PENGUJIAN PEMBERLAKUAN RUMUS SEGITIGA BOLA DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT SHOLAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

IR. STEVANUS ARIANTO 1

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

KINEMATIKA GERAK LURUS

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

Matematika EBTANAS Tahun 1988

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

B a b 1 I s y a r a t

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

BAB II TINJAUAN TEORITIS

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

IV. METODE PENELITIAN

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

B a b 1 I s y a r a t

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TEORI DASAR ANTENA

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Fungsi Bernilai Vektor

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

Gerak Lurus. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran

II. Penggunaan Alat Peraga. segitiga, kemudian guru bertanya Berapakah alasnya? (7) Berapakah tingginya? (2), Bagaimanakah cara mendapatkannya?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT

III. METODE PENELITIAN

Xpedia Fisika. Mekanika 01

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

Transkripsi:

PENGUJIAN PEMBERLAKUAN RUMUS SEGITIGA BOLA DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT SHOLAT Galuh Kusuma Wardhani, Wahyu Kurniawan, Naalia Dianing Gulia, Wahyu Hari Krisiyano Progdi Fisika dan Pendidikan Fisika, FSM, UKSW Email: beauy_ayuya@yahoo.com A. Pendahuluan Kaa Kibla berasal dari kaa Arab alqiblah yang berari arah. Kibla dalam koneks sebagai arah dalam menjalankan ibadah shala merupakan kewajiban yang disyariakan kepada seiap muslim unuk menghadapkan arah pandangan dan seluruh ubuh ke arah Ka bah, Mekah. Walaupun dalam hukum syara idak mulak mewajibkan shola harus epa aau arahnya idak boleh melenceng sedikipun. Persoalan ini akan menjadi berbeda jika kondisi ini dilaksanakan di berbagai negara yang jauh dari Ka bah seperi di Indonesia. Terjadinya selisih sudu 1 deraja dari arah kiba di Indonesia akan akan menyebabkan pergeseran sebesar 140 kilomeer di Uara aau Selaan Mekkah (hp://rukyaulhilal.org/arahkibla/index.hml). Seharusnya empa yang akan digunakan unuk shola eruama masjid sudah diarahkan epa menghadap ke arah kibla yang idak harus merombak bangunan mihrab namun cukup arah shafnya saja. Pada umumnya beberapa masjid yang elah dibangun di Indonesia, menggunakan 3 meode dalam penenuan arah kibla ersebu yaiu (1) memanfaakan bayang-bayang kibla, (2) memanfaakan arah uara geografis (ruenorh), dan (3) mengamai/ memperhaikan keika maahari epa berada di aas Ka bah. Arah bayangan maahari disaa maahari epa berada di aas ka bah yaiu pada anggal 28 Mei (Kadang-kadang erjadipada anggal 27 Mei unuk ahun Kabisa) pukul 12.18 waku Mekah aau 09.18 UT dan anggal 16 Juli (ahun pendek) aau 15 Juli (ahun kabisa) pukul 12.27 waku Mekah aau 09.27 UT (www.scribd.com/doc/73184292/8/c- Penenuan-Arah-Kibla). Meode penenuan arah kibla ada banyak cara selain menggunakan paokan maahari ersebu, salah saunya menggunakan rumus Segiiga Bola/meode geografis yang didasarkan dari urunan ilmu geodesi. Rumus segiiga Bola ini akan menghasilkan sudu yang berasal dari arcan K yang diukur dari arah uara bumi ke arah bara sebesar arah K ersebu. Penenuan arah uara umumnya menggunakan kompas dimana magne bebas kuub-kuubnya akan menunjukkan arah uara dan selaan bumi. 69

Berdasarkan sumber yang dikuip dari ilmu falak bahwa menggunakan kompas idak epa karena arah yang diunjukkan oleh kompas adalah arah yang merujuk kepada arah uara magne. Arah uara magne ernyaa idak mesi sama dengan arah uara sebenarnya. Perbedaan arah uara ini disebu sebagai sudu serong magne aau deklinasi yang juga berbeda diseiap empa dan selalu berubah sepanjang ahun. Sau lagi masalah yang bisa imbul dari menggunakan kompas ialah arikan graviasi seempa dimana ia erpengaruh oleh bahan-bahan logam aau arus lisrik di sekeliling kompas yang digunakan. Dari pernyaaan ersebu diaas kompas idak disarankan sebagai ala unuk menenukan arah kibla, padahal umumnya menenukan arah uara menggunakan kompas dan perlu juga dikeahui sudu deklinasi dari kompas. Tampak bahwa perlu dielii bagaimana keidakepaan penggunaan kompas dalam penenuan arah kibla. B. Perumusan Masalah Seberapa besar penyimpangan penenuan arah kibla menggunakan kompas berdasarkan rumus Segiiga Bola? C. Tujuan Mengukur sudu arah kibla dan uara menggunakan kompas dan membandingkannya dengan perhiungan rumus Segiiga Bola. D. Kajian Teori 1. Dalil Al-Quran Berkaian Arah Kibla Surah Al-Baqarah aya 149 : Arinya :"Dan dari mana saja engkau keluar (unuk mengerjakan shala) hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah). Sesunggunya perinah berkibla ke Ka'bah iu benar dari Allah 70 (uhanmu) dan ingalah Allah idak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan". Surah Al-Baqarah aya 150: Arinya: "Dan dari mana saja engkau keluar (unuk mengerjakan sola) maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah) dan dimana sahaja kamu berada maka hadapkanlah muka kamu ke arahnya, supaya idak ada lagi sebarang alasan bagi orang yang menyalahi kamu, kecuali orang yang zalim dianara mereka (ada saja yang mereka jadikan alasannya). Maka janganlah kamu aku kepada caca cela mereka dan akulah kamu kepada-ku semaa-maa dan supaya Aku sempurnakan nikma-ku kepada kamu, dan juga supaya kamu beroleh peunjuk hidayah (mengenai perkara yang benar)". 2. Perhiungan / hisab arah kibla a). Koordina Posisi Geografis Seiap lokasi di permukaan bumi dienukan oleh dua bilangan yang menunjukkan kooordina aau posisinya. Koordina posisi ini masing-masing disebu Laiude (Linang) dan Longiude (Bujur). Sesungguhya angka koordina ini merupakan angka sudu yang diukur dari pusa bumi sampai permukaannya. Acuan pengukuran dari suau empa yang merupakan perpoongan anara garis Ekuaor dengan Garis Prime Meridian yang melewai koa Greenwich Inggris. Tiik ini berada di Lau Alanik kira-kira 500 km di Selaan koa Accra Rep. Ghana Afrika.

Sauan kooordina lokasi dinyaakan dengan deraja, meni busur dan deik busur dan disimbolkan dengan (, ', " ) misalnya 110 47 9 dibaca 110 deraja 47 meni 9 deik. Dimana 1 = 60 = 3600. Dan perlu diinga bahwa walaupun menggunakan kaa meni dan deik namun ini adalah sauan sudu dan bukan sauan waku. Laiude disimbolkan dengan huruf Yunani φ (phi) dan Longiude disimbolkan dengan λ (lamda). Laiude aau Linang adalah garis verikal yang menyaakan jarak sudu sebuah iik dari linang nol deraja yaiu garis Ekuaor. Linang dibagi menjadi Linang Uara (LU) nilainya posiif (+) dan Linang Selaan (LS) nilainya negaif (-) sedangkan Longiude aau Bujur adalah garis horisonal yang menyaakan jarak sudu sebuah iik dari bujur nol deraja yaiu garis Prime Meridian. Bujur dibagi menjadi Bujur Timur (BT) nilainya posiif (+) dan Bujur Bara (BB) nilainya negaif (-). Unuk sandard inernasional angka longiude dan laiude menggunakan kode arah kompas yaiu Norh (N), Souh(S), Eas (E) dan Wes (W). Misalnya Yogyakara berada di Gambar 1.Pea daar seluruh permukaan bumi 71 Longiude 110 47 BT bisa diulis 110 47 E aau +110 47. b). Ilmu Ukur Segiiga Bola Ilmu ukur segiiga bola aau disebu juga dengan isilah rigonomeri bola (spherical rigonomeri) adalah ilmu ukur sudu bidang daar yang diaplikasikan pada permukaan berbenuk bola yaiu bumi yang kia empai. Ilmu ini perama kali dikembangkan para ilmuwan muslim dari Jazirah Arab seperi Al Baani dan Al Khawarizmi dan erus berkembang hingga kini menjadi sebuah ilmu yang mendapa julukan Geodesi. Segiiga bola menjadi ilmu andalan idak hanya unuk menghiung arah kibla bahkan ermasuk jarak lurus dua buah empa di permukaan bumi. Sebagaimana sudah disepakai secara umum bahwa yang disebu arah adalah jarak erpendek berupa garis lurus ke suau empa sehingga Kibla juga menunjukkan arah erpendek ke Ka bah. Karena benuk bumi yang bula, garis ini membenuk busur besar sepanjang permukaan bumi. Lokasi Ka bah berdasarkan pengukuran menggunakan Global Posiioning Sysem (GPS) maupun

menggunakan sofware Google Earh secara asronomis berada di 21 25' 21.04" Linang Uara dan 39 49' 34.04" Bujur Timur. Angka ersebu dibua dengan keeliian cukup inggi. Namun unuk keperluan prakis perhiungan idak perlu sedeil angka ersebu. Biasanya yang digunakan adalah : φ = 21 25 LU dan λ = 39 50 BT (1 = 60 = 3600 ) = deraja = meni busur dan = deik busur Arah Ka bah dapa dikeahui dari seiap iik di permukaan bumi, maka unuk menenukan arah kibla dapa dilakukan dengan menggunakan Ilmu Ukur Segiiga Bola (Spherical Trigonomeri). Penghiungan dan pengukuran dilakukan dengan deraja sudu dari iik kuub Uara, dengan menggunakan ala banu mesin hiung aau kalkulaor. Unuk perhiungan arah kibla, ada 3 buah iik yang harus dibua, yaiu : 1. Tiik A, dileakkan di Ka bah (Mekah) 2. 2. Tiik B, dileakkan di lokasi yang akan dienukan arah kiblanya. 3. Tiik C, dileakkan di iik kuub uara. Tiik A dan iik C adalah dua iik yang eap, karena iik A epa di Ka bah dan iik C epa di kuub Uara sedangkan iik B senaniasa berubah erganung lokasi mana yang akan dihiung arah Kiblanya.Bila keiga iik ersebu dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka erjadilah segiiga bola ABC, seperi pada gambar. Keiga sisi segiiga ABC di samping ini diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudu didepannya masing-masing sisi a, sisi b dan sisi c. Dari gambar di aas, dapalah dikeahui bahwa yang dimaksud dengan perhiungan Arah Kibla adalah suau perhiungan unuk mengeahui berapa besar nilai sudu K di iik B, yakni sudu yang diapi oleh sisi a dan sisi c. Gambar 2. Ilusrasi Rumus Segiiga Bola 72 Pembuaan gambar segiiga bola seperi di aas sanga berguna unuk membanu menenukan nilai sudu arah kibla bagi suau empa dipermukaan bumi ini dihiung/diukur dari suau iik arah maa angin ke arah maa angin lainnya, misalnya diukur dari iik Uara ke Bara (U-B), aau diukur searah jarum jam dari iik Uara (UTSB). Unuk perhiungan arah kibla, hanya diperlukan dua daa : 1). Koordina Ka bah φ = 21 o 25 LU dan λ = 39 o 50 BT. 2). Koordina lokasi yang akan dihiung arah kiblanya. Sedangkan daa linang dan bujur empa lokasi koa yang akan dihiung arah kiblanya dapa diambil dari berbagai sumber dianaranya : Alas Indonesia dan Dunia,

Taqwim Sandar Indonesia, Tabel Geografis Koa-koa Dunia, sius Inerne maupun lewa pengukuran langsung menggunakan pirani Global Posiioning Sysem (GPS). Tabel 1. Daa dan Rumus Arah Kibla yang Digunakan No INDONESIA NILAI ARAB INTERNASIONAL SIMBOL 1 Linang( LU / LS ) + / - Ardul balad Laiude (U/S) phi = φ 2 Bujur( BT / BB ) + / - Thululbalad Longiude (E/W) lambda = λ Daa geografis Ka bah di Makkah : φk = 21 25 LU dan λk = 39 50 BT (diringkas) Dalam ilmu segiiga bola erdapa banyak sekali rumus yang dapa digunakan unuk menghiung arah kibla sera arah kibla sera menghiung jarak dari ka bah ke lokasi erenu. 3. Kompas Jarum kompas selalu menunjuk arah uara dan selaan disebabkan erarik oleh kuub selaan dan kuub uara magne bumi. Kuub uara jarum kompas erarik oleh kuub selaan magne bumi yang berada disekiar kuub uara bumi. Sedangkan kuub selaan kompas erarik oleh kuub uara magne bumi yang erdapa disekiar kuub selaan bumi. Kuub uara dan kuub selaan magne bumi idak berimpi dengan kuub uara dan kuub selaan bumi. Hal ini menyebabkan kuub uara dan kuub selaan magne jarum kompas idak menunjukkan arah uara dan selaan geografis, sehingga membenuk sebuah sudu yang disebu Deklinasi (D). Sudu deklinasi adalah sudu yang dibenuk oleh kuub uara-selaan jaum kompas erhadap arah uara-selaan geografis. Di daerah yang epa diaas garis khaulisiwa, posisi jarum kompas dalam keadaan seimbang. Namun jika kompas dibawa mendekai kuub bumi jarum kompas akan condong keaas aau kebawah. Keika dibawa mendekai kuub uara bumi, kuub uara jarum kompas condong kebawah karena erarik oleh kuub selaan magne bumi. Sedangakan keika dibawa mendekai kuub selaan bumi, kuub selaan jarum kompas condong ke bawah karena erarik oleh kuub uara magne bumi. Kemiringan jarum kompas ersenu membenuk sudu inklinasi. Sudu inklinasi adalah sudu yang dibenuk oleh jarum kompas erhadap permukaan bumi (web586.blogspo.com/2012/07/eorikemagnean-bumi.hml) E. Meode Peneliian Meode peneliian yang digunakan adalah eksperimen laboraorium lapang. Sampel pada peneliian ini adalah 6 masjid yang ada di Koa Salaiga. Penenuan besrnya 73

sudu berdasarkan rumus Segiiga Bola sin( λa λk ) an K =, cosϕ.anϕ sinϕ.cos λ λ A k A ( ) dimana sudu-sudu Linang dan Bujur lokasi sampel masjid dan ka bah dienukan dari sofware google earh. Pengukuran sudu yang dibenuk arah kibla sampel erhadap arah uara dilakukan dengan cara mengukur besar sudu anara panah yang merupakan arah kibla sampel erhadap arah uara kompas di lokasi ersebu. Penenuan A k penyimpangan sudu diperoleh dari selisih hasil pengiungan dan pengukuran ersebu diaas. F. Hasil dan Pembahasan Unuk menghiung rumus Segiiga bola, daa perama yang diperlukan adalah koordina linang ( ϕ )dan bujur empa ( λ ) yang diperoleh dari sofware Google Earh. Di bawah ini salah sau cara unuk mendapakannya. Lokasi Sampel (Masjid A) Koordina Sampel (Masjid A) = ϕ = 7 o18' LS dan λ = 110o 29' BT Gambar 4. Tampilan Google Earh unuk sampel masjid A dengan koordina 7 0 18 56.83 LS dan 110 0 29 37.04 Dengan menerapkan conoh diaas,dari 6 daa sampel yang dielii didapakan Koordina Linang dan Bujur yang disajikan dalam abel dibawah ini. Tabel 2. Linang dan Bujur sampel yang diperoleh dari Google Earh No Nama Masjid LS( ϕ ) BT( λ ) 1 Masjid A 7 0 18 56.83 110 0 29 37.04 2 Masjid B 3 Masjid C 7 0 19 46.95 110 0 29 55.53 7 0 18 19.40 110 0 29 26.79 Dari abel diaas diperoleh koordina sampel dan dapa dihiung sudu K dalam rumus Segiiga Bola (dikeahui: φ k = 21 25 LU dan λ k = 39 50 BT ) dengan cara : 1derajad = 60 meni busur ϕ λ ( masjida) ( masjida) = = 0 ( 7 + 18/ 60) ( 110 + 29 60) 0 4 Masjid D 5 Masjid E 6 Masjid F 7 0 18 19.71 110 0 29 21.69 7 0 19 19 110 0 29 59,64 7 0 19 10,72 110 0 29 49,64 74

Tabel 3. Hasil perhiungan rumus Segiiga Bola No Sample Masjid K(derajad) 1 Masjid A 69,81038437 2 Masjid B 69,81038437 3 Masjid C 69,81627486 4 Masjid D 69,81038437 5 Masjid E 69,81038437 6 Masjid F 69,81627486 Sudu yang dibenuk dari 0 0 Uara berhimpi dengan garis arah kibla=62,5 0 Gambar 5. Pengukuran arah kibla pada masjid dengan sudu kibla erhadap arah kompas 62,5 0 Tabel 4. Pengukuran sudu dari uara kompas ke bara hingga berhimpi dengan arah kibla sampel No Nama Masjid Pengukuran Kompas 1 A 62,5 2 B 62,5 3 C 77 4 D 52,5 5 E 57,5 6 F 80 Tabel 5. Perbandingan anara perhiungan dan pengukuran sudu kibla. No Nama Masjid K Pengukuran kompas (θ) Selisih[ K θ ] 1 A 69,81038437 62,5 7,310384 2 B 69,81038437 62,5 7,310384 3 C 69,81627486 77 7,18373 4 D 69,81038437 52,5 17,31038 5 E 69,81038437 57,5 12,31038 6 F 69,81627486 80 10,1837 75

Dari abel diaas ampak bahwa selisih penghiungan dan pengukuran arah kibla memiliki selisih yang cukup besar yaiu anara 7-17 deraja. Selisih ini salah saunya dapa disebabkan oleh adanya sudu deklinasi kompas yaiu sudu anara kuub magne bumi dan kuub bumi. Karena sudu deklinasi bumi seiap ahun berubah-ubah maka berdasarkan penyimpangan yang erukur ersebu idak disarankan menggunkan kompas unuk mendapakan arah kibla yang elii dan epa. G. Kesimpulan dan Saran Sudu kibla dapa dihiung dengan menggunakan rumus Segiiga Bola berdasarkan iik kooordina masjid dengan menggunakan banuan sofware Google Earh. Terdapa perbedaan sudu penyimpangan anara perhiungan rumus segiiga bola dan pengukuran menggunakan kompas. penyimpangan anara perhiungan dan pengukuran mengindikasikan bahwa penggunaan kompas unuk mendapakan arah kibla idak elii dan idak epa. Walaupun erdapa selisih anara perhiungan dan pengukuran ini namun penggunaan kompas unuk menenukan arah kibla sanga menarik sebagai penerapan dari pembelajaran dari konsep kemagnean yang dapa diberikan kepada siswa aau mahasiswa. H. Dafar Pusaka Anonim. 2009. Pedoman Hisab Muhammadiyah.Yogyakara: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Raharo, Moedji. Posisi Maahari unuk Penenuan Awal WakuSala dan Bayangan Arah Kibla makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Mengkaji Ulang Penenuan AwalWaku Sala & Arah Kibla, Yogyakara Audiorium UII, 7April 2001, p. 8. www.rukyaulhilal.org/arah-kibla/index.hml www.scribd.com/doc/73184292/8/c- Penenuan-Arah-Kibla web586.blogspo.com/2012/07/eorikemagnean-bumi.hml 76