BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN"

Transkripsi

1 BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang mungkn dbangun. Oleh karena tu baya bahan bakar setap pembangkt akan berbeda. Untuk menghemat baya operas dalam pengrman daya nyata dar pusat pembangkt ke pusat beban, maka dperlukan strateg yang jtu dalam penjadualan pembangktan untuk mengoptmalkan antara pemenuhan permntaan beban terhadap baya operas pembangkt yang mnmum. Teknk optmas n dsebut optmal power flow (OPF). OPF n basanya dgunakan untuk mengoptmas alran daya dar sstem berskala besar. Cara n dlakukan dengan memperkecl fungs-fungs objektf yang dplh sambl mempertahankan daya guna sstem yang dapat dterma dar batas kemampuan daya pada generator. Pengrman daya nyata yang optmal pada pembangkt dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran. Faktor-faktor yang mempengaruh pengrmam daya nyata yang optmal pada pembangkt adalah: beroperasnya generator yang efsen, baya bahan bakar, dan rug-rug daya pada saluran transms. Banyak juga generator yang beroperas secara efsen d dalam sstem tenaga namun hal tu tdak menjamn bahwa baya operasnya mnmum. Hal n dsebabkan oleh baya bahan bakar yang tngg. Jka stasun pembangkt berada pada tempat yang jauh dar pusat beban maka rug-rug daya pada saluran transms dapat menjad besar. Oleh sebab tu stasum pembangkt tersebut menjad sangat tdak ekonoms. Masukan pada stasun termal umumnya dukur dalam Btu/jam dan keluarannya dalam MW. Kurva masukan dan keluaran dalam bentuk sederhana dar sebuah unt 7

2 therms berupa kurva laju panas sepert dtunjukan pada gambar.(a). Kurva Btu/jam terhadap MW menjad $/jam terhadap MW akan nenghaslkan kurva baya bahan bakar sepert yang dperlhatkan pada gambar.(b). Baya bahan bakar pada generator n bsa dgambarkan sepert sebuah fungs kuadrat dar daya nyata pada pembangkt, sebaga berkut. C = α + β P + γ (.). P Masukan bahan bakar (Btu/jam) Baya C ($/jam) P(MW) P(MW) a) Kurva laju panas b) Kurva baya bahan bakar Gambar. Kurva karakterstk laju panas dan baya bahan bakar sebuah pembangkt γ ($/MW-jam) P(MW) Gambar. Tpkal kurva baya tambahan bahan bakar Turunan baya bahan bakar terhadap daya nyata pada persamaan (.) adalah berupa kurva baya tambahan bahan bakar dan gambar kurvanya dperlhatkan pada gambar.. Turunan dar persamaan (.) n adalah sebaga berkut. dc = β +.γ P (.) dp 8

3 Karena setap pembangkt mempunya baya sendr yang belum tentu sama dengan baya pembangkt yang lan, maka penjadualan penggunaan pembangkt secara optmal perlu dperhatkan agar dperoleh baya terkecl dengan penyaluran daya yang optmal.. Optmal power flow (OPF) dalam Mengoptmsas Alran Daya dar Sstem Berskala Besar Masalah penyaluran daya lstrk yang optmal yang palng tngg adalah ketka rug-rug daya pada saluran transms dabakan. Masalah n tdak mempertmbangkan bentuk sstem dan mpedans saluran. Contoh yang dambl pada sstem satu bus dengan banyak pembangkt dan terdapat sebuah beban dperlhatkan pada gambar.3. C C C ng P P P ng P D Gambar.3 Sebuah bus yang menghubungkan ng jumlah generator dan sebuah beban Ketka rug-rug daya pada saluran transms dabakan, dan jumlah permntaan beban P D danggap sama dengan jumlah daya dar semua pembangkt, maka untuk menentukan total baya produks pada pembangkt d masng-masng stadun adalah sepert persamaan berkut. dan C ng n t = C = = = α + β P + γ P (.3) ng P = = P dengan: C t = total baya produks D (.4) 9

4 C = baya produks dan pembangkt ke- P = daya nyata dar pembangktan ke- P D = total daya nyata pada permntaan beban ng = total jumlah stasun pembangkt Sebuah tpkal pendekatan untuk menambah batasan ke dalam fungs objektf dengan menggunakan blangan pengal Langrange dar persamaan d atas dapat dbuatkan sepert berkut. ng L = C + λ PD P (.5) = Selanjutnya, mnmum dar suatu fungs tanpa batas adalah untuk menentukan ttk dmana sebagan dar fungs untuk varabel-varabel sama dengan nol dapat dbuatkan sepert persamaan berkut. L P = 0 (.6) L = 0 λ Dar persamaan (.6) dperoleh: Karena: C P + λ( 0 ) = 0 (.7) C = C + C C ng Maka: C P dc = dp = λ Sehngga konds untuk pengrman baya produks dar pembangkt ke- yang optmum adalah: dc dp = λ, dengan =,..., ng (.8) Atau: β + γ P = λ (.9) Dar persamaan (.9), untuk menentukan harga P adalah 0

5 λ β P = (.0) γ Hubungan-hubungan yang dberkan oleh persamaan (.0) dketahu sebaga persamaan-persamaan koordnat sebaga fungs dar λ. Persamaan (.0) dapat dselesakan secara teras. Harga λ ddapat dengan mensubttuskan harga P pada persamaan (.0) ke persaan (.4) yang haslnya adalah sebaga berkut. atau: λ β = P ng = γ D (.) ng β P D + = γ λ = (.) ng = γ Penyelesaan pengrman daya nyata yang optmal dar pembangkt dengan mengabakan rug-rug daya dapat dlakukan secara analss. Bla rug-rug daya dperhtungkan harus dselesakan secara teras. Dalam sebuah teknk penyelesaan secara teras, harga λ ddapat dar sebuah perhtungan dengan harga estmas awal yang telah dtentukan terlebh dahulu, kemudan dselesakan hngga nla P (daya nyata tambahan) dalam sebuah keteltan yang akurat. Penyelesaan secara cepat dapat dlakukan dengan menggunakan metode graden yang dtunjukkan pada persamaan (.) dan dapat dtuls ulang sebaga berkut. f (λ) = (.3) P D Persamaan (.3) d atas bla dtuls dalam deret Taylor pada sebuah ttk operas dan dengan mengabakan bentuk orde palng tngg akan menghaslkan: (k ) λ atau: atau: ( k ) ( k ) df ( λ) ( k ) f = ( λ ) + λ PD (.4) dλ ( k ) ( k ) ( k ) P P λ = = (.5) ( k ) ( k df ( λ) dp dλ dλ )

6 ( k λ Sehngga: dan λ ) = ( k ) P γ = λ ( k + ) ( k ) ( k ) + λ (.6) (.7) P ( k ) = P D ng + P ( k ) (.8) Proses dlanjutkan sampa dtentukan. Contoh. (k ) P lebh kecl dar sebuah keteltan yang telah Fungs baya bahan bakar untuk tga stasun pembangkt thermal dalam satuan $/jam yang dberkan: C = ,3 P + 0,004P C = ,5 P + 0,006P C 3 = ,8 P 3 + 0,009P 3 Dengan P, P dan P 3 dalam satuan MW. Beban total P D adalah 800 MW. Dengan mengabakan rug-rug daya pada saluran, tentukan daya optmal yang dkrm dar masng-masng stasun pembangkt dan baya total bahan bakar dalam satuan $/jam dengan metode: (a) menggunakan persamaan (.) (b) menggunakan persamaan (.8) (c) teknk teras Penyelesaan: (a) Dar persamaan (.) dapat dtentukan harga λ 5,3 5,5 5, ,008 0,0 0, ,0555 λ = = = 8,5...$ / MW jam 63, ,008 0,0 0,08 Subttuskan harga λ d atas ke persamaan (.0) sehngga ddapat pengrman daya optmal sebaga berkut. 8,5 5,3 P = = 400MW (0,004)

7 8,5 5,5 P = = 50MW (0,006) 8,5 5,8 P3 = = 50MW (0,009) (b) Harga λ = 8,5 $/MW jam. Bla dmasukkan ke dalam persamaan (.8) akan ddapatkan: dc dp = 5,3 + 0,008P = 8,5 dc dp = 5,5 + 0,0P = 8,5 dc dp 3 3 = 5,8 + 0,08P3 = 8,5 Sehngga dperoleh P =400 MW, P = 50 MW dan P 3 = 50 MW (c) Bla menggunakan penyelesaan metode teknk teras, asums harga λ sebaga teras pertama dtentukan, msal ddapatkan: () 6,0 5,3 P = = 87, 50MW (0,004) () λ = 6,0 $/MW-jam. Dar persamaan (.0) () 6,0 5,5 P = = 4, 6667MW (0,006) () 6,0 5,8 P3 = =, MW (0,009) Dengan P D = 800 MW, maka dar persamaan (.6) dan persamaan (.8) ddapatkan hasl: () P = (87,5 + 4,6667 +,) = 659,7 MW () 659,7 659,7 λ = = =,5...$ / MW jam 63, (0,004) (0,006) (0,009) Nla λ baru adalah: () λ = 6 +,5 = 8,5...$ / MW jam 3

8 Proses selanjutnya, untuk teras kedua dtentukan dengan : () 8,5 5,3 P = = 400MW (0,004) () 8,5 5,5 P = = 50MW (0,006) () 8,5 5,8 P3 = = 50MW (0,009) dan P () = ( ) = 0 Jad daya optmal yang dkrm dar masng-masng stasun pembangkt dan baya tambahan adalah: P = 400 MW P = 50 MW P 3 = 50 MW λ = 8,5...$ / MW jam Baya total bahan bakar ddapat dar persamaan (.3) sepert berkut. C = C + C + C 3 C = ( ,3(400) + 0,004(400) ) + ( ,5(50) + 0,006(50) ) + (00 + 5,8(50) + 0,009(50) = 6.68,5 $/jam 4

9 .3 Optmas Operas Sstem Hdrotermal dengan Memperhtungkan Batas-batas Generator Keluaran daya dar generator seharusnya tdak melebh keperluan operas stabltas sstem sehngga daya dar generator tersebut terbatas pada batas mnmum dan maksmum yang dberkan. Persoalannya, bagamana memperoleh hasl daya nyata/real untuk setap stasun pembangkt yang optmal sehngga fungs objektf (msalnya baya produks total) sepert yang ddefnskan pada persamaan (.3) adalah mnmum sesua dengan batasan yang dberkan oleh persamaan (.4) dan ketentuan ketdaksamaan sepert yang dberkan oleh: P (mn) P P, dengan =,... ng (.9) ( maks) Dengan P (mn) dan P (maks) adalah daya nyata mnmum dan daya nyata maksmum dar stasun pembangkt ke. Syarat Kuhr-Tucker melengkap syarat Lagrangan untuk mengkut ketentuan ketdaksamaan. Syarat-syarat untuk pengrman daya nyata yang optmal dar pembangkt dengan mengabakan rug-rug daya adalah sebaga berkut. dc dp = λ untuk P P P (.0),.... (mn) ( maks) dc dp dc dp λ untuk P P (.),.... = ( maks) λ,.. untuk.. P = P (mn) (.) P ddapat dar persamaan (.0) dan teras berlangsung sampa P = P D Contoh. Tentukan daya optmal yang dkrm dar stasun pembangkt hdro termal dan baya total bahan bakarnya untuk 3 pembangkt thermal dalam satuan $/jam dar contoh. dengan beban total 975 MW dan batasan keluaran daya dar generator dberkan: 00 P P P 5 3 5

10 Penyelesaan: Harga estmas awal lambda (.0) ddapatkan: () 6,0 5,3 P = = 87, 50MW (0,004) () 6,0 5,5 P = = 4, 6667MW (0,006) () 6,0 5,8 P3 = =, MW (0,009) () λ = 6,0 $/jam. Sebaga teras pertama dar persamaan Dengan P D = 975 MW, maka dar persamaan (.6) dan persamaan (.8) ddapatkan hasl: P () = (87,5 + 4,6667 +,) = 834,7 MW () 834,7 834,7 λ = = = 3,63.$ / MW jam 63, (0,004) (0,006) (0,009) Nla λ baru adalah: () λ = 6 + 3,63 = 9,63.$ / MW jam Proses selanjutnya, teras kedua dtentukan dengan : () 9,63 5,3 P = = 48, 8947MW (0,004) () 9,63 5,5 P = = 305, 63MW (0,006) () 9,63 5,8 P3 = = 86, 84MW (0,009) Dan P () = (48, , ,84) = 0 Dar hasl perhtungan d atas dperoleh P () = 0 yang dcapa dalam dua teras, tetap nla P = 48,897 MW telah melewat batas atas yang seharusnya sebesar 450 MW. Oleh karena tu perlu dlakukan teras ketga dengan mencar ulang P () sebaga berkut. P () = 975 ( , ,84) = 3,8947 MW Kemudan dar persamaan (.6) dperoleh sebaga berkut. yang baru 6

11 () 3,8947 3,8947 λ = = = 0,368.$ / MW 38, (0,006) (0,009) jam Nla λ baru adalah: () λ = 9,63 + 0,368 = 9,4.$ / MW jam Proses selanjutnya, teras ketga dtentukan dengan : (3) P = 450MW (3) 9,4 5,5 P = = 35MW (0,006) (3) 9,4 5,8 P3 = = 00MW (0,009) Dan P (3) = ( ) = 0 Jad daya optmal yang dkrm dar masng-masng stasun pembangkt dan baya tambahan adalah: P = 450 MW P = 35 MW P 3 = 00 MW λ = 9,4.$MW jam Baya total bahan bakar ddapat dar persamaan (.3) sepert berkut. C = C + C + C 3 C = [ ,3(450) + 0,004(450) ] + [ ,5(35) + 0,006(35) ] + [00 + 5,8(00) + 0,009(00) ] = 836,5 $/jam 7

12 .4 Mnmsas Rug-rug Daya pada Saluran Transms dan Dstrbus Tenaga Lstrk Saluran transms dan dstrbus tenaga lstrk mempunya panjang saluran yang berbeda-beda tergantung jarak beban dar staton pembangkt atau dar gardu nduk. Untuk memnmalsas rug-rug pada saluran transms dan dstrbus dapat dlakukan dengan cara; memperbesar luas penampang saluran, menakkan tegangan sstem pada saluran dan memperbak faktor daya sstem tenaga. Memperbesar luas penampang saluran bertujuan untuk memperkecl tahanan penghantar pada saluran, sedengkan menakkan tegangan pada saluran bertujuan untuk memperkecl arus yang mengalr pada kawat / saluran, yang otomats memperkecl rugrug daya pada saluran sstem tenaga. a I b V X L R V X L V R g Gambar.4 Model sederhana rangkaan ekvalen dar suatu beban dsupla oleh sumber tengangan AC Besarnya faktor daya pada beban akan mempengaruh juga rug-rug daya pada saluran transms dan dstrbus. Bla faktor daya beban kecl, maka arus yang mengalr pada saluran akan lebh besar jka dbandngkan dengan faktor daya beban yang lebh besar. Bentuk rangkaan ekvalen sederhana beban pada sstem tenaga lstrk n dperlhatkan pada gambar.4. Dar rangkaan ekvalen pada gambar.4 dapat dperoleh besarnya mpedans total pada beban sebesar: Z R + = (.3) X L Yang mana: Z = mpedans total beban (ohm) R = tahanan total pada beban (ohm) 8

13 X L = reaktans nduktf total pada beban (ohm) Bentuk hubungan vektor mpedans n dperlhatkan pada gambar.5 Z φ X L R Gambar.5 Bentuk hubungan vektor antara R, X L dan Z pada beban Dar gambar.5 dapat dbuatkan hubungan sebaga berkut. X L φ = a tan ( ) (.4) R R = Z cos ( φ ) (.5) X L = Z sn ( φ ) =. π. f (.6) cos ( φ ) = faktor daya (.7) yang mana: f = frekuens sumber (Hz) π = 3,4 Berdasarkan hubungan persamaan d atas, maka juga dapat dbuatkan hubungan segtga daya sebaga berkut. S = V.( I*) = P + j Q = I.Z (.8) P = S.cos( φ ) = I R. R (.9) Q = S.sn( φ ) = I. X (.30) L L L P cos ( φ ) = (.3) S yang mana: S = Daya kompleks (VA) P = Daya aktf (Watt) Q L = Daya reaktf dar nduktf (VAR) Karena beban yang dmodelkan adalah rangkaan R dan X L (yang umum), maka faktor daya yang terjad adalah d bawah satu (tertnggal). Untuk memperbak faktor 9

14 daya, maka perlu dtambahkan kapastor AC yang dpasang paralel dengan beban, karena daya lstrk yang dhaslkan kapastor n berlawanan arah dengan daya lstrk yang dserap oleh beban nduktf (Q L ). Bentuk hubungan daya lstrk kapastf n dengan reaktans kapastf djabarkan sebaga berkut. Q = S.sn( φ ) = I. X = V. I (.3) C X C C C C C = (.33) ω C Untuk mempertajam pemahaman bersama n dberkan contoh persoalan dan pembahasan sepert pada contoh.3. Contoh.3 Sebuah sumber tenaga -fasa mensupla beban 660 VA pada tegangan 0V, frekuens 50 Hz dengan faktor daya 0,8 tertnggal. Tentukanlah. a). Arus yang melewat saluran pada konds n b). Besarnya kapastor yang dpasang paralel dengan beban agar faktor daya menjad satu Penyelesaan Dketahu: faktor daya = cos ϕ = 0,8 tertnggal maka: ϕ = 36,87 sn ϕ = sn (36,87) = 0,6 S L = 660 VA, Vt = 0 V maka: a) Ia = (S L /Vt)* = (660 36, 87 /0)* = 3 36, 87 A b) Q C = S. sn( ϕ ) = 660. x.0,6 = 396VAR I C =Q C /Vt = 396/0 =,8 A X C = Q C /(I C ) = 396/(,8) =, ohm C = ω X C =.(3,4).50., = 6,06µF 30

15 .5 Optmsas Sstem Pengoperasan Motor Lstrk Motor lstrk merupakan suatu alat yang palng banyak dgunakan dalam kehdupan sehar-har. Dalam perkembangan saat n, maka motor yang palng banyak dgunakan adalah motor lstrk AC, terutama motor nduks. Motor nduks yang berdaya kecl banyak dguanakan dalam skala rumah tangga, sepert kpas angn, mesn cuc dan lan sebaganya. Sedangkan untuk motor nduks berskala besar, basanya adalah motor nduks 3-fasa yang banyak dgunakan oleh ndustr. Dalam sstem pengopersan motor lstrk, maka motor n akan mencapa efsens tertngg pada beban 80% sampa dengan 85% dar konds beban penuhnya. Motor n tdak boleh dbeban terlalu lama dengan beban d atas kapastasnya, karena akan memperpendek umur motor. Khusus untuk motor nduks 3- fasa, ada beberapa hal yang perlu dperhatkan dalam mengoperaskan motor agar motor dapat doperaskan se-optmal mungkn dengan konds terbak pada motor. Untuk tu perlu dketahu rangkaan ekvalen motor nduks 3-fasa n sepert yang dperlhatkan pada gambar.6. R s ' ( s) Gambar.6 Rangkaan ekvalen motor nduks 3-fasa per fasa Dar gambar.6 dapat djelaskan: V = Tegangan sumber perfasa pada kumparan stator R = Resstans kumparan stator X = Reaktans Induktf kumparan stator R ' = Resstans kumparan rotor dlhat dar ss stator X ' = Reaktans Induktr kumparan rotor dlhat dar ss stator 3

16 X m = Reaktans magnet pada Motor R s ' ( s) = Resstans yang mewakl beban motor I = Arus kumparan stator I ' = Arus pada kumparan rotor dlhat dar ss stator I m = Arus Magnet Dengan mengacu ke gambar.6, maka akan dperoleh: R' Z ' = + jx ' (.34) s Bla: Zp Z' = Z' x. jxm + jxm (.35) Maka: Zt = Z + Zp (.36) V = = I ϕ Zt L (.37) Dan bla: V AB = V. Z (.38) x. maka: ( VAB ') = (.39) Z ' Kemampuan motor nduks sangat dtentukan oleh tors mekank yang dhaslkan motor. Tors n berhubungan dengan kemampuan motor untuk mesupla beban mekank. Oleh karena tu Tors mekank (Tm) secara umum dapat drumuskan 3

17 sebaga berkut. Pm P g I '.. R' / s Tm = = = (.40) ω ω ω r s s dengan :. π. Nr ω r = (.4) 60. π. Ns ω s = (.4) 60 ω r = kecepatan sudut (mekank) dar rotor (rad/dt) ω s = kecepatan sudut (mekank) dar medan magnet stator (rad/dt) Bla dlhat tors mekank yang dtransfer pada rotornya (dengan memperhatkan slp pada motor), maka akan dperoleh hasl sebaga berkut. Dmana: se R sα Tg = = k (.43) ω s + α s [ R + ( sx ) ] E k =, dan ω x α = R = X R' X ' Tors start yang dbutuhkan pada motor nduks pada saat akan bergerak dapat dhtung dengan memasukkan nla s = pada persamaan (.43). Selanjutnya dengan memperhatkan persamaan (.40), tors mekank yang bermanfaat untuk memutar rotor menjad: sα ( s) Tm = Pm = Pg( s) = k (.44) ω s + α s hasl: dt Tors maksmum dcapa pada = 0, maka dar persamaan (.43) dperoleh ds 33

18 dt ds = α (s + α ) s.α (s) = 0 s + α s = 0 s = α s = ± α (.45) Dar keadaan n akan dperoleh tors maksmum (T mx ) sebesar: T mx = kα α = 0,5. k (.46) Jad motor dapat beroperas dengan konds tors maksmum jka besar tahanan rotor (R ) sama dengan reaktans nduktf kumparan rotor (X )..6 Optmalsas Pembebanan Transformator Trasformator merupakan peralatan lstrk yang dgunakan untuk memndahkan daya lstrk bolak balk dar satu rangkaan ke rangkaan yang lan dengan prnsp nduks medan magnet. Transformator n akan mempunya efsens yang tngga bla dbeban dengan beban 80% sampa dengan 85% beban penuhnya, sama halnya sepert motor nduks. Trafo n tdak boleh dbeban terlalu lama melebh kapastasnya karena akan memperpendek umur trafo. Khusus untuk transformator 3-fasa, pembebanan trafo sangat dpengaruh pula oleh bentuk hubugan kumparan trafo yang dapat djelaskan sebaga berkut.. Hubungan delta Bentuk hubungan kumparan trafo 3 fasa dalam bentuk hubungan delta dlperlhatkan pada gambar.7 dan gambar.8. 34

19 U 3 U U Gambar.7 Bentuk lltan trafo 3-fasa untuk hubungan delta Tegangan transformator tga fasa dengan kumparan yang dhubungkan secara delta mempunya tegangan-tegangan yatu V AB, V BC dan V CA yang masng-masngya berbeda fasa sebesar 0 0 lstrk. Bla mengacu kepada keadaan normal (analsa segtga ABC) dengan acuan tegangan V AB = A 0 o, maka V BC = A 40 o dan V CA = A 0 o, dengan A = besarnya nla tegangan antar saluran pada trafo 3 fasa. Bla trafo 3 fase dalam keadaan sembang, maka penjumlahan secara vektors ketga tegangan n = nol. V AB + V BC + V CA = 0 (.47) Gambar.8 Bentuk hubungan delta pada kumparan trafo 3 fase: a) pembahagan arus yang melewat trafo, b) hubungan dar masngmasng arus yang melewat trafo secara vektors. Untuk menentukan besarnya nla arus saluran yang melewat trafo 3 fasa dberkan sebaga berkut. I A = I AB - I CA (.48) 35

20 I B = I BC - I AB (.49) I C = I CA - I BC (.50) Bla trafo dalam keadaan sembang, maka harga mutlak dar masng-masng arus saluran pada trafo adalah 3 dkal harga mutlak dar arus fasanya (arus yang melewat kumparan trafo) atau dapat dtulskan sebaga berkut.. I A = I B = I C = 3 I AB = 3 I BC = 3 I CA (.5). Hubungan Bntang Bentuk hubungan kumparan trafo 3 fasa dalam bentuk hubungan bntang dlperlhatkan pada gambar.9 dan gambar.0. Tegangan transformator tga fasa dengan kumparan yang dhubungkan secara bntang mempunya tegangan-tegangan yatu V AB, V BC dan V CA yang masng-masngya berbeda fasa sebesar 0 0 lstrk. Bla mengacu kepada keadaan normal (analsa segtga ABC) dengan acuan bla tegangan V AB = A 0 o, maka V BC = A 40 o dan V CA = A 0 o, dengan A = besarnya nla tegangan antar saluran pada trafo 3 fasa. Bla trafo 3 fase dalam keadaan sembang, maka penjumlahan secara vektors ketga tegangan n = nol. Gambar.9 Bentuk lltan trafo 3-fasa untuk hubungan bntang Besarnya nla arus saluran dan arus fasa yang melewat trafo 3 fasa saat hubungan bntang mempunya besar yang sama, karena arus yang melewat saluran pada trafo (I L ) sama dengan arus yang melewat kumparan trafo (I ph ). Bla trafo dalam keadaan sembang, maka besarnya nla arus yang melewat masng-masng saluran trafo (I L ) mempunya harga mutlak yang sama atau dapat juga dtulskan sebaga berkut.. 36

21 I A = I B = I C = I L = I ph (.5) Selanjutnya, harga mutlak dar masng-masng tegangan antar saluran pada trafo adalah 3 dkal harga mutlak dar tegangan fasanya (tegangan antara saluran dengan netral pada trafo) atau dapat dtulskan sebaga berkut.. V AB = 3.V AN (.53) V BC = 3.V BN (.54) V CA = 3.V CN (.55) Gambar.0 Bentuk hubungan bntang pada kumparan trafo 3 fase: a) pembahagan arus yang melewat trafo, b) hubungan tegangan antar saluran (antar fasa) terhadap tegangan fasa (antara fasa dengan netral) pada trafo secara vektors. Dar penjabaran d atas terllhat bahwa bla trafo terhubung delta, maka arus yang melewat kumparan trafo lebh kecl dar arus yang melewat penghantar pada salurannya, sedangkan bla trafo terhubung bntang, maka arus yang melewat kumparan trafo sama besarnya dengan arus yang melewat saluran. Berdasarkan konds n, maka dbutuhkan kumparan dan solas kumparan yang lebh bak untuk trafo hubungan bntang. 37

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Mutakhr Pada usulan tugas akhr n dcantumkan hasl peneltan yang telah dlaksanakan terlebh dahulu tentang sympathetc trp sebaga berkut : Cakasana Alf Bathamantr, Rony Seto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator

Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : 301-840 56 Penjadwalan Generator Yang Optmal Dengan Memperhatkan Keamanan Kerja Generator Prety Chrsty Tobuhu (1), Ir. Hans Tumalang, MT. (), Mackel Tuegeh,

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GAYA GERAK LISTRIK HUKUM LENZ HUKUM FARADAY TRANSFORMATOR TRANSFORMATOR IDEAL TRANSFORMATOR TIDAK IDEAL GGL INDUKSI ADA KUMARAN INDUKTANSI DIRI GENERATOR ERSAMAAN INDUKTANSI DIRI INDUKTANSI ADA TOROIDA

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah 3 Memaham dan Menganalsa Optmas dengan Kendala Ketdaksamaan. Interpretas Konds Kuhn Tucker Asumskan masalah yang dhadap adalah masalah produks. Secara umum, persoalan maksmsas keuntungan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar Jurnal Nasonal Teknk Elektro, Vol. 7, No. 1, Maret 018 p-issn: 30-949, e-issn: 407-767 Analsa Operas Ekonoms Pembangkt Termal untuk Melayan Beban Puncak Sstem Kelstrkan Sumbar Syaf * dan Kartka Ika Putr

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci