BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

PENYELESAIAN MODEL RANGKAIAN LISTRIK RL DAN RC SERI Oleh: 1 Ir. SIGIT KUSMARYANTO, M.Eng.

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

BAB III Penerapan PDB orde satu

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

PEMBENTUKAN MODEL RANGKAIAN LISTRIK

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

Rangkaian Listrik II

GAYA GERAK LISTRIK KELOMPOK 5

PENGANTAR Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UB

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP).

BERBAGAI MODEL MATEMATIKA BERBENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TINGKAT SATU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MODUL MATEMATIKA TEKNIK

PDB ORDE SATU PADA KURVA TRAYEKTORI ORTOGONAL Oleh: 1 Ir. Sigit Kusmaryanto, M.Eng

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx +

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD)

Persamaan Diferensial

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

Persamaan Diferensial

Induktansi. Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009

KALKULUS MULTIVARIABEL II

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Bab 7 Persamaan Differensial Non-homogen

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

PENYELESAIAN MODEL RANGKAIAN LISTRIK ORDE-2 Oleh: Ir. Sigit Kusmaryanto, M.Eng

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

Persamaan Differensial Biasa

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

Induksi Elektromagnet

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

R +1 R= UR V+1 R= ( ) R +1 R= ( )

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

JADWAL KEGIATAN PER TATAP MUKA (TM) Tatap Muka

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

TINJAUAN PUSTAKA. Jika y = f(x) dengan f(x) adalah suatu fungsi yang terdiferensialkan terhadap

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

DAN TEGANGAN LISTRIK

MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI LAPLACE. Kristo Dantes Lingga 1, Abil Mansyur 2.

Tegangan Gerak Listrik dan Kaidah Kirchhoff

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

FAKTOR INTEGRASI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE-1 UNTUK MENYELESAIKAN RANGKAIAN RC SIGIT KUSMARYANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

Esti Puspitaningrum, S.T., M.Eng.

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial

Rangkuman Materi Teori Kejuruan

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

Hukum Hukum Rangkaian. Rudi Susanto

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Modul 2 Elektromagnetika Telekomunikasi Medan Berubah Terhadap Waktu dan Persamaan Maxwell

HAMBATAN & ARUS LISTRIK MINGGU KE-6 2 X PERTEMUAN

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Persamaan Diferensial Biasa

ANALISIS PERSAMAAN RANGKAIAN RESISTOR, INDUKTOR DAN KAPASITOR (RLC) DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAMS BASHFORTH MOULTON ( SKRIPSI ) Oleh

III. TEORI PRAKTIKUM FISIKA - LISTRIK PERCOBAAN L1 RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA

Induksi elektromagnetik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Arus Searah (Direct Current) Fundamental of Electronics

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon 2 ABSTRAK

Rangkaian Seri Perhatikan rangkaian hambatan seri pada Gambar 6. Gambar 6

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

Transkripsi:

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: atau dalam bentuk: Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung Jika PDB dapat disusun dalam bentuk, maka persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan integrasi sederhana. Contoh1: maka Contoh2: maka sehingga Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi keterangan syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai konstanta sembarang atau c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi disebut khusus jika nilai c dapat dihitung. Contoh3: Tentukan solusi khusus persamaan berikut jika y=3 untuk x=0:

Penyelesaian maka dengan mengetahui y=3 untuk x=0 dapat dihitung nilai c yaitu sehingga solusi khusus adalah: Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel Jika persamaan diferensial berbentuk, yaitu persamaan yang ruas kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y, maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga faktor y bisa kita kumpulkan dengan dy dan faktor x dengan dx. contoh: selesaikan PD berikut maka jika kita pisahkan berdasarkan variabelnya menjadi: jika kita integrasikan kedua ruas menjadi: Persamaan Homogen substitusi y=vx tinjau persamaan diferensial berikut: persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan variabelnya. Dalam hal ini kita lakukan substitusi y =vx, dengan v adalah fungsi x. Sehingga penyelesaiannya:

dari y = vx dideferensialkan menjadi sehingga Persamaan sekarang menjadi: kedua ruas diintegrasikan menjadi: substitusi v=y/x didapatkan Persamaan Linier dalam bentuk Untuk PD yang berbentuk dengan P dan Q fungsi x atau konstanta maka penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrasi. Contoh, selesaikan PD berikut: Penyelesaian dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x faktor integrasinya = jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan maka:

sehingga penyelesaiannya dari contoh di atas jika faktor integrasi satu bisa dinyatakan dalam bentuk, maka PD linier orde dengan bentuk di atas, penyelesaiannya menjadi: Persamaan Bernoulli berbentuk PD yang berbentuk dengan P dan Q fungsi x atau konstanta diselesaikan dengan cara: Pertama, membagi kedua ruas dengan sehingga persamaan menjadi Kedua, misalkanlah sehingga supaya suku pertama didapat maka persamaan pertama dikalikan (1- n) didapat:

dengan P1 dan Q1 fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi kita dapatkan y. contoh, selesaikan PD berikut: penyelesaian kedua ruas dibagi menjadi misalkan, n=2 sehingga dan supaya suku pertama didapat maka persamaan dikali -1, diperoleh: faktor integral dimana P = maka bentuk umum penyelesaian PD linier didapat: sehingga karena maka

Persamaan Diferensial Eksak PDB dalam bentuk: dikatakan eksak jika terdapat fungsi Q(x,y), sedemikian sehingga dan. Dengan mengingat diferensial total dari fungsi Q(x, y), maka disimpulkan bahwa persamaan eksak jika dan hanya jika: Langkah-langkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut: Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial : Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD: Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. Misal dipilih M, maka : Langkah 4. Turunkan Q terhadap y dan samakan hasilnya dengan N(x,y) Langkah 5. Integralkan g'( y) untuk memperoleh g(y) Langkah 6. Tuliskan penyelesaian umum dalam bentuk implisit: Q(x, y) = C. Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu. Contoh: Selesaikan PDB, y(0)=3 Penyelesaian: Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah : (x-2y)dx + (y 2-2x)dy = 0 Langkah 2. Uji ke- eksak-an PD ini:

Langkah 3. Misal dipilih M untuk diintegralkan, maka : Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y): Langkah 5. Integralkan g'( y), diperoleh : Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit Q(x,y)=c: Langkah 7. Dengan kondisi awal y(0) = 3, diperoleh C = 9, sehingga penyelesaian khususnya adalah : Persamaan Diferensial Tak-Eksak Jika suatu PD orde satu berbentuk mempunyai sifat: maka PD tersebut disebut PD Tak-Eksak. Suatu PD tak eksak dapat diubah ke PD eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang disebut faktor pengintegralan (integrating factor). Pada bagian sebelumnya, kita mengenal faktor integral: untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier order satu dalam bentuk:

Faktor integral order satu berbentuk akan membawa persamaan diferensial linier menjadi PD eksak. Secara umum suatu faktor integral adalah faktor μ(x, y) dapat mengubah persamaan diferensial tidak eksak menjadi persamaan diferensial eksak. Contoh: Tunjukkan bahwa x dy + (2y xex )dx = 0 tidak eksak, tetapi dengan mengalikan dengan faktor μ = x PD tersebut menjadi eksak. Kemudian selesaikan! Penyelesaian : Uji ke-eksak-an, Jadi PD adalah tidak eksak. Dengan mengalikan faktor integral x diperoleh: dari langkah-langkah penyelesaian PD eksak, maka: jika diketahui: maka jadi solusi PD adalah: Menentukan Faktor Itegrasi Jika PD tak eksak dan faktor integrasi, maka adalah PD eksak, sehingga atau

ada beberapa kasus, yaitu: (1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau maka: Jadi jika menghasilkan fungsi x saja maka. (2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau maka:

Kesimpulan: Faktor integrasi ditentukan dengan menghitung kemudian membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri. Contoh:

dari sini seperti contoh sebelumnya dapat ditunjukkan dengan mengalikan x pada persamaan dihasilkan PD eksak.

Penerapan PDB orde satu: Trayektori Ortogonal Definisi Diketahui keluarga kurva pada bidang XY yang dinyatakan oleh persamaan F(x, y, k)= 0 dengan k = parameter. Kurva yang memotong tegak lurus kurva-kurva tersebutdinamakan trayektori ortogonal dari kurva F. Contoh Diberikan keluarga kurva y = mx dan y 2 + x 2 = k 2 yang disajikan pada satu sistem koordinat kartesius seperti Gambar di bawah ini. Gambar Keluarga kurva y = mx dan y 2 + x 2 = k2. Terlihat bahwa suatu garis berpotongan dengan suatu lingkaran. Garis arah antara lingkaran (pada titik potong) dan garis adalah saling tegak lurus atau ortogonal, karena itu kedua kurva dikatakan ortogonal di titik potongnya. Dengan kata lain garis lurus y = mx adalah trayektori ortogonal dari keluarga lingkaran tersebut. Sebaliknya dapat dikatakan juga bahwa setiap lingkaran merupakan trayektori ortogonal dari garis y = mx. Langkah-langkah menentukan trayektori ortogonal untuk keluarga kurva F(x, y, k) = 0:

Langkah 1. Langkah 2. Ditentukan persamaan diferensial untuk keluarga kurva, yaitu y = f (x, y, k ) Disubstitusikan k = F(x, y) untuk memperoleh persamaan diferensial implisit bagi F(x, y, k) = 0 berbentuk Langkah 3. Dituliskan persamaan diferensial yang berkaitan untuk keluarga ortogonal, yaitu Langkah 4. Diselesaikan persamaan diferensial baru. Penyelesaiannya adalah keluarga trayektori ortogonal. Contoh Tentukan keluarga trayektori ortogonal dari keluarga kurva berikut ini. y = cx 2. Penyelesaian Langkah I Persamaan diferensial untuk keluarga kurva y = cx 2 yaitu Langkah 2 Disubstitusikan untuk memperoleh persamaan diferensial implisit: Langkah 3 Persamaan diferensial untuk keluarga ortogonal yaitu Langkah 4 Selesaikan persamaan diferensial baru Jadi, persamaan trayektori ortogonal untuk keluarga kurva y = cx 2 adalah: Penerapan PDB orde satu: Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik sederhana adalah rangkaian seri. Rangkaian ini terdiri atas: 1. suatu baterai atau generator yang menghasilkan tenaga gerak listrik (electromotive force atau e.m.f / tegangan atau potensial) sebesar E volt 2. suatu penghambat (resistor) dengan pembatas sebesar R ohm 3. suatu induktor dengan induktansi sebesar L henry. 4. suatu kapasitor dengan kapasitansi sebesar C farad Arus I yang diukur dalam Ampere adalah laju perubahan sesaat muatan Q pada kapasitor yang diukur dalam coulomb terhadap waktu, yaitu I=dQ/dt. Dari prinsip dasar kelistrikan, kita memperoleh: Potensial yang dihasilkan pada resistor adalah, E R = I.R (a) Potensial yang dihasilkan pada induktor adalah, E L = L. di/dt (b) Potensial yang dihasilkan pada kapasitor adalah, E C = Q/C, karena: maka (c) Hukum Kirchoff a. Jumlah aljabar arus yang mengalir ke dalam suatu simpangan adalah nol b. Jumlah aljabar potensial yang dihasilkan sepanjang suatu loop tertutup adalah nol. RANGKAIAN RL

Untuk rangkaian RL seperti Gambar di atas dan berdasarkan hukum tegangan Kirchoff serta (a) dan (b), diperoleh: Kasus A. Jika E(t) = E 0 (konstanta), maka dari (d) diperoleh PD: PD diselesaikan dengan faktor integral yaitu: Jika t = tak hingga maka = nol, sehingga I(t) sama dengan nilai batas E 0 /R. Penyelesaian khusus untuk syarat awal I(0) = 0 adalah Kasus B. Jika E(t) = E 0 sinωt, maka dari (d) diperoleh PD: PD diselesaikan dengan faktor integral yaitu: dan dengan integrasi parsial diperoleh penyelesaian umum: