STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)"

Transkripsi

1 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera Barat Emal : heru_dl@ft.unand.ac.d Abstrak Suatu sstem tenaga lstrk terdr dar banyak generator, transformator, elekmenaktf dan pasf serta peralatan lannya yang ternterkoneks dalam jarngan transms antara beberapa buah atau bahkan beratus-ratus buah bus. Stud alran daya sangatlah pentng dalam perencanaan pengembangan suatu sstem untuk masa yang akan datang karena pengoperasan yang bak dar sstem tersebut banyak tergantung pada dketahunya efek nterkoneks dengan sstem tenaga yang lan, beban yang baru, stasun pembangkt yang baru serta saluran transms yang baru sebelum semuanya terpasang. Stud alran daya menjamn bahwa sstem tenaga yang baru dapat memenuh kebutuhan lstrk secara ekonoms, efsen dan aman. Banyak metode yang dgunakan untuk menyelesakan masalah stud alran daya dan salah satu metode yang dpergunakan dalam stud alran daya n adalah metoda Fast Decoupl. enerapan prosedur metoda Fast Decouple untuk perhtungan sstem besar akan dapat memberkan solus untuk desan sstem, perencanaan dan pengembangan sstem tenaga d masa depan dan pengoperasan sstem tenaga dengan tngkat keamanan yang maksmum dan baya operas mnmum Keyword : Alran Daya, Metoda Fast Decouple, Interkoneks Sstem Tenaga Lstrk 1. EDAHULUA Suatu sstem tenaga lstrk basanya terdr atas banyak generator, transformator, elemen beban aktf dan pasf serta peralatan yang ternterkoneks dalam jarngan transms antara beberapa buah bus. Sstem tenaga lstrk untuk menyupla daya lstrk aktf dan reaktf ke pelanggan yang berada d sepanjang jarngan secara andal, ekonoms dan berkesnambungan pada tngkat tegangan dan frekwens tertentu. Hal n harus dcapa juga dengan tadanya unt pembangkt yang beroperas pada konds beban lebh secara terus- menerus dan adanya jarngan transms yang memlk rug-rug daya yang cukup besar. Stud alran daya dlakukan untuk mendapatkan nformas mengena alran daya dan tegangan sstem dalam konds operas tunak. Informas n sangat dbutuhkan guna mengevaluas unjuk kerja sstem tenaga lstrk dan menganalss konds pembangktan maupun pembebanan bak konds normal maupun darurat. Alasan lan dperlukan stud alran daya, ketka sstem tenaga lstrk dperluas dengan menambah jarngan transms dan beban untuk memenuh perkembangan kebutuhan tenaga lstrk suatu daerah. Dengan stud semacam n akan menjamn bahwa sstem tenaga yang baru dapat memenuh kebutuhan lstrk secara ekonoms, efsen dan aman. Model sstem tenaga lstrk yang dgunakan dalam stud alran daya terdr atas unt pembangkt, elemen beban dan saluran transms yang masngmasng dhubungkan pada bus-bus dalam sstem tersebut. Dalam setap bus terdapat empat besaran yatu daya aktf (), daya reaktf (), magntude tegangan ( ) dan sudut phasa (θ). Selan tu pada stud alran daya n terdapat tga buah tpe bus yang melput bus beban (), bus pembangkt () dan bus penadah (slack bus).. ada setap bus mnmal dketahu dua dar empat besaran yang ada. Setap perhtungan harus dplh salah satu bus sebaga bus penadah atau slack bus. Selan tu juga representas model sstem tenaga selalu berttk tolak dar sngle lne dagram. enggunaan sngle lne dagram dalam stud alran daya n dengan asums sstem danggap sembang. Hal yang terpentng dar stud alran daya adalah penentuan besar tegangan () beserta sudut phasa (θ) dar setap bus. Setelah mengetahu tegangan () dan sudut phasa (θ) setap bus, perhtungan selanjutnya dlakukan untuk mencar daya aktf () dan daya Reaktf () d setap serta transms serta daya reaktf () dar kapastor stats atau reaktor-reaktor bus. Selan tu pula dapat juga dketahu rug-rug daya dalam MW dan MAR serta ketdakserasan daya aktf () dan daya Reaktf () pada setap bus. Dmana ketdakserasan n merupakan suatu petunjuk tentang ketepatan suatu penyelesaan dan dperoleh dengan TeknkA 11

2 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: menghtung selsh daya aktf () dan basanya juga daya reaktf () yang masuk ke dalam dan mennggalkan masng-masng bus. Untuk mendapatkan hasl yang dngnkan dalam stud alran daya pada sstem tenaga lstrk n dkenal beberapa metoda antara lan metoda Gauss Sedel, metoda ewton Raphson dan metoda Fast Decouple. Dalam peneltan n akan dbahas stud alran daya dengan menggunakan metoda Fast Decouple dengan aplkas : sstem Interkoneks T. L Sumbar-Rau 15 K. Tujuan dar peneltan n adalah untuk memperkenalkan stud alran daya dengan metoda Fast Decouple dan mengmplementaskan metoda Fast Decouple n dalam suatu perangkat lunak (software) yang daplkaskan pada sstem tenaga lstrk T. L Sumbar-Rau 15 K. Masalah stud alran daya dalam sstem tenaga lstrk memlk ruang lngkup yang sangat luas, melhat hal tersebut maka perlu dadakan pembatasan masalah peneltan n. Sesua dengan judul peneltan n, maka permasalahan yang dbahas adalah masalah-masalah yang menyangkut stud alran daya dengan menggunakan metoda Fast Decouple dan pembahasan tentang komponen sstem tenaga lstrk yang berhubungan dengan stud alran daya sstem tenaga lstrk, dlakukan hanya untuk memperoleh persamaan matematka yang akan mewakl komponen tersebut dalam penyelesaan perhtungan alran daya n. Dengan demkan pembahasan mendetal dar setap komponen tersebut tdak perlu dberkan dalam peneltan n.. STUDI ALIRA DAYA Stud alran daya adalah stud yang dlaksanakan untuk mendapatkan nformas mengena alran daya dan tegangan sstem dalam konds operas tunak. Informas n sangat dbutuhkan guna mengevaluas unjuk kerja sstem tenaga lstrk dan menganalsa konds pembangktan maupun pembebanan. Analsa n memerlukan nformas alran daya dalam konds normal maupun darurat. Analss alran daya dalam sstem tenaga lstrk memerlukan representas atau pemodelan komponen sstem tenaga lstrk. Suatu sstem kelstrkkan tga fasa yang sembang selalu dselesakan per fasa dan dgambarkan dalam dagram satu gars yang sesua dengan sstem tersebut. Tujuan dagram satu gars tu adalah untuk memberkan semua nformas yang dperlukan. Dalam berbaga kasus, dagram satu gars berbeda-beda sesua dengan persoalan yang akan dselesakan. Msalnya dalam stud alran daya, beban-beban dan hambatan hambatan sepert mpedans, resstans dan nduktans harus dgambarkan. Tempat netral ke tanah tdak perlu dgambarkan. Sebenarnya pengabaan n bertujuan untuk menyederhanakan perhtungan terutama jka perhtungan dlakukan secara manual..1 Representas Sstem Tenaga Lstrk a. Generator Snkron Generator snkron basanya dhubungkan langsung ke busbar atau serngkal melalu transformator daya terlebh dahulu, karena tujuan dar stud alran daya adalah untuk mengetahu besar tegangan busbar dan alran daya, maka generator snkron drepresentaskan sebaga suatu sumber daya aktf dan daya reaktf. Tegangan yang dperoleh adalah tegangan busbar dmana generator tersebut d sambung. b. Transformator ada umumnya transformator dlengkap dengan tappng yang dapat dubah-ubah, untuk mengatur atau mengubah tegangan busbar jka dperlukan. erubahan poss tap transformator menyebabkan faktor transfomas (a) berubah. Transformator sepert n memlk admtans yang tdak sama bla dlhat dar kedua ssnya. c. Saluran Transms Untuk keperluan analss dan perhtungan, maka dagram penggant saluran transms dapat dbag dalam tga klasfkas berdasarkan panjang saluran yatu 1. Saluran endek ( kurang dar 8 km) Saluran transms dmana panjang saluran tersebut kra-kra kurang dar 8 Km maka saluran transms dkelompokan pada saluran pendek. ada saluran jens n efek kapastans parallel (shunt) nya sangat kecl sekal dan efek tersebut dapat dabakan tampa pengaruh yang berart pada keteltan perhtungan.. Saluran Menengah ( antara 8 4 km) ada umumnya karakterstk saluran menengah n tdak berbeda jauh dengan karakterstk pada saluran pendek. Efek kapastans pada saluran jens n harus dperhtungkan. 3. Saluran anjang ( lebh dar 4 km) Untuk menganalss saluran panjang dperlkan suatu keteltan yang lebh bak. Harus dperhatkan bahwa parameter rangkaan sebenarnya tdak terpusat menjad satu, melankan tersebar secara merata d seluruh panjang saluran. d. Kapastor dan Reaktor Shunt Dalam sstem tenaga lstrk serng dperlukan kapastor shunt dan reaktor shunt yang dpaka sebaga alat kompensas pada saluran transms. Kompensas dperlukan antara lan untuk memperbak tegangan agar varas tegangan tetap berada pada batas-batas yang dznkan ada konds kebutuhan daya aktf dan daya reaktf yang cukup besar maka tegangan cenderung menurun melewat batas yang dznkan, Oleh sebab tu untuk mengatas konds yang demkan maka dpasang kapastor shunt yang dapat menyupla daya TeknkA 1

3 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: reaktf sehngga tegangan dapat nak kembal. Sebalknya bla kebutuhan daya aktf dan reaktf sangat kecl maka pengaruh dar kapastor akan menyebabkan naknya tegangan d ss penerma, melewat batas yang dznkan. emasangan reaktor shunt akan menyerap pelepasan muatan dar kapastans saluran sehngga tegangan turun kembal. Kapastor dapat drepresentaskan sebaga sumber daya reaktf atau serng sebaga mpedans e. Beban ( Load) Ada tga cara merepresentaskan beban dalam sstem tenaga lstrk sebaga berkut : 1. Beban drepresentaskan sebaga daya konstan. D sn daya nyata (MW) dan daya reaktf (MAR) danggap konstan. Representas n dpaka untuk stud alran beban. Beban drepresentaskan sebaga arus konstan. Dalam hal n arus beban dhtung sebaga berkut J I = = I ( θ φ) (.1) * Besaran skalar (magntude) dar arus I djaga agar tetap konstan. 3. Beban drepresentaskan sebaga mpedans konstan. Konds n serng dpaka untuk merepresentaskan beban dalam stud stabltas. Bla daya nyata (MW) dan reaktf (MAR) dasumskan dketahu dan menjaga agar besarnya (magntude) tetap konstan maka mpedans Z dapat dhtung sebaga berkut Z = = (.) I j. Model Sstem Dalam berbaga kasus, dagram satu gars berbeda-beda sesua dengan persoalan yang akan dselesakan. Msalnya dalam stud alran daya, beban-beban dan hambatan hambatan sepert mpedans, resstans dan nduktans harus dgambarkan. Tempat netral ke tanah tdak perlu dgambarkan. Sebenarnya pengabaan n bertujuan untuk menyederhanakan perhtungan terutama jka perhtungan dlakukan secara manual. Komponenkomponen dar suatu sstem tenaga lstrk pada umumnya terdr dar : pusat pembangkt, dalam hal n yang dgambarkan adalah generatornya., transformator daya, saluran transms, kondesator snkron arus stats, alat pengaman (pemutus daya dan rela-rela) dan beban yang terdr dar beban dnamk dan beban stats Gambar-. Dagram Segars Sstem Tenaga Lstrk Bus (T. L Sumbar-Rau) 3. METODA FAST DECOULE UTUK ALIRA DAYA ada tahap awal, dlakukan penomoran bus terhadap sstem yang akan danalss. Bus-bus yang terhubung dengan generator dber nomor terlebh dahulu setelah tu penomoran bus dlanjutkan pada bus-bus beban, bus yang memlk kapastas pembangkt terbesar dplh sebaga sebaga slack bus dan dber nomor 1 (satu), Untuk bus yang lan yang terhubung ke generator dber nomor (dua) sebaga bus pembangkt dan bus beban dber nomor (nol). Menyusun data tentang sstem yang akan danalss yang melput data resstans, reaktans dan kapastans antara saluran, data tappng transformator, data beban terjadwal, data pembangktan, asums awal magntude tegangan dan sudut phasa tegangan bus. erhtungan dmula dengan membentuk mpedans jarngan (Z j ) dengan rumus Z j = R j + j j (3.1) dmana Z j : Impedans jarngan antara bus dan bus j R j : Resstans jarngan antara bus dan bus j j : Reaktans jarngan antara bus dan bus j kemudan mpedans jarngan dkonvers ke admtans jarngan Y j = Yr j + JYx j (3.) dmana Yr j = R j R j + j TeknkA 13

4 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: j Yx j = R j + j Selanjutnya matrk admtans bus Y dbentuk dengan komponen-komponen yang terdr atas admtans jarngan, kapastans saluran dan perubahan tappng transformator. Kemudan matrk admtans bus Y yang terbentuk dalam bentuk rectangular drubah ke dalam bentuk polar. Dmana sebelumnya matrk admtans bus Y tersebut dpsahkan menjad komponen matrk G dan matrk B. Daya terjadwal yang ada pada setap bus dhtung dengan rumus = (3.3) G G L = (3.4) L dmana : Daya aktf terjadwal : Daya reaktf terjadwal G : Daya aktf pembangktan G : Daya reaktf pembangktan L : Daya aktf beban L : Daya reaktf beban Dalam proses teras dcar daya terhtung dengan rumus = Y n cos( θ n δ n δ ) n 1 n + (3.5) = = Y n n sn(θ n + δ n δ ) (3.6) n = 1 dmana : Daya aktf terhtung pada bus : Daya reaktf terhtung pada bus, θ : Magntude tegangan dan sudut phasa pada bus j, θ j : Magntude tegangan dan sudut phasa pada bus j Y n, θ n : Magntude dan sudut phasa elemen matrk admtans Y Msmatch daya dhtung dengan persamaan dbawah n Δ ht = (3.7) Δ ht = (3.8) dmana Δ : Msmatch daya aktf bus ke I Δ : Msmatch daya reaktf bus ke I Setelah Msmatch daya dhtung maka selanjutnya dbentuk matrk Jacoban. embentukkan matrk Jacoban dalam metoda Fast Decouple mempuya beberapa perbedaaan dbandngkan dengan metoda-metoda yang lan. erbedaan n tmbul karena a) erbandngan R saluran cukup tngg sehngga nla G jsnδj < Bj b) erbedaan sudut fasa tegangan tap bus cukup kecl sehngga sn δ j = sn δ δ j δ δ j cosδ j = cos( δ δ j ) 1. c) la daya reaktf tap bus selalu lebh kecl dar nla B sehngga dperoleh persamaan sebaga berkut : Δ = B Δδ (3.9) [ ] [ ][ ] Δ (3.1) dmana elemen-elemen matrk B dan B adalah elemen matrk B dengan rumusan sebaga berkut 1 B j = j j (3.11) [ Δ] = [ B ] B j = n j = 1 1 j = j (3.1) B j = B j (3.13) kemudan persamaan (3.9) dan (3.1) menjad Δ [ B = ][ Δδ] (3.14) Δ B = [ Δ] (3.15) sehngga dalam perhtungan selanjutnya dperoleh [ ] [ ] Δ Δδ = B 1 (3.16) 1 [ ] Δ Δ = B (3.17) ersamaan (3.16) atau (3.17) n dkenal sebaga Fast Decouple Load Flow. erbedaan nla sudut phasa dan magntude tegangan tap bus antara yang lama dengan yang baru selanjutnya dbandngkan dengan nla keteltan yang telah dtentukan. Jka nla keteltan belum tercapa maka teras dulang dar awal sampa keteltan terpenuh dan konvergens tercapa. Daya pada Slack Bus selanjutnya dhtung setelah konvergens tercapa. Adapun rumus yang dgunakan adalah = Y n cos( θ n δ n δ n 1 n + ) = (3.18) = Y n n sn(θ n + δ n δ ) n = 1 (3.19) TeknkA 14

5 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: dmana : Daya aktf pada Slack bus : Daya reaktf pada Slack bus Selan tu pula daya reaktf pada Bus (Bus embangkt) juga dhtung setelah konvergens tercapa, adapun rumus yang dgunakan adalah = Y n n sn(θ n + δ n δ ) (3.) n = 1 dmana : Daya reaktf pada Bus embangkt I Alran daya antara bus dhtung dengan menggunakan rumus * * * * S j = ( j Y j + Y c j ) (3.1) atau * * J = ( Y + Yc (3.) j j j ) j j dmana S j : Alran daya kompleks dar bus ke bus j : Alran daya aktf dar bus ke bus j j j : Alran daya reaktf dar bus ke bus j : ektor tegangan d bus : ektor tegangan d bus j j j Y j Yc j : ektor tegangan antara bus dan bus j : Admtans antara bus dan bus j : Admtans lne chargng antara bus dan bus j Rug-rug daya antar bus dhtung dengan menggunakan rumus S j ( losses) = Sj + S j (3.3) dmana losse : Rug daya kompleks dar bus ke bus j S j S j S j ( s) : Daya kompleks dar bus ke bus j : Daya kompleks dar bus j ke bus 4. STUDI ALIRA DAYA ADA SISTEM TEAGA LISTRIK T. L SUMBAR- RIAU 4.1 Data Sstem Tenaga Lstrk T. L Sumbar-Rau Data-data sstem tenaga lstrk T. L Sumbar-Rau yang terdr dar bus dengan data dan asums sebaga berkut : - Faktor daya setap bus bernla.85 - Tegangan perunt untuk Slack bus 1.5 dan bus pembangkt bernla 1.3 Selan setap bus dber nomor sebaga berkut Tabel-4.1 Data omor Tap Bus O AMA BUS TIE BUS 1 LTU Ombln Slack Bus LTG auh Lmo Bus 3 LTA Mannjau Bus 4 LTA Batang Agam Bus 5 LTA Sngkarak Bus 6 LTA Koto anjang Bus 7 LTD Teluk Lembu Bus 8 Duma Bus 9 Dur Bus 1 Garuda Sakt Bus 11 Bangknang Bus 1 ayakumbuh Bus 13 adang Luar Bus 14 Lubuk Alung Bus 15 I Bus 16 Batusangkar Bus 17 Indarung Bus 18 Solok Bus 19 Salak Bus Smpang Haru Bus Dengan menggunakan metoda Fast Decouple, akan dsmulaskan dantaranya 1. Bagamana pengaruh perubahan tegangan dan sudut phasa tap bus pada sstem tenaga lstrk Sumbar-Rau jka terjad perubahan Tappng Transformastor pada sstem tersebut. Bagamana pengaruh perubahan tegangan dan sudut phasa pada sstem tenaga lstrk Sumbar- Rau jka terjad penambahan daya reaktf dalam bentuk pemasangan pembangkt daya reaktf berupa Kapastor Shunt pada beberapa bus dalam sstem tersebut 3. Bagamana pengaruh perubahan tegangan dan sudut phasa serta jumlah teras jka terjad perubahan beban antara.5 sampa dengan 1.5 kal beban dasar pada sstem tenaga lstrk Sumbar-Rau tersebut 4. Bagamana pengaruh perubahan tegangan dan sudut phasa serta jumlah teras jka terdapat perbandngan R/ saluran yang kecl dan R/ saluran yang besar dar suatu sstem yang sama. Hasl perhtungan alran daya untuk sstem tenaga lstrk T. L Sumbar-Rau dengan berbaga perubahan dantaranya : 1. Jka terjad perubahan nla Tappng Tranformator yang terletak dantara bus 1 (LTU Ombln) dan bus 17( GI Indarung), bus ( LTG auh Lmo) dan bus (GI Smpang Haru), bus 3 ( LTA Mannjau) dan bus 13 (GI adang Luar) yang mengalam penurunan masng-masng sebesar.985 dperoleh hasl sebaga berkut : TeknkA 15

6 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: Hasl smulas menunjukkan bahwa perubahan Tappng Transformator saluran antara bus 1 ( LTU Ombln) dan bus 17 ( GI Indarung), bus ( LTG auh Lmo) dan bus (GI Smpang Haru), bus 3 ( LTA Mannjau) dan bus 13 (GI adang Luar) menjad.985. Akbat perubahan nla nomnal Tappng Transformator tersebut menyebabkan terjadnya perubahan magntude tegangan dan sudut phasa pada tap bus beban (Bus ) dan perubahan sudut phasa pada tap bus pembangkt (Bus ) dalam sstem tenaga lstrk Sumbar-Rau. erubahan nla Tappng Transformator n juga dapat juga dlakukan pada saluran-saluran antar bus yang lan dengan nla nomnal yang bervaras, dmana akan memberkan perubahan terhadap sudut phasa pada bus pembangkt (Bus ) dan perubahan magntude tegangan dan sudut phasa pada bus beban (Bus ). Jka Kapastor Shunt dtambahkan pada bus 8 (GI Duma) dan bus 9 (GI Dur) dperoleh hasl sebaga berkut : enambahan Kapastor sebesar MAR pada bus 8 (GI Duma) dan bus 9 (GI Dur) menyebabkan perubahan magntude tegangan dan sudut phasa yang sgnfkan pada bus 8 (GI Duma) dan bus 9 (GI Dur) sedangkan pada bus-bus yang lan tdak begtu besar pengaruh perubahan magntude tegangan dan sudut phasa. Jad dengan demkan penambahan Kapastor Shunt pada bus akan menyebabkan kenakan magntude tegangan dan sudut phasa pada bus-bus yang dpasang Kapastor Shunt. 3. Jka beban berubah yakn.5 dan. kal terhadap beban penuh dperoleh hasl sebaga berkut : Hasl smulas menunjukkan bahwa magntude tegangan dan sudut phasa cenderung mengalam penurunan serng dengan bertambahnya beban. Adapun pengaruh penambahan beban terhadap jumlah teras adalah : Tabel-4. engaruh enambahan Beban Terhadap Jumlah Iteras enambahan Beban Iteras.5 Kal 8 1. Kal Kal 11. Kal 93 Terlhat juga bahwa perubahan beban juga berpengaruh pada banyaknya teras. Dengan bertambahnya beban maka teras yang dbutuhkan akan semakn bertambah dan waktu yang dperlukan akan semakn lama. Khusus untuk penambahan beban. Kal beban penuh hasl perhtungan alran daya tdak bersfat konvergen. 4. erubahan perbandngan antara R dan dengan cara memperbesar atau memperkecl harga R pada konds beban yang sama ( konds beban penuh) memberkan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah teras sebaga berkut: Tabel-4.3 Hasl erbandngan Antara R dan Terhadap Jumlah Iteras erbandngan R/ Iteras R/ baru =.5 R/ lama 8 R/ baru = 1. R/ lama 9 R/ baru = 1.5 R/ lama 13 R/ baru =. R/ lama 18 R/ baru = 3. R/ lama 11 ada Tabel-4.3 terlhat bahwa perubahan perbandngan R/ saluran mempengaruh jumlah teras perhtungan untuk menuju konvergen. Semakn kecl perbandngan harga R/ saluran maka jumlah teras dan waktu yang dperlukan semakn sedkt dan begtu pula sebalknya. 5. KESIMULA Dar hasl pembahasan tentang stud alran dengan metoda Fast Decouple n dapat dsmpulkan sebaga berkut : 1. erubahan Tappng Transformator pada saluran d sstem tenaga lstrk akan menyebabkan perubahan magntude dan sudut phasa tegangan pada tap bus beban () dan sudut phasa tegangan pada tap bus pembangkt ().. enambahan Kapastor Shunt pada bus-bus tertentu menyebabkan perubahan magntude tegangan dan sudut phasa tegangan yang sgnfkan pada bus-bus tersebut, sedangkan pada bus-bus yang lan tdak begtu besar pengaruhnya terhadap perubahan magntude tegangan dan sudut phasa. Dman penambahan Kapastor Shunt pada bus akan menyebabkan kenakan magntude tegangan dan sudut phasa pada bus-bus yang dpasang Kapastor Shunt. 3. erubahan beban pada sstem tenaga lstrk akan berpengaruh pada banyaknya teras. Dengan bertambahnya beban maka teras yang dbutuhkan akan semakn bertambah dan waktu yang dperlukan akan semakn lama dan begtu pula sebalknya. 4. erubahan perbandngan R/ saluran juga mempengaruh jumlah teras perhtungan untuk menuju konvergen. Semakn kecl perbandngan harga R/ saluran maka jumlah teras yang dperlukan semakn sedkt dan begtu pula sebalknya. TeknkA 16

7 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: DAFTAR USTAKA 1. Gonen, Turan, Modern ower System Analyss, Jhon Wley & Sons, Inc, Sngapore, Stevenson, W.D, Jr, Analss Sstem Tenaga Lstrk, dterjemahkan oleh Idrs, Kemal Ir, Eds Keempat, Erlangga, Jakarta, Sanpar, Gbson, Dr, Ir, Komputas Sstem Tenaga, Insttut Teknolog Bandung (ITB), Bandung, Gross, Charles A, ower System Analyss, Jhon Wley & Sons, Inc, Canada, Marta Yudha, Hendra, Ir, MS, Dktat Stud Alran Daya, Unverstas Srwjaya ( Unsr), alembang, M.A. AI, Computer Techngues n ower System Analyss, Indan Insttute of Technology, ew Delh, Granger, John & Stevenson, Wllam, Jr, ower System Analyss, McGraw-Hll, ew York, USA, Stagg, Glenn W, El-Abad, Computer Methods n ower System Analys, McGraw-Hll, Tokyo, Hutauruk, Ir, Msc, Transms Daya Lstrk, Erlangga, Jakarta, Gonen, Turan, Electrc ower Transmsson System Engneerng Analyss And Desgn, John Wley & Sons, Calforna, art-enander, Eva & Sjoberg, Anders, The Matlab Handbook, John Wley & Sons, Calforna, 1999 LAMIRA Tabel-4.4 Data Tegangan dan Tpe Bus Sstem Tenaga Lstrk Bus ( T. L Sumbar-Rau) Bus Tegangan pu Jens Slack Tabel-4.5 Data embangktan Tap Bus Sstem Tenaga Lstrk Bus ( T. L Sumbar-Rau) Bus embangktan Tabel-4.6 Data Beban Tap Bus Sstem Tenaga Lstrk Bus ( T. L Sumbar-Rau) Bus Beban Tabel-4.7 Data Saluran Sstem Tenaga Lstrk Bus( T. L Sumbar-Rau) TeknkA 17

8 o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: Lne Z ser (pu) Y/ Dar Ke R perunt Bus Bus BIODATA Heru Dbyo Laksono ST, MT, Lahr d Sawah Lunto, 7 Januar 1977, Menamatkan S1 d Jurusan Teknk Elektro Unverstas Andalas (Unand) adang tahun bdang Teknk Tenaga Lstrk. enddkan S bdang Teknk Kendal dan Sstem dselesakan d Insttute Teknolog Bandung (ITB) tahun 4. Masuk sebaga dosen Teknk Elektro Unverstas Andalas sejak tahun 5. TeknkA 18

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) No. 29 ol.1 Thn. X Aprl 2008 SSN: 0854-8471 STUD HUBUNG SNGKAT UNTUK GANGGUAN TGA FASA SMETRS PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Stud Kasus : PT. PLN Sumbar-Rau 150 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah Pengaruh Penambahan Pembangkt Lstrk Tenaga Uap (PLTU) Teluk Srh pada Sstem Kelstrkan Sumatera Bagan Tengah Heru Dbyo Laksono 1,*), M. Nasr Sonn 1), Mko Mahendra 1) 1 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 55 Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas Jens Pengatur Tegangan Pada Jarngan Sstem Tenaga Lstrk Dekprde Despa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar Jurnal Nasonal Teknk Elektro, Vol. 7, No. 1, Maret 018 p-issn: 30-949, e-issn: 407-767 Analsa Operas Ekonoms Pembangkt Termal untuk Melayan Beban Puncak Sstem Kelstrkan Sumbar Syaf * dan Kartka Ika Putr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA

PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA Vol. I, No. 1 Aprl 015 ISSN 30-3309 PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA Orza Candra Elfzon Abstract Optmal power flow s large scale nonlnear programmng problem. It

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci