HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu Sampel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu Sampel"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi alih jenis Institut Pertanian Bogor, dengan kriteria sampel yang memenuhi syarat inklusi yaitu: (1) IMT tidak lebih dari 25 kg/m 2, (2) Memiliki rentang umur tahun, (3) Belum pernah mendapatkan intervensi suplementasi serupa dalam waktu yang berdekatan, serta (4) Bersedia mengisi informed concent dan berpartisipasi dalam penelitian. Syarat eksklusi terdiri dari (1) Hamil atau menyusui, (2) Merokok, (3) Menderita suatu penyakit yang mengharuskannya cek rutin, serta (4) Pindah atau berada di luar lokasi dalam jangka waktu lama, sehingga tidak dapat mengikuti perlakuan. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berpartisipasi dengan baik, sehingga tidak ada sampel yang harus di drop out. Karakteristik sampel yang diamati pada penelitian ini meliputi variabel umur, program studi, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), dan riwayat penyakit. Penentuan sampel perempuan muda sehat dalam penelitian ini, didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lyle et al (1998) bahwa penggunaan suplemen makanan lebih banyak ditemui pada populasi perempuan dari pada laki-laki. Kondisi serupa juga didukung oleh penelitian Greger (2001) bahwa perempuan lebih sering mengonsumsi suplemen, terutama multivitamin, vitamin C dan vitamin E dibandingkan laki-laki. Pada penelitian ini, sampel berasal dari 3 program studi alih jenis yang berbeda yang berada di Institut Pertanian Bogor yaitu program studi Gizi Masyarakat, Agribisnis dan Manajemen, namun sampel terbanyak untuk masingmasing kelompok perlakuan berasal dari program studi Gizi Masyarakat dengan persentase berkisar antara 66,7%-83,3%, sedangkan persentase terendah adalah 16,7% berasal dari program studi Agribisnis dan Manajemen tersebar pada semua kelompok perlakuan. Secara keseluruhan, variabel karakteristik dari sampel penelitian tersaji dalam Tabel 3. 33

2 Tabel 3 Sebaran karakteristik individu sampel pada tiap kelompok perlakuan Karakteristik Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Total n % n % n % n % N % Departemen - Gizi Masyarakat 4 66,7 4 66,6 5 83,3 5 83, ,0 - Agribisnis ,7 1 16,7 1 16,7 3 12,5 - Manajemen 2 33,3 1 16, ,5 Umur - > , ,7 2 8, ,3 4 66,7 5 83,3 4 66, ,5 - < ,0 2 33,3 1 16,7 1 16,7 7 29,2 Rata-rata 23±1,26 23±0,82 23±1,03 23±0,89 23±0,96 Status Gizi - Kurus tk berat , ,2 - Kurus tk ringan 1 16, ,7 5 20,8 - Normal 5 83, ,0 5 83,3 2 33, ,0 - Gemuk tk ringan Gemuk tk berat Rata-rata 20,1±1,0 20,8±1,3 20,6±2,4 19,2±2,1 20,2±1,82 Riwayat Penyakit - Maag 3 50,0 3 50,0 4 66,6 3 50, ,2 - Typus 1 16, ,7 3 50,0 5 20,8 - Asma 1 16,7 1 16,7 1 16, ,5 - Tidak menderita 1 16,7 2 33, ,5 sakit Sampel yang berpartisipasi pada penelitian ini memiliki umur rata-rata 23 ± 0,94 tahun, dengan persentase terbesar (83,3%) pada kelompok umur tahun dan persentase terkecil (16,7%) pada rentang umur >24 tahun untuk kelompok perlakuan kontrol dan multivitamin. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) umur sampel antar kelompok perlakuan. Kemiripan umur menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan untuk menjaga validitas internal dari penelitian ini, diharapkan bahwa pada rentang yang tidak terlalu jauh memiliki kemiripan dalam sistem atau proses metabolisme secara umum walaupun tidak menutup kemungkinan variasi setiap individu tetap ada. Rata-rata berat badan sampel adalah 48,7 ± 5,71 kg. Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) berat badan sampel antar kelompok perlakuan. Rata-rata secara keseluruhan tinggi badan sampel adalah 155,21 ± 3,76 cm, hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara tinggi badan sampel antar kelompok perlakuan.

3 Rata-rata IMT sampel tiap kelompok perlakuan berada pada kategori normal (>18,5-25,0) dengan kisaran persentase (33,3-100%). Persentase terendah pada rentang kategori (<17,0) dan (17,0-18,5) yaitu sebesar 16,7%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) indeks massa tubuh sampel antar kelompok perlakuan. Penelitian Lee et al (2002) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara Indeks Massa tubuh dengan konsumsi suplemen zat gizi. Penelitian lain menyebutkan bahwa pengguna suplemen makanan adalah mereka yang underweight (Messerer 2001). Menurut White et al (2004) semakin rendah IMT seseorang maka semakin tinggi kecenderungan orang untuk mengonsumsi suplemen makanan. Sampel pada umumnya memiliki riwayat penyakit maag, typus, asma dan hepatitis. Secara keseluruhan rata-rata sampel tiap kelompok perlakuan memiliki riwayat penyakit maag dengan persentase 54,2%. Ini diduga dikarenakan pola makan mahasiswa yang tidak menentu, selain itu mahasiswa kurang memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya. Hal ini juga diperkirakan yang menyebabkan penyakit selanjutnya yang banyak diderita mahasiswa setelah penyakit maag yaitu tipus. Rata-rata sampel yang menderita penyakit tipus secara keseluruhan kelompok perlakuan adalah 20,8%. Konsumsi, Frekuensi, Asupan dan Tingkat Kecukupan Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah (berat) pangan yang dikonsumsi sampel rata-rata perorang perhari (gram/orang/hari), dapat dilihat pada Tabel 4. Beras merupakan pangan sumber energi utama bagi sampel setiap kelompok perlakuan dengan jumlah rata-rata konsumsi perorang perhari adalah 181,8 gram. Bahan pangan sumber protein hewani yang dikonsumsi sampel, cukup beragam terdiri dari daging sapi, daging ayam, telur, ikan kembung, ikan asin, udang, lele, bakso dan susu. Sumber pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi sampel tiap kelompok perlakuan adalah daging ayam, telur dan ikan kembung, dengan rata-rata konsumsi perorang perhari secara berurutan yaitu 26,8 g, 29,0 g dan 16,3 g.

4 Tabel 4 Rata-rata konsumsi pangan sampel per orang per hari (g/orang/hari) Kelompok Pangan Jumlah Konsumsi Pangan (g/orang/hari) Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata I. Sumber Energi Beras 174,5 194,7 168,5 189,3 181,8 Mie Instan 20,0 15,0 28,3 39,0 25,6 Roti 17,5 7,8 14,3 9,0 12,2 Jagung 7,5 1,8 3,8 1,2 3,6 Kentang 6,7 13,3 9,5 2,5 8,00 Singkong 2, ,7 0,9 Ubi 3,0 0 2,3 5,0 2,6 II. Sumber Hewani Daging Sapi 8,2 10,7 7,3 4,5 7,7 Daging Ayam 32,3 23,8 27,5 23,5 26,8 Telur 28,5 29,2 27,2 31,2 29,0 Ikan kembung 20,0 13,2 14,8 16,5 16,3 IKan Asin 1,8 3,8 3,33 0,17 2,6 Udang 0,67 4,3 0,7 0,5 1,5 Lele 1,8 14,0 5,8 8,3 7,5 Bakso 5,7 8,0 7,7 5,7 6,8 Susu 12,0 17,5 2,3 14,8 11,7 III. Sumber Nabati Tahu 21,0 27,0 20,0 7,5 18,9 Tempe 21,7 14,3 16,7 15,3 17,0 IV. Sayur-sayuran Bayam 4,8 16,5 2,3 3,0 6,7 Kangkung 13,5 4,7 2,2 8,3 7,2 Buncis 2,8 2,7 2,7 0 2,04 Daun singkong 6,7 0 3,0 4 3,4 Tomat 0,83 1,2 2,17 0,2 1,1 Wortel 12,2 10,3 13,5 6,7 10,7 V. Buah Jeruk 27,8 13,3 11,3 2,3 13,7 Mangga 4,7 7,8 0,33 4,7 4,4 Jambu biji 5,3 1,83 5,0 4,2 4,1 Apel 0,2 0 7,2 0 1,8 Pepaya 0 5,3 7,2 9,5 5,5 Nenas 0 9,8 9 4,7 5,9 Pisang 11,3 8,7 17,5 10,0 11,9 IV Serba-serbi Gula pasir 7,8 6,2 5 7,7 5,9 MInyak Goreng 19,8 18,0 18,2 17,3 6,7 Tahu dan tempe merupakan pangan sumber protein nabati yang cukup disukai dan paling banyak dikonsumsi sampel dengan jumlah rata-rata konsumsi perorang perhari dari semua perlakuan adalah 18,9 g dan 17,0 g. Protein nabati seperti tahu dan tempe pada umumnya berasal dari gorengan yang dibeli oleh sampel. Sehingga konsumsi protein nabati tinggi diikuti dengan konsumsi minyak yang juga tinggi. Konsumsi sayuran sampel secara keseluruhan sangat bervariasi. Sayursayuran dan buah-buahan merupakan bahan pangan yang banyak mengandung

5 vitamin dan mineral. Sayuran yang paling banyak disukai dan banyak dikonsumsi oleh sampel dari tiap kelompok perlakuan adalah wortel, kangkung dan bayam dengan rata-rata konsumsi perorang perhari secara berurutan adalah 10,7 g, 7,2 g dan 6,7 g. Buah-buahan yang dikonsumsi sampel juga bervariasi seperti jeruk, mangga, jambu biji, apel, pepaya, nenas dan pisang. Buah yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah pisang dan jeruk dengan rata-rata secara keseluruhan konsumsi perorang perhari secara berurutan adalah 11,9 g dan 13,7 g. Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Antioksidan Frekuensi konsumsi pangan dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan pangan atau makanan, selama periode tertentu, dalam penelitian ini adalah satu minggu. Frekuensi konsumsi pangan merupakan aspek penting dari kebiasaan konsumsi pangan yang secara kualitatif dapat memberikan gambaran tentang pola konsumsi bahan pangan. Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng, Tembaga secara lengkap tersaji pada Tabel 5. Frekuensi sampel mengonsumsi sumber vitamin dan mineral terutama vitamin C, vitamin E, seng dan tembaga. Secara keseluruhan pangan sumber vitamin C sampel yang paling sering dikonsumsi yaitu pisang, jeruk dan nenas, dengan frekuensi secara berurutan 2-3 kali, 1-2 kali dan 1-3 kali per minggu. Frekuensi konsumsi sumber vitamin E sampel yang sering dikonsumsi berasal dari bahan pangan daging ayam, susu dan telur dengan frekuensi masingmasing 3-5 kali, 2-5 kali, dan 3-4 kali per minggu. Frekuensi konsumsi pangan sumber seng yang sering dikonsumsi sampel adalah berasal dari bahan pangan ikan dan susu dengan frekuensi secara berurutan adalah 4-5 kali dan 2-5 kali per minggu. Sedangkan pangan sumber tembaga yang paling sering dikonsumsi adalah udang dengan frekuensi 0-2 kali per minggu. Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05) frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng dan tembaga sampel antar tiap kelompok perlakuan.

6 Tabel 5 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, seng, dan tembaga antar kelompok perlakuan Kelompok Pangan Frekuensi (kali/minggu) Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin I. Sumber Vitamin C Jeruk 1,7 2,7 1,7 1,2 Pepaya 0,8 1,5 2 2,3 Nenas 1 2 2,2 1,3 Pisang raja 2,2 2 2,8 2,3 Jambu biji 1,2 1,8 1 1 Mangga 0,5 0 0,5 0 Bayam 1,2 2 0,8 0,5 II. Sumber Vitamin E Ayam 5 4,3 3 4,5 Susu ,7 Mentega 2,8 2,7 2,8 2,3 Telur 3,7 4 3,2 4,2 Kacang-kacangan 4,2 4,7 4,5 2,2 Selada 2,3 1,5 2,5 2,2 III. Sumber Seng Tiram 1,3 0 0,3 0 Kepiting Udang 2,2 1,7 0,2 0,3 Jamur 0,8 0 0,3 0,5 Bayam 1,2 2 0,8 0,5 Daging 1,5 1,5 1,7 1,2 Ikan 4,5 4,8 4,2 5 Susu ,7 IV. Sumber Tembaga Hati 0,3 0,5 0,3 0,8 Udang 2,2 1,7 0,2 0,3 Asupan Energi dan Zat Gizi Besarnya porsi pangan sampel berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) dikonversi ke dalam gram. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dari berbagai jenis dan kelompok pangan diketahui menggunakan nutri survey, sehingga dapat melihat rata-rata asupan masing-masing sampel antar tiap kelompok perlakuan. Secara keseluruhan rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak sampel pada tiap kelompok perlakuan hampir sama, yaitu berkisar antara kkal, 213,3-254,9 gram, 48,1-56,9 gram, dan 40,1-45,8 gram. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) konsumsi Energi, karbohidrat, protein dan lemak sampel tiap kelompok perlakuan. Konsumsi vitamin dan mineral sampel tiap kelompok perlakuan juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05).

7 Tabel 6 Asupan rata-rata energi dan zat gizi kelompok perlakuan berdasarkan record 7x 24 jam Zat Gizi Kelompok Perlakuan Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Energi (kkal) Karbohidrat (g) 228,2 254,9 213,3 232,2 Protein (g) 51,6 56,9 48,1 48,2 Lemak (g) 45,8 43,6 40,1 42,7 Vitamin A (RE) 1644, ,1 1356,2 Vitamin B (mg) 3,0 2,9 2,0 2,2 Vitamin C (mg) 49,7 45,1 39,4 31,9 Vitamin E (mg) 3,6 3,6 3,1 3,5 Ca (mg) 307,8 272,6 194,5 284,4 Seng (mg) 5,8 6,5 5,3 5,5 Tembaga (mg) 0,8 1,8 0,7 0,7 Asupan Vitamin dan Mineral Sampel dari Makanan dan Intervensi Seseorang tidak akan memperoleh cukup vitamin hanya dari makanan yang dikonsumsi. Agar dapat bertindak sebagai antioksidan, seseorang harus mengonsumsi vitamin E lebih dari AKG, umumnya sekitar 100 mg/hari (Muchtadi 2009). Sedangkan untuk vitamin C seseorang harus mengonsumsi melebihi AKG sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Rata-rata asupan vitamin dan mineral sampel tiap kelompok perlakuan yang berasal dari makanan dan intervensi tersaji pada Tabel 7. Tabel 7 Asupan rata-rata vitamin dan mineral kelompok perlakuan berdasarkan record 7x 24 jam dari makanan dan suplemen zat gizi Kelompok Perlakuan Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Vitamin C (mg) Makanan 49,7 45,1 39,4 31,9 Suplemen - 500,0-500,0 Total 49,7 545,1 39,4 531,9 Vitamin E (mg) Makanan 3,6 3,6 3,1 3,5 Suplemen ,0 30,0 Total 3,6 3,6 136,1 33,5 Seng (mg) Makanan 5,25 6,5 5,5 5,8 Suplemen ,0 Total 5,25 6,5 5,5 20,8 Tembaga (mg) Makanan 0,7 1,8 0,7 0,8 Suplemen ,5 Total 0,7 1,8 0,7 2,3

8 Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa konsumsi vitamin dan mineral dari tiap kelompok perlakuan kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan yaitu vitamin C 75 mg/hari, vitamin E 15 mg/hari, Seng 9,3 mg/hari. Pada kelompok kontrol sumber vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga hanya berasal dari makanan. Sedangkan pada kelompok vitamin C mendapatkan tambahan vitamin C dari intervensi sebesar 500 mg/hari sehingga rata-rata konsumsi vitamin C /orang/hari adalah 545 mg, namun untuk vitamin E, seng dan Tembaga pada kelompok ini masih kurang karena tidak mendapatkan tambahan asupan dari intervensi. Pada kelompok vitamin E mendapatkan tambahan vitamin E dari intervensi sebesar 133 mg/hari atau setara dengan 200 IU sehingga rata-rata konsumsi vitamin E /orang/hari adalah 136 mg, namun untuk vitamin C, seng dan Tembaga pada kelompok ini masih kurang karena tidak mendapatkan tambahan asupan dari intervensi. Pada kelompok multivitamin-mineral mendapatkan tambahan vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga dari intervensi sebesar 500 mg/ hari untuk vitamin C, 30 mg/ hari untuk vitamin E, 15 mg/hari untuk seng dan 1,5 mg/hari untuk Tembaga. Sehingga rata-rata konsumsi vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga /orang/hari secara berurutan adalah 532 mg, 33,5 mg, 20,8 mg dan 2,3 mg. Untuk mengonsumsi vitamin E dan vitamin C hingga mencapai nilai yang melebihi AKG dapat diperoleh dengan mengonsumsi suplemen vitamin E dan vitamin C dengan dosis tertentu di samping sumber yang berasal dari makanan. Tingkat Kecukupan Angka kecukupan vitamin C, vitamin E, seng, dan tembaga pada kelompok umur dengan jenis kelamin perempuan secara berurutan adalah 75 mg, 15 mg, 9,3 mg (WNKPG 2004). Berdasarkan AKG dapat diketahui tingkat kecukupan konsumsi sampel antar tiap kelompok perlakuan. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 8. Tingkat kecukupan energi sampel tiap kelompok perlakuan tersebar pada kategori defisit, kurang dan sedang dengan persentase masing-masing 29,2%, 29,2% dan 25%. Sedangkan tingkat kecukupan energi sampel yang baik pada kelompok intervensi vitamin C yaitu 50%. Rendahnya tingkat kecukupan sampel dikarenakan kurangnya frekuensi dan jumlah pangan sumber energi yang dikonsumsi. Ini terlihat pada rata-rata konsumsi sumber energi sampel perorang perhari pada Tabel 8.

9 Tingkat kecukupan protein sebagian besar sampel sebagian besar berada pada kategori baik yaitu dengan persentase 54,1%. Tingkat kecukupan protein sampel baik pada kelompok intervensi vitamin C yaitu 66,7%. Hal ini dikarenakan konsumsi protein hewani sampel cukup bervariasi baik jumlah dan frekuensi. Tingkat kecukupan vitamin C, vitamin E, seng dan sampel tiap kelompok perlakuan masih sangat kurang, yaitu dengan persentase secara berurutan adalah 83%, 100% dan 87,5%. Berdeda dengan vitamin A yang secara keseluruhan sampel memiliki tingkat kecukupan yang baik yaitu dengan persentase 100%. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng dan Tembaga yang masih sangat rendah. Terutama pada konsumsi sayuran dan buah. Sedangkan bahan pangan yang banyak menyumbang vitamin A adalah wortel, telur, mangga dan minyak. Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang berasal dari makanan pada tiap kelompok perlakuan Kategori Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata n % n % n % n % n % Energi Defisit 2 33,3 1 16,7 2 33,3 2 33,3 7 29,2 Kurang 2 33,3 2 33,3 2 33,3 1 16,7 7 29,2 Sedang 1 16, ,3 3 50,0 6 25,0 Baik 1 16,7 3 50, ,6 Protein Defisit ,7 1 4,2 Kurang 1 16,7 1 16,7 1 16, ,5 Sedang 2 33,3 1 16,7 2 33,3 2 33,3 7 29,2 Baik 3 50,0 4 66,6 3 50,0 3 50, ,1 Vitamin C Kurang 4 66,7 4 66, , , ,3 Cukup 2 33,3 2 33, ,7 Vitamin E Kurang 6 100, , , , ,0 Cukup Vitamin A Kurang Cukup 6 100, , , , ,0 Total 6 100, , , , ,0 Seng Kurang 5 83,3 4 66, , , ,5 Cukup 1 16,7 2 33, ,5

10 Berikut adalah tingkat kecukupan vitamin C, vitamin E, Seng, dan Tembaga sampel pada tiap kelompok perlakuan dengan konsumsi dari makanan dan intervensi. Tingkat kecukupan vitamin C sampel pada kelompok yang tidak mendapatkan intervensi vitamin C yaitu kelompok kontrol dan vitamin E berada pada tingkat kecukupan yang kurang dengan persentase secara berurutan 66,7% dan 100%. Sedangkan kelompok yang mendapatkan intervensi vitamin C, tingkat kecukupan sampel menjadi baik yaitu 100%. Berbeda dengan kelompok vitamin C dan kontrol, tingkat kecukupan vitamin E pada kelompok intervensi vitamin E dan multivitamin berada pada kategori baik yaitu dengan persentase 100%. dikarenakan multivitamin memberikan sumbangan untuk menambah vitamin C, E, Seng dan Tembaga. Sedangkan tingkat kecukupan sampel pada kelompok vitamin C dan kontrol sangat kurang dengan persentase 100%. Begitu juga dengan Seng dan Tembaga, pada kelompok multivitamin Seng dan Tembaga berada pada kategori baik dengan persenatse 100%. Sedangkan untuk tiga kelompok lainnya berada pada kategori kurang. Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas seperti penyakit degeneratif, kanker. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif karena penuaan. Oleh sebab itu, kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur (Winarsi 2011). Defisiensi antioksidan berupa vitamin C, vitamin E, Seng, Se, dan Tembaga dalam derajat ringan ataupu berat, sangat berpengaruh terhadap kadar radikal bebas dalam tubuh (Meydani et al 1995). Kerusakan oksidatif terjadi sebagai akibat dari rendahnya antioksidan dalam tubuh sehingga tidak dapat mmengimbangi reaktivitas senyawa oksidan.

11 Tabel 9 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral tiap kelompok perlakuan yang berasal dari makanan dan suplemen Tingkat kecukupan konsumsi dari makanan dan suplemen Kategori Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata n % n % n % n % n % Vitamin C Kurang 4 66, , ,7 Cukup 2 33, , , ,3 Vitamin E Kurang 6 100, , ,0 Cukup , , ,0 Seng Kurang 5 83,3 4 66, , ,5 Cukup 1 16,7 2 33, ,0 9 37,5 Kadar Malondiandehid (MDA) Plasma Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap kadar radikal bebas dalam plasma manusia dengan melihat kadar malondialdehid (MDA), sebelum dan setelah intervensi suplemen antioksidan (vitamin C, vitamin E, multivitamin) serta membandingkan dengan kontrol dan antar kelompok perlakuan, untuk melihat suplemen yang paling efektif terhadap penurunan kadar radikal bebas, dengan lama intervensi 1 minggu (7 hari). Sebelum diberi perlakuan, darah setiap sampel diambil untuk selanjutnya dianalisis kadar MDA plasma untuk menggambarkan kondisi awal kadar MDA plasma (Gambar 8).

12 Kadar MDA Plasma Sebelum Intervensi Kadar MDA plasma (nmol/ml) 27,00 26,00 25,00 24,00 23,00 22,00 21,00 20, a) a) a) a) Keterangan : Super script yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda signifikan pada taraf uji (p>0,05). Gambar 8 Grafik kadar MDA plasma sampel sebelum intervensi Kondisi awal kadar MDA plasma sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol cukup homogen karena secara statistik tidak berbeda signifikan (p>0,05) (Lampiran 8). Kelompok Hasil penelitian menunjukkan setelah 7 hari intervensi suplemen antioksidan, rata-rata kadar Malondialdehid (MDA) plasma kelompok vitamin E, vitamin C, dan multivitamin, nampak turun jika dibandingkan dengan kadar MDA plasma pada kondisi awal penelitian, sedangkan kadar MDA plasma pada kelompok kontrol terlihat naik pada akhir penelitian jika dibandingkan dengan kadar MDA plasma kelompok kontrol di awal penelitian (Gambar 9)

13 Kadar MDA plasma (nmol/ml) Kadar MDA Plasma Setelah Intervensi a) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, b) 11.33b) 12.58b) Kelompok Keterangan : Super script yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda signifikan pada taraf uji (p>0,05). Gambar 9 Grafik kadar MDA plasma setelah intervensi Pada Gambar 9 menjelaskan bahwa mengonsumsi suplemen antioksidan vitamin E (dosis 8 kali AKG) mampu menurunkan kadar MDA plasma dari 25,25 nmol/ml menjadi 11,33 nmol/ml. Pada kelompok yang diberikan vitamin C (dosis 8 kali AKG), rata-rata kadar MDA juga menurun dari 26,50 nmol/ml menjadi 14,42 nmol/ml, demikian pula dengan kelompok diberikan suplemen multivitamin, rata-rata kadar MDA plasma juga menurun dari 22,75 nmol/ml menjadi 12,08 nmol/ml. Sebaliknya, rata-rata kadar MDA plasma kelompok kontrol meningkat dari 23,00 nmol/ml menjadi 24,08 nmol/ml. Berdasarkan uji T diketahui kelompok perlakuan vitamin C, vitamin E dan multivitamin berbeda secara signifikan (p<0,05) kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi. Berbeda untuk kelompok kontrol tidak terdapat perdedaan yang signifikan (p>0,05) kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi. Penurunan terendah terjadi pada kelompok multivitamin-mineral. Hal ini diduga karena pada kelompok ini, hampir keseluruhan sampel berada pada status gizi kurus tingkat ringan dengan konsumsi pangan sumber antioksidan yang kurang, sehingga diduga asupan vitamin dan mineral yang terkandung dalam suplemen multivitamin-mineral digunakan tubuh untuk melengkapi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral.

14 Penurunan kadar MDA plasma pada sampel yang diberi intervensi vitamin C, vitamin E, dan multivitamin, diduga karena efek konsumsi vitamin c, vitamin E dan multivitamin-mineral selama 7 hari. Menurut Bellivelle-Nebet (1996) dan Lunec (1990) bahwa tinggi rendahnya kadar MDA plasma sangat tergantung pada status antioksidan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena radikal bebas akan dinetralkan menjadi produk yang lebih stabil. Penurunan kadar MDA plasma sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan Dewi et al (2009) pada sampel remaja yang mengalami obesitas yang diberikan susu kedelai selama 30 hari menunjukkan bahwa pada awal perlakuan, konsentrasi MDA plasma tidak berbeda signifikan pada semua kelompok, sedangkan pada akhir perlakuan konsentrasi plasma mengalami penurunan dari kadar MDA awal yang berbeda secara sangat signifikan. Penurunan kadar MDA plasma menunjukkan adanya penghambatan oleh zat antioksidan. Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA plasma (Zakaria et al 2000). Berdasarkan uji ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) perubahan penurunan kadar MDA plasma antar kelompok perlakuan. Uji lanjutan Duncan dan uji Least Significant Different (LSD) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara rata-rata penurunan kadar MDA plasma pada kelompok vitamin C, vitamin E dan multivitamin (Tabel 10), tetapi terdapat perbedaan yang sigifikan (p<0,05) antara kontrol dengan kelompok intervensi vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral. Jadi dapat disimpulkan, ketiga suplemen antioksidan ini memiliki keefektivitasan yang hampir sama. Tabel 10 Kadar MDA plasma sampel menurut kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi Kontrol (nmol/l) Vitamin C (nmol/l) Vitamin E (nmol/l) Multivitamin (nmol/l) Rata-rata (nmol/l) Sebelum 23,0±5,93 a) 26,5±8,53 a) 25,3±6,51 a) 22,8±5,44 a) 26,5±8,53 Setelah 24,1±6,79 b) 14,4±3,51 a) 11,3±2,86 a) 12,6±2,01 a) 15,6±6,45 Selisih 1,08±2,73 b) -12,08±9,47 a) -13,9±6,48 a) -10,2±4,24 a) -8,77±8,35 (sebelum dan setelah) Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antar kelompok perlakuan Peningkatan kadar MDA plasma pada kontrol terjadi karena kurangnya kadar antioksidan di dalam tubuhnya, di samping itu juga disebabkan karena konsumsi sampel yang tidak baik, dan konsumsi vitamin dan mineral dari makanan juga kurang (< 77% AKG). Menurut Winarsi (2002) bahwa konsumsi

15 antioksidan dari makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan antioksidan. Sehingga kurang mampu mencegah proses peroksidasi lipid dibandingkan kelompok yang mendapatkan intervensi suplemen antioksidan. Winarsi et al (2005) menemukan bahwa dalam tubuh wanita premonopause banyak terbentuk radikal bebas. Ini diketahui melaui kadar MDA plasma. Tingginya produk MDA ini merupakan bukti rendahnya status antioksidan tubuh sehingga tidak dapat mencegah reaktivitas senyawa radikal bebas. Di sisi lain, tingginya kadar MDA plasma membuktikan kerentanan komponen membran sel terhadap reaksi oksidasi (Wijaya 1996). Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dapat menurunkan kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas seperti penyakit degeneratif, kanker. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degenerative karena penuaan. Oleh sebab itu, kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur (winarsi 2011). Hasil penelitian ini, mengindikasikan bahwa untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar MDA plasma yang bersifat toksik di dalam tubuh dapat dicegah dengan mengonsumsi salah satu suplemen antioksidan seperti vitamin E dosis 200 IU (setara dengan 133 mg), vitamin C dosis 500 mg dan multivitaminmineral, karena ketiganya memberikan pengaruh yang hampir sama. Dalam tubuh terdapat senyawa yang disebut antioksidan yang dapat berperan aktif dalam menanggulangi masalah kelebihan radikal bebas apabila pola hidup dan pola makan benar. Di dalam tubuh terdapat enzim SOD atau superoksida dismutase, glutation, dan katalase yang dapat melindungi sel-sel dari serangan radikal bebas. Demikian juga asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, E, karatenoid, selenium, dan seng serta senyawa fenolik dan flavonoid merupakan antioksidan yang dapat melindungi tubuh. Namun demikian banyak faktor yang menyebabkan kadar vitamin dan mineral dalam makanan rusak oleh pengolahan. Sehingga suplemen vitamin C, E dan multivitamin-mineral ini diharapkan dapat menunjang tersedianya antioksidan yang cukup di dalam tubuh. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stress oksidative yaitu dengan memberikan intervensi berbagai suplemen antioksidan.

16 Kadar MDA plasma juga menurun pada 40 wanita muda sehat yang berumur 26 tahun setelah mengonsumsi minyak linola nabati yang di dalamnya mengandung alfa dan tokoferol yang bersifat antioksidan (Lemcke-Norojarvi et al 2001). Penurunan radikal bebas juga terjadi pada tikus jantan Fischer 344 yang diberikan Cu dan Zn-SOD (Rao et al 1990). Multivitamin mengandung vitamin C, seng dan Tembaga (merupakan penyusun enzim superoksida dismutase (SOD), enzim ini telah ada dalam tubuh namun membutuhkan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan (Mn), seng (Zn), dan tembaga (Cu) agar bisa bekerja. Aktivitas enzim SOD memiliki peran penting dalam system pertahanan tubuh terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stress oksidatif (Beyer et al 1999; bowler et al 1992).

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan prepost test with control design (Bhisma 2003), karena analisis dilakukan sebelum

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ethical Clearance

Lampiran 1 Ethical Clearance LAMPIRAN Lampiran 1 Ethical Clearance Lampiran 2 Formulir Informed consent FORMULIR INFORMED CONSENT KOMPARASI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) SERUM MAHASISWI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES

Lebih terperinci

SMP/Mts PT (Sarjana) 3. Jenis Kelamin Balita : Laki laki Perempuan 4. Umur Balita :

SMP/Mts PT (Sarjana) 3. Jenis Kelamin Balita : Laki laki Perempuan 4. Umur Balita : KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN PADA BALITA DI RW. 04 PERUMAHAN VILLA BALARAJA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013 Identitas Peneliti Nama : Fitri Anita Nim

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Masalah... 1 2.2 Rumusan Masalah... 3 2.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN GIZI. DYAH UMIYARNI P,SKM,M.Si

KEBUTUHAN GIZI. DYAH UMIYARNI P,SKM,M.Si KEBUTUHAN GIZI DYAH UMIYARNI P,SKM,M.Si Pangan bagi makhluk hidup umumnya dan manusia khususnya merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan serta melaksanakan kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 I. Identitas Responden Nama Ibu : Jumlah Balita : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian FIK 31 Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian KESBANG 32 Lampiran 3 Gambaran Pendampingan Makanan pada Partisipan Kelompok Eksperimen Partisipan Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu

Lebih terperinci

POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA BAB II POLA MAKAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.1 Pola Makan Sehat Sesuai Gizi Seimbang Gizi berasal dari bahasa Arab Al-Gizal yang artinya makanan dan manfaatnya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK BATANG... DAFTAR GRAFIK DIAGRAM Pie... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, lansia yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Menurut Moeliono (2001) tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak

Lebih terperinci

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun 70 KUESIONER PENGUMPULAN DATA PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN ASUPAN SARAPAN ANTARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU GIZI DENGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER DATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak BAB III PEMBAHASAN A. Perencanaan Menu Diet Diabetes Mellitus Diet DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diberikan dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Tanggal FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN Hubungan antara Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral, serta Minuman Energi dengan Kebugaran Jasmani pada Atlet Cabang Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Nama Mahasiswa : Umur : Tinggi Badan :

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci