BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan n. Dalam perode tersebut, duna telah mengalam perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabla dbandngkan dengan perode-perode sebelumnya. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonom dartkan sebaga suatu proses pertumbuhan output perkapta dalam jangka panjang. Hal n berart, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermn pada penngkatan output perkapta yang sekalgus memberkan banyak alternatf dalam mengkonsums barang dan jasa, serta dkut oleh daya bel masyarakat yang semakn menngkat (Boedono, 1993 : 1 2). Indkator adanya penngkatan pendapatan suatu negara dapat dlhat dar Pendapatan Domestk Bruto (PDB), karena Pendapatan Domestk Bruto dgunakan untuk mengetahu knerja suatu perekonoman. Perubahan Relatf Produk Domestk Bruto (PDB) dsebut sebaga Pertumbuhan Ekonom. Pertumbuhan ekonom sangat berhubungan dengan proses penngkatan produks barang dan jasa dalam kegatan ekonom masyarakat. Pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdmens tunggal dan dukur dengan menngkatnya hasl 1

2 produks dan pendapatan. Artnya terdapat kenakan dalam pendapatan nasonal yang dtunjukkan oleh besarnya nla Produk Domestk Bruto (PDB). Indonesa sebaga suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 sudah melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap dengan usaha pemerataan dan kestablan, dengan tujuan agar tercapanya pertumbuhan ekonom yang cukup tngg sehngga memungknkan terwujudnya penngkatan kesejahteraan seluruh rakyat dan taraf hdup masyarakat karena pembangunan ekonom daerah bertujuan untuk menngkatkan jumlah dan jens peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999 :298). Hal lan yang mendukung adanya pembangunan tap daerah adalah adanya undang undang No : 22 tahun 1999 tentang pemerntah daerah yang memberkan kewenangan yang semakn luas untuk melaksanakan program program pengembangan d daerahnya. Pertumbuhan ekonom menjad pentng dalam konteks perekonoman suatu Negara karena dapat menjad salah satu dar pertumbuhan atau pencapaan perekonoman bangsa tersebut. Apabla kta membcarakan pertumbuhan, tentunya kta paham bahwa yang dmaksud adalah penngkatan output nasonal. Untuk menngkatkan output nasonal tersebut terdapat faktor-faktor yang salng mempengaruh dan salng bernteraks antara satu dengan yang lan. Pertumbuhan ekonom tersebut bersfat dnams, artnya adakalanya pertumbuhan ekonom berkembang dengan cepat, dan adakalanya pula pertumbuhan ekonom tu mengalam kemunduran. 2

3 Indonesa memlk beberapa pulau, salah satu pulau d Indonesa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Pulau Jawa. Para perencana pembangunan memandang bahwa jumlah penduduk yang besar adalah aset pembangunan. Apabla penduduk tersebut memlk kualtas dan keahlan maka akan mampu menngkatkan pendapatan nasonal. Secara umum kualtas hdup penduduk d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta yang antara lan melput rata-rata lamanya hdup, tngkat pengetahuan dan standar hdup yang layak mash lebh bak dbandngkan daerah lannya. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusa, standar hdup tahun 2001 Daerah Istmewa Yogyakarta menempat urutan kedua dengan skor 68.7, Propns Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tercatat angka 72.5, Propns Jawa Tengah yang tercatat angka 61.8 dan Propns Jawa Tmur tercatat Laju Pertumbuhan Penduduk yang tngg d Daerah Istmewa Yogyakarta dsebabkan banyaknya arus urbansas dar pedesaan dan dar beberapa daerah sepert Jawa Tengah, Jawa Tmur dan dar luar Pulau Jawa. Tujuan mereka urbansas ke Daerah Istmewa Yogyakarta untuk mencar lmu sehngga kualtas sumber daya manusa d Daerah Istmewa Yogyakarta cukup tngg. Selan memlk sumber daya manusa yang berkualtas tngg Daerah Istmewa Yogyakarta juga memlk sumber daya alam yang dapat dgunakan sebaga pendorong penngkatan pendapatan daerah. Pendapatan daerah dukur dengan Produk Domestk Regonal Bruto (PDRB) yang merupakan nla tambah dar keseluruhan kegatan ekonom dalam suatu wlayah dengan data waktu tertentu (BPS, 2001 : 527). 3

4 Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Per Kapta Propns Daerah Istmewa Yogyakarta, Uraan PDRB berlaku (juta rupah) PDRB konstan 2000 (juta rupah) Penduduk Pertengahan tahun (orang) PDRB per kapta berlaku (rupah) PDRB per kapta konstan 2000 (rupah) Sumber : BPS Propns Daerah Istmewa Yogyakarta. PDRB per kapta dapat dgunakan sebaga salah satu ndkator tngkat kemakmuran penduduk suatu daerah/wlayah. PDRB per kapta dperoleh dar hasl bag antara nla tambah yang dhaslkan oleh seluruh sektor ekonom d suatu wlayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena tu, besar keclnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap nla PDRB per kapta. Sedangkan besar keclnya nla PDRB sangat tergantung pada potens sumber daya alam dan faktorfaktor produks yang terdapat d daerah tersebut. Angka penduduk yang dgunakan adalah jumlah penduduk pada pertengahan tahun hasl sensus penduduk tahun 2000 dan surve penduduk antar sensus tahun

5 Nla PDRB per kapta Propns Daerah Istmewa Yogyakarta atas dasar harga berlaku sejak tahun 2003 hngga 2007 mengalam penngkatan secara terusmenerus. Pada tahun 2003 nla PDRB per kapta tercatat sebesar Rp 6,01 juta, dan secara nomnal terus mengalam kenakan hngga tahun 2007 mencapa Rp 9,58 juta (lhat tabel 1.1). Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonom Sektoral d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta , Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun , dan Andl Pertumbuhan Tahun 2007 (persen) Sektor Rata-rata Pertanan 2.Pertambangan dan Penggalan 3.Industr Pengolahan 4.Lstrk, Gas dan Ar Bersh 5.Konstruks 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.Pengangkutan dan Komunkas 8.Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa 4,35 1,57 2,60 5,71 8,61 5,04 5,76 8,17 3,80 3,11 0,73-0,17 13,28 3,62 5,28-1,93 0,80 9,69 1,89 8,45 9,66 5,06 6,45 6,49 8,12 3,75 2,11 5,19 10,13 4,89 6,88 4,73 Andl Pertumbuhan ,15 0,07 0,27 0,07 0,87 1,03 0,65 0,59 2,49 4,04 3,61 3,18 0,61 PDRB 4,73 3,70 4,31 4,46 4,31 Sumber : BPS Propns Daerah Istmewa Yogyakarta. Sektor pertanan melambat sebesar 3,00 pon karena faktor klm yang kurang mendukung, yatu terjad musm hujan yang berakbat bergesernya musm tanam dan produks tdak sepert yang dharapkan. Sektor konstruks melambat 5

6 hngga mencapa 3,62 pon karena permntaan yang tdak setngg tahun sebelumnya yang sedang mengadakan rekonstruks besar-besaran setelah terjad gempa bum. Demkan pula sektor jasa-jasa tumbuh melambat sebesar 0,43 pon karena jasa pemerntah yang tdak setngg tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, anggaran pemerntah yang terseda mendapat tambahan dana bantuan dar pusat dan swasta untuk rekonstruks dan rekonslas pasca gempa. Ketujuh sektor-sektor lannya mengalam percepatan pertumbuhan. Sektor penggalan mengalam percepatan sebesar 6,58 pon karena supply yang melmpah pasca erups Gunung Merap tahun Sektor ndustr pengolahan mengalam percepatan 1,16 pon karena banyak dukungan pemerntah daerah dalam upaya pemulhan ndustr pasca gempa. Sektor lstrk dan ar bersh mengalam percepatan 8,61 pon karena jarngan yang rusak akbat gempa sudah dperbak sehngga dstrbus produk sudah kembal normal. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalam percepatan 4,44 pon karena prasarana fsk sepert jalan dan jembatan yang sudah dperbak melancarkan pasokan komodtas perdagangan. D sampng tu, hotel-hotel dan restoran yang rusak akbat pertumbuhan sebesar 0,65 persen dan 0.61 persen. Dar 4,31 persen pertumbuhan ekonom, keempat sektor tersebut mampu menyumbang 3,16 persen. Tngkat pertumbuhan ekonom d Daerah Istmewa Yogyakarta ddorong oleh knerja ekspor terutama ekspor. Ekspor merupakan sektor yang dharapkan dapat menjad motor pertumbuhan ekonom (export led growth). Dalam kerangka teorts Keynes untuk perekonoman terbuka, ekspor merupakan salah satu komponen pendapatan nasonal. Dplhnya strateg promos ekspor pada 6

7 hakekatnya dlandas oleh pemkran ekspor akan dapat menjad pendorong pertumbuhan ekonom. Penngkatan ekspor tersebut akan menngkatkan pendapatan nasonal. Kegatan ekspor adalah sstem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dar dalam neger keluar neger dengan memenuh ketentuan yang berlaku. Fungs pentng komponen ekspor dar perdagangan luar negr adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasonal nak, yang pada glrannya menakkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonom. Ekspor akan memperbesar kapastas konsums suatu negara menngkatkan output duna, serta menyajkan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar nternasonal yang potensal untuk berbaga produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara mskn tdak akan mampu mengembangkan kegatan dan kehdupan perekonoman nasonalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalu promos serta penguatan sektor-sektor ekonom yang mengandung keunggulan komparatf, bak tu berupa ketersedaan faktor-faktor produks tertentu dalam jumlah yang melmpah, atau keunggulan efsens alas produktftas tenaga kerja. Adanya kebjakan dar pemerntah untuk memberkan tambahan modal kepada ndustr-ndustr kecl menengah untuk melaksanakan spesalsas produk ekspornya. Semakn luas pasar nternasonal, maka banyak nvestor asng yang bermnat pada barang-barang yang dproduks oleh Daerah Istmewa Yogyakarta, kenakan ekspor akan menngkatkan pendapatan daerah dan menngkatkan pertumbuhan ekonom Daerah Istmewa Yogyakarta. 7

8 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang d atas, maka rumusan masalah dalam peneltan n adalah : 1. Bagamana pengaruh Ekspor terhadap PDRB d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta? 2. Bagamana pengaruh PDRB terhadap Ekspor d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta? 1.3. Tujuan Peneltan Tujuan peneltan yang ngn dcapa adalah untuk mengetahu hubungan kausaltas antara ekspor dengan PDRB d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta perode tahun Manfaat Peneltan Peneltan n dharapkan bermanfaat : 1. bag penuls : sebaga aplkas dar lmu pengetahuan yang telah dperoleh selama n. 2. bag penelt lan : dharapkan hasl peneltan n dapat dgunakan sebaga bahan referens bag penelt penelt sejens d masa yang akan datang Stud Terkat Peneltan tentang hubungan kausaltas antara ekspor dengan PDRB telah dlakukan oleh banyak penelt. 8

9 Oleh karena tu, peneltan n menggunakan de dasar dar beberapa peneltan terdahulu sepert yang terdapat d bawah n : Peneltan yang dlakukan oleh Hasmarn dan Martnngsh (2003) telah melakukan peneltan untuk data d Indonesa pada perode peneltan Tujuan peneltan n mengetahu hubungan kausaltas antara ekspor non mgas dengan pertumbuhan ekonom. Berdasarkan hasl peneltan dengan uj kausaltas Granger menunjukkan adanya hubungan kausaltas (ekspor non mgas tehadap pertumbuhan ekonom dan sebalknya). Tetap hubungan satu arah dar tngkat pertumbuhan ekonom ke tngkat ekspor non mgas perode peneltan tampak lebh kuat dan lebh sgnfkan. Peneltan lannya dlakukan oleh Gntng (2003) mengena hubungan kausaltas antara ekspor hasl ndustr dengan pertumbuhan ekonom d Indonesa perode peneltan tahun dengan data kuartalan menympulkan bahwa hanya terjad hubungan satu arah selama perode peneltan tersebut, yatu ekspor hasl ndustr mempengaruh pertumbuhan ekonom, jad ekspor hasl ndustr mendorong penngkatan pertumbuhan ekonom tetap bukan pertumbuhan ekonom yang mendorong ekspor ndustr. Peneltan lannya dlakukan oleh Kurnawan (2003) telah melakukan peneltan yang dlakukan d Indonesa perode peneltan , dengan menggunakan uj Granger mendapatkan hasl bahwa tdak terdapat hubungan kausaltas antara ekspor dengan Produk Domestk Bruto, namun terdapat hubungan satu arah dar ekspor ke Produk Domestk Bruto. 9

10 Peneltan yang dlakukan oleh Irham Lhan dan Yog dalam peneltannya mengena Analss Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonom Indonesa Tahun 1983 sampa 2001, menggunakan regres berganda dengan pendekatan ordnary least square (OLS). Hasl peneltan membuktkan bahwa peranan sektor ekspor d Indonesa tdak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB d Indonesa Hpotess Hpotess yang dgunakan dalam peneltan n adalah : 1. Dduga Ekspor berpengaruh postf dan sgnfkan terhadap PDRB d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta tahun Dduga PDRB berpengaruh postf dan sgnfkan terhadap Ekspor d Propns Daerah Istmewa Yogyakarta tahun Defns Operasonal Varabel Varabel yang dgunakan dalam peneltan n adalah PDRB dan Ekspor. 1. PDRB (Produk Domestk Regonal Bruto) yakn nla tambah yang terbentuk dar keseluruhan kegatan ekonom dalam suatu wlayah dengan rentang waktu tertentu. 2. Ekspor adalah sstem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dar dalam neger keluar neger dengan memenuh ketentuan yang berlaku. 10

11 1.8. Metode Peneltan Varabel yang dgunakan adalah PDRB Propns Daerah Istmewa Yogyakarta dan Ekspor Propns Daerah Istmewa Yogyakarta Jens dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder dan merupakan data tme seres tahunan yang melput rentang pengamatan tahun Data dperoleh dar Badan Pusat Statstk Propns Daerah Istmewa Yogyakarta dan Badan Pusat Statstk yang d terbtkan oleh BPS Metode Analss Data Uj Stasonertas Uj Stasonartas mempunya konsekuens pentng untuk menterjemahkan data dan model ekonom, karena data yang stasoner dan tdak terlalu bervaras dan cenderung mendekat nla rata-ratanya. Uj stasonartas dapat dlakukan dengan uj akar akar unt yang dkembangkan oleh Dckey Fuller ( 1979, 1982). Uj akar akar unt Dcky Fuller (Gujarat, 2003 : ) PDRB t = a 1 + a 2 t + a 3 PDRB t-1 +b r = 1 PDRB t- + U t... (1) E t = c 1 + c 2 t + c 3 E t-1 +d m = 1 E t- + U t... (2) d mana : PDRB : Produk Domestk Regonal Bruto Daerah Istmewa Yogyakarta E : Ekspor Daerah Istmewa Yogyakarta 11

12 t : Varabel trend : Operator Pembeda Uj derajat ntegras: Setelah uj akar-akar unt, dlakukan uj derajat ntegras untuk mengetahu pada derajat berapa data yang damat akan stasoner. Uj ntegras dapat dtuls dalam persamaan berkut: PDRB t = b 1 + b 2 t + b 3 PDRB t-1 + f 1 PDRB t-1 + f 2 PDRB t-2 + f 3 PDRB t-3 + η t... (3) Uj ntegras n dlakukan apabla pada uj akar akar unt data yang damat ternyata tdak stasoner. Hal n dtentukan dar hasl pengujan perbandngan nla DF htung < nla krts DF dan nla ADF htung < nla krts ADF untuk PDRB t ; sedangkan untuk E t, nla DF h > DF t namun ADF h < ADF t Uj Akake Informaton Crteron (AIC) Metode Akake Informaton Crteron (AIC) merupakan metode uj kausaltas yang dgunakan untuk mencar lag, model yang dtaksr untuk kausaltas Granger. Pada model Granger dalam uj kausaltas FPE (Fnal Predcton Error) yang dkenalkan oleh Akake (1969), menentukan lag ddasarkan pada krtera Fnal Predcton Error. Pada uj kausaltas FPE estmas model, penentuan waktu kelambanan, dan arah kausaltas, dlakukan secara bertahap. Apabla kedua data tdak stasoner (Kontegras), maka akan dlakukan uj Fnal Predcton Error 12

13 (FPE) pada data asl. Ketka hal n terjad, maka varabel-varabel tersebut dregres, trend d dalam masng-masng varabel akan menjad salng menghlangkan. Akan tetap dalam peneltan n penuls menggunakan krtera Akake Informaton Crteron (AIC) mnmum sebaga penentu panjangnya kelambanan. Akake Informaton Crteron (AIC) mendefnskan sebaga berkut : AIC = e 2k/n ˆ u 2 n e 2k/n RSS n D mana : k = jumlah regressor (termasuk ntercept) n = jumlah observas. Secara matemats, dapat dtuls : 2 k RSS ln AIC = ( ) + ln( ) n n D mana : ln AIC = logartma natural dar AIC 2k/n = faktor penalty (penalty factor). Beberapa buku teks dan paket software mendefnskan AIC sudah dalam bentuk transformas log sehngga tdak dcantumkan notas ln d depan AIC (Gujarat, 2003 :537). Untuk membandngkan dua model atau lebh, model dengan nla AIC yang terendah dplh. Dengan kata lan, bahwa dalam n krteranya adalah jka dengan dtambahkannya varabel ekstra (extra varable) akan mengakbatkan penurunan AIC. 13

14 Uj Kausaltas Granger Kausaltas merupakan suatu konds bahwa terdapat adanya hubungan dua arah atau hubungan tmbal balk antara kedua varabel (Gujarat, 2003:696). Hubungan n terjad terutama pada bentuk pengamatan data runtut waktu yang masng-masng varabelnya memlk peran berupa varabel yang dapat menjelaskan varable lannya. Untuk mengetahu adanya konds sepert n, akan dgunakan model uj kausaltas yang dkembangkan oleh Granger (1969). Uj Kausaltas Granger dlakukan untuk mengestmas dua persamaan d bawah n: m PDRB t = = 1 α PDRB t- + r j= 1 β j E t-j + U 1t... (4) m E t = = 1 r θ E t- + j= 1 γ j PDRB t-j + U 2t... (5) d mana : PDRB t = Produk Domestk Regonal Bruto E t = Ekspor m, r = Jumlah Lag U 1t, U 2t = Varabel Pengganggu β = lag t = waktu = 1, 2, 3,., m j = 1, 2, 3,., r. Prosedur Uj Kausaltas Granger adalah sebaga berkut: 1. Regreslah current PDRB terhadap semua lagged PDRB dan varabel lan, kalau ada, tetap tdak memasukkan varabel lagged E dalam regres n. 14

15 Regres n dsebut regres dengan restrks. Dar regres n kta peroleh Restrcted Resdual Sum of Squares (RSS F ). m PDRB t = = 1 α PDRB t- + U t... (6) 2. Sekarang run-lah regres yang memasukkan lagged E. Regres n dsebut regres tanpa restrks. Dar regres n kta peroleh Unrestrcted Resdual Sum of Squares (RSS UR ). m PDRB t = = 1 α PDRB t- + + r j= 1 β j E t-j + U t... (7) 3. Tentukan hpotess nol, d mana Ho ; α = Untuk menguj hpotess, kta gunakan uj F sebaga berkut: (RSS R - RSS UR ) / m F-htung = RSS UR / (n-k) d mana : RSS R = nla resdual sum of squared dengan restrks RSS UR = nla resdual sum of squared tanpa restrks m = jumlah lag k = jumlah parameter yang destmas dalam regres tanpa restrks n = jumlah sampel. 5. Kemudan bandngkan F htung dengan F tabel, apabla nla F htung > F tabel maka kta menolak hpotess bahwa varabel dependen hanya destmas terhadap drnya sendr tanpa pengaruh dar varabel lannya dan sebalknya, jka F htung < F tabel atau tdak sgnfkan secara statstk, maka model yang bak untuk mengestmas varabel dependen tersebut adalah melakukan regres terhadap drnya sendr. 15

16 6. Langkah 1 sampa 5 dapat dulang untuk menguj persamaan (5) d atas. Asums yang dkembangkan bahwa PDRB t dan E t danggap merupakan sepasang data runtut waktu yang memlk kovarans lnear yang stasoner. Dalam model n dpersyaratkan bahwa error terms (faktor penganggu) tdak mempunya hubungan satu sama dengan lannya atau whte-nose seres. Oleh karena tu sebelum melakukan uj hubungan kausaltas tersebut seluruh data harus bersfat stasoner. Jka varabel yang akan duj bersfat tdak stasoner maka standar model n akan msspecfed jka dgunakan uj kausaltas (Granger, 1969). Hal tersebut dapat terjad jka suatu data bersfat non stasoner maka varan akan menngkat sejalan dengan waktu, sehngga varan akan tdak terhngga jka tdak ada batasan waktu dan pada saat tersebut tdak terdapat nla tengah (mean) dalam jangka panjang d mana data seres kembal. Dar regres persamaan (4) dan persamaan (5) dapat dbedakan kedalam empat macam kasus sebaga berkut (Gujarat, 2003:697): 1. Kausaltas satu arah dar ekspor terhadap PDRB. Kausaltas satu arah dar ekspor terhadap PDRB terjad jka koefsen yang destmas pada nla masa lalu ekspor (dalam persamaan 4) secara statstk tdak sama dengan nol ( α 0) dan koefsen yang destmas dar nla masa lalu PDRB (dalam persamaan 5) secara statstk tdak berbeda dengan nol ( γ j = 0). 2. Kausaltas satu arah dar PDRB terhadap ekspor. Kausaltas satu arah dar PDRB terhadap ekspor terjad jka koefsen yang destmas pada nla masa lalu ekspor (dalam persamaan 4) secara statstk tdak berbeda 16

17 dengan nol ( α =0) dan koefsen yang destmas pada nla masa lalu PDRB (dalam persamaan 5) secara statstk berbeda dengan nol ( γ j 0). 3. Kausaltas dua arah atau tmbal balk (feedback loop) terjad apabla dalam regres kedua persamaan tersebut bak koefsen yang destmas untuk nla masa lalu ekspor (dalam persamaan 4) dan koefsen yang destmas untuk nla masa lalu PDRB (dalam persamaan 5) secara statstk berbeda dengan nol. 4. Tdak ada hubungan kausaltas terjad apabla dalam regres kedua persamaan tersebut bak koefsen yang destmas untuk nla masa lalu ekspor (dalam persamaan 4) dan koefsen yang destmas untuk nla masa lalu PDRB (dalam persamaan 5) secara statstk tdak sgnfkan (tdak berbeda dengan nol) Alat Analss Analss hubungan kausaltas antara Ekspor dengan PDRB tahun menggunakan Uj Stasonertas Data, krtera AIC mnmum untuk menentukan panjang kelambanan maksmum, uj kausaltas Granger Pengujan Statstk Uj n melput uj F dan uj t. 17

18 Uj F Nla dstrbus F yang ddeskrpskan dalam tabel analyss of varance atau ANOVA menyatakan seberapa besar pengaruh keseluruhan varabel bebas terhadap varabel tdak bebas pada tngkat sgnfkans tertentu. Hpotess pengamblan keputusan untuk uj F adalah sebaga berkut: H 0 : β 1 = β 2 =..β = 0 H 1 : Semua koefsen slope secara smultan tdak sama dengan nol β : Koefsen regres ke Uj F merupakan suatu ukuran art keseluruhan dar regres yang dtaksr, juga merupakan pengujan sgnfkan dar koefsen determnas. Nla F-htung dapat dketahu dengan rumus sebaga berkut (Gujarat, 2003: ) : d mana : (RSS R - RSS UR ) / m F-htung = RSS UR / (n-k) RSS UR = Unrestrcton Resdual Sum of Square / jumlah kuadrat resdual tanpa restrks RSS R = Restrcton Resdual Sum of Square / jumlah kuadrat resdual dengan restrks m k n = jumlah lagged E = jumlah parameter yang destmaskan dalam regres tanpa restrks = jumlah sampel. 18

19 Untuk memperoleh nla F tabel dapat dketahu dengan melhat tabel F dstrbus, yatu dengan menentukan nla df numerator n1 dengan rumus df=k-1 dan df denomnator n2 dengan rumus df = n-k. Krtera pengamblan keputusan untuk uj F adalah apabla nla F htung > F tabel, maka H o dtolak, berart varabel ndependent secara keseluruhan berpengaruh terhadap varabel dependen. Jka nla F htung < F tabel, maka H o tdak dtolak, berart varabel ndependen secara keseluruhan tdak berpengaruh terhadap varabel dependen Uj t Pengujan atau pengukuran dengan t dtunjukkan untuk mengetahu seberapa besar pengaruh secara parsal yang dtunjukkan oleh masng-masng varabel bebas dalam mempengaruh varabel tdak bebas pada tngkat sgnfkan tertentu. Besarnya nla t-htung dtentukan dengan rumus sebaga berkut (Gujarat, 2003:129): t-htung = ˆ β β Se( ˆ β ) Rumus t-htung d atas mengkut dstrbus t dengan kebebasan n-k, jka nla β sebesarnya yang dspesfkaskan dalam hpotess nol, maka nla t-statstk dtung dar sampel yang terseda d mana dalam konds n dapat dberlakukan uj statstk. Pada keperluan tersebut, uj statstk dlakukan dengan mengkut dstrbus t untuk tngkat sgnfkans α/2 dan derajat kebebasan n-k d mana rumusnya dapat dtentukan sebaga berkut (Gujarat, 2003:129): Pr[ β -tα/ 2 Se ( βˆ ) βˆ β +tα/ 2 Se( βˆ )] = 1-α... (10) 19

20 d mana : β = nla βˆ = nla β = nla β yang sesungguhnya (parameter) β yang dtaksr (estmator) β menurut hpotess nol. Pada persamaan (10) berlaku suatu konds yang memberkan selang dmana βˆ akan berada dengan probabltas 1-α dengan β = β. Dalam pengertan pengujan hpotess, selang keyaknan 100(1-α) persen yang dtetapkan pada persamaan (12) dkenal dengan daerah penermaan hpotess nol dan daerah krts. Batas keyaknan yang dtunjukkan sebaga ttk ujung selang keyaknan dsebut juga sebaga nla-nla krts. Jka hpotessnya dnyatakan sebaga berkut: H o :β = 0 H 1 : β 0 Hpotess nol menyatakan bahwa varabel penjelas secara ndvdu tdak mempengaruh varabel dependen pada tngkat sgnfkans sebesar α. t-htung = ˆ β β Se( ˆ β ) = ˆ β β Se( ˆ β ) = ˆ β 0 ˆ β = Se( ˆ β ) Se( ˆ β ) Pada tngkat kepercayaan tertentu bla nla t-htung > t-tabel maka Ho dtolak, artnya varabel ndependen secara ndvdu mempengaruh varabel dependen. Jka nla t-htung < t-tabel maka Ho dterma, artnya varabel ndependen secara ndvdu tdak mempengaruh varabel dependen. 20

21 1.9. Sstematka Penulsan Sstematka penulsan dalam karya tuls n dbag dalam beberapa bab. Secara umum pembagan bab tersebut adalah sebaga berkut: BAB I PENDAHULUAN Bab n bers tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneltan, manfaat peneltan, hpotesa peneltan, batasan masalah, metode peneltan, serta sstematka penulsan. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab n akan dbahas tentang landasan teor yang dgunakan dalam peneltan melput teor-teor yang dgunakan sebaga acuan atau landasan dalam peneltan n serta penjelasan tentang alat analss yang dgunakan. BAB III GAMBARAN UMUM Pada bab n akan djelaskan tentang gambaran umum varabelvarabel yang damat yatu model yang dgunakan dalam pengolahan data beserta alat analss yang dgunakan untuk melakukan peneltan n. 21

22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dar data yang dperoleh dan telah dolah dapat dambl kesmpulan tentang analsa hasl dengan hpotesa yang telah dtentukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagan n merupakan penutup dar peneltan yang bers tentang kesmpulan dan saran dar hasl peneltan. 22

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jens dan Sumber Data Dalam peneltan n, rncan data yang dgunakan dalam peneltan n adalah menggunakan data sekunder runtun waktu dar tahun 2004-2013. Data sekunder adalah data yang

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis Regresi Linear Sederhana Analss Regres Lnear Sederhana Al Muhson Pendahuluan Menggunakan metode statstk berdasarkan data yang lalu untuk mempredks konds yang akan datang Menggunakan pengalaman, pernyataan ahl dan surve untuk mempredks

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian 58 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan merupakan varabel-varabel yang menjad perhatan penelt. Peneltan n terdr dar dua varabel yatu ndependent varable/varabel bebas (X)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

Independent Var. Dependent Var. Test. Nominal Interval Independent t-test, ANOVA. Nominal Nominal Cross Tabs, Chi Square, dan Koefisien Kontingensi

Independent Var. Dependent Var. Test. Nominal Interval Independent t-test, ANOVA. Nominal Nominal Cross Tabs, Chi Square, dan Koefisien Kontingensi Independent Var. Dependent Var. Test Nomnal Interval Independent t-test, ANOVA Nomnal Nomnal Cross Tabs, Ch Square, dan Koefsen Kontngens Nomnal Ordnal Mann Whtney, Kolmogorov- Smrnow, Kruskall Walls Ordnal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneltan n penuls bermaksud untuk menelt bagamana pengaruh perubahan kebjakan moneter terhadap jumlah kredt yang dberkan oleh bank pada beberapa kelompok bank berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Peneltan Peneltan n dlakukan d Indomaret yang berada d Jalan Tubagus Ismal Raya No. 18 bandung dengan menelt keragaman produk sebaga varabel bebas (ndependen)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

TIN309 - Desain Eksperimen Materi #13 Genap 2016/2017 TIN309 DESAIN EKSPERIMEN

TIN309 - Desain Eksperimen Materi #13 Genap 2016/2017 TIN309 DESAIN EKSPERIMEN Mater #13 Genap 016/017 6 6 3 - T a u f q u r R a c h m a n 6 6 3 - T a u f q u r R a c h m a n Mater #13 TIN309 DESAIN EKSPERIMEN Prnsp Dasar ANCOVA merupakan teknk analss yang berguna untuk menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam peneltan adalah data prmer dan data sekunder. Data prmer berupa data prmer (cross secton) Surve Khusus Tabungan dan Investas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci