BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)"

Transkripsi

1 5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant kartesian. Permkaan kbs adalah sebagai objek ntk memperlihatkan ector tegangan ang berisikan komponen normal ang tegak lrs permkaan dan da tegangan geser ang meleati permkaan, ang membentk sdt sik-sik sat dengan ang lainna. Selrh elemen kbs memiliki tiga tegangan normal (s, s, s33) ata (,, ) dalam koordinat global dan enam tegangan geser (s, s3, s3, s3, s3, s) ata (,,,,, ) bila dinatakan dalam koordinat global. Gambar 3. Tegangan-tegangan elemen kbs dalam koordinat lokal (SAP Manal) Kesembilan komponen tegangan tesebt dapat disatkan dalam bentk tensor tegangan: T (3.) alasi distribsi tegangan

2 6 lemen kbs berada dalam keadaan keseimbangan statis, oleh karena it jmlah momen pada jng-jngna harslah nol, jadi: (3.) Persamaan diatas hana berlak jika tidak ada kopel, aspek termal atapn fenomena ang lain. State of stress sekarang ditlis hana dalam enam tegangan dan tendsor tegangan ditlis dalam bentk sederhana: sm T (3.3) Pada kenataana tegangan ang terjadi pada end block menebar secara radial tiga dimensi. Tegangan ang terbentk berpa tegangan radial dan tangensial dalam koordiant polar. Namn begit tegangan tersebt dapat dikonersi dalam bentk tegangan transersal dan longitdinal dalam koordinat kartesian. Tegangan ang terjadi pada end block sangat rmit ntk diformlasikan secara matematis. Untk melacak tegangan ang terjadi pada endblock dapat dilakkan dengan metode elemen hingga. Metode elemen hingga (finite element method) adalah prosedr nmerik ntk menelesaikan masalah mekanika kontinm dengan tingak ketelitian ang dapat diandalkan. Dengan metode ini nilai tegangan pada tiap-tiap titik nodal ang terbentk melali proses meshing pada strktr dapat diketahi dengan memformlasikan perpindahan, dan regangan serta korelasina dengan tegangan. 3. Respon Terhadap Tegangan 3.. Hbngan Perpindahan dan Regangan Hbngan antara perpindahan dan regangan merpakan hal ang sangat penting dalam pembentkan elemen. Ketika sat elemen menerima gaa, elemen kecil tersebt mengalami deformasi, perpindahan ang terjadi dinatakan dalam ector (,, ) ang setia titik mempnai keddkan sendiri dalam ektor. alasi distribsi tegangan

3 alasi distribsi tegangan 7 Ketika da titik berada dalam elemen kecil terttp, perpindahan titik tersebt ditliskan dalam bentk diferensial: d d d d (3.4) d d d d (3.5) d d d d (3.6) Persamaan tersebt dapat ditlis dalam bentk ektorial: { } { } dr Te da (3.7) Dimana {da} dan {dr} adalah komponen-komponen (d, d, d) dan (d, d, d) bertrt-trt dan Te adalah tensor ang didefinisikan dengan Te (3.8) Tensor dapat dibagi kedalam tiga komponen tensor: '' Te' Te " Te' Te (3.9) Dimana: Te ' (3.) " Te (3.)

4 alasi distribsi tegangan 8 dan, " Te (3.) Pada gambar (3.) memperlihatkan deformasi pada elemen segi empat ang merpakan proeksi dari elemen kbs pada bidang - (hal ang sama dapat dilakakan pada bidang - dan -). Perbahan total elemen dapat dibagi kedalam tiga komponen, da diantarana memperlihatkan da bentk deformasi dan ang ketiga adalah perbahan posisi tanpa adana deformasi (rotasi). Gambar 3. Deformasi elemen segi empat hasil proeksi kbs pada bidang - (Popo, 989) Dalam penelidikan tiga tensor, dapat dilihat ciri masing-masing tensor dengan perbahan. Tensor Te dan Te mennjkan adana deformasi pada sebah elemen dan tensor Te memperlihatkan adana rotasi. Pembahasa ini akan ditekankan hana pada regangan dan deformasi terhadap elemen, ntk tensor Te diabaaikan, dan perhatian nag lebih jah akan diarahkana pada tensor Te dan Te.

5 alasi distribsi tegangan 9 Gambar Deformasi geser pada sat titik (Popo, 989) Apabila da tensor deformasi disatkan menjadi: Te " Te' Te (3.3) jadi : Te (3.4) Untk menederhanakan persamaan (3.4), dapat ditlis dengan e (3.5a) e (3.5b) e (3.5c) e (3.6a) e (3.6b)

6 3 e (3.6c) Untk standar Teknik smbol-simbol pada persamaan-persamaan diatas dapat ditis sebagai berikt: dan: e e e e Sehingga persamaan menjadi: e e (3.7) (3.8) Te (3.9) komponen-komponen,, dan adalah regangan normal, sedangkan, dan merpakan regangan geser. 3.. Hbngan Tegangan dan Regangan Hbngan antara tegangan dan regangan merpakan hal ang sangat penting dalam pembentkan elemen. Ketika sat elemen menerima gaa, elemen kecil it mengalami deformasi, ang masing-masing titik memiliki keddkan sendiri dalam ektor. Ketika da titik berada dalam elemen kecil terttp, perpindahan titik it dapat ditliskan dalam bentk persamaan differensial. Hbngan antara komponen tegangan dan komponen regangan pada kondisi elastis dikenal dengan hkm Hook: (.a) Dimana: Komponen regangan pada smb alasi distribsi tegangan

7 3 komponen tegangan pada smb Modls elastisitas Perpanjangan elemen ini dalam arah diikti dengan kontraksi melintang (pengecilan) sebesar: (3.b) (3.c) Dimana adalah poisson ratio. Apabila elemen diatas mengalami kerja tegagan normal,, secara serempak dan terbagi rata disepanjang sisina, berdasarkan percobaan ang dapat dibktikan baha ntk material isotropik dan linear elastik, hbngan antara tegangan dan regangan dapat diatakan dengan: [ ( )] (3.a) [ ( )] [ ( )] (3.b) (3.c) ( ) (3.a) G ( ) (3.b) G ( ) (3.c) G Dimana G adalah modls geser ang besarna adalah; G (3.3) ( ) Persamaan-persamanan tersebt diatas dapat dignakan ntk mendapatkan komponen-komponen tegangan sebagai fngsi regangan, ait sebagai berikt: alasi distribsi tegangan

8 3 ( )( ) [( ) ( )] [ ] ( )( ) ( ) ( ) ( )( ) [( ) ( )] (3.4a) (3.4b) (3.4c) G (3.5a) G (3.5b) G (3.5c) Untk kass khss dimana smb,, berimpit dengan smb tama,,3, persamanan tersebt dapat disederhanakan dengan menganggp sema tegangan geser sama dengan nol dan 3, sehingga persamaan menjadi; (3.6a) ( ) (3.6b) ( ) (3.6c) ( ) 3 Untk menelesaikan persamanan.3 dalam kass 3 persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi: 3 ( ) (3.7) Persamaan terakhir ini dapat disbtitsikan kedalam persamaan.3 sehingga didapatkan: ( ) ( ) (3.8a) (3.8b) 3 (3.8c) alasi distribsi tegangan

9 alasi distribsi tegangan 33 Untk pembahasan dalam metode elemen hingga, hokm hooke selanjtna ditlis kedalam bentk matri: ( ) ( ) ( ) t (3.9) Inerse dari matri tersebt adalah (3.3) Disederhanakan menjadi: { } [ ]{} D (3.3) Dimana{ } dan{ } adalah ector ntk tegangan dna regangan. Matriks [ ] D, merpakan matrik kekakan:

10 alasi distribsi tegangan 34 [ ] D (3.3) Dalam metode elemen hingga, persamaan diatas merpakan dasar analis ntk tegangan 3 dimensi. Untk elemen dimensi komponen dalam smb dapat diabaikan, dengan pertimbangan maka teganganna dapat diasmsikan: (3.33) dengan demikian, maka: ( ) (3.34) ( ) (3.35) ( ) (3.35) Matri ang memperihatkan hokm hooks menjadi; ( ) t (3.36) Inerse dari matri tersebt adalah; ( ) (3.37) Dimana matriks kekakan menjadi:

11 alasi distribsi tegangan 35 [ ] ( ) D (3.38) Untk plat ang sangat tebal, deformasi diasmsikan terjadi hana dalam arah smb dan dan kassna menjadi kass regangan bidang. Karena batas dari tipis dan tebal tidak jelas dan teori lebih mengandalkan pada pendekatan praktis, sehingga: (3.39) Tegangan tidak nol, dengan mengikti persamaan (3.4c). Dari hbngan tegangan dan regangan, persamaan (.3) dapat dirbah dalam bentk: (3.4) Matriks bidang elastikna sama dengan: (3.4) 3.3 Konsentrasi Tegangan Berdasarkan formalasi hkm hook ang ang telah diraikan sebelmna, terlihat baha tegangan-tegangan selal disertai dengan deformasi. Bila deformasi tersebt terjadi pada elemen ang berdampingan dengan tingkat keseragaman ang sama, maka pada bahan-bahan ang isotropik tidak akan kita dapati tegangan-tegangan tambahan selain ang diberikan oleh persamaan diatas. Tetapi bila keseragaman dari las ang sangat kecil, maka sat ganggan pada tegangan dapt terjadi. Hal ini terjadi karena pada kenataana stats deformasi

12 36 deformasi pada elemen-elemen ang berbatasan hars kontin secara fisis. Deformasi tersebt harslah merentang dan mencit dengan jmlah ang sama dari sema partikel-partikel ang teretak pada sebelha menebelah perbatasan deformasi-deformasi ang dihasilkan oleh deformsai perpanjangan dan geser, hal ini menangkt sifat-sifat bahan, G, serta gaa-gaa terpkai. Metoda ntk mendapatkan distribsi tegangan dibahas dalam teori kekenalan matematis. Bahkan dengan metode-metode tingkat lanjt tersebt hana ntk keadaan ang sederhana ang dapat diselesaikan. Keskarankeskaran matematis akan menjadi lebih besar bila menelesaikan berbagai soal penting praktis. Untk kondisi ang ckp rmit prosedr-prosedr pendekatan nmerik ang dirmskan berdasarkan elemen berhingga ata persamaanpersamaan ang berbeda hingga adalah sangat las dipergnakan dalam penelesaian-penelesaian ang rmit. Untk mendapatkan distribsi tegangan ang sesngghna telah dikembangkan Teknik eksperimental khss seperti fotoelastisitas. Pada endblock dengan menganalogikan sebagai blok pendek ang dikenakan gaa terpsat P. Secara kalitatif jelas baha regangan harslah maksimm disekitar gaa terpakai, karena tegangan ang bersangktan pn maksimm. Hal ini tentlah jaaban ang diberikan oleh teori elastisitas. Dapat diperhatikan baha pncak dari tegangan normal pada sst irisan ang dekat letakna dengan gaa terpakai, dan bagaimana cepatna pncak ini merata menjadi sat distribsi tegangan ang hamper sama pada irisan baah dengan lebar blok tersebt. Gambaran ini dikenal dengan asas St. Venant dari penebaran cepat tegangan ang terlokalisasi. Asas ini menatakan baha efek gaa ata tegangan ang bekerja pada las ang kecil, boleh diperlakkan sat sitem setara statis pada jarak selebar ata setebal benda, sehingga menebabkan distribsi tegangan dapat mengikti hkm ang sederhana. Karena besarna keskarana ang hars diatasi ntk menelesaikan tegangan local tersebt, maka dalam praktek dikembangakan sat skema ang tepat. Skema ini secara sederhana terdiri dari perhitngan tegangan dengan persamaan- alasi distribsi tegangan

13 37 persamaan elementer dan kemdian mengalikan tegangan ang telah dihitng dengan angka ang disebt faktor konsentrasi tegangan (K). Harga factor konsentrasi tegangan tergantng pada perbandingan geometris dari bagian bangnan. Faktor ini dapat diperoleh dalam bentk table dan grafik. 3.4 Teori Kegagalan Kriteria kegagalan dimaksdkan ntk memprediksi ata ntk memperkirakan kernthan/leleh dari sat bagian strktr. Ada berbagai teori ang dignakan. Namn, ang paling banak dignakan dan diji penerapanna ntk material isotropik.teori-teori ini, tergantng dari kondisi alami bahan (getas ata dctile), berikt disajikan dalam table. Tabel 3.. Tipe Material dan Teori Kegagalan ang Dignakan Tipe Material Dctile Brittle Teori Kegagalan Tegangan geser maimm, Teori Von Mises Tegangan normal maimm, Teori Mohr mpat kriteria tersebt disajikan dalam bentk tegangan tama. Oleh karena it, sema tegangan hars ditransformasikan dalam tegangan tama sebelm diterapkan dalam kriteria kernthan. Berikt ini adalah hal-hal ang perl diperhatikan:. Untk menentkan apakah material tersebt getas ata dctile dapat menjadi sat ang sbjektif, karena sering tergantng pada sh, tingkat regangan, dan kondisi lingkngan. Sehigga, 5 % dari kriteria perpanjangan pada saat pts adalah ang dapat membatasina. Bahan dengan elongasi ang lebih besar dapat dianggap sebagai material dctile. Perbedaan lainna antara kat tekan material brittle biasana lebih besar dari kat tarikna. alasi distribsi tegangan

14 38. Sema kriteria kernthan tergantng pada pengjian dasar (seperti tari niaial dan/ata kat tekan), alpn kebanakan dari elemen strktr menalami pembebanan ang mltiaial. Perbedan ini biasana terkait dengan biaa karena pengjian kernthan dengan beban mltiaial lebih las, rmit dan mahal Kriteria Tegangan Geser Maimm Teori tegangan geser maksimm merpakan hasil pengamatan dalam bahan ang liat, gelincir ang terjadi selama pellhan sepanjang bidang ang berorientasi secara kritis. Hal ini memberi kesan baha tegangan geser maksismm memainakan peranan knci dan pellhan (ielding) bahan tersebt tergantng hana kepada tegangan geser maksimm ang dicapai dalam sebah elemen. Karena it pada saat harga kritis tertent cr dicapai, maka pellhan dalam sat elemen mlai terjadi. Untk bahan tertent harga ini dibat sama dengan tegangan geser llh dalam pengarh tarik ata tekan sederhana. Jadi bila ± dan, maka: p ma cr ± (3.) ang berarti baha bila p ait tegangan titik llh kita peroleh, maka tegangan geser ang bersangktan adalah setengahna. Kesimplan ini dapat pla diambil dengan mdah dari lingkaran tegangan mohr. Untk menggnakan criteria tegangan geser maksimm pada stats tegangan biaksial, mla-mla hars ditentkan tegangan geser maksimm tersebt barlah disamakan dengan ma ang diberikan oleh persamaan diatas. Dengan menatakan tegangan geser maksismm ntk stats tegangan geser maksimm ntk stats tegangan ang diberikan dalam bentk tegangan tama, sehingga kriteria llh dapat dapat dirmskan sebagai berikt: p dan p (3.) p (3.3) alasi distribsi tegangan

15 39 Persamaan 3. hana berlak bila dan mempnai tanda ang sama, sedangkan persamaan 3.3 berlak hana bila dan mempnai tanda ang berlaanan. Dalam kass smb ganda, bila tegangan-tegangan tama mempnai tanda ang sama, maka tegangan geser maksimm diperoleh dengan meninja elemen sepanjang smb tegangan ang lebih kecil, ntk tegangan tama ang berlaanan tanda, maka tegangan geser terbesar diberikan oleh ( - )/. Dengan meninja dan sebagai koordinat sebah titik dalam rangan tegangan -, maka persamaan-persamaan tersebt menentkan pembatasan segi enam gambar 3.. Tegangan ang berada pada segienam ini mennjkan tidak ada pellhan bahan ang terjadi, ang berarti bahan tersebt bersifat elastis. Stats tegangan ang berhbngan dengan titik ang terdapat pada segienam memperlihatkan baha bahan tersebt dalam keadaan mellh. Tidak ada titik-titik ang berada di lar segienam. Gambar 3. 4 Kriteria llh berdasarkan tegangan geser maksimm (Popo, 989) 3.4. Teori Distorsi nergi/teori Von Mises Kriteria lain mengenai pellhan bahan liat ang isotropik, ang diterima secara las ialah ang berdasarkan konsep energi. Dalam pendekatan ini, energi elastis total dibagi kedalam da bagian: sat ang berhbangan dengan alasi distribsi tegangan

16 4 perbahan olmetrik bahan, sedang ang lain menamakan energi distorsi geser pada titik llh dalam pengarh tegangan tarik sederhana dengan ang dibaah pengarh tegangan gabngan, kita dapat membat kriteria llh ntk tegangan gabngan. Kita dapat melihat baha sarat llh ntk bahan plastis secara idel dibaah stats tegangan triaksial dapat kita peroleh dalam bentk tegangan tama sebagi: ( ) ( ) ( ) (3.4) 3 3 p Untk tegangan bidang 3, maka persamaan 3.4 menjadi: p p p p (3.5) ini merpakan persamaan sebah elips, ang dapat digambarkan pada gambar 3.. Tegangan ang terletak dalam elips mennjkan baha bahan bersifat secara kenal. Titik-titik pada elips mennjkan baha bahan dalam keadaan mellh. Ini merpakan penafsiran ang sama dengan teori tegangan geser maksimm. Pada saat tanpa pembebanan bahan tersebt bersifat secara elastis. Gambar 3. 5 Kriteria llh berdasarkan energi distorsi maksimm (Popo, 989) Adalah penting ntk diperhatikan baha teori ini tidak memperkirakan perbahan tanggapan bahan tersebt bila ditambahkan tegangan tarik dan tekan hidrolis. Ini melihat kenataab baha berhbng hana perbedaan tegangan ang terkait pada persamaan 3.4, maka penambahan tegangan konstan masing-masing alasi distribsi tegangan

17 4 tidak mempengarhi sarat llh. Untk alasan ini dalam rang tiga dimensi, dengan smbna adalah sama dengan / 3. Silinder ang demikian dapat dilihat pada gambar 3.3. lips pada gambar 3. hanalah perpotongan silinder dengan bidang -. Kita dapat pla melihat baha permkaan llh ntk kriteria tegangan geser maksimm adalah sebah segienam ang sesai dimaskan kedalam tabng seperi gambar 3.3. Sarat llh ang dingkapakan pada persamaan 3.4. dapat dilihat sebagai inariant tegangan ang lain. Ini jga merpakan sat fngsi ang kontin. Gambaran ini membat penggnaan dari hokm pellhan plastis ini ntk tegangan gabngan menarik dari sdt pandang teoritis. Gambar 3. 6 Permkaan llh ntk stats tegangan tiga dimensi (Popo, 989) alasi distribsi tegangan

18 4 BAB III... 5 MTOD LMN HINGGA Tegangan Respon Terhadap Tegangan Hbngan Perpindahan dan Regangan Hbngan Tegangan dan Regangan Konsentrasi Tegangan Teori Kegagalan Kriteria Tegangan Geser Maimm Teori Distorsi nergi/teori Von Mises Gambar 3. Tegangan-tegangan elemen kbs dalam koordinat lokal... 5 Gambar 3. Deformasi elemen segi empat, proeksi kbs pada bidang Gambar 3. 3 Deformasi geser pada sat titik... 9 Gambar 3. 4 Kriteria llh berdasarkan tegangan geser maksimm Gambar 3. 5 Kriteria llh berdasarkan energi distorsi maksimm... 4 Gambar 3. 5 Permkaan llh ntk stats tegangan tiga dimensi... 4 Tabel 3.. Tipe Material dan Teori Kegagalan ang Dignakan alasi distribsi tegangan

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya PENDEKATAN TEORITIS Prinsip Kerja Oen Sra Prinsip kerja en sra sebagai berikt: Iradiasi sra akan mask ke dalam rang en dengan da cara, ait secara langsng ata dipantlkan melali reflektr ang mengelilingi

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Swandi *, Sri Gemawati 2, Samsdhha 2 Mahasiswa Program Stdi Magister Matematika, Dosen Pendidikan Matematika Uniersitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Jrsan Matematika

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR Diktat Mata Kliah PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALA PENUKAR KALOR Dignakan Khss Di Lingkngan Program Stdi eknik Mesin S-1 Universitas Mhammadiah Yogakarta Oleh: EDDY NURCAHYADI, S, MEng (1979010600310

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Stdi Pendahlan Langkah aal dalam enelitian ini adalah mencari dan mengmlkan smbersmber seerti: bk, jrnal ata enelitian sebelmna ang mendkng enelitian ini. 3. Tahaan Analisis

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perangkat Lunak Analisis Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perangkat Lunak Analisis Elemen Hingga BAB II TIJAUA PUSTAKA. Perangkat Lnak Analisis lemen Hingga lemen hingga adalah idealisasi matematika terhadap sat sistem dengan membagi objek menjadi elemen-elemen diskrit ang kecil dengan bentk ang simpel.

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIA PUSTAKA Dalam merencanakan strktr sebah bangnan diperlkan langkah-langkah ang mendasar dan sistematis ntk menjelaskan apakah bangnan tersebt memenhi sarat keamanan sehingga dapat dignakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

BAB II TEORI DASAR. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang BAB II TEORI DASAR. Strktr Dalam Bmi Bmi kita terssn oleh beberapa lapisan ang mempnai sifat ang berbeda-beda. Lapisan bmi ang paling lar adalah kerak bmi, ang memiliki kedalaman sekitar Kerak bmi (crst)

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK. Dari Buku Kalkulus Edisi Keempat Jilid II James Stewart, Penerbit Erlangga.

TUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK. Dari Buku Kalkulus Edisi Keempat Jilid II James Stewart, Penerbit Erlangga. TUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK Dari Bk Kalkls Edisi Keempat Jilid II James Steart Penerbit Erlangga Dissn ole : K i r b a n i M5 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT VEKTOR Oleh : Msayyanah, S.ST, MT . ESRN SKLR DN VEKTOR Sifat besaran fisis : esaran Skalar Skalar Vektor esaran yang ckp dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satan). Contoh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Perencanaan Strktr Atap Atap merpakan strktr ang paling atas dari sat bangnan gedng. Direncanakan strktr atap ang dignakan adalah strktr baja. Alasan penggnaan baja sebagai bahan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar

Lebih terperinci

Metoda Evaluasi Kapasitas Seismik Gedung Beton Bertulang Eksisting dengan Aplikasi Model Dinding Bata

Metoda Evaluasi Kapasitas Seismik Gedung Beton Bertulang Eksisting dengan Aplikasi Model Dinding Bata Maidiawati, Ags. ISSN 0853-98 Jrnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekaasa Sipil Metoda Evalasi Kapasitas Seismik Gedng Beton Bertlang Eksisting dengan Aplikasi Model Dinding Bata Maidiawati Jrsan teknik

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Daya dukung tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekuatan tanah

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Daya dukung tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekuatan tanah Bab TIJAUA PUSTAKA.1. Daya Dkng Tanah Lempng Daya dkng tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekatan tanah ntk menopang sat beban di atasnya. Daya dkng tanah dipengarhi oleh jmlah air yang

Lebih terperinci

KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG

KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG (Kolom engan beban eksentris an batang tekan.. Saat ini sema kolom paa strktr portal beton bertlang, an batang-batang strktr lainnya, seperti bentk lengkng, mengalami

Lebih terperinci

lensa objektif lensa okuler Sob = fob

lensa objektif lensa okuler Sob = fob 23 jekti ler S = ~ S = A B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: jekti d ler S = ~ S S A B S Teropong Pantl (Teleskop Releksi) Teropong jenis ini menggnakan sat positi, sat cermin

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan seperti jaringan komnikasi, transportasi, penjadalan, dan pencarian rte kini semakin banak ditemi di tengah-tengah masarakat. Masalah tersebt dimlai dari menemkan

Lebih terperinci

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB 23 lensa objektif lensa okler Sob = ~ Sob = fob A fob fob B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: lensa objektif d Sob = ~ lensa okler Sob Sok

Lebih terperinci

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah. TE Teknik Numerik Sistem Linear

Trihastuti Agustinah. TE Teknik Numerik Sistem Linear E 09467 eknik Nmerik Sistem Linear rihastti Agstinah Bidang Stdi eknik Sistem Pengatran Jrsan eknik Elektro - FI Institt eknologi Seplh Nopember O U L I N E OBJEKIF EORI 3 CONOH 4 SIMPULAN 5 LAIHAN OBJEKIF

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN 1 PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN BAB 5.1. 5.2. 1 SUB POKOK BAHASAN : Jenis-jeins Jembatan Bagian-bagian Strktr Jembatan 1. Tjan Pembelajaran Umm : Mamap mengenal jenis-jenis Jembatan Balok

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. 5 BAB TIJAUA PUSTAKA.1 Daya Dkng Tanah Pasir Kapasitas dkng menyatakan tahanan geser tanah ntk melawan penrnan akibat pembebanan, yait tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA Konferensi asional Teknik Sipil 3 (KoTekS 3) Jakarta, 6 7 ei 29 AAISIS KAPASITAS BAOK KOO BAJA BERPEAPAG SIETRIS GADA BERDASARKA SI 3 729 2 DA ETODA EEE HIGGA Aswandy Jrsan Teknik Sipil, Institt Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS 5.1 Distribusi Tegangan Dari bab sebelumnya terlihat bahwa semua hasil perhitungan teoritik cocok dengan perhitungan dengan metode elemen hingga. Hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

Louhenapessy, J: Analisa Pengaruh Tipe Lubang Baut terhadap Deformasi

Louhenapessy, J: Analisa Pengaruh Tipe Lubang Baut terhadap Deformasi ! ohenapess, J: Analisa Pengarh Tipe bang Bat terhadap Deformasi ANAISA PNGARUH TIP UBANG BAUT TRHADAP DFORMASI DAN TGANGAN MAKSIMUM PADA CONDYAR PROSTHSIS DNGAN MNGGUNAKAN ANSYS SOFTWAR Jandri ohenapess

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

38 Soal dengan Pembahasan, 426 Soal Latihan

38 Soal dengan Pembahasan, 426 Soal Latihan Galeri Soal 8 Soal dengan Pembaasan, Soal Latian Dirangkm Ole: Anang Wibowo, S.Pd April MatikZone s Series Email : matikzone@gmail.com Blog : HP : 8 897 897 Hak Cipta Dilindngi Undang-ndang. Dilarang mengktip

Lebih terperinci

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 1 1. Momentm mempnyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 2. Gerak sebah mobil menghasilkan grafik kecepatan (V) terhadap wakt (t) yang diperlihatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Ras Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Ras Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aam Ras Broiler Aam ras broiler adalah salah sat jenis aam tipe pedaging ang dipelihara di Indonesia secara komersial. Kata broiler berasal dari daerah bagian timr negara Amerika

Lebih terperinci

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7 LAPORAN UGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan restle ipe Deck On Pile di Pelabhan Garongkong, Propinsi Slawesi Selatan Bab 7 Daya Dkng anah Bab 7 Daya Dkng anah Laporan gas Akhir (KL-40Z0) Perancangan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd Galeri Soal Dirangkm Ole: Anang Wibowo, S.Pd April Semoga sedikit conto soal-soal ini dapat membant siswa dalam mempelajari Matematika kssna Bab Trnan. Kami mengsaakan agar soal-soal ang kami baas sevariasi

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Tinjauan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi (lendutan) pada balok, memahami metode-metode penentuan defleksi dan dapat menerapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umm Fondasi adalah sat konstrksi bagian dasar bangnan yang berfngsi menerskan beban dari strktr atas ke lapisan tanah di bawahnya. Tiang (Pile) adalah bagian dari sat bagian

Lebih terperinci

Tekuk Torsi Lateral Balok I Kantilever Non Prismatis

Tekuk Torsi Lateral Balok I Kantilever Non Prismatis Tekk Torsi Lateral Balok I Kantilever on Prismatis Pals Karta Wijaya Universitas Katolik Parahyangan - Jrsan Teknik Sipil Jalan Cimbleit 9 Bandng, E-mail: palsk@bdg.centrin.net.id ; 69 Palina Jacintha

Lebih terperinci

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik Intera asi Metode Interal Kadr ratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi i Gass merpaka an metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak. 1 1. Grafik di samping menyatakan hbngan antara jarak (s) terhadap wakt (t) dari benda yang bergerak. Bila s dalam m, dan t dalam sekon, maka kecepatan rata-rata benda A. 0,60 m/s D. 3,00 m/s B. 1,67 m/s

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax.

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. Jl Gegerkalong Hilir, esa Ciwarga, Bandng, Telp/Fax : 0 01 45 8 PEMBORAN / SAMPLING AN VANE SHEAR TEST Standar Acan : ASTM - 145 89 I TUJUAN 1 Untk menyelidiki / mengetahi jenis-jenis lapisan tanah (stratigrafi)

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip MODUL MATEMATIKA SMA ektr ( MAT..4 ) Dissn Oleh : Drs. Pndjl Prijn Nip. 95807.980..00 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sngkn N. 58 Telp. (04) 7506 Malang Mdl..4 VEKTOR

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS Ole: Citra Dewi Ksma P. 106 100 007 Dosen pembimbing: DR. Sbiono, MSc. Latar Belakang PENDAHULUAN Penyakit Tberklosis TB adala

Lebih terperinci

Bagian IV. TOPIK-TOPIK LANJUTAN

Bagian IV. TOPIK-TOPIK LANJUTAN 440 Bagian IV. TOPIK-TOPIK LJUT Stabilitas liran Flida 44 BB 6 Stabilitas liran Flida 6. Pendahlan pa yang telah kita lakkan selama ini adalah memprediksikan gerakan flida dengan menggnakan persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Sistem Kendali Robot Berbasis Visual Dengan Umpan Balik Posisi Dan Orientasi Untuk Penjejakan Obyek Bergerak

Sistem Kendali Robot Berbasis Visual Dengan Umpan Balik Posisi Dan Orientasi Untuk Penjejakan Obyek Bergerak Volme Nomor, Jni 7 Sistem Kendali Robot Berbasis Visal Dengan Umpan Balik osisi Dan Orientasi Untk enjejakan Obek Bergerak Bdi Daratmo STMIK MD alembang bdi_daratmo@ahoo.com Abstrak: Sistem kendali robot

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E. Objektif. Teori. Contoh 4. Simplan

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New DAFTAR PUSTAKA 1. Brger H.R.. Eploraion Geophsics of he Shallo Sbsrface. Ne Jerse : Prenice Hall Inc199.. Boas M.L. Mahemaical Mehods in The Phsical Sciences Wile 1983. 3. Fergson R.J. and Margrae G.F.

Lebih terperinci