PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA INDUSTRI KECIL TENUN TENGKU AGUNG PEKANBARU OLEH NURUL AULIA H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA INDUSTRI KECIL TENUN TENGKU AGUNG PEKANBARU OLEH NURUL AULIA H"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA INDUSTRI KECIL TENUN TENGKU AGUNG PEKANBARU OLEH NURUL AULIA H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN Nurul Aulia. H Penerapan Metode Material Requirement Planning Pada Industri Kecil Tenun Tengku Agung Pekanbaru. Di bawah bimbingan Pramono D. Fewidarto. Proses produksi yang lancar dan tercapainya efisiensi produksi merupakan salah satu indikator kinerja sistem manajemen produksi yang berjalan dengan baik. Kelancaran proses produksi akan menjamin tersedianya produk untuk diantarkan kepada konsumen secara tepat waktu. Ketepatan waktu ini akan mendorong timbulnya loyalitas konsumen sehingga dapat meningkatkan daya saing perusahaan terhadap pesaingnya. Proses bisnis yang dijalankan oleh industri kecil menengah seringkali tidak didasari pada perencanaan yang baik. Salah satu indikasi tidak adanya perencanaan yang baik adalah sering terjadinya penundaan proses produksi karena bahan baku dan sumber daya lainnya belum tersedia ketika produksi akan dilakukan. Selain itu industri kecil menengah juga sering kewalahan memenuhi permintaan konsumen dikarenakan sumber daya yang tidak cukup. Akibatnya pelaku usaha sering menolak pesanan konsumen dengan dalih tidak mampu memenuhi atau terlambat memenuhi pesanan yang sudah diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari sistem produksi dan sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan, (2) menyusun MPS, BOM dan Inventory Record sebagai input penyusunan MRP, dan (3) menyusun sistem pengadaan bahan baku dengan MRP serta menyusun proyeksi biaya total bahan baku. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berberasal dari wawancara secara mendalam dan observasi langsung, yaitu berupa data pemesanan oleh konsumen selama 52 periode (Januari 2006 hingga April 2010), dan data berkaitan proses produksi tenun songket. Data sekunder berupa sejarah berdirinya kegiatan usaha dan keterangan bisnin lainnya didapatkan melalui studi literatur elektronik serta data dari perusahaan sendiri, khususnya dari bagian produksi. Penyusunan MPS (Master Production Schedule) sebagai salah satu komponen MRP menggunakan teknik peramalan Linear Trend Analysis, Quadratic Trend Analysis, Moving Average, Single Exponential Smoothing, dan Double Exponential Smoothing. Teknik peramalan yang dipilih adalah yang memiliki nilai MAD terkecil. Penyusunan MPS berdasarkan hasil peramalan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi optimum perusahaan setiap bulan karena terdapat sejumlah pesanan dari periode sebelumnya yang belum terpenuhi (carry over). Kapasitas produksi optimum untuk produk sarung bapak adalah 1 unit, untuk sarung ibu adalah 1 unit, untuk selendang 1 unit, dan untuk bahan blazer sebanyak 16 unit. Hasil peramalan menunjukkan permintaan akan produk bahan blazer yang masih tetap tinggi hingga akhir tahun 2010 yaitu sebanyak 34 unit. Permintaan untuk produk yang lain cenderung stabil seperti tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil proses MRP dengan tiga macam teknik lot sizing, teknik lot for lot efektif digunakan untuk merencanakan kebutuhan benang emas. Teknik EOQ cocok untuk diterpakan pada komponen benang katun dan benang bordir.

3 PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA INDUSTRI KECIL TENUN TENGKU AGUNG PEKANBARU SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manejemen Fakultas Ekonomi dan Manejemen Institut Pertanian Bogor Oleh NURUL AULIA H DEPARTEMEN MANEJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Sripsi : Penerapan Metode Material Requirement Planning pada Industri Kecil Tenun Tengku Agung Pekanbaru Nama : Nurul Aulia NIM : H Menyetujui, Dosen Pembimbing (Ir. Pramono D. Fewidarto, MS) NIP Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP Tanggal lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bireuen pada 2 Mei Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Yuli Azhar (alm.) dan Zultini. Penulis memulai pendidikan di TK Raudhatul Ilmi Bireuen pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 5 Bireuen pada tahun Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lhokseumawe pada tahun 2000, dan pada tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Lhokseumawe. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan, yaitu OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong pada periode sebagai staf Informasi dan Komunikasi. Penulis juga aktif di Dewan Kerohanian Mahasiswa Al Hurriyah pada periode sebagai staf dan bendahara Divisi Dewan Pembinaan Umat. iii

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi berjudul Penerapan Metode Material Requirement Planning Pada Industri Kecil Tenun Tengku Agung Pekanbaru dan bertujuan untuk mempelajari penerapan metode MRP pada UKM yang bermanfaat dalam membantu perencanaan bisnis yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah swt. Amin. Bogor, Agustus Penulis iv

7 UCAPAN TERIMA KASIH Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, serta pengarahan pada penulis. 2. Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan, STP, MM atas kesediaannya meluangkan waktu sebagai dosen penguji, serta segala bentuk saran, kritik serta masukan yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Saiful yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di Dekranasda Tengku Agung Pekanbaru, dan telah banyak meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data. 4. Seluruh dosen Departemen Manejemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis, KTU Departemen Manajemen beserta staf atas semua bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi. 5. Ibunda Zultini, Ayahanda Yuli Azhar, Annisa Maulani dan Puteri Hidayati atas curahan kasih sayang serta motivasi sehingga penulis dapat merampungkan tugas skripsi hingga selesai. 6. Uncu Zulfiarni atas segala bantuan dan motivasi dari awal penelitian hingga penulis dapat merampungkan tugas skripsi hingga selesai. 7. Sahabat-sahabatku: Ima, Heni, Nenny, Yani, Iis, Santi, Windry, Irma dan Alin atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir. 8. Teman-teman seperjuangan Gilang, Helga, Isti, Bambang, Ilham dan Holil atas dukungan dan motivasi dalam kebersamaan mengerjakan tugas akhir. 9. Teman-teman Manajemen Angkatan 43 atas dukungan dan persahabatan yang diberikan kepada penulis selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. v

8 DAFTAR ISI RINGKASAN Halaman RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Industri Kecil Definisi Material Requirement Planning Komponen Dasar MRP Proses Penerapan MRP Model-model Penentuan Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) Peramalan Penjualan Pemrograman Linier Total Biaya Persediaan Bahan Baku Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Peramalan Penjualan Lot Sizing Analisis Biaya Bahan Baku IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Dekranasda Tengku Agung Pekanbaru Sejarah Berdiri vi

9 Visi dan Misi Maksud dan Tujuan Gambaran Umum Kegiatan Usaha Bahan Baku Produk Komponen MRP Bill of Material Peramalan Penjualan Kapasitas Produksi Optimum Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule) Catatan Persediaan (On Hand Inventory) Material Requirement Planning Biaya Setup dan Biaya Penyimpanan Material Requirement Planning dengan Metode Lot for Lot Material Requirement Planning dengan Metode EOQ Material Requirement Planning dengan Metode PPB Biaya Total Bahan Baku Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA vii

10 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Contoh Jadwal Produksi Induk Tampilan Horizontal MRP Lama Proses Produksi setiap Produk Jenis Bahan Baku Setiap Produk Kebutuhan Bahan Baku Lead Time Komponen pada Level Lama Proses Pengubahan Gulungan pada Level Lead Time Komponen pada Level Hasil Peramalan untuk Setiap Produk Keuntungan Per Unit untuk Setiap Produk Kapasitas Produksi Maksimum setiap Produk per Bulan Jadwal Produksi Induk (MPS) On Hand Inventory per 30 April Biaya Penyimpanan dan Setup Perbandingan Frekuensi Pemesanan dan Persediaan yang Timbul setiap Teknik Lot Sizing Perbandingan Biaya Ketiga Teknik Lot Sizing (dalam Ribu Rupiah) viii

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Sistem MRP (Herjanto, 2003) Proses Penjadwalan Produksi Induk (Gaspersz, 2005) Contoh Struktur Produk (Haming dan Nurnajamuddin, 2007) Kerangka Pemikiran Alur Tahapan Penelitian Bill of Material dari Empat Jenis Produk Tenun Plot Data Quadratic Trend Analysis untuk Sarung Bapak Plot Data Quadratic Trend Analysis untuk Sarung Ibu Plot Data Quadratic Trend Analysis untuk Selendang Plot Data Quadratic Trend Analysis untuk Bahan Blazer ix

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kebutuhan dan Analisis Data Analisis Autokorelasi Parameter Kesalahan Tiap Metode Peramalan Penghitungan unit EOQ dan EPP Perhitungan Penggabungan EPP Perhitungan Biaya Bahan Baku Output LINGO Proses MRP dengan Teknik Lot Sizing Lot for Lot Proses MRP dengan Teknik Lot Sizing EOQ Proses MRP dengan Teknik Lot Sizing PPB x

13 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses produksi yang lancar dan tercapainya efisiensi produksi merupakan salah satu indikator kinerja sistem manajemen produksi yang berjalan dengan baik. Kelancaran proses produksi akan menjamin tersedianya produk untuk diantarkan kepada konsumen secara tepat waktu. Ketepatan waktu ini akan mendorong timbulnya loyalitas konsumen sehingga dapat meningkatkan daya saing perusahaan terhadap pesaingnya. Proses bisnis yang dijalankan oleh industri kecil menengah seringkali tidak didasari pada perencanaan yang baik. Salah satu indikasinya adalah sering terjadinya penundaan proses produksi karena bahan baku dan sumber daya lainnya belum tersedia ketika produksi akan dilakukan. Selain itu industri kecil menengah juga sering kewalahan memenuhi permintaan konsumen dikarenakan sumber daya yang tidak cukup. Akibatnya pelaku usaha sering menolak pesanan konsumen dengan dalih tidak mampu memenuhi atau khawatir terlambat memenuhi pesanan yang sudah diberikan. Kekurangan ini tentunya menyebabkan banyak pelanggan yang merasa tidak puas dengan layanan yang diberikan sehingga menurunkan tingkat kepercayaan mereka terhadap pelaku bisnis di industri kecil menengah ini. Begitu pula yang terjadi pada industri kecil tenun yang dijalankan oleh Dekranasda Kota Pekanbaru ini. Proses produksi hanya dilakukan berdasarkan pesanan konsumen dengan tidak mempertimbangkan kapasitas produksi optimum yang dimiliki perusahaan. Akibatnya seringkali konsumen harus menunggu dalam waktu yang sangat lama hingga pesanannya terpenuhi dikarenakan Dekranasda selalu menerima semua pesanan yang masuk tanpa memperhatikan kapasitas yang mampu dicapai. Selain itu proses pengadaan bahan baku yang dilakukan tidak berdasarkan pada perhitungan apapun. Pada musim tingkat permintaan sedang Dekranasda biasanya memesan bahan baku dalam jumlah besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan produksi hingga beberapa periode

14 2 mendatang. Jika tingkat pemesanan lebih tinggi dari permintaan biasa maka bahan baku yang dipesan akan berjumlah lebih besar pula. Cara ini dipandang perusahaan telah efektif karena tidak pernah terjadi hambatan produksi yang berarti. Namun seringkali karena tidak didasarkan pada perhitungan yang tepat, terjadi kelebihan persediaan bahan baku yang berpotensi menimbulkan tambahan biaya. Kekurangan lainnya adalah pemesanan bahan baku dilakukan setelah pesanan diterima. Akibatnya pelanggan harus menunggu lebih lama hingga pesanannya selesai dipenuhi. Kendala-kendala tersebut, terutama yang terkait dengan bahan baku, dapat diatasi salah satunya dengan melakukan perencanaan produksi yang baik melalui Material Requirement Planning (MRP). Penerapan MRP dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai produksi optimum yang mampu dicapai sehingga sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Penerapan MRP juga dapat mendorong proses produksi yang lebih terencana dan tercapainya efisiensi biaya karena sumber daya bahan baku didatangkan sesuai dengan kebutuhan dan memperkecil kemungkinan timbulnya persediaan. Salah satu tujuan utama MRP adalah mendorong proses produksi yang lancar dan tepat waktu. Perusahaan yang tidak mampu mencapainya akan kehilangan kepercayaan dari konsumen karena terlambat melakukan proses produksi sehingga terlambat memenuhi pesanan. Selain itu perusahaan yang tidak menerapkan MRP tidak memiliki pedoman mengenai target dan rencana produksinya. Akibatnya perusahaan tidak dapat mengetahui apakah kinerja yang telah dicapai telah mampu memenuhi rencana dan target-target produksi. Penerapan MRP sangat bermanfaat untuk merencanakan kebutuhan material yang bersifat dependent atau berhubungan dengan material yang lain, seperti kebanyakan produk yang dihasilkan oleh industri kecil menengah. Sistem MRP mengendalikan agar komponen yang diperlukan untuk proses produksi dapat tersedia tepat ketika proses produksi akan dilakukan. Proses produksi yang lancar merupakan salah satu indikasi

15 3 kinerja perusahaan yang baik, karena akan mampu memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada waktunya. Melalui kelancaran proses produksi, industri juga dapat meraih efisiensi yang dapat memberikan tambahan keuntungan. Jika perusahaan dapat melakukan efisiensi pada proses produksi, dan jika harga jual tetap dipertahankan, maka perusahaan akan mendapat kenaikan laba sebesar nilai efisiensi tersebut. Dan jika perusahaan juga dapat melakukan efisiensi pada pengadaan bahan baku, maka tambahan kenaikan laba yang diperoleh perusahaan bisa lebih besar lagi. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan. MRP adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. Salah satu tujuan utama kegiatan bisnis perusahaan adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Karena itu, sistem MRP merupakan serangkaian mekanisme pengendalian yang sangat bermanfaat untuk menjamin ketersediaan bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat, sehingga akan mendukung kelancaran dan ketepatan proses dan waktu produksi Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana aplikasi MRP pada usaha kecil tenun Tengku Agung Pekanbaru dalam rangka menghasilkan kombinasi pengadaan bahan baku yang optimum Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi sistem produksi dan sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh indusri kecil tenun Tengku Agung Pekanbaru.

16 4 2. Mengidentifikasi dan menyusun Bill of Material dan Master Production Schedule sebagai input penyusunan MRP. 3. Menyusun MRP menggunakan berbagai teknik lot sizing dan membandingkan hasilnya sehingga diperoleh kombinasi pengadaan bahan baku yang optimum Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti. Menambah pengetahuan di bidang manajemen pengadaan bahan baku serta dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi untuk memecahkan permasalahan di dunia nyata. 2. Bagi perusahaan. Mendapatkan saran untuk manajemen persediaan bahan baku yang optimum untuk kinerja perusahaan yang lebih baik. 3. Bagi pihak lain. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki pembatasan-pembatasan sebagai berikut: 1. Data yang digunakan adalah data pesanan konsumen yang tercatat oleh perusahaan, yaitu Januari 2006 hingga April 2010, dikarenakan Dekranasda tidak memiliki catatan pemesanan konsumen secara lengkap dari awal berdirinya kegiatan usaha. 2. Teknik lot sizing yang digunakan dalam menyusun MRP terbatas pada tiga macam teknik yaitu Lot fot Lot, Economic Order Quantity, dan Part Periode Balancing. Teknik yang lain seperti Algoritma Wagner- Within tidak ikut digunakan dalam penelitian ini. 3. Perencanaan MRP dilakukan untuk 8 periode terhitung Mei hingga Desember Pemenuhan pesanan yang melewati jangka waktu tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2011 tetapi tidak diikutsertakan dalam pembahasan penelitian ini.

17 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Industri Kecil Definisi industri kecil terdapat pada SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986 yang menjelaskan jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasi jumlah karyawan atau tenaga kerjanya yaitu sebagai berikut: 1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 1 hingga 4 orang. 2. Industri kecil, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 5 hingga 19 orang. 3. Industri sedang atau menengah, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 20 hingga 99 orang. 4. Industri besar, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah diatas 100 orang. Definisi usaha kecil terdapat pada UU No. 9 tahun 1995 yang menyatakan bahwa kriteria suatu usaha kecil adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- (Satu Miliar Rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. 5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Pengertian atau definisi perusahaan adalah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia tidak bisa digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah proses di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah tempat melakukan proses sampai langsung digunakan oleh manusia.

18 6 Perusahaan merupakan kesatuan teknik yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan saja. Perusahaan merupakan alat dari bahan usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan. Orang atau lembaga yang melakukan disebut pengusaha (Syadiash, 2010) Definisi Material Requirement Planning Material Requirement Planning (MRP) atau Perencanaan Kebutuhan Material merupakan suatu metode yang dimulai dengan kegiatan peramalan terhadap permintaan produk jadi yang independen, menentukan kebutuhan permintaan terikat untuk: (1) kebutuhan terhadap tiap jenis komponen (material, parts, atau ingredients), (2) jumlah pasti yang benar-benar diperlukan, dan (3) waktu membuat peramalan secara bertahap yang diperlukan untuk memenuhi pesanan guna mencukupi suatu rencana produksi (Haming dan Nurnajamuddin, 2007). Haming dan Nurnajamuddin (2007) juga menyebutkan beberapa definisi lain dari Material Requirement Planning yang dikemukakan oleh beberapa pakar. MRP adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk, yang dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan (Heizer dan Render, 2004). MRP adalah logika untuk menentukan banyaknya parts, komponen, dan material yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk, serta menyediakan jadwal yang menetapkan kapan parts, komponen, dan material yang diperlukan tersebut harus dipesan atau diproduksi (Chase, 2001). MRP adalah suatu teknik pengendalian persediaan dan perencanaan produksi dengan sistem komputerisasi untuk menyusun rencana pesanan pembelian dan pesanan pengerjaan material, komponen, dan perakitan (Russel dan Taylor, 2000). Haming dan Nurnajamuddin (2007) menyimpulkan beberapa unsur penting dapat dijumpai dari pengertian-pengertian MRP dari para ahli tersebut, yaitu:

19 7 1. Jadwal induk produksi sebagai landasan untuk menyusun rencana dan jadwal pengadaan. Jadwal produksi ini lazim disebut Master Production Scheduling (MPS); 2. Status persediaan yang akan menjadi landasan penentuan jumlah unit yang harus dipesan, lazim disebut Inventory Record; 3. Struktur produk yang akan menjadi landasan untuk menghitung jumlah unit bahan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bahan yang dibutuhkan, lazim disebut dengan Bill of Material (BOM); 4. Waktu tenggang antara pemesanan dan penerimaan pesanan yang dimaksud, lazim disebut dengan lead time. Herjanto (2003) menyebutkan bahwa sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut. 1. Meminimalkan persediaan; sistem MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi. Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. 2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman; MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memeperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan (pembeliaan) komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi. 3. Komitmen yang realistis; dengan MRP jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Banyak perusahaan yang telah memanfaatkan sistem MRP untuk mengendalikan persediaan, karena MRP dapat memberikan manfaat sebagai berikut (Heizer dan Render, 2005). 1. Mendapatkan respon yang lebih baik bagi pesanan pelanggan sebagai hasil dari jadwal yang terus-menerus diperbaiki. Penerapan MRP membutuhkan jadwal induk produksi, fasilitas produksi, pelaksanaan

20 8 jadwal, dan pengiriman barang yang tepat waktu, akurat dan disiplin. Perusahaan yang mampu menerapkannya akan memiliki keunggulan bersaing dan mampu menguasai pasar. 2. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar. Perubahan pasar yang cepat dan dinamis turut mempengaruhi permintaan dan selera pelanggan, karena itu perusahaan sangat dituntut untuk mampu memenuhi dan menjawab perubahan tersebut. 3. Mampu memanfaatkan fasilitas dan tenaga kerja secara lebih optimal. Jadwal pengadaan bahan baku yang teratur dengan berpedoman pada jadwal induk akan mampu memberdayakan mesin dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak menimbulkan pemborosan. Melalui penerapan pengendalian persediaan, perusahaan memang mendapatkan banyak manfaat. Namun manfaat yang paling bisa dirasakan langsung bagi perusahaan adalah berkurangnya tingkat persediaan, dan oleh karena itu berdampak pada berkurangnya biaya persediaan yang harus dikeluarkan. 4. Mendapatkan respon yang lebih baik terhadap pesanan pelanggan dan pasar, sehingga mampu memenangkan pesanan dan pangsa pasar. Pemanfaatan fasilitas dan pekerja yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas dan pengembalian investasi yang lebih tinggi. Sedangkan persediaan yang lebih sedikit dapat membebaskan modal dan ruang untuk digunakan pada kepentingan yang lain. Manfaat ini merupakan hasil dari sebuah keputusan strategis untuk menggunakan sistem penjadwalan persediaan yang terikat. Agar efektif, pengendalian persediaan terikat melalui MRP mengharuskan para manajer operasi memahami hal-hal berikut (Heizer dan Render, 2005). 1. Jadwal produksi induk (apa yang akan dibuat dan kapan) 2. Spesifikasi atau daftar kebutuhan bahan (material dan komponen yang diperlukan untuk memproduksi) 3. Ketersediaan persediaan (apa yang ada pada persediaan)

21 9 4. Pesanan pembelian yang belum dipenuhi (apa yang berada dalam pesanan) 5. Waktu tunggu atau lead time (berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berbagai komponen) 2.3. Komponen Dasar MRP Komponen dasar MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar kebutuhan material, dan catatan persediaan, yang dapat digambarkan dalam suatu sistem MRP seperti dalam Gambar 1. Berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Selanjutnya, dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan, dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atau merakit komponen yang bersangkutan, dapat disusun suatu perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan (Herjanto, 2003). Masing-masingg kompenen dasar MRP tersusun sebagaimana tersaji pada Gambar 1. Gambar 1. Sistem MRP (Herjanto, 2003) 1 1. Jadwal Induk Produksi (MPS) Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise, ATP). MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi. MPS

22 10 berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas. MPS mengendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi, tenaga kerja, dan subkontraktor (Herjanto, 2003). Gaspersz (2005) menyebutkan bahwa sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan lima input utama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Kelima input utama MPS adalah sebagai berikut: Gambar 2. Proses Penjadwalan Produksi Induk (Gaspersz, 2005) 1 Data Permintaan Total, merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalann produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan (orders). Status Pesediaan, berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan. Rencana Produksi, memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, persediaan, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu. Data Perencanaan, berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item Master File).

23 11 Informasi dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP), berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. Ketepatan MPS bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya. Perencanaan jangka pendek harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi pesanan yang sudah pasti (fixed order), kebutuhan distribusi pergudangan, dan kebutuhan suku cadang. Semakin jauh jangka waktu perencanaan ketepatan MPS biasanya semakin berkurang. Tabel 1 merupakan contoh dari suatu jadwal induk produksi. Tabel 1. Contoh Jadwal Produksi Induk 1 Produk Minggu ke A B C Sumber: Herjanto (2003) 2. Daftar Material (Bill of Material) Definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi mungkin juga memiliki ribuan komponen. Setiap komponen sendiri dapat terdiri atas sebuah barang (item) atau berbagai jenis barang (Herjanto, 2003). Hubungan antara suatu barang dan komponennya dijelaskan dalam suatu struktur produk. Secara konvensi, produk akhir atau parent item disebut sebagai level (jenjang) 0, sedangkan komponen pembentuk produk akhir disebut sebagai level 1, bagian rakitan berikutnya disebut level 2, dan seterusnya (Herjanto, 2003). Gambar 3 menunjukkan contoh struktur produk (bill of material). Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen dari produk yang akan diproduksi dengan mengetahui komponen dari produk yang akan diproduksi atau dirakit. Daftar produk dan komponen yang diperlukan disebut daftar material (bill of materials, BOM). BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan

24 12 barang mana yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat. BOM disimpan dalam suatu BOM files, yaitu basis data yang dibuat oleh suatu BOM processor, yang menyusun BOM dalam berbagai format yang dikehendaki perusahaan (Herjanto, 2003). Gambar 3. Contoh Struktur Produk (Haming dan Nurnajamuddin, 2007) 1 3. Catatan Persediaan Heizer dan Render (2005) menyebutkan bahwa agar sebuah MRP dapat bekerja dengann baik dibutuhkan suatu manajemen persediaan yang baik. Jika perusahaan belum mencapai setidaknya 99 persen ketelitian catatan, maka perencanaan kebutuhan material tidak akan bekerja dengan baik. Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan. Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat di gudang, jumlah yang dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety stock level), komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta waktu tenggangg (procurement lead time) bagi setiap komponen (Herjanto, 2003). Data persediaan bisa merupakan catatan manual selamaa di-up date dari hari ke hari. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin murahnya harga komputer maka kini banyak perusahaan sudah menggunakan jaringan sistem informasi melalui komputer sehingga apabila barang masuk atau barang terpakai/ terjual, datanya dapat langsung diakses di semua unit terkait (Herjanto, 2003).

25 Proses Penerapan MRP Russel dan Taylor (2003) menyebutkan bahwa penerapan suatu MRP memiliki proses yang terdiri atas empat langkah utama, yaitu (1) menyusun BOM, (2) menghitung kebutuhan bersih bahan baku (net requirement), (3) melakukan lot sizing, dan (4) menyusun time-phasing requirement. Proses ini dilakukan berulang kali, merinci setiap struktur produk hingga semua komponen dibuatkan jadwalnya. Haming dan Nurnajamuddin (2007) menyebutkan bahwa terdapat tiga langkah mendasar yang perlu ditempuh dalam penerapan MRP. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan harus lebih dahulu menetapkan jumlah produk akhir (finish product) yang akan diproduksi, dalam usaha menjawab permintaan yang ada dengan cara (i) mempergunakan angka-angka pesanan pelanggan melalui angket pemesanan yang disampaikan, dan menghasilkan penentuan jumlah permintaan yang menjadi target perusahaan, atau (ii) melakukan estimasi statistik atas jumlah permintaan terhadap produk akhir. Angka-angka ramalan ini menjadi landasan untuk menyusun jadwal induk produksi (MPS). 2. Perusahaan harus melakukan pemantauan atas status persediaan untuk setiap jenis material (bahan, parts, komponen, atau subkomponen) secara berkala melalui stock opname. Sediaan yang ada menjadi pengurang terhadap kebutuhan total yang diturunkan dari target produksi. Informasi atas penerimaan sediaan, sediaan yang sedang dalam pesanan, sediaan yang telah dipakai, dan sisa yang masih ada di gudang, harus dicatat dalam buku persediaan (inventory record). Informasi inventory record ini menjadi landasan untuk menentukan volume pesanan. 3. Perusahaan menetapkan jumlah unit yang dibutuhkan dari setiap jenis material yang akan diproses guna memenuhi target produksi yang sudah didefinisikan. Untuk menentukan jumlah unit dari setiap jenis material yang diperlukan, perusahaan harus menyusun struktur dari bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit produk. Struktur bahan dari

26 14 setiap unit produk ini disebut dengan Bill of Material (BOM). Kebutuhan total dapat diketahui dengan mengalihkan target keluaran dalam MPS dengan unit yang diperlukan menurut BOM. Haming dan Nurnajamuddin (2007) menyebutkan bahwa dalam praktiknya, langkah awal dalam praktik penyusunan MRP mungkin saja ialah pembuatan BOM. Melalui penyusunan BOM dapat diketahui rincian unit kebutuhan dari setiap jenis bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk. Produk akhir yang rumit yang dibuat dari ratusan, bahkan ribuan jenis komponen atau subkomponen akan memiliki BOM yang rumit. Sebaliknya, produk akhir yang sederhana juga memiliki BOM yang sederhana. Orlicky (1975) dalam Rasto (1996) dan Adihartati (1997) juga menyebutkan bahwa logika proses dalam sistem MRP terdiri dari empat langkah sebagai berikut. 1. Eksplosi Eksplosi adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk komponen pada tingkat yang lebih bawah. Dasar untuk menentukan kebutuhan material ini dalam tiap tahap, langsung atau tidak langsung, diturunkan dari jadwal induk produksi dan tergantung pada posisinya dalam struktur produk. 2. Netting Netting merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan, baik persediaan yang ada (on hand inventory) maupun yang direncanakan akan diterima dalam suatu periode tertentu. Dalam perhitungan kebutuhan bersih dapat dilakukan perbaikan dengan menambahkan faktor-faktor lain, seperti memasukkan faktor sediaan pengaman atau faktor kerusakan konponen. Persediaan pengaman hanya digunakan untuk permintaan produk akhir yang independen. Data yang harus diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada setiap periode adalah persediaan yang masih dipunyai pada awal perencanaan dan jadwal penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

27 15 3. Lotting Proses ini merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pemesanan yang optimum berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot. Berbagai teknik ukuran lot diarahkan untuk menyeimbangkan biaya pemesanan (set up cost) dan biaya penyimpanan persediaan (holding cost), sehingga dicapai total biaya persediaan yang minimal tanpa mengganggu jadwal induk. 4. Offsetting Langkah offsetting bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat bagi perencanaan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan awal bersih yang diinginkan dengan besarnya waktu tunggu (lead time). Waktu tunggu untuk komponen yang dipesan merupakan waktu saat pesanan dilakukan sampai pesanan tersebut diterima. Sedangkan untuk komponen yang dibuat sendiri, waktu tunggu merupakan jumlah waktu proses pembuatan komponen tersebut hingga selesai dibuat. Dalam penentuan waktu tunggu sering pula ditambahkan faktor waktu pengaman dengan tujuan yang pada dasarnya sama dengan pengadaan persediaan pengaman. Keseluruhan proses MRP dapat digambarkan dalam format tampilan MRP seperti di bawah ini, termasuk penjelasan untuk tiap-tiap komponennya (Gaspersz, 2005). Tabel 2. Tampilan Horizontal MRP 1 Lead Time: 3 minggu Periode (minggu) On Hand: 550 Lot Size: Safety Stock: 0 Gross Requirement Scheduled Receipt 1000 Projected on Hand Projected Available Net Requirement 150 Planned Order Receipt 1000 Planned Order Receipt 1000 Sumber: Gaspersz (2005)

28 16 Lead Time merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai yang dipesan siap untuk digunakan. On Hand merupakan on hand inventory yang menunjukkan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam tempat penyimpanan. Lot Size merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot sizing apa yang dipakai. Safety Stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan dan/atau penawaran. Planning Horizon merupakan banyaknya waktu ke depan yang tercakup dalam perencanaan. Gross Requirement merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu. Projected On-Hand merupakan projected available balance (PAB), dan tidak termasuk planned order. Projected on hand dihitung berdasarkan formula: Projected on-hand = On-hand awal periode + Scheduled Receipt Gross Requierement Planned Order Receipts merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi kebutuhan kebutuhan bersih. Planned Order Release merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu agar item tersebut tersedia pada saat dibutuhkan Model-model Penentuan Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) Lot sizing merupakan kegiatan menentukan jumlah unit yang akan dipesan (Haming dan Nurnajamuddin, 2007). Keputusan penentuan ukuran lot adalah proses atau teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran lot (Heizer dan Render, 2005).

29 17 Nahmias (2005) mengasumsikan bahwa proses MRP sering dilakukan menggunakan teknik lot for lot, yaitu jumlah unit yang dijadwalkan untuk diproduksi atau dipesan setiap periodenya sama dengan jumlah kebutuhan bersih periode tersebut. Pada kenyataannya kebijakan ini diasumsikan untuk kemudahan penggunaan saja, dan secara umum dapat dikatakan tidak optimal. Masalah untuk menemukan teknik yang optimal yang terbaik didasarkan pada set jumlah permintaan dan biaya setup dan holding untuk berbagai periode waktu yang dimiliki dan berapakah kuantitas yang dapat meminimalkan total biaya setup dan holding untuk periode yang telah direncanakan. Gasperz (2005) memberikan cacatan yang penting untuk diperhatikan mengenai lot sizing dan kebutuhan bersih (net requirement) sebagai berikut. 1. Apabila lot sizing dipakai, maka net requirement adalah prediksi kekurangan material, sehingga perlu dimasukkan dalam perhitungan planned order receipt, dan tidak hanya menghitung kenaikan dalam nilai negatif yang ditunjukkan dalam baris projected on-hand. 2. Aturan: apabila menggunakan fixed order quantity lot size, dan bila ada net requirement, maka banyaknya kuantitas planned order receipt akan mengambil salah satu nilai yaitu: standard lot size atau net requirement aktual, tergantung mana yang lebih besar. 3. Dalam kebanyakan kasus, planned order receipt akan melebihi besaran net requirement, sehingga membiarkan beberapa kuantitas persediaan disimpan sampai periode berikutnya. 4. Saat keadaan rolling schedule akan menjadi normal bahwa besaran scheduled receipt adalah sama dengan kuantitas lot size, karena kuantitas itu yang telah dipesan. Ada beberapa teknik dalam melakukan lot sizing. Haming dan Nurnajamuddin (2007) mengemukakan bahwa pada dasarnya teknik-teknik tersebut terbagi menjadi dua, yaitu menentukan ukuran lot yang sama dengan net requirement, dan menentukan ukuran lot dengan tujuan optimalisasi. Optimalisasi tersebut didasarkan pada keadaan di mana ukuran

30 18 pesanan akan berhubungan dengan biaya pemesanan ataupun biaya penyimpanan. Semakin rendah ukuran lot, yang berarti semakin sering melakukan pesanan, akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menambah biaya pemesanan. Sebaliknya, semakin tinggi ukuran lot akan mengurangi frekuensi pemesanan, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan. Untuk itu perlu dicari dan ditentukan ukuran lot yang tepat agar optimalisasi kapasitas dan biaya dapat tercapai (Herjanto, 2003) Heizer dan Render (2005) menyebutkan bahwa keputusan penentuan lot sizing adalah keputusan yang dibuat tentang berapa banyak yang harus dipesan atau dibuat. Ada berbagai jalan untuk menentukan ukuran lot di dalam sistem MRP, diantaranya teknik Lot for Lot, teknik Economic Order Quantity, serta Part Period Balancing. Teknik lot for lot merupakan teknik yang membantu menentukan ukuran lot tepat sebesar net requirement. Sedangkan teknik yang lain didasarkan pada kapasitas dan biaya optimum dengan tujuan optimalisasi. 1. Teknik Lot for lot Teknik ini memproduksi secara tepat berapa kebutuhan bahan baku yang diperlukan. Teknik ini konsisten dengan sasaran MRP yaitu memenuhi kebutuhan permintaan yang bersifat terikat. Bila pesanan yang sering terjadi ekonomis dan teknik persediaan just in time diterapkan, maka teknik ini menjadi sangat efisien. Sebaliknya, jika biaya setup cukup besar atau menajemen tidak mampu untuk menerapkan just in time, maka teknik ini menjadi mahal. 2. Teknik Economic Order Quantitiy (EOQ) Teknik EOQ merupakan teknik statistik yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rata-rata untuk satu tahun. Jadi teknik EOQ merupakan teknik statistik yang sebenarnya lebih cocok digunakan pada saat permintaan bebas, sementara MRP lebih disukai pada saat permintaan terikat. Manajer produksi harus memanfaatkan informasi permintaan ketika informasi ini diketahui, daripada mengasumsikan permintaan tetap. Pendekatan dengan teknik ini menggunakan persamaan sebagai berikut.

31 19 =... (1) Dimana Q = ukuran lot yang akan dipesan, D = kebutuhan pertahun, S = biaya pemesanan pemesanan per order, dan H = biaya penyimpanan per unit per tahun. 3. Teknik Part Period Balancing (PPB) Teknik ini merupakan pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan. PPB menggunakan informasi tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa yang akan datang. PPB mencoba menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan untuk permintaan yang diketahui. Penyeimbangan sebagian periode membuat sebuah economic part period (EPP) atau sebagian periode ekonomis, yang merupakan perbandingan antara biaya setup dengan biaya penyimpanan. Sebagai contoh, jika biaya setup adalah Rp. 100,- dan biaya penyimpanan adalah Rp. 1,- maka EPP adalah 100 unit. Oleh karena itu, menyimpan 100 unit untuk satu periode akan menghabiskan biaya Rp. 100,- sama seperti satu biaya setup. Dengan cara yang sama, menyimpan 50 unit untuk dua periode juga akan menghabiskan biaya Rp. 100,- (2 periode x Rp.1,- x 50 unit). PPB hanya menambahkan kebutuhan hingga banyaknya periode bagian akan mendekati nilai EPP yaitu 100 unit Peramalan Penjualan Peramalan merupakan seni dan ilmu memprediksi kejadian di masa depan. Peramalan dapat berupa peramalan ekonomi, peramalan teknologi, dan peramalan permintaan atau disebut juga peramalan penjualan. Peramalan penjualan meramalkan penjualan suatu perusahaan pada setiap periode dalam horizon waktu. Peramalan penjualan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan MPS atau jadwal induk produksi (Heizer dan Render, 2005).

32 20 Heizer dan Render (2005) menyebutkan tujuah langkah utama dalam melakukan peramalan, yaitu sebagai berikut. 1. Menetapkan tujuan peramalan 2. Memilih unsur apa yang akan diramal 3. Menentukan horizon waktu peramalan 4. Memilih tipe model peramalan 5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan 6. Membuat peramalan 7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan Ishak (2010) mengemukakan bahwa jenis peramalan dibedakan menjadi peramalan kualitatif dan kuantitatif berdasarkan sifatnya. Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang dilakukan berdasarkan atas kualitatif pada masa lalu, dan sangat bergantung pada orang yang menyusunnya karena disusun berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgment, atau pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan metode kuantitatif dibedakan atas metode time series dan metode kausal. Dalam penelitian ini metode peramalan yang digunakan adalah time series yang dijelaskan sebagai berikut. 1. Linear Trend Analysis Bentuk persamaan umum dari peramalan tren linier ini adalah Yt = a + bt... (2) Dimana Yt = nilai peramalan pada periode ke-t t = waktu/periode dengan menggunakan metode kuadrat terkecil maka harga konstanta a dan b dapat diperoleh dari persamaan berikut: b=... (3) a=... (4)

33 21 2. Quadratic Trend Analysis Metode peramalan ini memiliki bentuk persamaan sebagai berikut: Yt = ae bt Dengan menggunakan transformasi logaritma natural maka harga konstanta a dan b diperoleh dari persamaan berikut: b=... (5) lna=... (6) 3. Moving Average Moving average pada suatu periode merupakan peramalan untuk satu periode ke depan dari periode rata-rata tersebut. Persoalan yang timbul dalam penggunaan metode ini adalah dalam menentukan nilai t (periode perata-rataan). Semakin besar nilai t maka peramalan yang dihasilkan akan semakin menjauhi pola data. Secara matematis, rumus fungsi peramalan metode ini adalah: Dimana F = Xt = data pengamatan periode t N = jumlah deret waktu yang digunakan F t+1 = nilai peramalan periode t+1 4. Single Exponential Smoothing... (7) Pengertian dasar metode ini adalah nilai ramalan pada periode t+1 merupakan nilai peramalan pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai ramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut: F =α.x + 1 F... (8)

34 22 Dimana X t = data permintaan pada periode t α = faktor/konstanta pemulusan F t+1 = peramalan untuk periode t 5. Double Exponential Smoothing Metode ini terbagi atas satu parameter dan dua parameter. Metode dengan satu parameter, atau disebut juga dengan metode linear Brown, merupakan metode yang hampir sama dengan metode moving average, disesuaikan dengan menambahkan satu parameter. Metode dengan dua parameter atau disebut juga metode Holt merupakan metode double exponential smoothing dengan tren linier yang mengandung konstanta α dan β. Menghitung kesalahan peramalan penting dilakukan ketika melakukan peramalan. Kesalahan peramalan mengatakan seberapa baik kinerja suatu model dibandingkan dengan model itu sendiri dengan menggunakan data masa lalu. Ada beberapa perhitungan yang dapat digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan sebagai berikut (Heizer dan Render 2005). 1. Mean Absolute Deviation (MAD) MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. MAD dapat digambarkan dengan persamaan yang ditunjukkan sebagai berikut, dimana n adalah jumlah periode data. MAD=... (9) 2. Mean Squared Error (MSE) MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dengan yang diamati, dengan rumus sebagai berikut: MSE=... (10)

35 23 3. Mean Absolute Percent Error (MAPE) MAPE merupakan rata-rata diferensiasi absolut antara nilai peramalan dan aktual, yang dinyatakan sebagai persentase nilai absolut. MAPE dihitung sebagai: 2.7. Pemrograman Linier MAPE= /... (11) Linear programming (LP) ditemukan oleh George Dantzig tahun Teknik analisis ini berkembang secara menakjubkan dan mampu memecahkan berbagai masalah (problem solving) yang terdapat dalam kehidupan nyata. George Dantzig adalah orang pertama yang memformulasikan general LP kemudian mengembangkannya dalam bentuk metode simpleks. Sejak tahun 1940-an, LP yang semula digunakan untuk kalangan militer, kemudian digunakan secara luas di berbagai sektor kehidupan, misalnya transportasi, ekonomi, industri, dan pertanian bahkan dalam ilmu sosial yang menyangkut perilaku manusia (Prawirosentono, 2005). Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa pemrograman linier atau linear programming merupakan suatu teknik matematik yang didesain untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya. Sedangkan menurut Supranto (2005), linear programming adalah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi dan minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimal dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Aminudin (2005) mendefinisikan bahwa program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Program linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan.

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan biasanya dilakukan melalui pendekatan reaktif sbb : a. Reorder

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Persediaan Menurut Eddy Herjanto (1999, p 219-220), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis yang ada di perusahaan

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Ekonomi & Bisnis Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Gunawan Wibisono 1*, Sri Rahayuningsih 2, Heribertus Budi Santoso 3 1,2,3) Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Kusumawati, Aulia Jurusan Teknik Industri Universitas Serang Raya Jl Jalan Raya Serang, Cilegon KM. 5 Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam pengartian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap 2006/2007 ANALISIS USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT. KARA SANTAN PERTAMA ABSTRAK JOHANDA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Widya, et al. / Perancangan Sistem PPIC Air Mineral di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 1, Januari 217, pp. 79-86 PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Ferdian Rama Widya 1, Tanti Octavia 2 Abstract:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H24050116 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Patar Naibaho H24050116. Kajian Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tinta Cetak Dalam proses cetak mencetak, tinta merupakan unsur yang sangat penting bahkan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hasil cetakan. Komponen dasar tinta

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci