PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA"

Transkripsi

1 d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar Prce, Sugar Producton to Import Sugar Demand n Indonesa) Achmad Zan Program Stud Agrbsns Fakultas Pertanan Unverstas Muawarman, Samarnda Telp : , Emal:ach.zan@gmal.com ABSTRACT The purpose of ths research were to know the nfluencng level of mport sugar prce, domestc sugar prce, amount of sugar producton n Indonesa to mport sugar demand and to know elastcty level of mport sugar demand n Indonesa. Ths research was executed n October to January 007. The knd of data was used secondary data consst mport sugar demand data, mport sugar prce, domestc sugar prce, sugar producton n Indonesa and noted demand durng 0 years ( ). Data was analyzed by Multple Lner Regresson model wth the ordnary least squares method (OLS). The result of research ndcated that smultanty, the mport sugar prce, domestc sugar prce and sugar producton nfluenced to mport sugar demand n Indonesa sgnfcantly. However parsaly domestc sugar prce varable and sugar producton only nfluenced to mport sugar demand n Indonesa sgnfcantly. Key words: sugar, prce, producton, demand. PENDAHULUAN Salah satu kebutuhan bahan pokok masyarakat Indonesa adalah gula. Indonesa sejak zaman penjajahan Belanda telah memproduks gula dengan bahan baku tanaman tebu. Industr gula merupakan salah satu ndustr yang keberadaannya tergolong tua d duna. Hal n dapat dlhat dar sejarah keberadaan ndustr gula d Thaland yang sudah ada sejak abad ke-13, d Brasl sejak abad ke-15, sedangkan d Indonesa sendr dperkrakan sudah ada sejak abad ke-16. Selama rentang waktu perkembangan yang begtu panjang, telah terjad berbaga perubahan mendasar, khususnya yang berkatan dengan ndustr gula. Salah satu perubahan menark yang terjad adalah perubahan poss suatu negara dar pengekspor gula menjad pengmpor gula, atau sebalknya. Indonesa yang pada perode tahun 1930-an pernah menjad negara pengekspor gula terbesar d duna (pada tahun 1930 produks gula pasr mencapa sektar 3 juta ton), namun mula sektar tahun 1967 hngga saat n telah berubah menjad negara pengmpor gula yang cukup besar d duna (Pambudy, 003). Produks gula dalam neger semakn tdak mampu memenuh kebutuhan konsums dalam neger sejak tahun 1986, sehngga kekurangan tersebut harus dtutup dengan gula mpor yang terus menngkat dar tahun ke tahun. Hal n membuat pemerntah memlk kekhawatran besar atas mpor gula pasr yang tngg, yang dpandang sebaga ancaman terhadap kemandran pangan. Kemandran pangan merupakan hal pentng bag negara berkembang yang berpenduduk besar dengan daya bel masyarakat yang rendah sepert Indonesa. Angka ketergantungan mpor telah mencapa 47%/tahun pada perode , nak pesat dbandngkan dengan tahun-tahun sebelum krss keuangan d Indonesa. Pada tahun 005, mpor gula mencapa 1,5 juta ton atau sektar 50% dar kebutuhan dalam neger. Kn Indonesa telah menjad negara pengmpor gula terpentng d duna setelah Rusa. Impor yang tngg serta harga nternasonal yang murah telah mempersult poss sebagan besar perusahaan gula (PG) atau frms untuk bertahan dalam ndustr gula nasonal (IGN), apalag untuk berkembang (Sawt, dkk, 004). Ketka pemerntah memberlakukan kebjakan mpor yang lberal yatu pada saat perjanjan Letter of Intent (LOI) tahun 1998, pemerntah tdak lag memberlakukan bea masuk yang mampu melndung ndustr dan petan tebu

2 EPP.Vol.5 No : 1 9 d Indonesa, sehngga pasar gula domestk langsung bersang dengan pasar gula mpor yang jelas lebh bak dar konds pasar gula domestk. Impor dalam jumlah yang cukup besar dan harga gula pasr mpor yang relatf lebh murah dapat mempengaruh harga gula pasr domestk. Kestablan harga gula pasr d pasar domestk pada tngkat yang dapat menguntungkan produsen (ndustr gula) dan layak bag konsumen, merupakan suatu hal yang pentng untuk menjamn kelangsungan hdup ndustr gula dan mendorong kenakan produks gula nasonal, serta untuk menjamn terpenuhnya kebutuhan akan gula sebaga salah satu bahan pokok masyarakat (Churmen, 001). Berdasarkan uraan pada latar belakang tersebut, maka tujuan dar peneltan n adalah untuk mengetahu apakah harga gula mpor, harga gula domestk, dan produks gula d Indonesa berpengaruh terhadap volume permntaan gula pasr mpor. METODE PENELITIAN Peneltan n dlakukan selama 3 bulan yatu mula bulan Oktober sampa dengan bulan Januar 007. Data yang dperoleh dalam peneltan n adalah data sekunder yang bersumber dar hasl peneltan dan laporan lembaga-lembaga atau nstans yang terkat yang dperoleh dengan cara pengamatan, pendekatan nsttusonal, wawancara dengan pejabat/narasumber yang memberkan data. Data yang dgunakan adalah data nasonal dalam bentuk runtun waktu (tme seres) tahun Pengaruh harga gula mpor, harga gula domestk, terhadap jumlah permntaan gula mpor d Indonesa danalss dengan menggunakan analss Regres Lnear Berganda. Menurut Supranto (003), Regres Lner Berganda mempunya persamaan sebaga berkut: Y 0 1x1 x 3x3 d mana = blangan asl (1,,3,...). Bla bo, b 1, b, b 3, dumpamakan sebaga penaksr βo, β 1, β, dan β 3 sehngga bo dsebut ntersef (ndeks) sedangkan b 1, b, dan b 3 sebaga subscrf atau Koefesen Regres Parsal, dan ε adalah epslon atau faktor pengganggu, maka persamaan Regres Lner Berganda tersebut adalah: Yˆ = bo + b 1 x 1 + b x + b 3 x 3 + ε d mana : Yˆ = permntaan gula mpor (varabel terkat); X 1 = harga gula mpor (varabel bebas I); X = harga gula domestk (varabel bebas II); X 3 = produks gula d Indonesa (varabel bebas III); bo = koefesen ntersef; b 1 -b 3 = koefesen regres; ε = epslon. Pengaruh jumlah harga gula mpor, harga gula domestk, dan produks gula d Indonesa terhadap jumlah permntaan gula mpor yang dtawarkan secara smultan dgunkan uj F : ( b 1 x 1 y 1 ) / k Fht Sy Sy y 1 ( b 1 n k 1 keterangan : Sy = smpangan baku; k = jumlah varabel bebas; x 1 = nla varabel bebas; y 1 = nla varabel terkat; b 1 = nla koefesen regres; n = jumlah tahun seres. Varabel bebas (x) menjelaskan keragaman varabel tak bebas (y), hal tersebut dtunjukkan oleh besarnya nla koefesen penentu ganda (R ) R ( b x y ) y 1 Pengaruh terhadap jumlah permntaan gula pasr mpor, varabel bebas secara parsal dgunakan pendekatan uj t, yatu: b t Se b ) Se ( b ) ( KTssa x 1 keterangan : KTssa = Kuadrat Tengah Ssa; Se = Standar error. Hpotess : Ho : b = 0 Ha : b = 0 Kadah keputusan : 1. Bla t htung t tabel, maka Ho dterma dan Ha dtolak, berart masng-masng varabel bebas tdak berpengaruh sgnfkan terhadap jumlah permntaan gula pasr mpor d Indonesa. x 1 y 1 )

3 d Indonesa (Achmad Zan) 3. Bla t htung t tabel, maka Ho dtolak dan Ha dterma, berart masng-masng varabel bebas berpengaruh sgnfkan terhadap jumlah permntaan gula pasr mpor d Indonesa. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Areal Tebu dan Produktvtas Indonesa dengan luas daratan ,67 km, merupakan negara terbanyak penduduknya d Asa Tenggara dengan jumlah penduduk 19 juta jwa pada tahun 005/006, menyebabkan konsums gula cukup besar, hal n dapat d lhat dar tngkat konsums masyarakat yang semakn menngkat, saat n konsums gula pasr perkapta sektar 13,94 kg/kapta/tahun. Permntaan akan terus menngkat apabla banyak ndustr makanan dan mnuman yang memaka bahan baku gula pasr. Menurut Pol (199), bahwa dengan besarnya permntaan tanpa dmbang dengan penawaran yang sembang maka akan memcu naknya harga, d mana dalam hukum permntaan dan penawaran yatu apabla permntaan lebh besar dar pada penawaran maka harga akan menngkat, sebalknya apabla permntaan lebh kecl darpada penawaran maka harga akan turun. Sampa saat n sumbangan pabrk gula d Pulau Jawa pada produks gula nasonal mash d atas 65%, dan pengusahaan tanaman tebu hampr secara keseluruhan dhaslkan oleh perkebunan tebu rakyat. Perkembangan laju pertumbuhan areal tebu dar tahun 1986 hngga tahun 005 terlhat tdak begtu berkembang dengan bak, hal n juga menyebabkan produks tebu/gula berfluktuas. Pada tahun 1986 luas areal tebu tercatat sebesar 303,01 rbu ha yang merupakan angka terendah dalam kurun waktu 0 tahun terakhr, kemudan menngkat kembal pada tahun berkutnya sebesar 334,90 rbu ha. Pada tahun 1995 luas areal tebu sebesar 496,90 rbu ha sekalgus tercatat sebaga angka tertngg luas areal tebu d Indonesa. Permasalahan perluasan areal tebu d Indonesa yang hampr seluruhnya dkerjakan oleh petan tebu rakyat, sangat erat katannya dengan masalah pendapatan petan tebu yang dakbatkan antara lan oleh tngkat produktvtas produks dan kebjaksanaan pemerntah yang berkatan dengan nput sepert, penyedaan pupuk, peralatan pertanan, sarana transportas dan output usaha tan tebu sepert, pemberan modal usahatan, penyaluran kredt yang ddukung dengan bunga rendah, serta pemberan subsd dar pemerntah terhadap prasarana usaha tan tebu. Perubahan perkembangan luas areal tebu Indonesa lebbh lengkap pada Lampran 1. Selan tu, hasl rata-rata atau produktvtas bergantung pada konds alam dan cara bertan, dalam hal n dukungan klm dan cuaca serta pasokan nput atau sarana produks menjad penentu produktvtas. Produktvtas tebu Indonesa yang berada d daerah Jawa dan luar Jawa selama kurun waktu 0 tahun terakhr mengalam perubahan yang cukup berart, produktvtas rata-rata tebu Indonesa terendah pada ksaran 1,6 ton/ha untuk daerah Jawa dan 1,0 ton/ha untuk daerah d luar Jawa dan yang tertngg dengan hasl produktvtas sebesar 6,43 ton ha -1 untuk daerah Jawa dan 6,01 ton/ha untuk daerah d luar Jawa. Dengan melhat hasl n, bsa dkatakan bahwa peran ndustr gula d luar Jawa memberkan kontrbus yang cukup bak. Sehngga penngkatan produks gula domestk dapat dlakukan dengan memperluas areal perkebunan tebu d luar pulau Jawa dan mengurang konvers (alh guna) lahan perkebunan tebu dluar pulau Jawa. Menurut Irsan dalam Sawt (004), untuk hasl rendemen, tebu Indonesa mengandung sektar 6 %-8 % zat gula, sedangkan d Negara Thaland memlk hasl rendemen mencapa 10 %-11 % zat gula, dengan produks gula 9,30 juta ton, dan tngkat konsums 3 juta ton pada tahun 005/06. Lma tahun terakhr n Thaland mengekspor gula kepasar nternasonal termasuk Indonesa rata-rata berksar antara 4,3 juta-5,3 juta ton/tahun. Perkembangan Rata-Rata Harga Gula Domestk dan Impor Permntaan gula akan turun akbat tnggnya harga, tetap selera konsumen yang sudah terbasa mengkonsums makanan yang mans atau jens mnuman yang mengandung/memaka gula tdak akan begtu saja menurunkan jumlah konsums gula masyarakat secara drasts, hal n karena gula sangat dbutuhkan masyarakat dan termasuk dalam salah satu dar semblan bahan makanan pokok. Dan n juga akan berpengaruh terhadap seberapa besar reaks perubahan kuanttas yang akan dmnta akbat perubahan harga yang dukur dalam konsep elaststas.

4 EPP.Vol.5 No : Harga gula domestk mempunya kecenderungan untuk menngkat dar tahun ke tahun sedangkan harga gula mpor lebh murah karena konds ndustr pergulaan d negaranegara pengmpor gula lebh bak sehngga baya produks mereka tdak setngg d Indonesa. Harga gula pada tahun 1998 menngkat hampr dua kal lpat dar tahun sebelumnya atau mengalam kenakan 77,31%. Krss ekonom serta kegagalan panen akbat kemarau panjang mengakbatkan produks gula menurun dan terjad kelangkaan gula d pasaran. Perkembangan ratarata harga gula domestk dan mpor secara lengkap dapat dlhat pada Lampran. Perkembangan Volume Gula Impor, Konsums Gula, Konsums Perkapta Gula, dan Jumlah Penduduk d Indonesa Sebelum krss mult dmens tahun 1997, sebagan besar kegatan pembangunan dlaksanakan oleh pemerntah dengan proteks, fasltas dan nsentf yang tngg, yang ddukung dengan dana utang, pada sstem demkan pergulaan nasonal tersolas dar fluktuas (harga) duna (Ismoyowat, 003). Setelah krss, pemerntah harus melaksanakan pembangunan dengan fasltas yang sangat terbatas karena utang sudah terlalu besar dan sudah jatuh tempo, sehngga harus membayar utang, sedangkan pemerntah belum bsa melunas utang-utang tersebut. Untuk melunas utang-utang tersebut pemerntah memnta bantuan kepada IMF yang dananya berasal dar negara-negara donor. Akan tetap pemberan bantuan tersebut dserta pula oleh ketentuan dan syarat oleh IMF atas permntaan negara-negara donor, yatu pembukaan pntu mpor seluas-luasnya termasuk gula. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Letter Of Intern (LOI) yang menetapkan bea masuk mpor gula sebesar nol persen atau dengan kata lan pasar gula menjad lebh terbuka karena tdak adanya proteks dar pemerntah padahal sebelumnya bea masuk yang dkenakan bag gula mpor mula tahun sebesar Rp. /kg. Dampak dar ketentuan tu, volume gula mpor yang masuk ke Indonesa sangat besar sektar 1,5 juta ton, sehngga menekan poss gula domestk yang semakn terpuruk, sepanjang tahun harga gula jatuh menjad Rp.300/kg,, sebelumnya harga gula hanya Rp.1700/kg. Melhat konds yang sepert n, petan tebu melalu Asosas Petan Tebu Rakyat (APTR) memnta kebjaksanaan kepada pemerntah agar usahatan mereka tetap berjalan. Pemerntah kemudan melakukan langkah perbakan dan koreks terhadap berbaga kebjakan yang menyangkut pergulaan pada tahun 000, salah satunya kebjakan tentang penetapan kembal bea masuk sebesar 0% untuk raw sugar dan 5% untuk gula pasr. Tetap penetapan bea masuk tersebut drubah lag pada tahun 00 untuk penetapan tarf bea masuk yang lebh jelas, sehngga tngkat tarf n quota (sesua kuota) sebesar Rp 700/kg (gula pasr) dan Rp 550/kg raw sugar (gula mentah). D luar tu (out quota), pasar domestk tetap dbuka, tetap dengan penerapan tarf yang lebh tngg yatu Rp 1.500/kg. Serng dengan perbakan-perbakan harga tarf bea masuk, harga gula mula membak sepanjang tahun Pada tahun 1998 pemerntah menghapus peranan BULOG dalam menangan perdagangan gula, serta pencabutan tatanaga mpor gula dan beras oleh Menter Perndustran dan Perdagangan yang dberlakukan sejak 1 Januar tahun 000, sehngga perdagangan komodt gula d serahkan kepada mekansme pasar, artnya segala kegatan penngkatan usaha tan tebu serta produks gula dkelola oleh petan tebu dan ndustr gula tu sendr tanpa dawas oleh BULOG. Setelah tu, mpor gula dserahkan pemerntah kepada empat mporter terdaftar yatu, PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT Rajawal Nusantara Indonesa (RNI). Dengan dtunjuknya PTPN n maka, kewenangan pemerntah terhadap PTPN adalah untuk memperbak harga gula domestk melalu program Tebu Rakyat Intensfkas (TRI), dmana petan dan ndustr yang berada dbawah PTPN d pacu untuk menngkatkan produks dan produktvtas usaha mereka melalu bmbngan lapangan yang bak, penerapan teknolog modern, serta pengelolaan manajemen ndustr gula. Sehngga dengan perubahan-perubahan n dharapkan Indonesa tdak lag terlalu bergantung dengan gula mpor karena petan dan ndustrnya mendapat dukungan yang lebh bak dar pemerntah. Berdasarkan data BPS (006), jens pemans atau gula bag masyarakat Indonesa sangat beragam, mula dar gula pasr, gula aren, gula palem, dan gula halus, sedangkan jens gula yang palng banyak dkonsums adalah gula pasr sebesar 70 %. Berdasarkan hasl karya nasonal pangan dan gz nasonal (1993), dtetapkan patokan kecukupan kalor dan proten perkapta perhar d Indonesa masng-masng 150 kalor dan 46,0 gram proten perkapta perhar. Angka kecukupan kalor untuk gula saat n sektar 193-

5 d Indonesa (Achmad Zan) kalor atau 38 gram perkapta perhar, dengan tngkat ketersedaan gula 50 gram perkapta perhar, serta tngkat konsums tap tahun,5 %. Perkembangan volume gula mpor, konsums gula masyarakat, jumlah penduduk Indonesa dan konsums gula perkapta secara lengkap dapat dlhat pada Lampran 3. Pengaruh Perubahan Harga Gula Impor, Harga Gula Domestk dan Produks Gula Domestk Terhadap Jumlah Permntaan Gula Impor D Indonesa Saat n produks gula pasr duna semakn menngkat dan bsa dkatakan menngkat, hal n karena banyak negara yang pada awalnya merupakan negara pengmpor gula berubah menjad negara pengekspor gula duna. Sedangkan konds d luar neger tersebut berbandng terbalk dengan apa yang terjad d dalam Indonesa. Indonesa telah menjad negara mportr gula sejak tahun 1986 dan Indonesa mash mengmpor gula hngga kn. Permntaan akan gula mpor semakn menngkat bla dbandngkan tahun-tahun sebelumnya, d mana penngkatan tersebut dkarenakan tdak bertambahnya lag areal tebu, besarnya baya poduks dbandngkan harga jual yang menunjukan bahwa ndustr gula jka dlhat secara keseluruhan tdak efesen lag, kurangnya dukungan pemerntah dalam bentuk pnjaman serta kredt lunak kepada petan tebu dan ndustrnya, serta pola konsums masyarakat Indonesa yang sangat membutuhkan gula pasr, sehngga kta akan selalu mengmpor gula dar luar neger. Jka dlhat dar jumlah dan harganya, gula mpor lebh banyak dan murah, karena perkembangan ndustr gula pasr d berbaga negara pengekspor gula pasr semakn bak dan bahkan jauh lebh bak dbandngkan dengan ndustr gula pasr d Indonesa, akan tetap jumlah dan harga gula yang banyak dan murah tersebut dapat berubah sewaktu-waktu. Sehngga jalan yang lebh bak dalam mengatas kekurangan gula pasr n dengan memfokuskan perhatan pada penngkatan produks gula dan perluasan areal tebu nasonal. Peneltan n menggunakan persamaan regres lner berganda, d mana ada tga varabel yang danalss yatu: yatu harga gula mpor (X 1 ), harga gula domestk (X ), dan produks gula dalam neger (X 3 ). Dperoleh persamaan regres secara keseluruhan sebaga berkut : Yˆ = 1,350-,735 X 1 +5,660 X -0,981 X 3 Pengaruh harga gula pasr mpor (X 1 ), harga gula pasr domestk (X ), dan produks gula domestk (X 3 ) terhadap respon permntaan gula mpor (Y) secara rnc dapat dlhat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasl koefesen regres faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permntaan mpor gula pasr. Koefesen regres Varabel Bebas Konstanta Harga Gula Impor (X 1 ) Harga Gula Domestk (X ) Produks Gula Domestk (X 3 ) R = 0,968 R = 0,937 Koefesen 1,350 -,735 5,660-0,981 T htung,850 1,959 3,434 3,581 F htung = 80,160 F tabel ( = 0,05 ; 3 : 16) = 3,3 T tabel ( = 0,05 ; 16) =,1 Sumber : Perhtungan menggunakan SPSS 1.0 Koefesen korelas (R) antara varabel X (harga gula mpor, harga gula domestk, dan produks gula) terhadap Y (permntaan gula mpor) d Indonesa sebesar 0,97 artnya antara varabel X dan Y memlk hubungan yang sangat kuat. Koefesen determnasnya (R ) antara varabel X terhadap Y dtunjukan dengan nla koefesen determnas (R ) = 93,7%, artnya 93,7% varas atau nak turunnya varabel Y dsebabkan oleh varabel X 1, X, X 3, ssanya dsebabkan oleh faktor lan sepert jumlah penduduk dan faktor poltk yang mempengaruh kebjakan pemerntah dalam mengmpor gula ke Indonesa. Pada tabel sdk ragam dengan menggunakan uj F dperoleh F htung sebesar 80,160 > F tabel 0,05 = 3,3 sehngga Ho dtolak dan Ha dterma. In dapat dartkan bahwa harga gula mpor, harga gula domestk, dan produks gula domestk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permntaan gula mpor d Indonesa. Pengaruh varabel X 1 (harga gula mpor), X (harga gula domestk), X 3 (jumlah produks gula domestk), terhadap Y (permntaan gula pasr mpor) d Indonesa secara parsal djelaskan sebga berkut : a. Uj t untuk harga gula mpor (X 1 ) dperoleh t htung sebesar 1,959 sedangkan t tabel

6 EPP.Vol.5 No : ( = 0,05 ; 16) sebesar,1. Sehngga t htung <t tabel Ho dterma dan Ha dtolak, Hal n menyatakan bahwa varabel X 1 (harga gula mpor) tdak berpengaruh nyata terhadap permntaan gula mpor jka faktor lan danggap konstan. Hal n dsebabkan harga gula mpor tdak djadkan dasar bag pemerntah dalam menentukan jumlah gula mpor yang d butuhkan dalam memenuh kebutuhan gula pasr d Indonesa. Pemerntah melakukan mpor karena produks gula d dalam neger tdak mampu memenuh permntaan yang ada, serta harga gula domestk yang semakn menngkat. Sehngga mpor gula dpandang sebaga alternatf pemecahan masalah tersebut. b. Uj t untuk harga gula domestk (X ) dperoleh t htung sebesar 3,434 sedangkan t tabel ( = 0,05 ; 16) sebesar,1. Sehngga t htung >t tabel maka Ho dtolak dan Ha dterma. Hal n menyatakan bahwa varabel X (harga gula domestk) berpengaruh nyata terhadap permntaan gula mpor jka faktor lan danggap konstan. Pemerntah akan melakukan mpor gula jka harga gula domestk terlalu tngg, menngkatnya harga gula n dsebabkan baya produks yang dkeluarkan tdak sembang dengan harga gula domestk d pasaran, selan tu, jumlah produks gula yang dhaslkan tdak mampu mencukup kebutuhan nasonal. Maka pemerntah mengambl kebjakan mengmpor gula agar harga dan kebutuhan gula d Indonesa bsa tercukup. c. Uj t untuk produks gula domestk (X 3 ) dperoleh t htung sebesar 3,581 sedangkan t tabel ( = 0,05 ; 16) sebesar,1. Sehngga t htung >t tabel maka Ho dtolak dan Ha dterma. Hal n menyatakan bahwa varabel X 3 (jumlah produks gula domestk) berpengaruh nyata terhadap permntaan gula mpor jka faktor lan danggap konstan. Pemerntah mengambl keputusan untuk melakukan mpor gula jka produks gula domestk tdak dapat memenuh konsums gula nasonal yang setap tahunnya selalu menngkat. Koefesen regres atau nla elaststas pada harga gula mpor menghaslkan nla b 1 = -,735 menunjukan apabla harga gula mpor nak satu satuan unt maka jumlah permntaan gula mpor d Indonesa akan berkurang sebesar,735 unt dengan asums faktor lan danggap konstan. Hasl analss menunjukkan bahwa pemerntah dalam melakukan pembelan gula mpor berdasarkan harga gula domestk yang berlaku dan jumlah produks gula Indonesa. Permntaan gula mpor dlakukan oleh pemerntah yang melakukan mpor dengan melhat harga gula domestk dan produks gula d Indonesa. Pemerntah membel gula mpor karena harga gula domestk lebh mahal darpada harga gula mpor. Sehngga permntaan akan gula mpor menjad menngkat dan lambat laun poss gula domestk dapat dsubsttus oleh gula mpor. Substtus gula domestk kepada gula mpor terjad karena adanya perubahan harga gula domestk yang mengakbatkan perubahan pada jumlah permntaan gula mpor d Indonesa, d mana permntaan gula mpor tergantung pada harga yang sudah dtetapkan oleh negara asal atau eksportr. Adanya barang-barang substtus sangat berpengaruh terhadap skala permntaan bag pemerntah. Pemerntah akan cenderung memlh harga yang lebh murah untuk memenuh kebutuhan dalam negernya, dan jens gula yang lebh murah dsn adalah gula mpor. Permntaan akan gula mpor karena perubahan harga gula mpor yang terjad dapat d lhat dalam besaran elaststas harga. Konsep elaststas harga dgunakan untuk melhat derajat kepekaan perubahan jumlah gula mpor yang dmnta oleh pemerntah apabla harga gula mpor tersebut berubah. Konsep elaststas n sangat pentng bag pemerntah untuk mengetahu bagamana kemungknan permntaan akan gula mpor dalam merespons perubahan harga gula mpor. Informas n dperlukan untuk menganalss resko yang bsa terjad. Akan tetap varabel harga gula mpor n tdak berpengaruh secara nyata dan langsung terhadap permntaan gula mpor. Hal n dsebabkan harga gula mpor tdak djadkan dasar bag pemerntah dalam menentukan jumlah gula mpor yang d butuhkan dalam memenuh kebutuhan gula pasr d Indonesa. Pemerntah melakukan mpor karena produks gula d dalam neger tdak mampu memenuh permntaan yang ada, serta harga gula domestk yang semakn menngkat. Sehngga mpor gula dpandang sebaga alternatf pemecahan masalah tersebut. Koefesen regres atau nla elaststas pada harga gula domestk menghaslkan nla b = 5,660 menunjukan apabla harga gula domestk nak satu satuan unt maka jumlah permntaan gula mpor d Indonesa akan nak sebesar 5,660 unt dengan asums faktor lan danggap konstan

7 d Indonesa (Achmad Zan) 7 Berdasarkan hasl analss, harga gula pasr domestk mempengaruh pemerntah dalam menentukan permntaan gula mpor. Perubahan harga gula domestk yang terjad d pasar Indonesa merupakan salah satu faktor penentu bag pemerntah dalam mengambl keputusan dalam mengmpor gula. Jka harga gula domestk melonjak d pasar maka pemerntah harus mengmpor gula agar harga gula domestk kembal stabl. Akan tetap jka dlhat dalam jangka waktu yang panjang, keberadaan gula mpor berubah menjad penggant gula pasr yang ada d dalam neger jka harga gula pasr domestk semakn menngkat dan semakn rendahnya kapastas produks gula yang ada d Indonesa. Perubahan n terjad karena harga nomnal suatu barang menmbulkan pengaruh terhadap jumlah permntaan yang dlakukan pemerntah. Perubahan harga gula domestk yang lebh mahal n menyebabkan pemerntah beralh ke gula mpor yang lebh murah harganya dan jka dlhat dar jumlahnya mampu memenuh kebutuhan gula d Indonesa. Substtus gula domestk menjad gula mpor dapat dlhat dar besaran elaststas slangnya, karena elaststas slang adalah penggantan barang tertentu oleh barang lan yang dapat memberkan jasa sama, lebh bak, dan lebh murah. Harga gula domestk n merupakan salah satu varabel yang mempengaruh permntaan gula mpor d Indonesa. Pemerntah akan melakukan mpor gula jka harga gula domestk terlalu tngg, menngkatnya harga gula n dsebabkan baya produks yang dkeluarkan tdak sembang dengan harga gula domestk d pasaran, selan tu, jumlah produks gula yang dhaslkan tdak mampu mencukup kebutuhan nasonal. Maka pemerntah mengambl kebjakan mengmpor gula agar harga dan kebutuhan gula d Indonesa bsa tercukup. Tetap pemerntah harus mempertmbangkan jumlah atau volume yang d mnta d pasar domestk agar harga gula tersebut turun, karena jka mpor gula terlalu sedkt maka harga belum stabl dan jka terlalu besar akan mengakbatkan harga gula domestk menjad terlalu murah. Hal n akan menyebabkan ndustr gula merug karena rendahnya harga jual d bandng baya produks yang telah dkeluarkan. Oleh karena tu pemerntah harus melhat dar jumlah konsums masyarakat akan gula dan produks gula domestk sendr agar volume mpor yang dmnta tdak merugkan petan tebu dan ndustr gula d Indonesa. Koefesen regres atau nla elaststas pada tngkat produks gula menghaslkan nla b 3 = - 0,981 n berart bahwa setap kenakan tngkat produks gula sebesar satu satuan unt maka akan mengakbatkan penurunan jumlah permntaan gula mpor d Indonesa sebesar 9,81 unt dengan asums faktor lan danggap konstan. Dlhat dar ss sosal dan ekonomnya dalam masyarakat, komodt gula pasr n merupakan salah satu kebutuhan kebutuhan pokok masyarakat saat n. Sehngga semakn besar konsums gula, maka akan semakn besar pula koefesen elaststas permntaannya. Selan tu gula pasr dapat dolah manjad berbaga macam makanan dan mnuman, sehngga akan ada kecendrungan elaststas permntaan untuk barang tersebut tngg. Pada umumnya barang-barang kebutuhan pokok termasuk gula pasr n permntaannya bersfat nelastk terhadap perubahan harga. Artnya masyarakat akan tetap membel gula walau terjad perubahan harga. Artnya masyarakat akan tetap membutuhkan dan membelnya walau telah terjad perubahan harga. Dengan melhat jumlah penduduk dan tngkat konsums gula yang semakn menngkat maka pemerntah mengambl keputusan untuk melakukan mpor gula jka produks gula domestk tdak dapat memenuh konsums gula nasonal yang setap tahunnya selalu menngkat. Saat n dketahu konsums gula masyarakat ndonesa tap tahunnya selalu menngkat. Hal n dkarenakan mula banyaknya ndustr makanan dan mnuman yang berskala besar maupun kecl memerlukan bahan baku komodt gula pasr, selan tu perubahan pola konsums masyarakat Indonesa yang selalu tak lepas dar kebutuhan akan gula pasr. Saat n dketahu konsums masyarakat Indonesa akan gula pasr sektar 3 juta/thn, sedangkan produks gula nasonal basanya tap tahun memproduks gula sebesar 1,5- juta ton/thn, sehngga kekurangan dar produks gula domestk tersebut hanya bsa dpenuh dengan melakukan mpor gula. Impor gula jka dlhat dar satu ss bsa dkatakan membantu kekurangan stok gula nasonal dan mencegah melonjaknya harga gula d pasar domestk. Akan tetap d satu ss lannya dampak yang dtmbulkan dar kebjakan mengmpor gula n sangat drasakan oleh petan tebu, karena keuntungan yang ddapat oleh mereka sangat tdak sebandng dengan baya produks dalam usaha tan tebu. Akbatnya banyak petan tebu beralh memlh tanaman yang

8 EPP.Vol.5 No : memlk keuntungan yang besar dan memlk prospek yang bagus d masa mendatang. Berkurangnya petan tebu dan beralh fungsnya ladang tebu menjad ladang tanaman komodtas yang lan akan menyebabkan produks gula domestk akan menurun sehngga kta akan terus-menerus menjad negara pengmpor gula, akbatnya pasar gula domestk akan dpengaruh oleh konds pasar nternasonal. Konds n sangat tdak bak terutama dalam hal penggunaan devsa negara untuk melakukan mpor serta kemandran pangan Indonesa. Sehngga penngkatan produks gula d Indonesa merupakan jalan terbak dalam memenuh kebutuhan gula nasonal. Perluasan areal perkebunan tebu dluar pulau Jawa dan mengurang perubahan alh fungs lahan d pulau Jawa dapat menngkatkan produks gula dan melepaskan ketergantungan kta terhadap gula mpor. KESIMPULAN Berdasarkan hasl analss dar pembahasan dapat dtark kesmpulan bahwa hasl regres lnear berganda harga gula domestk, harga gula mpor, dan produks gula domestk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permntaan gula mpor d Indonesa. Namun secara parsal hanya varabel harga gula domestk dan produks gula d Indonesa yang berpengaruh secara sgnfkan terhadap permntaan gula mpor d Indonesa, sedangkan harga gula mpor tdak berpengaruh secara sgnfkan. Berdasarkan hasl analss yang telah dlakukan maka dapat dkemukakan saran-saran sebaga berkut: 1. Penngkatan produks gula domestk dapat dlakukan dengan memperluas areal perkebunan tebu d luar Pulau Jawa dan mengurang konvers (alh guna) lahan perkebunan tebu d Pulau Jawa.. Dperlukan kebjakan pembatasan mpor gula dan pengaturan jalur dstrbus gula mpor yang mampu melndung petan tebu dar kemerosotan harga tebu 3. Dperlukan pennjauan kembal deregulas kebjakan mpor gula mengena tarf bea masuk yang proporsonal. DAFTAR PUSTAKA Amang, B Kebjakan pemasaran gula d Indonesa. Dharma Karsa Utama, Jakarta. Amang, B Pengendalan pangan dan harga. Dharma Karsa Utama, Jakarta. Badan Urusan Logstk Perkembangan luas areal tebu, produktvtas, dan produks gula Indonesa. Badan Urusan Logstk Kalmantan Tmur. Samarnda. Badan Pusat Statstk Statstk Indonesa tahun Bro Pusat Statstk. Samarnda. Badan Pusat Statstk Hasl Wdya Karya Nasonal Pangan dan Gz Nasonal tahun [on lne] Avalabel at dan gz nasonal.htm. Churmen, I Menyelamatkan ndustr gula Indonesa. Mllenum Publsher. Jakarta. Departemen Pertanan Tabel pengembangan tanaman tebu d Indonesa [on lne] Avalabel at Hafsah.M.J. 00. Bsns gula d Indonesa. Pustaka Snar Harapan, Jakarta. Pambudy R Tebu dan gula mlk sapa. Dewan Gula Indonesa, Jakarta. Pol, C Pengantar lmu ekonom I. Grameda, Jakarta. Rahmawaty E, Hartato, dan Yustna Tebu, usaha buddaya, pemanfaatan hasl dan aspek pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Sawt, Husen, dkk Ekonom gula. Sekertarat Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta. Smanjuntak, P.J Pengantar ekonom sumber daya manusa. LPFE-UI. Jakarta. Sukrno, S Pengantar teor ekonom mkro. Rajawal Persada, Jakarta. Supranto, J Ekonometrka. LPFEUI, Jakarta.

9 d Indonesa (Achmad Zan) 9 Lampran 1. Perkembangan luas areal tebu, produktvtas dan produks tebu d daerah Jawa dan Luar Jawa tahun Tahun Luas Areal Produks Tebu Produktvtas (rbu ha) (rbu ton) (ton/ha) Jawa Luar Jawa Jawa Luar Jawa Jawa Luar Jawa 1,1 90,9 36,3 98,6 303,7 98,6 46,7 99, 75,4 99,8 69,3 10,3 99,4 10,3 8,0 104,4 313,5 104,7 388,7 108, 90,9 109,7 64,9 110,1 90,9 114,5 75,4 115,7 71,3 117, 75,0 118,9 50,7 14,5 1,0 18,3 4,0 19,1 7,5 130,5 361,5 11,4 356,9 118,9 373,8 14,6 399,4 133,1 49,9 143,3 474,9 158,3 50,8 3, 546,7 197,3 574,4 46,3 610, 61,5 10, 438,1 1047,6 449,0 97,5 53,6 970,5 5,6 1157,1 63,0 1185,9 638,6 135,6 665,4 194,5 697,1 1440,7 775,8 1400,3 754,1 Jumlah 5409,7 07, ,4 7815, 70,08 60,11 Rata-rata 70,5 110,4 818,7 390,7 3,51 3,01 Sumber : Bulog dan Dsbun ( 006) 1,71 1,33 1,51 1,0 1,6 1,3 1,61 1,34 1,56 1,43 1,76 1,54,13 1,73 1,93 1,88,35 1,83,41 1,57 3,99 3,5 4,08 3,95 4,57 3,34 4,51 3,5 5,31 4,6 5,37 4,31 5,34 4,9 6,10 5,43 6,43 6,01 6,15 5,70 Lampran. Perkembangan rata-rata harga gula pasr mpor dan domestk d Indonesa setelah d konvers dalam mata uang rupah perode Tahun Harga border Bea Masuk Harga jual Harga jual gula mpor gula domestk (Rp/kg - )a h (Rp/kg - ) (Rp/kg) (Rp /kg - ) Lampran 3. Perkembangan volume mpor, konsums gula, jumlah penduduk Indonesa dan konsums gula perkapta tahun Tahun Impor Gula (ton/ha) Produks Gula (ton/ha) Konsums Gula (ton/tahun) Jumlah Penduduk (jwa) Konsums per kapta (kg/kapta/ tahun 1,48,43,73 3,3 3,31 4,06 4,30 4,81 4,9 5,69 5,94 7,45 9,88 11,3 11,9 1,6 1,3 1,14 1,91 13,94 Sumber: Dnas Pertanan Tanaman Pangan dan Badan Pusat Staststk (006) Lampran 4. Jumlah rata-rata permntaan gula mpor (Y), harga gula pasr mpor (X 1 ), harga gula domestk (X ), dan produks gula d Indonesa (X 3 ). Permntaan Gula Pasr Impor d Indonesa (kg/tahun) Y Harga Gula Impor (Rp/kg - ) X1 Harga Gula Domestk (Rp /kg - ) X Produks Gula d Indonesa (kg/ tahun - ) ,8 78, ,01 86, X ,8 35,01 433,97 55,7 650,3 788,04 830,63 880,1 90,9 998,8 107, ,87.978,06.681,6.4,06.990,94.913, , , , ,5 747, ,8 78,01 863,97 98, ,0 1.18, , , ,9 1.48, , ,87.978,06.681,6 3.07, , , , , ,6 Sumber: Badan Urusan Logstk (006) ,93 97, , , , , , , , , , ,9.76, ,8 4.18,8 3.79, , , , ,97 97, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,6.76, , , , , , , , , , , ,6 5.98,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp.

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp. SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : 39 50 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Ncotana sp.) DI INDONESIA SILVANA MAULIDAH 1, TJONG AGUNG SURYAWIJAYA 2 1 Staf Pengajar d Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 34-43 ANALISIS TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DARI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) Ke PETANI SWADAYA DI KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEK KABUPATEN KUBU RAYA SUSILAWATI 1), SUGENG YUDIONO 2), ADI SUYATNO

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci