaksanakan perhitungan analitik rinci; 13. Melaksanakan kmputasi numerik; 14. Menetapkan knfigurasi pengujian; 15. Membuat benda uji; 16. Menetapkan sistem penginderaan pengujian; 17. Menetapkan sistem perlehan dan penglahan data; 18. Melaksanakan perasi pengujian; 14

15 19. Menganalisis data; 20. Menginterpretasi hasil uji; 21. Menetapkan instrumentasi explrasi; 22. Menetapkan sasaran explrasi; 23. Melaksanakan explrasi; 24. Menganalisis data explrasi; 25. Menginterpretasi hasil explrasi; 26. Menetapkan instrumentasi bservasi; 27. Menetapkan sasaran bservasi; 28. Melaksanakan bservasi; 29. Menganalisis data bservasi; 30. Menginterpretasi hasil bservasi; 31. Menetapkan instrumentasi pengukuran; 32. Menetapkan sasaran pengukuran; 33. Melaksanakan pengukuran; 34. Menganalisis data pengukuran; 35. Menginterpretasi hasil pengukuran; 36. Melaksanakan perbaikan (repair) prduk; 37. Melaksanakan mdifikasi prduk; 38. Melaksanakan perawatan rutin (harian) prduk; 39. Melaksanakan perawatan berkala prduk; 40. Melaksanakan perbaikan menyeluruh (ver haul) prduk; 41. Menetapkan parameter kelayakan; 42. Melaksanakan penyelidikan kesesuaian dengan parameter kelayakan; 43. Menetapkan acuan studi banding; 44. Melaksanakan perbandingan kinerja suatu teknlgi; 45. Mempersiapkan catatan teknis (TN) 46. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. b. Sebagai Ketua Sub Kelmpk (Leader): 1. Memberikan beberapa alternatif metda desain; 2. Menetapkan metda kalkulasi; 3. Menilai hasil desain awal; 15

16 4. Memberikan metda ptimasi; 5. Mensintesiskan hasil desain awal menjadi desain rinci; 6. Memberikan metda iterasi desain; 7. Melaksanakan penurunan persamaan matematik/ mdelling; 8. Melaksanakan deskritisasi persamaan; 9. Memberikan metda pemecahan persamaan; 10. Menyajikan beberapa alternatif jenis peralatan pengujian; 11. Menentukan peralatan perlehan data; 12. Menentukan peralatan penglah data; 13. Memberikan metda dan strategi pengujian; 14. Memberikan metda interpretasi hasil pengujian; 15. Melaksanakan pemilihan dan penetapan sasaran explrasi; 16. Menetapkan metda explrasi; 17. Melaksanakan penurunan hasil explrasi menjadi mdel matematika; 18. Melaksanakan pemilihan dan penetapan sasaran bservasi; 19. Menetapkan metda bservasi; 20. Melaksanakan penurunan hasil bservasi menjadi mdel matematika; 21. Melaksanakan pemilihan dan penetapan sasaran pengukuran; 22. Menetapkan metda pengukuran; 23. Melaksanakan penurunan hasil pengukuran menjadi mdel matematika; 24. Memberikan metda mdifikasi prduk; 25. Memberikan metda perbaikan (repair) prduk; 26. Memberikan metda perawatan prduk; 27. Memberikan metda perbaikan menyeluruh (ver haul) prduk; 28. Menetapkan persyaratan kelayakan; 29. Melaksanakan pemilihan parameter kelayakan; 16

17 30. Menetapkan mdel yang akan dipakai sebagai acuan; 31. Menetapkan acuan banding; 32. Menyelenggarakan pertemuan dan memimpin diskusi dengan para staf perekayasa (Engineering Staff) tentang pekerjaan mereka; 33. Mempersiapkan bahan presentasi lapran hasil kegiatan paket pekerjaan (Wrk Package) yang dipimpinnya; 34. Memberikan presentasi hasil kegiatan di hadapan Ketua Kelmpk (Grup Leader) secara berkala (Pemaparan, diskusi, dan penyimpulan hasil); 35. Ketua Sub Kelmpk (Leader) memeriksa catatan teknis (TN); 36. Ketua Sub Kelmpk (Leader) mempersiapkan Lapran Teknis (TR) atau revisi lapran teknis (Technical Memrandum); 37. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. c. Sebagai Ketua Kelmpk (Grup Leader): 1. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah disain; 2. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah testing; 3. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah explrasi; 4. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah bservasi; 5. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah pengukuran; 6. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah mdifikasi; 7. Melaksanakan sub-integrasi prduk struktur rincian kerja (WBS) untuk masalah perawatan; 17

18 8. Mendiskusikan kualitas capaian dari segi teknis dengan melakukan iterasi teknis diantara kelmpk (grup) yang terkait; 9. Mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu, pendanaan, dan pengadaan barang sesuai dengan struktur rincian kerja (WBS) dengan melakukan iterasi yang terkait dengan ketersediaan aliran pendanaan; 10. Membuat perencanaan kntrak kerjasama teknis dengan pihak lain bersama Manajer Prgram (Prgram Manager); 11. Mengusulkan pengadaan barang dan spesifikasinya kepada Manajer Prgram (Prgram Manager); 12. Mempersiapkan materi presentasi lapran hasil kegiatan struktur rincian kerja (WBS) yang dipimpinnya; 13. Memberikan presentasi hasil kegiatan di hadapan Kepala Prgram (Prgram Directr) secara berkala (paparan, diskusi dan kesimpulan); 14. Mempersiapkan buku acuan desain (Design Manual); 15. Mempersiapkan buku acuan kerekayasaan (Engineering Manual); 16. Mempersiapkan buku acuan pengujian (Test Manual); 17. Mempersiapkan buku acuan prduksi (Prductin Manual); 18. Menyetujui catatan teknis (TN); 19. Memeriksa Lapran Teknis (TR) atau revisi lapran teknis (Technical Memrandum); 20. Mempersiapkan Dkumen Teknis (TD); 21. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. d. Sebagai Asisten Manajer Prgram (Assistant Prgram Manager): 1. Mengusulkan metda pengendalian pryek, dan sejenisnya untuk penjadwalan dan pengendalian prgram; 2. Mengusulkan rencana pendanaan yang telah dikrdinasikan dengan pihak-pihak terkait; 18

19 3. Menyiapkan draft kntrak kerjasama teknis dengan pihak lain bersama Manajer Prgram (Prgram Manager); 4. Mengusulkan pengadaan barang melalui Pengella anggaran sesuai dengan spesifikasi yang diusulkan Ketua Kelmpk (Grup Leader) bersama Manajer Prgram (Prgram Manager); 5. Melakukan penyesuaian jadwal kegiatan terhadap kndisi pendanaan yang berjalan, mendiskusikan dampak kesesuaian pendanaan yang baru terhadap prduk kerja; 6. Mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu pengadaan barang; 7. Melaksanakan Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (PCM) bersama Manajer Prgram (Prgram Manager); 8. Menyusun draft lapran kemajuan prgram dari segi waktu dan dana. 9. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. e. Sebagai Manajer Prgram (Prgram Manager): 1. Memberikan metda pengendalian pryek, dan sejenisnya untuk penjadwalan dan pengendalian prgram; 2. Membuat rencana pendanaan yang telah dikrdinasikan dengan pihak-pihak terkait.; 3. Menetapkan kntrak kerjasama teknis dengan pihak lain; 4. Mengusulkan pengadaan barang melalui Pengella anggaran sesuai dengan spesifikasi yang diusulkan Ketua Kelmpk (Grup Leader); 5. melakukan penyesuaian jadwal kegiatan terhadap kndisi pendanaan yang berjalan, mendiskusikan dampak kesesuaian pendanaan yang baru terhadap prduk kerja; 6. Mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu pengadaan barang; 7. Melaksanakan Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (PCM); 19

20 8. Menyusun Lapran kemajuan prgram dari segi waktu dan dana; 9. Mempresentasikan lapran kemajuan prgram dari segi waktu dan dana di hadapan Kepala Prgram secara berkala; 10. Membentuk Organisasi Fungsinal Prgram bersama Kepala Prgram (Prgram Directr) dan Insinyur Kepala (Chief Engineer); 11. Memeriksa buku acuan prgram (Prgram Manual); 12. Memeriksa Lapran Akhir Prgram (Prgram Dcument); 13. Mempersiapkan Lapran Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (PCM); 14. Memeriksa Lapran Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (PCM); 15. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. f. Sebagai Asistant Chief Engineer (Asisten Insinyur Kepala): 1. Menyiapkan draft buku acuan kerekayasaan (Engineering Manual); 2. Menyiapkan draft buku acuan pengujian (Test Manual); 3. Menyiapkan draft buku acuan prduksi (Prductin Manual); Mengusulkan persnil yang sesuai serta klarifikasi dan sandi kerja (jb cde); 4. Mengusulkan rencana waktu keterlibatan persnil dalam tiap prrgram; 5. Menyiapkan pertemuan dalam rangka krdinasi kerja; 6. Memantau pelaksanaan prgram bersama Insinyur Kepala (Chief Engineer); 7. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. g. Sebagai Insinyur Kepala (Chief Engineer): 1. Membentuk Organisasi Prgram bersama Kepala Prgram (Prgram Directr) dan Manajer Prgram (Prgram Manager); 20

21 2. Merencanakan waktu keterlibatan persnil dalam tiap prrgram; 3. Mendiskusikan dan menetapkan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam prgram dengan para Kepala Unit Struktural; 4. Mengevaluasi dan menyetujui usulan spesifikasi teknis barang yang diusulkan Ketua Kelmpk (Grup Leader); 5. Memberikan supervisi teknis untuk penyelarasan kinerja secara rutin; 6. Memberikan saran perbaikan, alternatif teknik yang lain pada pertemuan diskusi dengan para Ketua Kelmpk (Grup Leader) secara bersama atau sendiri-sendiri, untuk mendiskusikan hasil-hasil prgram secara berkala; 7. Melakukan ptimasi desain (trade-ff) terhadap kndisi batas yang masih bisa dinegsiasi diantara struktur rincian kerja (WBS) dan priritasi hasil-hasil struktur rincian kerja (WBS) untuk mendapatkan prduk akhir yang paling sesuai pada akhir tahun anggaran; 8. Mempresentasikan hasil kegiatan secara teknis di hadapan kepala prgram secara berkala; 9. Mempersiapkan buku acuan prgram(prgram Manual); 10. Memeriksa buku acuan desain (Design Manual); 11. Memeriksa buku acuan kerekayasaan (Engineering Manual); 12. Memeriksa buku acuan pengujian (Test Manual); 13. Memeriksa buku acuan prduksi (Prductin Manual); 14. Menyetujui Lapran Teknis (Technical Reprt) atau revisi lapran teknis (Technical Memrandum); 15. Memeriksa Dkumen Teknis (Technical Dcument); 16. Mempersiapkan Lapran Akhir Prgram (Prgram Dcument); 17. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. h. Sebagai Kepala Prgram (Prgram Directr): 21

22 1. Melakukan perencanaan prgram bersama Pengella Prgram (Prgram Manager) dan Insinyur Kepala (Chief Engineer) membentuk rganisasi prgram, menentukan jumlah struktur rincian kerja (WBS) dan jumlah paket pekerjaan (WP) untuk setiap struktur rincian kerja (WBS); 2. Mengangkat persnil-persnil yang terlibat dalam prgram serta pejabat-pejabat fungsinal atas usulan Insinyur Kepala (Chief Engineer), dan Kepala Prgram (Prgram Manager); 3. Mendiskusikan jalannya prgram ditinjau dari segi teknik ketepatan waktu dan pendanaan secara berkala bersama para Ketua Kelmpk (Grup Leader), Kepala Prgram (Prgram Manager) dan Insinyur Kepala (Chief Engineer); 4. Memberikan saran-saran pada setiap fasa penelaahan prgram (prgram review): tahap persiapan (Preliminary), tahap rinci (Detail), tahap kritis (Critical) dan tahap akhir (Final); 5. Melaprkan jalannya prgram serta mempertanggungjawabkan hasil prgram kepada kepala unit struktural (pimpinan terkait) yang memberi pekerjaan secara berkala; 6. Memberikan presentasi mengenai prgram berjalan; 7. Memperagakan hasil-hasil prgram; 8. Mempresentasikan serta mempertahankan usulan Hak Atas Kekayaan Intelektual dihadapan yang berwenang; 9. Menyetujui Buku acuan prgram (Prgram Manual); 10. Menyetujui buku acuan desain (Design Manual); 11. Menyetujui buku acuan kerekayasaan (Engineering Manual); 12. Menyetujui buku acuan pengujian (Test Manual); 13. Menyetujui buku acuan prduksi (Prductin Manual); 14. Menyetujui Dkumen Teknis (TD); 15. Menyetujui Lapran Akhir Prgram (Prgram Dcument); 22

23 16. Menyetujui Lapran Pemantauan dan Pengendalian Kemajuan Kegiatan (PCM); 17. Melaksanakan kegiatan di lingkungan berisik tinggi atau berbahaya. (5) Perekayasa Pertama sampai dengan Perekayasa Utama yang melaksanakan kegiatan pengembangan prfesi dan penunjang tugas Perekayasa diberikan nilai angka kredit sebagaimana tersebut dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini. Pasal 11 Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Perekayasa yang sesuai dengan peran terkait dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), Perekayasa yang satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang jabatan dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan. Pasal 12 Penilaian angka kredit Perekayasa yang melakukan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, ditetapkan sebagai berikut: a. Bagi Pejabat Fungsinal Perekayasa yang melaksanakan tugas dalam peran terkait di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari setiap angka kredit setiap butir kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini. b. Bagi Pejabat Fungsinal Perekayasa yang melaksanakan tugas dalam peran terkait di bawah jenjang jabatannya, angka kredit yang diperleh ditetapkan sebesar 100% (seratus persen) dari setiap angka kredit setiap butir kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini. Pasal 13 (1) Unsur kegiatan yang dinilai dalam pemberian angka kredit terdiri dari: 23

24 a. Unsur utama; dan b. Unsur penunjang. (2) Unsur utama terdiri dari: a. Pendidikan; b. Kegiatan Kerekayasaan; dan c. Pengembangan prfesi. (3) Unsur penunjang terdiri dari kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas kerekayasaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada butir 4. (4) Rincian kegiatan kerekayasaan dan angka kredit masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini. Pasal 14 (1) Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi leh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan pangkat Perekayasa adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran II Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini. (2) Kmpsisi jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk: a. Perekayasa dengan pendidikan seklah Sarjana Strata satu (S.1) atau Diplma IV adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran III Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini; b. Perekayasa dengan pendidikan seklah Sarjana Strata dua (S.2) adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran IV Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini; c. Perekayasa dengan pendidikan seklah Sarjana Strata tiga (S.3) adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran V Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini;. (3) Angka Kredit penjenjangan terdiri dari a. Pendidikan dan Pelatihan; b. Kegiatan kerekayasaan; dan c. Pengembangan Prfesi. 24

25 (4) Jumlah angka kredit kumulatif minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama; dan b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. Pasal 15 (1) Perekayasa yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berikutnya. (2) Perekayasa pada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dalam masa pangkat yang didudukinya, maka pada tahun kedua diwajibkan mengumpulkan paling rendah 20% (dua puluh persen) angka kredit dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari tugas pkk Perekayasa. Pasal 16 Perekayasa Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I glngan ruang IV/b sampai dengan Perekayasa Utama pangkat Pembina Utama glngan ruang IV/e diwajibkan mengumpulkan paling rendah 12 (dua belas) angka kredit dari kegiatan Pengembangan Prfesi. Pasal 17 Perekayasa Utama, pangkat Pembina Utama, glngan ruang IV/e, setiap 2 (dua) tahun sejak menduduki jabatan/pangkatnya wajib mengumpulkan paling rendah 50 (lima puluh) angka kredit dari kegiatan tugas pkk dan pengembangan prfesi. Pasal 18 (1) Perekayasa yang secara bersama-sama membuat karya tulis ilmiah di bidang kerekayasaan, diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut: a. apabila terdiri dari 2 (dua) rang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh persen) untuk penulis pembantu; 25

26 b. apabila terdiri dari 3 (tiga) rang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 50% (lima puluh persen) bagi penulis utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen) untuk penulis pembantu; dan c. apabila terdiri dari 4 (empat) rang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 40% (empat puluh persen) bagi penulis utama dan masing-masing 20% (dua puluh persen) untuk penulis pembantu. (2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling banyak 3 (tiga) rang. BAB VII PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 19 (1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Perekayasa diwajibkan mencatat, menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan dan mengusulkan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK); (2) Setiap Perekayasa mengusulkan secara hirarkhi Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) setiap tahun. (3) Penilaian dan penetapan angka kredit Perekayasa dilakukan paling kurang 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum peride kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. Pasal 20 (1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit adalah: a. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi selaku Kepala instansi pembina Jabatan Fungsinal Perekayasa atau pejabat lain setingkat eseln I yang ditugaskan pada Instansi Pembina untuk penetapan angka kredit Perekayasa Madya, pangkat Pembina Tingkat I, glngan ruang IV/b sampai dengan Perekayasa Utama, pangkat Pembina Utama, glngan ruang IV/e untuk perekayasa di Instansi Pembina dan instansi lain; b. Pejabat yang ditunjuk di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi yang membidangi kepegawaian (serendah-rendahnya eseln II) bagi Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a 26

27 untuk Perekayasa di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi; c. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk yang membidangi kepegawaian (serendah-rendahnya eseln II) bagi Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a untuk Perekayasa di ingkungan instansi masing-masing; d. Pejabat Pembina Kepegawaian Prvinsi yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk yang membidangi kepegawaian (serendah-rendahnya eseln II) bagi Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a untuk Perekayasa di lingkungan instansi masing-masing; e. Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kta yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk yang membidangi kepegawaian (serendah-rendahnya eseln II) untuk Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a di lingkungan masing-masing. (2) Dalam menjalankan kewenangannya, pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu leh: a. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat; b. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b di Instansi Pembina, selanjutnya disebut Tim Penilai Unit Kerja; c. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa Instansi di lingkungan instansi pusat bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain Instansi Pembina, selanjutnya disebut Tim Penilai Instansi; d. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa pada Sekretariat Daerah Prvinsi bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d selanjutnya disebut Tim Penilai Prvinsi; 27

28 e. Tim Penilai Jabatan Fungsinal Perekayasa pada Sekretariat Daerah Kabupaten/Kta bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e selanjutnya disebut Tim Penilai Kabupaten/Kta. Pasal 21 (1) Tim Penilai Jabatan Perekayasa terdiri dari unsur unit teknis yang membidangi kerekayasaan, kepegawaian dan Pejabat Fungsinal Perekayasa. (2) Jumlah anggta Tim Penilai paling kurang 7 (tujuh) rang dengan susunan sebagai berikut: a. Serang Ketua merangkap anggta; b. Serang Wakil Ketua merangkap anggta; c. Serang Sekretaris merangkap anggta dari unsur yang membidangi kepegawaian; dan d. Paling kurang 4 (empat) rang anggta. (3) Anggta Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang 2 (dua) rang dari Pejabat Fungsinal Perekayasa. (4) Syarat untuk menjadi Anggta Tim Penilai, adalah: a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/ pangkat Perekayasa yang dinilai; b. memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi kerja Perekayasa; dan c. dapat aktif melakukan penilaian. Pasal 22 (1) Apabila Tim Penilai Instansi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi syarat keanggtaan Tim Penilai yang ditentukan, penilaian angka kredit Perekayasa dapat dimintakan kepada Tim Penilai Unit Kerja. (2) Apabila Tim Penilai Prvinsi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi syarat keanggtaan Tim Penilai yang ditentukan, penilaian angka kredit Perekayasa dapat dimintakan kepada Tim Penilai Unit Kerja. (3) Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kta belum dapat dibentuk karena belum memenuhi syarat keanggtaan Tim Penilai yang ditentukan, penilaian angka kredit Perekayasa dapat dimintakan kepada Tim Penilai Prvinsi atau Tim Penilai Unit Kerja. 28

29 (4) Pembentukan dan susunan Anggta Tim Penilai ditetapkan leh: a. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi untuk Tim Penilai Pusat dan Tim Penilai Unit Kerja; b. Kepala Badan/Pusat Penelitian dan Pengembangan atau pejabat lain pada instansi terkait yang ditunjuk serendahrendahnya eseln II yang membidangi Kegiatan Teknlgi pada instansi pusat untuk Tim Penilai Instansi; c. Sekretaris Daerah Prvinsi untuk Tim Penilai Prvinsi; dan d. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kta untuk Tim Penilai Kabupaten/Kta. Pasal 23 (1) Masa jabatan Anggta Tim Penilai adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. (2) Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi Anggta Tim Penilai dalam 2 (dua) masa jabatan berturut-turut, dapat diangkat kembali setelah melampui masa tenggang waktu 1 (satu) masa jabatan. (3) Dalam hal terdapat Anggta Tim Penilai yang ikut dinilai, maka Ketua Tim Penilai dapat mengangkat Anggta Tim Penilai pengganti. Pasal 24 Tata kerja Tim Penilai Perekayasa dan tata cara penilaian angka kredit Perekayasa ditetapkan leh Instansi Pembina. Pasal 25 Usul Penetapan Angka Kredit Perekayasa diajukan leh: a. Pejabat Pembina Kepegawaian setingkat eseln I atau serendahrendahnya eseln II di lingkungan masing-masing kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi untuk penetapan angka kredit Perekayasa Madya, pangkat Pembina Tingkat I, glngan ruang IV/b sampai dengan Perekayasa Utama, Pembina Utama, glngan ruang IV/e. b. Pimpinan Unit Kerja yang terkait serendah-rendahnya eseln III di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknlgi kepada pejabat yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) butir b untuk penetapan angka kredit Perekayasa Pertama, pangkat Penata 29

30 Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a. c. Pejabat Pembina Kepegawaian serendah-rendahnya eseln III di lingkungan masing-masing kepada pejabat yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) butir c untuk penetapan angka kredit Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a yang bekerja di lingkungan Instansi Pusat. d. Pejabat yang membidangi kepegawaian setingkat eseln III atau serendah-rendahnya eseln IV kepada pejabat yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) butir d untuk penetapan angka kredit Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a yang bekerja di lingkungan Prvinsi. e. Pejabat yang membidangi kepegawaian setingkat eseln III atau serendah-rendahnya eseln IV kepada pejabat yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) butir e untuk penetapan angka kredit Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Madya, pangkat Pembina, glngan ruang IV/a yang bekerja di lingkungan Kabupaten/Kta. Pasal 26 Angka kredit yang ditetapkan leh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, digunakan untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan/pangkat Perekayasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VIII PENGANGKATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA Pasal 27 Pejabat yang berwenang mengangkat dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa adalah Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 30

31 Pasal 28 (1) Pegawai Negeri Sipil yang di angkat untuk pertama kali dalam jabatan Perekayasa harus memenuhi syarat: a. berijaah paling rendah Sarjana (S1)/Diplma IV di bidang teknlgi sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan; b. pangkat paling rendah Penata Muda, glngan ruang III/a; c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3), paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 3 (tiga) tahun setelah diangkat harus mengikuti dan lulus diklat fungsinal perekayasa sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan leh Instansi Pembina; (3) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pengangkatan untuk mengisi lwngan frmasi dari Caln Pegawai Negeri Sipil; dan (4) Kualifikasi pendidikan dan pelatihan fungsinal untuk Jabatan Fungsinal Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan lebih lanjut leh Instansi Pembina. Pasal 29 (1) Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Perekayasa dilaksanakan sesuai dengan frmasi jabatan Perekayasa. (2) Frmasi jabatan Perekayasa sebagaimana pada ayat (1) untuk: a. Pegawai Negeri Sipil Pusat ditetapkan leh Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. b. Pegawai Negeri Sipil Daerah ditetapkan leh Pejabat Pembina Kepegawaian Prvinsi/Kabupaten/Kta masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan berdasarkan pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. 31

32 (3) Pedman perhitungan beban kerja dan penyusunan frmasi jabatan Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, diatur lebih lanjut leh Instansi Pembina. Pasal 30 (1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 29; b. memiliki pengalaman di bidang kerekayasaan paling kurang 2 (dua) tahun; c. usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; dan d. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP- 3) paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sama dengan pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan leh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; dan (3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dari unsur utama dan unsur penunjang. BAB IX PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN Pasal 31 (1) Perekayasa Pertama, pangkat Penata Muda, glngan ruang III/a sampai dengan Perekayasa Utama, pangkat Pembina Utama Madya, glngan ruang IV/d, dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki jabatan/pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. (2) Perekayasa Utama pangkat Pembina Utama glngan ruang IV/e dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap 2 (dua) 32

33 tahun sejak diangkat dalam pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling rendah 50 (lima puluh) angka kredit dari kegiatan tugas pkk dan pengembangan prfesi. (3) Di samping pembebasan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perekayasa dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila: a. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat; b. diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. ditugaskan secara penuh di luar bidang kerekayasaan; d. menjalani cuti di luar tanggungan negara; atau e. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. Pasal 32 (1) Perekayasa yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf a, d, dan e, dapat diangkat kembali dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa. (2) Perekayasa yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf b, dapat diangkat kembali dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pihak yang berwajib yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah. (3) Perekayasa Pertama dan Perekayasa Muda yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf c, dapat diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa paling tinggi berusia 54 (lima puluh empat) tahun. (4) Perekayasa Madya dan Utama yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf c, dapat diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa paling tinggi berusia 58 (lima puluh delapan) tahun. (5) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsinal Perekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan menggunakan angka kredit terakhir yang dimilikinya dan dapat ditambah angka kredit dari tugas pkk Perekayasa yang diperleh selama pembebasan sementara. 33

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 13/M/PB/VIII/2008 NOMOR : 22 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 13/M/PB/VIII/2008 NOMOR : 22 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 13/M/PB/VIII/2008 NOMOR : 22 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 13/M/PB/VIII/2008 NOMOR : 22 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN ANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1797, 2014 KEMENPAN RB. Pranata Laboratorium Kemetrelogian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

- 5 - k. memfasilitasi

- 5 - k. memfasilitasi - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA - 1 - SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.875, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.. Auditor Kepegawaian. Jafung. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2013 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Jabatan Fungsional. Auditor Kepegawaian. Ketentuan Pelaksana. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/17/M.PAN/9/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DOKTER PENDIDIK KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Sekretariat Jenderal DPR RI 15 April 2014 Setyanta Nugraha Karo Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 10/22/2013 Karo Analisa APBN 1 PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1340, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Desain Industri. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI 2006 Kajian pembentukan jabatan fungsional di Setjen DPR RI: Wiyakarsa/Analis Kebijakan Parlemen/Analis Anggaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1711, 2014 KEMENHAN. PNS. Angka Kredit. Jabatan Fungsional. Assessor. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PELELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.750, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penyuluh Hukum. Jabatan Fungsional. Angka Kredit Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran MATERI BUKU 1. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama Kepala Lembaga

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan hewan

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft Peraturan Menteri PAN Tgl. 4 Maret 2008 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya RANCANGAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERBER-MKP/2014 NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP No.1860, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Peneliti. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan sistem

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/62 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 No.84,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Instruktur. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSTRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA 1 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1096, 2013 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN DAN APARATUR NEGARA. Penyuluh Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1537, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN XV : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TANGGAL : 17 Februari 2004 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci