ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM
|
|
- Indra Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Pajajaran, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Indonesia ABSTRAK. Tulisan ini memperlihatkan bahwa aljabar Weyl merupakan suatu gelanggang Noether dan Prim tetapi bukan suatu Daerah Dedekind. Kata Kunci: Aljabar Weyl, Gelanggang Noether Prim, Daerah Dedekind. 1. Pendahuluan Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian mengenai hubungan antara daerah ideal utama, daerah Dedekind dan gelanggang Herediter, Noether dan Prim HNP). Pada [8] sudah diperlihatkan mengenai hubungan daerah ideal utama dan daerah Dedekind. Sedangkan pada [9] diperlihatkan bahwa tidak semua daerah Dedekind merupakan daerah ideal utama. Pada [11] diperlihatkan bahwa daerah Dedekind merupakan suatu gelanggang HNP. Tulisan ini akan memperlihatkan contoh dari suatu gelanggang Noether dan Prim yang bukan merupakan daerah Dedekind. Contoh tersebut adalah aljabar Weyl. Tulisan ini akan membahas beberapa sifat pada aljabar Weyl yang akan digunakan untuk memperlihatkan bahwa aljabar Weyl merupakan suatu gelanggang Noether Prim. 2. Teori Dasar yang Digunakan Berikut diberikan definisi dan teorema dasar yang digunakan dalam tulisan ini. Definisi 1. Misalkan R himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan dua operasi yaitu + dan, dinotasikan R, +, ), disebut gelanggang jika memenuhi 33
2 34 TEDUH WULANDARI 1. terhadap operasi tambah R, +) membentuk grup komutatif, 2. terhadap operasi kali R, ) memenuhi sifat asosiatif: ab)c = abc) untuk semua unsur a,b,c di R; dan terdapat unsur kesatuan 1 R yang berbeda dari 0 dan bersifat a1 = 1a = a untuk semua unsur a R, 3. terhadap operasi tambah dan operasi kali secara bersama-sama R, +, ) memenuhi sifat distributif: ab + c) = ab + ac dan a+b)c = ac+bc untuk semua unsur a,b,c R. Contoh dari gelanggang adalah Z. Definisi 2. Gelanggang komutatif adalah gelanggang R = R, +, ) yang memenuhi sifat komutatif yaitu ab = ba untuk semua unsur a dan b di R. Definisi 3. Daerah integral adalah gelanggang komutatif D = D, +, ) yang tidak memuat pembagi nol, yaitu untuk unsur a dan b di D yang memenuhi ab = 0 berlaku a = 0 atau b = 0. Definisi 4. Misalkan R = R, +, ) suatu gelanggang. Subhimpunan tak kosong dari R, I R disebut ideal kiri ideal kanan) jika 1. terdapat operasi tambah I, +) membentuk subgrup dari R, +), 2. untuk setiap x I dan r R berlaku rx Ixr I). Subhimpunan I disebut ideal jika I adalah ideal kiri dan ideal kanan. Definisi 5. Misalkan R suatu gelanggang, modul kiri M atas gelanggang R adalah 1. grup komutatif M = M, +). yang dilengkapi oleh 2. tindakan R M M melalui pengaitan α,x) αx untuk semua pasang α,x) R M, dan untuk setiap α,β di R dan x,y di M berlaku a) αx+y) = αx+αy, b) α+β)x = αx+βx, c) αβ)x = αβx), d) 1x = x. Modul kiri M atas R dinotasikan R M. Tindakan biasa juga disebut dengan operasi perkalian skalar. Untuk modul kanan, yang berbeda hanya tindakan dilakukan dari kanan. Modul yang merupakan modul kanan dan juga merupakan modul kiri cukup disebut dengan modul. Definisi 6. Misalkan A suatu gelanggang dan M suatu modul atas A. Suatu himpunan S = {x 1,x 2,...x n } dikatakan membangun M, jika setiap anggota dari M, misalkan m dapat ditulis dalam m = α 1 x 1 + α 2 x α n x n dengan α 1,α 2,...,α n A. M dikatakan dibangun secara hingga jika elemen dari S hingga. Berikut definisi mengenai modul Noether dan gelanggang Noether.
3 JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, Definisi 7. Misalkan A suatu gelanggang dan M suatu modul kiri atas A. Modul M disebut modul Noether jika memenuhi salah satu dari ketiga kondisi berikut ini 1. setiap submodul dari M dibangun secara hingga, 2. setiap rantai naik dari submodul M M 1 M 2... M k... merupakan rantai naik stabil, artinya terdapat bilangan asli N sehingga M n = M k untuk setiap bilangan asli k n, 3. setiap himpunan tak nol dari submodul-submodul M selalu memiliki unsur maksimal. Definisi 8. Suatu gelanggang R dikatakan gelanggang Noether kiri kanan) jika R sebagai modul kiri kanan) atas dirinya sendiri adalah modul Noether. Jika R merupakan gelanggang Noether kiri dan juga merupakan gelanggang Noether kanan, maka R dikatakan gelanggang Noether. Definisi 9. Suatu gelanggang R dikatakan gelanggang prim jika untuk setiap unsur tak nol a,b di R berlaku arb 0, dengan kata lain ada r R sedemikian sehingga arb 0. Salah satu contoh gelanggang prim adalah gelanggang matriks berukuran 2 2 atas bilangan bulat. 3. Definisi Aljabar Weyl Selanjutnya akan dibahas mengenai pembentukan secara sederhana aljabar Weyl, pembahasan ini akan dimulai dengan contoh-contoh berikut. Contoh 10. Misalkan K lapangan dan {x,y} peubah tak komutatif atas K. Definisikan R = K[x,y] polinomial dengan peubah tak komutatif. Misalkan F = xy yx, maka F merupakan ideal atas R, sehingga dapat dibentuk gelanggang kuosien R = R F. Perhatikan bahwa xy yx F sehingga xy yx = 0 xy yx = 0 xy = yx
4 36 TEDUH WULANDARI akibatnya x i y j = y j x i. Untuk sebarang f x,y) R dapat diperoleh f x,y) = i = i = i = i α ij x i y j +β ij y i x j ) j ) α ij x i y j +β ij y i x j j αij x i y j +β ij y i x j) j ) α ij x i y j +β ij x j y i j sehingga f x,y) dapat ditulis sebagai ) k l γ kl x k y l. Jadi setiap elemen R dapat ditulis dalam bentuk ) k l γ kl x k y l akibatnya R dapat dipandang sebagai polinomial K[x, y] dengan {x, y} sebagai indeterminates yang komutatif dengan kata lain R dapat dipandang sebagai polinomial biasa yang sudah kita kenal. Contoh lain mengenai polinomial adalah sebagai berikut Contoh 11. Misalkan K dan R[x,y] yang sama seperti contoh 10. Misalkan juga G = x 2 +1,y 2 +1,xy +yx, maka G juga merupakan ideal atas R sehingga dapat dibentuk gelanggang kuosien R = R G. Perhatikan bahwa x 2 +1 G y 2 +1 G xy +yx G sehingga dapat diperoleh x 2 +1 = 0 y 2 +1 = 0 xy +yx = 0 x 2 = 1 y 2 = 1 xy = yx akibatnya x i y j = y j x i.
5 JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, Untuk sebarang f x,y) R f x,y) = α ij x i y j +β ij y i x j ) i j = α ij x i y j β ij x j y i ) i j = γ mn x m y n ) m n = γ mn x m y n ) + γ mn x m y n ) m n m n }{{}}{{} m,n bilangan genap m bilangan ganjil, n bilangan genap + γ mn x m y n ) + γ mn x m y n ) m n m n }{{}}{{} n bilangan ganjil, m bilangan genap m,n bilangan ganjil = a+bx+c y +dx y sehingga f x,y) dapat ditulis sebagai a+bx+c y+dx y. Jadi setiap elemen R dapat ditulis dalam bentuk a+bx+c y +dx y dengan sifat x 2 = 1, y 2 = 1 dan xy = yx akibatnya R dapat dipandang sebagai gelanggang quaternion. Aljabar Weyl juga berawal dari polinomial seperti contoh-contoh sebelumnya. Misalkan K lapangan dan R = [x, y] polinomial dengan indeterminates tak komutatif. Misalkan juga F = xy yx 1, maka F membentuk ideal sehingga R F membentuk gelanggang kuosien dengan sifat xy xy 1 = 0 xy = xy +1. Sifat ini dapat dikembangkan sebagai berikut, karena F ideal dari R dan y R maka xy yx 1)y F dan yxy yx 1) F sehingga xy yx 1)y +yxy yx 1) = xy 2 yxy y +yxy y 2 x y akibatnya Selanjutnya perhatikan xy 2 y 2 x 2y = 0 = xy 2 y 2 x 2y F, xy 2 = y 2 x+2y. xy yx 1)y 2 +y xy 2 y 2 x 2y ) = xy 3 yxy 2 y 2 +yxy 2 y 3 x 2y 2 = xy 3 y 3 x 3y 2 F,
6 38 TEDUH WULANDARI akibatnya xy 3 y 3 x 3y 2 = 0 xy 3 = y 3 x+3y 2. Secara umum xy n y n x ny n 1 merupakan elemen dari F, karena untuk n genap diperoleh xy n n n ) 2 y 2 x 2 y n 2 1 y n n 2 +y 2 xy n n n ) 2 y 2 x 2 y n 2 1 = xy n y n n n 2 xy 2 2 yn 1 +y n n 2 xy 2 y n x n 2 yn 1 = xy n y n x ny n 1 F, sedangkan untuk n ganjil, misalkan n = k+l dengan k,l bilangan asli xy k y k x ky k 1) y l +y k xy l y l x ly l 1) = xy k+l y k xy l ky k+l) 1 +y k xy l y k+l x ly k+l) 1 = xy k+l y k+l x k +l)y k+l) 1 F. Akibatnya xy n y n x ny n 1 F sehingga xy n y n x ny n 1 = 0 xy n = y n x+ny n 1. Bentuk di atas dapat lebih diperumum, misalkan f y) = a n y n akibatnya df dy = n a n y n 1 sehingga an xy n y n x ny n 1) = an xy n a n y n x a n ny n 1) akibatnya xf y) f y)x nf y) n 1 = 0 = xan y n a n y n x na n y n 1) = x a n y n a n y n x n a n y n 1 = xf y) f y)x n df dy F, xf y) n = f y) n x+nf y) n 1. Dengan cara yang sama dapat juga diperoleh yf x) n = f x) n y nf x) n 1. Gelanggang kuosien R F ini dinotasikan dengan A 1 K) dan dikenal dengan aljabar Weyl tingkat satu atas K. Untuk selanjutnya elemen dari aljabar Weyl A 1 K) dinotasikan tanpa garis di atas. Secara umum aljabar Weyl merupakan polinomial dengan indeterminates tak komutatif yang memiliki sifat xf y) = f y)x+ df dy. Akibat
7 JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, sifat tersebut bentuk hx) = i j α ijx i y j + β ij y i x j sebagai elemen dari A 1 K) dapat ditulis menjadi hx) = k l γ kly k x l Contoh 12. 4x 2 y 3 +2y 2 x 3 = 4x y 3 x 3y 2) +2y 2 x 3 = 4xy 3 x 12xy 2 +2y 2 x 3 = 4 y 3 x 3y 2) x 12 y 2 x 2y ) +2y 2 x 3 = 4y 3 x 2 12y 2 x 12y 2 x 24y +2y 2 x 3 = 4y 3 x 2 12y 2 x 24y +2y 2 x 3 4. Aljabar Weyl, Gelanggang Noether Prim Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa aljabar Weyl memenuhi gelanggang Noether dan gelanggang Prim. Untuk yang pertama akan ditunjukkan bahwa aljabar Weyl A 1 K) merupakan gelanggang Prim. Untuk menunjukkan aljabar Weyl merupakan gelanggang Prim cukup dengan menunjukkan bahwa aljabar Weyl tidak memuat pembagi nol. Misalkan f,g A 1 K) dengan f 0 dan g 0, akan ditunjukkan fg 0. Misalkan f = i j α ijy i x j dan g = i j β ijy i x j, karena f dan g tidak nol maka ada α ij 0 dan β kl 0 untuk suatu i,j,k,l. Karena α ij,β kl K yang merupakan suatu lapangan maka α ij β kl 0, akibatnya fg 0. Jadi aljabar Weyl A 1 K) merupakan suatu gelanggang prim. Sebelum menunjukkan bahwa aljabar Weyl merupakan gelanggang Noether akan dibahas terlebih dulu mengenai teorema berikut Teorema 13. Basis Hilbert Misalkan R gelanggang Noether. Maka ring polinomial R[x] juga merupakan gelanggang Noether. Bukti : Misalkan R gelanggang Noether yang komutatif, akan ditunjukkan R[x] merupakan gelanggang Noether. Untuk menunjukkan R[x] merupakan gelanggang Noether akan ditunjukkan bahwa setiap ideal di R[x] dibangun secara hingga. Jelas bahwa ideal nol dibangun secara hingga oleh nol itu sendiri. Misalkan I R merupakan suatu ideal yang tak nol. Akan ditunjukkan I dibangun secara hingga. Misalkan f x) R[x] dengan f 0, notasikan lcf x)) sebagai koefisien dari pangkat tertinggi f. Untuk n = 0,1,2,3... definisikan I n = {a R;lcf x)) = a untuk suatu f x) I dengan derajat n} dengan kata lain, I n merupakan himpunan koefisien dari polinomial dengan derajat tertinggi n. Akan ditunjukkan bahwa I n merupakan ideal atas R untuk setiap n. Misalkan a,b I n maka ada f,g R[x] sedemikian sehingga f x) = a 0 + a 1 x ax n dan gx) = b 0 + b bx n selanjutnya f x)+gx) = a 0 +b 0 )+a 1 +b 1 )+...+
8 40 TEDUH WULANDARI a+b)x n akibatnya a + b I n. Misalkan r R karena rf x) = ra 0 +a 1 x+...+ax n ) = ra 0 + ra 1 x rax n akibatnya ra I n. Jadi I n ideal atas R. Misalkan a I n maka ada f R[x] sedemikian sehingga f x) = a 0 +a 1 x+...+ax n akibatnya xf x) = xa 0 +a 1 x+...+ax n ) = xa 0 +xa 1 x+...+xax n = a 0 x+a 1 x ax n+1 sehingga a I n+1. Jadi I n I n+1 untuk setiap n. Akibatnya dapat diperoleh I 0 I 1 I 2... karena R Noether maka ada k N sedemikian sehingga I k = I n untuk setiap n k, sehingga rantai naik ideal di atas menjadi I 0 I 1 I 2... I k = I k Karena R Noether maka setiap ideal dari R dibangun secara hingga akibatnya untuk 0 m k, dapat diperoleh {a m1,a m2,...a msm } sebagai pembangun bagi I m. Pilih f mj x) I sedemikian sehingga degf mj x)) = m dan lcf mj x)) = a mj untuk semua 0 m k dan 1 j s m. Misalkan Î = f mjx);0 m k,1 j s m, akan ditunjukkan bahwa I = Î. Pertama akan ditunjukkan bahwa I Î. Misalkan f x) I, jika f x) = 0 dan karena Î merupakan ideal maka f x) Î. Jika f x) 0, misalkan degf x)) = r dan a = lcf x)). Akan digunakan induksipadar untukmenunjukkanf x) Î. Untukr = 1makar k akibatnya a I 1 sehingga dapat ditulis a = c 1 a 11 +c 2 a c s1 a 1s1. Perhatikan polinomial gx) = s 1 i=1 c i f ri x) Î = c 1 f 11 x)+c 2 f 12 x)+...+c s1 f 1s1 x) = c 1 b 10 +a 11 x)+c 2 b 20 +a 12 x)+...+c s1 b s1 0 +a 1s1 x) = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )+c 1 a 11 +c 2 a c s1 a 1s1 )x = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )+ax, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < r = 1, jadi degf x) gx)) = 0 dengan lcf x) gx)) = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 = c. Karena c I 0 maka c = l 1 a 01 + l 2 a l s0 a 0s0 akibatnya akan ada f 01,f 02,...,f 0s0 I dengan degf oj x)) = 0 dan lcf oj x)) = a 0j untuk 1 j s 0. Perhatikan c = l 1 a 01 +l 2 a l s0 a 0s0 = l 1 a01 x 0) +l 2 a02 x 0) +...+l s0 a0s0 x 0) = l 1 f 01 +l 2 f l s0 f 0s0 = s 0 i=1 l i f 0i Î. Jadi f x) gx)) Î, karena gx) Î dan Î merupakan ideal maka f x) gx)) +gx) Î. Jadi f x) Î. Untuk r = 2 maka r k akibatnya a I 2 sehingga dapat ditulis a = c 1 a 21 +c 2 a c s2 a 2s2.
9 Perhatikan polinomial JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, gx) = s 2 i=1 c i f ri x) Î = c 1 f 21 x)+c 2 f 22 x)+...+c s2 f 2s2 x) = c 1 b10 +b 11 x+a 21 x 2) +c 2 b20 +b 21 x+a 22 x 2) c s2 bs2 0 +b s2 1x+a 2s2 x 2) = c 1 b 10 +c 2 b c s2 b s2 )+c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1)x +c 1 a 21 +c 2 a c s2 a 2s1 )x 2 = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )+c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1)x +ax 2, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < r = 2, jadi degf x) gx)) = 1, dengan lcf x) gx)) = c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1 berdasarkan langkah sebelumnya f x) gx) Î. Karena f x) gx) Î dan gx) Î maka f x) gx))+gx) Î. Jadi f x) Î. Sehingga berdasarkan induksi terhadap r untuk r k dapat diperoleh, misalkan deghx)) = r untuk r < k, maka hx) Î. Untuk r = k, karena a = lcf x)) akibatnya a I k sehingga dapat ditulis a = c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk. Perhatikan polinomial gx) = s k i=1 c i f ki x) Î = c 1 f k1 x)+c 2 f k2 x)+...+c sk f ksk x) = c 1 b10 +b 11 x+...+a k1 x k) +c 2 b20 +b 21 x+...+a k2 x k) +...+c sk bsk 0 +b sk 1x+...+a ksk x k) = c 1 b 10 +c 2 b c sk b sk )+c 1 b 11 +c 2 b c sk b sk 1)x+...+c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk )x k = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )+c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1)x+...+ax k, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < r = k, berdasarkan hipotesis f x) gx) Î. Karena f x) gx) Î dan gx) Î maka f x) gx)) + gx) I. Jadi f x) Î. Untuk r = k + 1 maka r > k akibatnya a I k sehingga dapat ditulis a =
10 42 TEDUH WULANDARI c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk. Perhatikan polinomial gx) = s k i=1 c i x r k f ri x) Î = c 1 x k+1 k f k1 x)+c 2 x k+1 k f k2 x)+...+c sk x k+1 k f ksk x) = c 1 xf k1 x)+c 2 xf k2 x)+...+c sk xf ksk x) = c 1 x b 10 +b 11 x+...+a k1 x k) +c 2 x b 20 +b 21 x+...+a k2 x k) +...+c sk x b sk 0 +b sk 1x+...+a ksk x k) = c 1 b 10 +c 2 b c sk b sk )x+c 1 b 11 +c 2 b c sk b sk 1)x c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk )x k+1 = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )x+c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1)x ax k+1, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < k + 1, berdasarkan langkah sebelumnya f x) gx) Î. Karena f x) gx) Î dan gx) Î maka f x) gx))+gx) I. Jadifx) Î. Untuk r = k +2 maka r > k akibatnya a I k sehingga dapat ditulis a = c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk. Perhatikan polinomial gx) = s k i=1 c i x r k f ri x) Î = c 1 x k+2 k f k1 x)+c 2 x k+2 k f k2 x)+...+c sk x k+2 k f ksk x) = c 1 x 2 f k1 x)+c 2 x 2 f k2 x)+...+c sk x 2 f ksk x) = c 1 x 2 b 10 +b 11 x+...+a k1 x k) +c 2 x 2 b 20 +b 21 x+...+a k2 x k) +...+c sk x 2 b sk 0 +b sk 1x+...+a ksk x k) = c 1 b 10 +c 2 b c sk b sk )x 2 +c 1 b 11 +c 2 b c sk b sk 1)x c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk )x k+2 = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )x 2 +c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1)x ax k+2, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < r = k + 2, berdasarkan langkah sebelumnya f x) gx) Î. Karena f x) gx) Î dan gx) Î maka f x) gx))+gx) I. Jadi f x) Î. Sehingga berdasarkan induksi terhadap r untuk r > k dapat diperoleh, misalkan deghx)) = r untuk k < r < n, maka hx) Î. Untuk r = n, karena a = lcf x)) dan r > k maka a I k sehingga dapat ditulis a = c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk. Perhatikan polinomial
11 JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, gx) = s k i=1 c i x r k f ri x) Î = c 1 x n k f k1 x)+c 2 x n k f k2 x)+...+c sk x n k f ksk x) = c 1 x n f k1 x)+c 2 x n f k2 x)+...+c sk x n f ksk x) = c 1 x n b 10 +b 11 x+...+a k1 x k) +c 2 x n b 20 +b 21 x+...+a k2 x k) +...+c sk x n b sk 0 +b sk 1x+...+a ksk x k) = c 1 b 10 +c 2 b c sk b sk )x n +c 1 b 11 +c 2 b c sk b sk 1) x n c 1 a k1 +c 2 a k c sk a ksk )x k+n = c 1 b 10 +c 2 b c s1 b s1 )x n +c 1 b 11 +c 2 b c s2 b s2 1) x n ax k+n, sehingga diperoleh lcgx)) = a akibatnya degf x) gx) < r = n, berdasarkan hipotesis f x) gx) Î. Karena f x) gx) Î dan gx) Î maka f x) gx)) + gx) I. Jadi f x) Î. Akibatnya berdasarkan induksi terhadap r dapat diperoleh f x) Î. Jadi diperoleh I I. Tahap selanjutnya menunjukkan kebalikannya. Karena Î = f mjx) dengan f mj I dan I merupakan ideal maka jelas bahwa Î I. Jadi diperoleh I = Î. Jadi dapat disimpulkan bahwa I dibangun secara hingga. Karena setiap ideal di R[x] dibangun secara hingga, maka berdasarkan definisi Noether, R[x] merupakan gelanggang Noether. AljabarWeylA 1 K)merupakanpolinomialdengan2indeterminates tak komutatif dengan koefisien terletak di K yang merupakan suatu lapangan. Karena K lapangan maka K merupakan suatu division ring akibatnya K hanya memiliki ideal 0 dan dirinya sendiri, K. Sehingga rantai naik ideal di K merupakan rantai naik yang stabil, akibatnya K merupakan gelanggang Noether. Berdasarkan Toerema 13, K[y] merupakan gelanggang Noether. A 1 K) dapat dipandang sebagai polinomial dengan indeterminates x atas K[y] yaitu A 1 [K] = K[y][x], akibatnya dimiliki polinomial dengan indeterminates x dengan koefisien pada K[y] dengan fx xf untuksetiapf K[y]. DengansedikitvariasiterhadapbuktiTeorema 13 akan ditunjukkan bahwa A 1 K) = K[y][x] merupakan gelanggang Noether. Diketahui K[y] merupakan gelanggang Noether, dan setiap elemen dia 1 K)dapatditulisdalambentuk f i x i denganf i K[y]. Misalkan I ideal dari A 1 K) dan misalkan I n himpunan koefisien-koefisien tertinggi dari elemen di I dengan derajat n. Pertama akan ditunjukkan I n ideal di K[y]. Misalkan f,g I n maka ada f 0 + f 1 x +
12 44 TEDUH WULANDARI f 2 x fx n,g 0 +g 1 x+g 2 x gx n I sehingga f0 +f 1 x+f 2 x fx n) + g 0 +g 1 x+g 2 x gx n) = f 0 +g 0 )+f 1 +g 1 )x+f 2 +g 2 )x f +g)x n sehingga f +g I n. Misalkan h K[y] sehingga h f 0 +f 1 x+f 2 x fx n) = hf 0 +hf 1 x+hf 2 x hfx n dan f0 +f 1 x+f 2 x fx n) h = f 0 h+f 1 xh+f 2 x 2 h+...+fx n h dengan sifat aljabar weyl xf y) = f y)x+ df dy dapat diperoleh f 0 h+f 1 xh+f 2 x 2 h+...+fx n h = f 0 h+...+fhx n Akibatnya hf,fh I n. Jadi I n ideal di K[y] Misalkanf I n sehinggadapatdiperolehf 0 +f 1 x+f 2 x fx n I, karena I ideal di A 1 K) maka f 0 +f 1 x+f 2 x fx n )x I sehingga diperoleh f 0 x + f 1 x 2 + f 2 x fx n+1 I akibatnya f I n+1. Jadi dapat disimpulkan I n I n+1. Misalkan L 0 L 1... merupakan rantai naik ideal di A 1 K). Notasikan L in sebagai himpunan koefisien tertinggi pada L i dengan derajat n. Karena L 0 L 1... dan karena I n I n+1 maka dapat diperoleh L in L in+1 akibatnya L ij L km jika i k dan j m. Perhatikan rantai naik ideal L 11 L 22 L karena L ii ideal di K[y], dan K[y] Noether maka rantai naik tersebut stabil, misalkan pada L jj. Untuk setiap n dengan 0 n j 1, perhatikan rantai naik {L in i 0}, jika diuraikan untuk n = 0 L 00 L 10 L untuk n = 1 L 01 L 11 L untuk n = 2 L 02 L 12 L untuk n = j 1 L 0j 1 L 1j 1 L 2j 1... Karena L ij ideal di K[y] Noether maka rantai naik di atas stabil untuk setiap rantai, misalkan rantai tersebut stabil pada L knn untuk setiap n. Pilih m = max{j,k 0,k 1,...,k j 1 }, akibatnya untuk i m dan untuk setiap n 0 berlaku L in = L mn. Karena n berlaku untuk setiap maka dapat ditulis L 0 L 1 L 2... L m = L m+1 =... artinya rantai naik ideal {L i i 0} stabil pada L m. Jadi A 1 K) gelanggang Noether. DaripenjelasandiatasdapatdisimpulkanbahwaaljabarWeylA 1 K) memenuhi gelanggang Noether dan gelanggang Prim. Jadi aljabar Weyl A 1 K) merupakan contoh dari gelanggang Noether Prim. Tetapi karena aljabar Weyl A 1 K) tidak bersifat komutatif karena xy yx
13 JMA, VOL. 7, NO. 1, JULI, 2008, maka Aljbar Weyl A 1 K) bukan daerah integral, akibatnya aljabar Weyl A 1 K) bukan Daerah Dedekind. Daftar Pustaka 1. Adkins, William A & Weintraub Steveh H, Algebra An Aprroach via Module Theory, Springer-Verlag, New York, Coutinho, S.C., The Many Avatars of Simple Algebra, The American Mahtematical Monthly, vol 104, 71997), Herstein, I.N., Topics in Algebra, Second Edition, John Wiley & Sons, Singapore, Hungerford, Algebra, Springer-Verlag, New York, Lam, T.Y., A First Course in Noncommutative Rings, Springer- Verlag, New York, Lang, Serge, Algebra, Third Edition, Addison Wesley, New York, McConnell, J.C & J.C Robinson, Noncommutative Noetherian Rings, John Wiley & Sons, New York, Wulandari, Teduh, Hubungan daerah ideal utama dan daerah Dedekind, disampaikan pada kegiatan Conference on Statistical and Mathematical Sciences of Islamic Society in South East Asia Region pada tanggal April Wulandari, Teduh, Contoh Daerah Dedekind, disampaikan pada kegiatan sesi poster Departemen Matematika, IPB pada tanggal 15 September Wulandari, Teduh, Gelanggang Herediter, Jurnal Matematika dan Aplikasinya, vol 3, No.2, Desember, Wulandari, Teduh, Hubungan Daerah Dedekind dengan Gelanggang HNP, Jurnal Matematika dan Aplikasinya, vol 5, No. 1, Juli, 2006.
14 46 TEDUH WULANDARI..
HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP
HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR: RING
STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari
Lebih terperinciSIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP
SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP oleh : Mulvi Ludiana (1) Cece Kustiawan (2) Sumanang Muhtar Gozali (2) ABSTRAK Dari suatu ring dan grup, dapat dikonstruksi suatu ring baru yang disebut ring
Lebih terperinci0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d
1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?
Lebih terperinciVolume 9 Nomor 1 Maret 2015
Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan
II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini
Lebih terperinciMODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND
MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND Erlina Tri Susianti 1) Santi Irawati 2) Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. email: erltrisa@yahoo.co.id, santira99@gmail.com Abstrak: Gelanggang
Lebih terperinciPembentukan Ideal Prim Gelanggang Polinom Miring Atas Daerah ( )
Vol. 8, No.2, 64-68, Januari 2012 Pembentukan Ideal Prim Gelanggang Polinom Miring Atas Daerah ( ) Amir Kamal Amir Abstrak Misalkan R adalah suatu gelanggang dengan identitas 1, adalah suatu endomorfisma
Lebih terperinciGELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 108 114 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND GELANGGANG ARTIN IMELDA FAUZIAH, NOVA NOLIZA BAKAR, ZULAKMAL Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciSkew- Semifield dan Beberapa Sifatnya
Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com
Lebih terperinciKLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring
Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan
Lebih terperinciTEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS
TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta
Lebih terperinciORDER UNSUR DARI GRUP S 4
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciSUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM
Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 66 70 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM PUTRI ANGGRAYNI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN
Lebih terperinciPENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017
PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian
Lebih terperinciMATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR
MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Lebih terperinciRANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks
Lebih terperinciMATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN
MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 GRAF TOTAL SUATU MODUL BERDASARKAN SUBMODUL SINGULER Dian Ambarsari (S1 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciPEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA
PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA Amir Kamal Amir Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar amirkamalamir@yahoo.com ABSTRAK. Gelanggang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.
STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan
Lebih terperinciSIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA. ABSTRAK Suatu gelanggang R disebut gelanggang Noetherian jika memenuhi sifat :
SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA Raja Sihombing 1, Amir Kamal Amir 2, Loeky Haryanto 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika, FMIPA Unhas 2,3 Dosen Program Studi Matematika, FMIPA
Lebih terperinciBEBERAPA SIFAT DIMENSI KRULL DARI MODUL. Amir Kamal Amir 1)
Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 105 112 BEBERAPA SIFAT DIMENSI KRULL DARI MODUL Amir Kamal Amir 1) 1) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 E-mail: amirkamalamir@yahoo.com
Lebih terperinciPEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING DARI QUATERNION
Pembentukan Gelanggang Polinom Miring dari Quaternion (Amir Kamal Amir) PEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING DARI QUATERNION Amir Kamal Amir 1 1 Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =
BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.
Lebih terperinciPERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT
PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan Oleh : Moch. Widiono 09610030
Lebih terperinciKriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian
Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,
Lebih terperinciBAB 3 RING ARMENDARIZ. bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0
BAB 3 RING ARMENDARIZ 3.1 Ring Terreduksi Suatu ring R disebut ring terreduksi jika tidak mempunyai elemen nilpoten tak nol. Secara ekuivalen, suatu ring dikatakan terreduksi jika tidak mempunyai elemen
Lebih terperinciModul Perkalian. Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281
Modul Perkalian Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 5528 Abstrak Di dalam teori modul terdapat modul khusus yang disebut modul perkalian (multiplication modules). Misalnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis
1 I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang dan Masalah Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu, dengan batas waktu sekitar tahun
Lebih terperinciPENGERTIAN RING. A. Pendahuluan
Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan
Lebih terperinciRUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh
Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinciSifat-Sifat Ideal Utama dan Ideal Maksimal dalam Near-Ring
PRISMA (208) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Sifat-Sifat Ideal Utama dan Ideal Maksimal dalam Near-Ring Zulfia Memi Mayasari Fakultas MIPA,
Lebih terperinciTeorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring
urnal Gradien Vol 11 o 2 uli 2015 : 1112-1116 Teorema-Teorema Utama somorphisma pada ear-ring Zulfia Memi Mayasari, Yulian Fauzi, Ulfasari Rafflesia urusan Matematika, Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN
Lebih terperinciRING STABIL BERHINGGA
RING STABIL BERHINGGA Samsul Arifin Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Surya, Tangerang Email: samsul.arifin@stkipsurya.ac.id ABSTRACT Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai karakteristik ring
Lebih terperinciIsomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil
Vol. 1, No. 1, 1-8, Juli 015 Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil Amir Kamal Amir 1 Abstrak Misalkan R adalah suatu gelanggang dengan identitas 1, adalah suatu
Lebih terperinciRING ABELIAN DAN MODUL ABELIAN. Oleh: Andri Novianto (1) Elah Nurlaelah (2) Ririn Sispiyati (2) ABSTRAK
RING ABELIAN DAN MODUL ABELIAN Oleh: Andri Novianto (1) Elah Nurlaelah (2) Ririn Sispiyati (2) ABSTRAK Dalam tulisan ini akan diperkenalkan modul abelian sebagai perluasan dari ring abelian. Misalkan suatu
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciSYARAT PERLU DAN CUKUP SUBMODUL TERKOMPLEMEN. Sri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM. Abstrak
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 8-13, April 2002, IN : 1410-8518 YARAT PERLU DAN CUKUP UBMODUL TERKOMPLEMEN ri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak Dipresentasikan syarat perlu dan
Lebih terperinciDiktat Kuliah. Oleh:
Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat
Lebih terperinciBeberapa Sifat Ideal Bersih-N
JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 61-66 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,
Lebih terperinci1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan
1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen
Lebih terperinciSYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciKONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA
KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA I Ketut Suastika Pend. Matematika Univ. Kanjuruhan Malang Suastika_cipi@yahoo.co.id Abstrak Pada tulisan ini, penulis mencoba mengkonstruksi homomorfisma grup
Lebih terperinciIDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING
IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Lebih terperinciKeberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar
PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA
Lebih terperinciISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND
HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FATORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEIND Eka Susilowati Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adibuana Surabaya eka50@gmail.com Abstrak Setiap
Lebih terperinciIDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL
Vol 11, No 1, 71-76, Juli 2014 IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawaty Abstrak Teori gelanggang merupakan salah satu bagian di matematika
Lebih terperinciSeminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Tulisan ini telah dipresentasikan pada dipresentasikan dalam Seminar Nasional Alabar, Pengaaran Dan Terapannya dengan tema Kontribusi Alabar dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Pembelaaran
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUKTUR KHUSUS DAERAH INTEGRAL
ARATERISTI GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUTUR HUSUS DAERAH INTEGRAL Eka Susilowati Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya eka250@gmailcom
Lebih terperinciBab 3 Gelanggang Polinom Miring
Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Dalam bab ini akan dibahas mengenai Gelanggang Poliom Miring mulai dengan bentuk yang sederhana (satu variabel) sampai ke bentuk yang lebih kompleks (banyak variabel) berikut
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017 KARAKTERISASI MODUL TIDAK TERDEKOMPOSISI ATAS DAERAH DEDEKIND
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017 KARAKTERISASI MODUL TIDAK TERDEKOMPOSISI ATAS DAERAH DEDEKIND Nomor DIPA : DIPA BLU: DIPA-025.04.2.423812/2016 Tanggal : 7 Desember 2017 Satker : (423812)
Lebih terperinciJurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL
Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol 5 No Juni 0: 43-5 TES FORMAL MOUL PROJEKTIF AN MOUL BEBAS ATAS RING OPERATOR IFERENSIAL Na imah Hijriati Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup
BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN
Lebih terperinciG a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.
2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,
Lebih terperinciDaerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean
Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Oleh Ratwa Suriadikirta Irawati A B S T R A C T Daerah Euclid (DE) merupakan daerah ideal utama (DIU), daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal
Lebih terperinciPEMBUKTIAN AUTOMORFISMA PADA GELANGGANG POLINOM MIRING UNTUK PEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING BERSUSUN. Amir Kamal Amir
PEMBUKTIAN AUTOMORFISMA PADA GELANGGANG POLINOM MIRING UNTUK PEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING BERSUSUN Amir Kamal Amir Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan
Lebih terperinciMata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih
Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Himpunan R merupakan ring jika dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian, di mana terhadap operasi penjumlahan merupakan grup komutatif, dan terhadap
Lebih terperinciBuku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MIPA, JURUSAN MATEMATIKA, PS S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematiika, Yogyakarta - 55281 Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum
Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,
Lebih terperinciBAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI
BAB 6 RING (GELANGGANG) Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain dan Field Tujuan Instruksional
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.
STRUKTUR ALJABAR II Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field RING (GELANGGANG) Ring adalah himpunan G yang tidak kosong dan berlaku dua oprasi biner (penjumlahan dan
Lebih terperinciGelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya
Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN
Lebih terperinciIDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye
DEAL DFEENSAL DAN HOMOMOFSMA DFEENSAL Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat l. end. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam Banjarbaru Email : imah_math@yahoo.co.id
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciPERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear
Persamaan Sistem Persamaan Linear PENGERTIAN Definisi Persamaan kuadrat adalah kalimat matematika terbuka yang memuat hubungan sama dengan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah 2. Bentuk umum
Lebih terperinciIDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA
IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stuktur Aljabar II Oleh: Kelompok VI/kelas A 1 Diah Ajeng Titisari (08144100009) Frendy Try Andyasmoko (08144100041) Herna Purwanti (08144100083)
Lebih terperinciDIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani
Lebih terperinciSyarat Cukup dan Perlu Elemen Gelanggang Merupakan Pembagi Nol Kiri maupun Kanan )(RMnn
Syarat Cukup dan Perlu Elemen Gelanggang Merupakan Pembagi Nol Kiri maupun Kanan )(RMnn Oleh K a r y a t i R. Rosnawati Abstrak Himpunan matriks ordo atas gelanggang nr komutatif, yang selanjutnya dinotasikan
Lebih terperinciLEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS
Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel
Lebih terperinciALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc
ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011 0 KATA PENGANTAR Aljabar abstrak
Lebih terperinciMENENTUKAN DEVIASI DARI HIMPUNAN TERURUT PARSIAL
MENENTUKAN DEVIASI DARI HIMPUNAN TERURUT PARSIAL Amir Kamal Amir Kelompok Keahlian Aljabar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (UNHAS) Jl. Perintis Kemerdekaan KM.0 Makassar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang akan digunakan pada bagian pembahasan dari skripsi ini. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai himpunan fuzzy, struktur
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom
BAB 9 RING POLINOM Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan
Lebih terperinciMODUL FAKTOR DARI MODUL ENDOMORFISMA PADA HIMPUNAN BILANGAN BULAT ATAS GAUSSIAN INTEGER
Prosiding eminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-in : 2550-0384; e-in : 2550-0392 MODUL FAKTO DAI MODUL ENDOMOFIMA PADA HIMPUNAN BILANGAN BULAT ATA GAUIAN INTEGE Linda Octavia oelistyoningsih
Lebih terperinciDASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING
DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING Dr. Adi Setiawan, M.Sc G R A F I K A Penerbit Tisara Grafika SALATIGA 2014 Katalog Dalam Terbitan 512.24 ADI Adi Setiawan d Dasar-dasar aljabar modern:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan dari skripsi
Lebih terperinciBAB III PERLUASAN INTEGRAL
BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan
Lebih terperinciParameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi
Vol 7, No2, 92-97, Januari 2011 Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi Nur Erawati Abstrak Suatu sistem linear yang matriks transfernya berupa matriks rasional proper,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu struktur ring yang mempunyai sifat Armendariz. Teorema 4.1 Jika R adalah daerah ideal utama yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring
Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 41 46 (2013) IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring YOHANA YUNET BAKARBESSY 1, HENRY W. M. PATTY
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciSaman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru
Jurnal Matematika Murni dan Terapan psilon Vol. 07, No.02, Hal 20-25 KONPLEMEN IDEAL FUZZY DARI NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend.
Lebih terperinciTeorema Jacobson Density
Teorema Jacobson Density Budi Santoso 1, Fitriani 2, Ahmad Faisol 3 Jurusan Matematika FMIPA, Unila, Bandar Lampung, Indonesia 1,2,3 E-mail: budi.klik@gmail.com Abstrak. Misalkan adalah ring (tidak harus
Lebih terperinciJMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal MODUL FAKTOR YANG DIBENTUK DARI SUBMODUL Z 2. Ari Wardayani
JMP : Volume 4 Nomor, Desember 01, hal. 79-88 MODUL FAKTOR YANG DIBENTUK DARI SUBMODUL Z PADA MODUL R ATAS GAUSSIAN INTEGERS Ari Wardaani Universitas Jenderal Soedirman ariwardaani@ahoo.co.id ABSTRACT.
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN III MODUL BEBAS, PENGENOL, DAN
Lebih terperinciSifat Lapangan pada Bilangan Kompleks
Jurnal Analisa 3 (1) (2017) 70-75 p-issn: 2549-5135 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index e-issn: 2549-5143 Sifat Lapangan pada Bilangan Kompleks Ida Nuraida 1,a) 1 Prodi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS
MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL
HUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL Dra.Sri Rejeki Dwi Putranti, M.Kes. Fakultas Teknik - Universitaas Yos Soedarso Surabaya Email : riccayusticia@gmail.com Abstrak Hubungan antara Differensial dan
Lebih terperinciBAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi
Lebih terperinci