II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Kacang Kedelai Di Provinsi Sumatera Utara Kedelai (Glycine max (L.) Merril) (Gambar 3) telah dibudidayakan di Pulau Jawa dan Bali sejak tahun Pada masa lalu daerah sentra tanaman kedelai di Indonesia terpusat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, NTT dan Bali. Tanaman kedelai diduga berasal dari China. Sumber genetik tanaman kedelai tumbuh di daerah pegunungan China bagian tengah dan barat, serta daratan rendah sekitarnya. Pada masa kejayaan kedelai, tanaman ini dikenal dengan nama Cow From China atau sapi dari negeri Cina karena biji kedelai manfaatkan sebagai pengganti susu di negara tersebut (Rukmana, 1996). Gambar 3. Gambar Kedelai, Biji, Buah, Pohon dan Olahan Kedelai Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) termasuk dalam famili kacang kacangan. Berasal dari ordo Polypetales, famili Leguminosae, Sub Famili

2 Papilionoideae, Genus Glycine, Spesies Max. Kedelai sangat baik ditanam pada daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia secara umum dan Provinsi Sumatera Utara secara khusus. Kedelai mempunyai keunggulan dan daya dukung pada wilayah yang beriklim tropis yang sangat cocok bagi pertumbuhan kedelai yang membutuhkan udara yang cukup panas. Secara umum, tanaman kedelai memerlukan kondisi dengan suhu udara yang tinggi dan curah hujan yang rendah. Sementara, apabila suhu udara rendah dengan curah hujan yang berlebihan akan menyebabkan penurunan kualitas kedelai yang dihasilkan. Kedelai memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat/kondisi tanah di tempat tumbuhnya dan memiliki kandungan unsur gizi yang relatif tinggi dan lengkap (Tabel 1). Kedelai mengandung protein dan lemak yang berkualitas tinggi, disamping itu kedelai mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang tinggi. Menurut Purwandari (2010), kebutuhan protein bagi manusia adalah sebesar 55 gram per hari. Kebutuhan protein ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi gram kedelai. Perbandingan kadar protein pada kedelai dan beberapa bahan makanan sumber protein lainnya disajikan pada Tabel 2. Kedelai menempati urutan kedua berdasarkan kandungan protein apabila dilihat dari persentase komposisi berat keringnya. Kedelai mempunyai persentasi protein sebesar 35%. Hal ini mengandung arti dari setiap 100 gram kedelai kering didapat 35 gram protein. Bahan makanan yang tertinggi kadar proteinnya adalah susu skim kering sebesar 36% dari bahan keringnya dan bahan makanan yang mempunyai persentase proten yang paling rendah adalah tepung singkong, dimana kadar proteinnya hanya terdapat 1.1% dari berat keringnya.

3 Masyarakat Indonesia termasuk merupakan negara yang mengkonsumsi kedelai dalam banyak bentuk olahan produk dengan citarasa tinggi, seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, serta berbagai produk turunannya (Gambar 4). Tabel 1. Kandungan Giji Kedelai Kandungan gizi Kedelai basah Kedelai kering Satuan Kalori Kalori Protein Gram Lemak Gram Karbohidrat Gram Kasium Miligram Fosfor Miligram Zat besi Miligram Vitamin a S.i Vitamin b Miligram Air Gram Bagian yang dimakan % Sumber : Purwandari, 2010 Tabel 2. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa Bahan Makanan Sumber Protein Lainnya No Bahan Makanan Protein (%berat) No Bahan Makanan Protein (%berat) 1. Susu skim kering Telur ayam Kedelai Jagung Kacang hijau Beras Daging Tepung singkong Ikan segar 17 Sumber : Purwandari, 2010 Indonesia secara umum dan Provinsi Sumatera Utara secara khususnya merupakan daerah dengan konsumsi perkapita kedelai tertinggi kedua di dunia setelah Jepang, disusul oleh Korea Selatan, Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Tingginya konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara disebabkan peranannya sebagai makanan dengan kandungan protein yang tinggi dengan harga

4 riil yang relatif murah, kedelai banyak dimanfaatkan masyarakat Provinsi Sumatera Utara sebagai pengganti daging sapi. Kedelai banyak dikonsumsi masyarakat Provinsi Sumatera Utara, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang kurang mampu membeli daging sapi dan sumber protein daging lainnya. Sumber : Departemen Pertanian, 2005 Gambar 4. Pohon Industri Kedelai 2.2 Konsep Permintaan Penawaran dan Mekanisme Pasar Setiap perdagangan dalam ekonomi pasti berhubungan dengan permintaan (demand), penawaran (supply), harga riil dan jumlah suatu barang atau jasa yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pada kondisi yang seimbang, penawaran dan permintaan akan bertemu dan membentuk titik pertemuan pada keseimbangan dalam satuan harga dan jumlah barang/jasa.

5 2.2.1 Konsep Permintaan Menurut Sicat (1991), permintaan didefinisikan sebagai jumlah unit barang dan jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada periode waktu dan keadaankeadaan tertentu. Besarnya permintaan pada suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harga. Hubungan antara harga dan kuantitias suatu komoditas dapat dijelaskan dengan dua cara yakni dengan cara skedjul permintaan dan kurva matematik. Cara pertama dengan menggunakan skedul permintaan yaitu tabulasi angka yang memperlihatkan jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, kedua dengan menggunakan kurva permintaan yaitu grafik/fungsi matematik yang menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah komoditi. Sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta dinamakan hukum permintaan. Hukum permintaan menurut Mankiw (2003), menyatakan bahwa bila harga barang naik/tinggi, maka jumlah barang yang dibeli akan menurun, sedangkan bila harga rendah/turun maka jumlah barang yang dibeli akan bertambah. Unit dasar dari teori permintaan adalah konsumen individu atau rumah tangga. Masing-masing individu dihadapkan pada sebuah pilihan dimana keinginan individu yang tidak terbatas sdibatasi oleh sumberdaya yang terbatas sehingga masing-masing individu melakukan pilihan untuk memaksimumkan kepuasan. Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya, pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga di masa depan. Menurut Pratama & Mandala (2002), teori permintaan bertujuan menentukan faktor-faktor yang

6 berpengaruh terhadap permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada tingkat harga yang tidak berubah adalah: 1. Adanya perubahan tingkat pendapatan konsumen dimana dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang. 2. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat. 3. Harga komoditi lain. Dilihat dari keeratan hubungan antar komoditi, komoditi dapat digolongkan menjadi dua yaitu komoditi subsitusi dan komoditi komplemen. Suatu kenaikan harga komoditi subsitusi dari suatu komoditi akan membuat permintaan terhadap komoditi tersebut meningkat, dan sebaliknya. Suatu penurunan harga komoditi komplemen dari suatu komoditi akan menyebabkan jumlah permintaan komoditi tersebut meningkat dan sebaliknya. 4. Selera konsumen terhadap suatu barang dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh berubahnya pendapatan, umur, lingkungan dan sebagainya. Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya kegemaran konsumen akan suatu barang, sehingga permintaan meningkat, dapat pula berupa menurunnya kegemaran sehingga permintaan berkurang.

7 Menurut Desai (2010) terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian yaitu : 1. Harga komoditas Permintaan untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditas. Secara umum senakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta. 2. Pendapatan Pendapatan untuk komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dalam banyak kasus semakin besar pendapatan akan semakin besar jumlah yang diminta. Namun tidak selalu benar dalam komoditaskomoditas pertanian. Hal ini disebabkan sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan hidup dan permintaan dibatasi oleh perut. Peningkatan pendapatan dapat saja tidak meningkatkan permintaan komoditas. Disisi lain, peningkatan pendapatan diatas tingkat tertentu akan memnuat penurunan pada permintaan produk-produk pertanian. 3. Harga barang-barang terkait Permintaan juga dipengaruhi oleh perubahan harga pada komoditas yang terkait. Pada beberapa kasus permintaan untuk suatu komoditas akan meningkat dikarenakan meningkatnya harga komoditas lain (pada kasus substitusi yang dekat) pada kasus lain permintaan suatu komoditas dapat menurun disebabkan harga komoditiy lain meningkat (pada kasus barang komplementer)

8 4. Rasa, Kebiasaan dan Trend Permintaan untuk barang barang pertanian juga dipengeruhi oleh rasa, kebiasaan dan tren yang berkembang di masyarakat pada suatu waktu yang bersifat sementara Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas permintaan yaitu harga komoditas itu sendiri, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita Konsep Penawaran Penawaran menunjukkan berapa banyak jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual pada setiap satuan tertentu pada berbagai tingkat harga dengan mengganggap faktor lain tetap. Penawaran suatu barang oleh produsen kepada konsumen menunjukkan adanya kecenderungan bahwa produsen akan menawarkan lebih banyak barang bila harganya tinggi dan mengurangi jumlah yang ditawarkan bila harganya rendah. Hal inilah yang dinamakan dengan hukum penawaran. Jika penawaran terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu maka faktor yang mempengaruhi kuantitas penawaran adalah harga. Penawaran untuk produk pertanian menunjukkan bahwa perubahan dalam harga produk secara khusus (tetapi tidak selalu), menjelaskan secara relatif sebuah proporsi yang kecil dari variasi total output yang terjadi pada sebuah periode waktu. Perubahan output dalam jangka pendek sering dipengaruhi oleh cuaca dan hama sedangkan perubahan penawaran dalam jangka panjang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti peningkatan teknologi sehingga hasil pertanian meningkat. Menurut Pratama dan Mandala (2002) penawaran merupakan jumlah barang yang produsen tawarkan pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu.

9 Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, tekonologi produksi, jumlah pedagang/penjual, tujuan perusahaan, kebijakan pemerintah. Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran digambarkan dengan fungsi Harga Komoditas itu sendiri, harga komoditi tersebut harga komoditi substitusi dan komplementer dan harga faktor produksi. Tambunan (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah luas areal panen, cuaca dan faktor-faktor lain. Menurut Desai (2010) faktor yang mempengaruhi penawaran pada produk pertanian yaitu : 1. Ongkos Produksi Penawaran produk pertanian tergantung pada harga faktor produksi yang tersangkut paud dengan komoditas pertanian. Sebagai contoh peningkatan harga tanah akan memberikan efek yang besar dalam ongkos produksi padi. Peningkatan harga faktor produksi akan menyebabkan penurunan produksi dan penurunan harga dari faktor produksi akan meningkatkan penawaran 2. Harga komoditas yang memimpin pasar Harga suatu komoditi yang lebih menguntungkan (memimpin pasar) akan meningkatkan penawaran disebabkan oleh insentif yang disebabkan oleh keuntungan. 3. Harga Komoditas Lain Peningkatan harga dari komoditas lain akan membuat produksi komoditas yang harganya relative tidak meningkat tidak menarik bagi petani. Hal ini yang biasanya akan mengubah pola tanam.

10 4. Teknologi Teknologi pertanian juga mempengaruhi penawaran. Teknologi membantu untuk menurunkan ongkos produksi dan meningkatkan penawaran 5. Faktor Lain Faktor lain adalah curah hujan, peningkatan fasilitas irigasi, pupuk dan metode produksi yang lebih baik 2.3 Fungsi Penawaran dan Permintaan Fungsi Permintaan Kedelai merupakan produk yang diproduki massal, artinya kedelai diproduksi utuk dipasarkan bukan berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, fungsi permintaan kedelai dapat diturunkan dari kurva permintaan pasar yang terbentuk dari beberapa kurva permintaan individu. Fungsi permintaan pasar (market demand) untuk kedelai adalah penjumlahan dari seluruh permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Kurva permintaan pasar untuk dikembangkan dari fungsi permintaan tersebut dengan memvariasikan harga (Pt), cateris paribus. Kurva permintaan pasar merupakan penjumlahan secara horizonal semua kurva permintaan individu. Kuantitas kedelai di pasar merupakan jumlah keseluruhan individu untuk setiap tingkat harga seperti yang disajikan pada Gambar 6. dimana, Dalam bentuk formulasi dirumuskan sebagai berikut: n dx 1 k=0 = X 1 (P 1, P m, I 1. I n )...(1) X = Komoditi Kedelai ; P I = Harga Komoditi X = Pendapatan

11 Sehingga total dari permintaan adalah X = X 1 + X 2 = D 1 X P x P y, I 1 + D 2 X (P x P y, I 2 ) Qx= MD X P x P y, I 1, I 2...(2) Dimana, P x = Harga kedelai untuk orang pertama; P y = Harga kedelai untuk komoditas lain ; I 1 I 2 = Pendapatan orang pertama; = Pendapatan orang kedua MD X = Permintaan total kedelai di pasar P D D DM Q1 Q Qtot Permintaan Individu 1 Permintaan Individu 2 Permintaan Pasar Gambar 5. Pembentukan Fungsi Permintaan Suatu Komoditas Fungsi Penawaran Menurut Debertin (2012), teori ekonomi produksi pertanian memfokuskan perhatiannya pada situasi pengambilan keputusan yang dilakukan produsen komoditi pertanian yaitu menentukan berapa banyak produksi yang harus

12 dihasilkan untuk memaksimumkan pendapatan usahatani. Produksi dalam suatu perusahaan dirumuskan sebagai berikut : Q = f(k,l,c)...(3) Dimana, Q K L C = Produksi dari suatu komoditi = Modal = Tenaga Kerja = Biaya Tetap Jika produsen kedelai diasumsikan rasional, maka fungsi keuntungan produksi kedelai dapat dirumuskan sebagai berikut: Π= P1f(K.L)-vK-wL...(4) Dimana, P1 vk wl = Harga kedelai, = Harga bahan baku yaitu biaya produksi, = Upah pekerja. Untuk dapat memaksimumkan keuntungan maka syarat pertama dan kedua harus terpenuhi, yaitu: y K = Pf k v...(5) y = Pf K l w...(6) Berdasarkan fungsi di atas dapat diketahui peubah eksogen dan endogen, yaitu P, K, L sebagai peubah eksogen dan Q sebagai peubah endogen. Sehingga fungsi penawaran kedelai dapat dirumuskan sebagai berikut: Q = f(p,v,w)...(7)

13 2.4 Sistem Persamaan Simultan Konsep Sistem Persamaan Simultan Pada kenyataan berbagai peubah/variabel ekonomi saling berhubungan satu dan yang lain. Sebagai contoh, kenaikan suatu harga komoditas pada tingkat tertentu akan menurunkan suatu permintaan. Namun pada waktu yang sama akan meningkatkan penawaran pada tingkat tertentu. Selain pada permintaan dan penawaran, persamaan simultan juga diaplikasikan pada pendatan dan konsumsi dimana pendapatan mempengaruhi konsumsi apabila pendapatan meningkat diharapkan konsumsi meningkat. Kenaikan konsumsi ini akan diikuti oleh peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan yang selanjutnya menyebabkan pendapatan sebagai balas jasa faktor-faktor produksi. Pada gilirannya peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan bagi komoditas dan faktor-faktor produksinya. Hubungan yang terjadi bukan hanya pada satu arah tetapi dapat terjadi dua arah dan bersama-sama. Hal ini menyebabkan analisis dengan persamaan tunggal yang hanya menggambarkan pengaruh satu arah saja belum dapat menggambarkan secara tepat hubungan antara peubah-peubah ekonomi. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut yang terjadi pada beberapa persamaan ekonomi dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem persamaan simultan (Supranto, 1984). Model persamaan simultan pertama kali dikemukakan oleh Haavelmo. Paper klasik Haavelmo menjelaskan dua hal utama. Pertama, suatu sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak aplikasi ekonomi dan suatu system persamaan simultan dapat digunakan untuk

14 merumuskan suatu model stokastik yang cocok digunakan untuk menguji teori ekonomi serta menduga hubungan ekonomi dengan menggunakan data statistik (Chow, 1983). Menurut Menurut Supranto (1984) Sistem Persamaan Simultan didefenisikan sebagai suatu himpunan persamaan dimana variabel dependen dalam satu atau lebih persamaan pada saat yang sama juga merupakan variabel independen dalam beberapa persamaan yang lain. Persamaan simultan dapat didefenisikan sebagai suatu model yang mempunyai hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan variabel independennya, sehingga suatu variabel dapat dinyatakan sebagai variabel dependen maupun independen dalam persamaan yang lain. Selanjutnya Pindyck dan Rubinfeld (2012) berpendapat, simulasi model sistem persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata daripada gambaran yang diberikan oleh suatu model regresi persamaan tunggal. Hal ini dimungkinkan karena peubah-peubah dapat berinteraksi satu sama lain antar persamaan dalam model. Suatu model sistem persamaan simultan dianggap dapat mengambarkan dan menjelaskan perilaku dinamik dunia nyata dengan lebih lengkap daripada perilaku yang dapat digambarkan oleh model persamaan tunggal. Menurut Intriligator (1995) dan Koutsoyiannis (1977) penggunaan model sistem persamaan simultan akan menimbulkan permasalahan yang disebabkan oleh korelasi unsur galat dalam suatu system yang disebabkan peubah endogen dalam model merupakan peubah eksogen di persamaan lain. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap asumsi klasik model regresi linear dimana peubah bebas

15 (exogen) tak berkorelasi dengan unsur galat. Apabila asumsi tersebut dilanggar, pendugaan dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square = OLS) akan bias dan juga tak konsisten, serta akan tetap berbias secara asimptotik walaupun contoh diperbesar (Gujarati, 2003). Pada persamaan simultan permintaan dan penawaran, harga (P) dari komoditas dan kuantitas (Q) yang terjual ditentukan oleh perpotongan kurva pendapatan dan penawaran untuk komoditi itu. Apabila diasumsikan bahwa kurva permintaan dan penawaran adalah linear dan dengan menambahkan unsur gangguan stokastik µ1dan µ2, fungsi empiris permintaan dan penawaran dapat ditulis sebagai berikut: Fungsi permintaan : Qd t = α 0 + α 1 P t + faktor permintaan lain+ µ 1t α< 0...(8) Fungsi penawaran : Qs t = α 0 + β 1 P t + faktor penawaran lain + µ 2t β> 0...(9) Pada tingkat harga yang sama : P t permintaan= P t penawaran...(10) Dimana, Qd t = kuantitas yang diminta ; Qs t = kuantitas yang ditawarkan; t = waktu ; α dan β = parameter. Secara apriori α diharapkan berslope negatif dan β 1 diharapkan berslope positif. Apabila µ 1t pada persamaan permintaan dalam persamaan (8) berubah

16 karena variabel lain yang mempengaruhi Q d t (seperti pendapatan, jumlah dan selera) yang akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan P dan Qd. Hal ini juga terjadi pada kurva penawaran dimana perubahan dalam µ 2t (karena pemogokan, cuaca, pembatasan import atau ekspor dan sebagainya) akan menggeser penawaran dan mempengaruhi P dan Qs. Akibat keterkaitan antara Q dan P maka akan menyebabkan terdapat korelasi µ 1t dan Pt pada persamaan (8) maupun µ 2t dan Pt pada persamaan (9). Hal ini menyebabkan regresi Q atas P pada persamaan (9) akan melanggar asumsi penting dari model regresi linear klasik, yaitu dalam model regresi linear tidak adanya korelasi antara variabel yang menjelaskan (variabel independen) maupun korelasi antara unsur gangguan (µ). Menurut Disman (2010), pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi persamaan struktural pada persamaan simultan yaitu model persaman tunggal (limited information method) dan metode sistem menyeluruh (full information method). Dalam persaman tunggal (limited information method), estimasi terhadap setiap persamaan struktural dilakukan secara individu dengan memperhitungkan setiap pembatasan yang ditempatkan, tanpa memperhatikan pembatasan atas persamaan lainnya. Sebaliknya, dengan metode sistem menyeluruh (full information method), persamaan struktural diestimasi secara bersamaan dengan memasukkan unsur pembatasan pada tiap persamaan. Dengan metode sistem menyeluruh (full information method), semua persamaan dalam model digunakan secara bersama-sama dan akan memberikan hasil pendugaan bagi semua parameter secara simultan.

17 Penetapan dan pemilihan metode yang digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan simultan ditentukan oleh proses identifikasi model. Terdapat tiga kemungkinan hasil dari identifikasi model yaitu unidentified (tidak teridentifikasi), exactly identified (tepat teridentifikasi), dan overidentified (teridentifikasi berlebihan). Pada keadaan unidentified menandakan sistem persamaan simultan tidak dapat diselesaikan. Pada keadaan exactly identified maka metode ILS (Indirect Least Square) dapat digunakan. Metode ILS (Indirect Least Square) dilakukan dengan cara menerapkan metode OLS pada pada persamaan reduce form dengan asumsi yang harus dipenuhi adalah variabel residual dari persamaan reduced form-nya harus memenuhi semua asumsi stokastik dari teknik OLS. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan bias pada penaksiran koefisiennya. Persamaan Reduce Form, diperoleh dengan memasukkan salah satu persamaan pada persamaan lain dengan cara substitusi dan penurunan aljabar. Menurut Johnston (1997) untuk menyelesaikan persamaan exactly identified, selain penerapan ILS dengan menggunakan OLS juga dapat menggunakan metode TSLS (Two Stage Least Square). Menurut Gujarati (2003), Johnston (1997), Markidarkis (1998), Maddala (1979), metode yang dapat digunakan untuk persamaan simultan yang teridentifikasi berlebihan (overidentified ) adalah metode TSLS. Metode TSLS (Two Stage Least Squares) merupakan teknik informasi terbatas dan merupakan prosedur terpenting dan digunakan secara meluas. Metode TSLS yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah korelasi antar peubah endogen sebagai peubah bebas dengan unsur galat dari setiap persamaan dalam model simultan

18 sekaligus untuk mengatasi masalah korelasi peubah-peubah antar persamaan dalam model. Dalam prakteknya, metode TSLS digunakan lebih sering daripada setiap metode penduga lain untuk menduga persamaan simultan karena dapat digunakan dengan baik bilamana jumlah sampel kecil Langkah Pengerjaan Sistem Persamaan Simultan Menurut Kotsoyannis (1977), langkah awal untuk menyelesaikan Sistem Persamaan Simultan adalah melakukan identifikasi model. Persamaan yang diidentifikasi adalah persamaan yang terdapat koefisien yang harus diestimasi secara statistik. Identifikasi model tidak dilakukan pada persamaan persamaan defenisi, identitas atau dalam pernyataan kondisi equilibrium. Hal ini dikarenakan dalam hubungan tersebut tidak memerlukan pengukuran. Identifikasi menentukan apakah persamaan bersifat unidentified (tidak teridentifikasi), exactly identified (tepat teridentifikasi), atau overidentified (teridentifikasi berlebihan). Suatu sistem dikatakan underidentified ketika salah satu atau lebih persamaan persamaan yang ada dalam sistem tersebut underidentified. Jika suatu persamaan atau model underidentified maka pendugaan dari seluruh parameter yang ada tidak memungkinkan dengan metode apapun. Apabila persamaan teridentifikasi sebagai persamaan bukan underidentified maka persamaan tersebut diistilahkan dengan persamaan identified. Terdapat dua jenis Identfied dalam persamaan yaitu exactly identified atau overidentified. Penentuan identifikasi ini sangat penting karena menentukan cara penyelesaian dari persamaaan simultan. Apabila persamaan teridentifikasi exactly identified maka metode yang tepat adalah ILS sedangkan apabila teridentifikasi overidentified maka persamaan diselesaikan dengan 2SLS.

19 2.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kedelai Dalam upaya meningkatkan kualitas perkedelaian di Indonesia, yaitu untuk peningkatan produksi, perbaikan tataniaga, perbaikan harga produsen dan yang pasti mengurangi jumlah impor pemerintah melakukan beberapa langkah kebijakan. Berikut ini dijelaskan beberapa kebijakan pemerintah mengenai komoditas kedelai Harga Dasar Kedelai Kebijakan penetapan harga dasar kedelai dilakukan selama lima Pelita dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian, yaitu pada tahun 1969, 1973, 1974, 1978, 1979, 1983, 1984, 1988 dan Pada tahun 1988 harga dasar kedelai Rp 733/kg menjadi Rp 889/kg pada tahun Kebijakan harga dasar dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun 1991 dan setiap tahun ditetapkan melalui Inpres pada tanggal 1 Nopember kecuali untuk tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti terlihat pada Tabel 3 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210 per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12 tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak tahun 1991 sampai sekarang Bea Masuk Impor Kebijaksanaan pengenaan bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk

20 menggantikan segala bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen dalam negeri. Pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh. Tarif tersebut dimulai sejak 1974 sebesar 30 persen yang dipertahankan sampai tahun Sejak tahun tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian pada tahun tarif diturunkan menjadi lima persen dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan World Trade Organization melalui UU No.7/1994. Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya. Pada tahun 1997 tarif tersebut diturunkan lagi menjadi 2.5 persen dan akhirnya tarif impor kedelai ditiadakan mulai tahun Terhitung 29 September 1998 melalui Kepmen Keuangan No. 444/KMK.01/1998, tarif bea masuk kedelai impor dihilangkan. Kebijakan tersebut justru memperburuk kondisi petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan teori perdagangan Salvatore, kebijakan tersebut akan menyebabkan turunnya harga kedelai pada tingkat petani. Sebaliknya, kebijakan tersebut menguntungkan industri pengolahan kedelai, karena dapat menikmati murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan pasokan yang lebih menjamin kontinuitas produknya. Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/KMK.01/2003, pada tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dan diperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir yaitu tahun 2008 tarif bea masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen kembali, yang untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri saja melainkan juga dengan

21 dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557 tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dan semakin tingginya harga dalam negeri.tarif impor kedelai ditetapkan menjadi 5% pada tahun Tarif bea masuk atas kacang kedelai menjadi 0% dan berlaku mulai tanggal 24 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember Pada 1 Januari 2012, tarif bea masuk kedelai kembali menjadi 5%. Pada tanggal 3 Oktober 2013 tarif bea masuk impor dibebaskan menjadi 0 % Kebijakan Tata Niaga Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelai adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 406/MPP/Kep/l 1/1997, yang berlaku mulai 1 Januari Kebijakan tersebut menerangkan bahwa impor kedelai yang semula hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir umum. Kebijakan tersebut memberikan dampak memacu peningkatan impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan memperngaruhi pasokan kedelai di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk menanam kedelai. Pada akhirnya dampak kebijakan tersebut menurunkan produksi kedelai nasional. Berdasarkan penelitian Hadipurnomo (2000), dijelaskan bahwa sebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor. Bulog menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia), KPKD

22 (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahu dan tempe. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri dapat menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan agar produksi kedelai lokal dapat terlindungi, mengingat harga kedelai lokal lebih mahal daripada kedelai impor. Dalam hal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga lebih tertentu kepada industri tahu dan tempe sehingga selisih harga kedelai lokal tidak terlalu besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga dengan pedagang besar Kebijakan Harga Pembelian Kedelai Petani Harga pembelian petani merupakan turunan dari program stabilisasi harga kedelai berdasarkan keputusan mentri perdagangan no 23/M-DAG/PER/5/2013. Produk turunan keputusan mentri ini adalah Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani Dalam Rangka Pengamanan Harga Kedelai Di Tingkat Petani. Peraturan ini bertujuan untuk menginsentif petani untuk menanam kedelai dan mengurangi kedelai impor. HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap tiga bulan. 2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Permintaan dan Penawaran Devi Setiabakti (2013) melakukan analisis dampak kebijakan kedelai terhadap kinerja dan kesejahtraan konsumen dan produsen Kedelai di Indonesia

23 dengan metode 2SLS. Kesimpulan yang didapat adalah penawaran kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh harga kedelai, harga sarana produksi upah tenaga kerja. Dari segi permintaan faktor yang mepengaruhi permintaan adalah pendapatan perkapita dan jumlah penduduk Dewi Sahara (2004) melakukan analisis permintaan kedelai di bayumas Jawa Tengah dengan regresi dan mempelajari hubungan harga, populasi dan harga jagung. Kesimpulan yang didapat adalah populasi dan harga jagung berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai namun harga kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Dwi Sartika Adetama (2011) melakukan penelitan analisis permintaan kedelai di indonesia dengan metode simultan dengan estimasi 2sls dengan tujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai dan menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor terhadap kedelai. Hasil kesimpulannya adalah faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap permintaan adalah harga kedelai dan jumlah penduduk. Elvina Rohana dan Nella Naomi (2008) melakukan penelitan permintaan kedelai di samarinda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kota samarinda dengan metode regresi berganda berdasarkan hasli penelitiannya didapat bahwa harga kedelai dan pendaptan tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di Samarinda. Permintaan hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Fakhrina Fahma (2007) melakukan Perancangan Model Supply Demand Kedelai Sebagai Dasar Pengembangan Industri Berbasis Kedelai Di Kabupaten Grobokan Jawa Tengah dengan metode 2sls berdasarkan penelitannya

24 disimpulkan bahwa penawaran hanya dipengaruhi oleh luas panen, harga kedelai tidak mempengaruhi penawaran kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk dan pendapatan perkapita sedangkan harga tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan. Gusti (1995) melakukan penelitian mengenai penawaran kacang kedelai menurut wilayah produksi di Indonesia. Menggunakan persamaan parsial nerlove dengan menggunakan metode kardrat terkecil (OLS). Hasil dari pendugaan parameter respon luas areal dan produktivitas menghasilkan nilai elastisistas harga di Jawa memiliki nilai yang elastis dibandingkan wilayah Sumatera, Sulawesi, Balim dan Nusa Tenggara dalam jangka pendek. Dalam Jangka Panjang elastisitas harga kecang kedelai yang diperoleh nilainya lebih elastis daipada dalam jangka pendek. Hasil menunjukkan bahwa petani dalam selang waktu yang lama akan menyesuaikan areal panen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kompetitif dalam menentukan luas areal panen kedelai dengan komoditi pesaing yaitu jagung di setiap wilayah produksi. Hadipurnomo (2000) melakukan penelitian terhadap kebijakan produksi dan perdagangan terhadap penawaran dan permintaan kacang kedelai di Indonesia. Penelitian ini menganalisis repon luas areal, produktivitas, impor, permintaan dan harga kacang kedelai. Analisis dilakukan ditinjau dari wilayah-wilayah produksi utama kacang kedelai yaitu D. I Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakerta dan Jawa timur. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dan semua persamaan struktural yang terdapat dalam model overidentified. Metode pendugaan yang digunakan adalah Two Stage Least

25 Squares (2SLS). Kesimpulan yang didapat untuk respon luas areal dan produktivitasnya adalah respon luas areal lebih besar daripada repon produktivitas terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga pestisida. Harga produsen dari kedelai dan upah tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran. Priyosembodo (2001) di Irian Jaya berkesimpulan bahwa di Irian Jaya peningkatan produksi kacang kedelai lebih banyak dipengaruhi oleh perluasan areal (ekstensifikasi) dibanding peningkatan produktivitas (intensifikasi) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini menggunakan model penyesuaian Nerlove dengan melakukan pendekatan tidak langsung terhadap respon penawarannya. Respon penawaran diperoleh secara tidak langsung melalui pendugaan terhadap respon areal dan respon produktivitas. Pratiwi (2008) menganalisis Respon petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhin jumlah produksi kedelai di jawa timur tahun bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kedelai secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan dari Luas Areal Panen, Harga Komoditi Kedelai, Harga Komoditi Jagung, Produktivitas Kedelai, Curah Hujan terhadap Hasil Produksi Kedelai. 2.7 Kerangka Pemikiran Sebagai komoditi yang bernilai ekonomis komoditas kedelai mempunyai permintaan dan penawaran komoditas. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya masing-masing. Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara antara lain harga riil

26 kedelai, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara adalah harga riil kedelai, harga riil jagung, dan luas panen kedelai Provinsi Sumatera Utara. Harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara merupakan variabel yang mempengaruhi permintaan sekaligus penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara. Kerangka permikiran permintaan dan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Gambar 7. Gambar 6. Kerangka Pemikiran Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara 2.8 Hipotesis Harga riill kacang kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berpengaruh terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan perkapita dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara, namun harga kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh yang negatif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara.

27 Harga kacang kedelai, harga komoditas pesaing yakni harga jagung, luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara. Harga komoditas yang diteliti (kacang kedelai), luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap penawaran Provinsi Sumatera Utara sedangkan harga jagung berpengaruh negatif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara.

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Data Botanis Tanaman Kentang Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk diusahakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pemilihan Lokasi Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara dipilih menjadi lokasi penelitian karena daerah ini merupakan salah satu provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonometrika merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang menggunakan alat analisis matematika dan statistika dalam menganalisis masalah ekonomi secara kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) 3.1 Model Persamaan Simultan Model persamaan simultan adalah suatu model yang memiliki lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Dalam model

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bawang merah sangat dibutuhkan sebagai bumbu dapur. Meskipun sering dibutuhkan, tetapi orang tidak mau menanam di pekarangan. Padahal, bawang merah dapat ditanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

STABILISASI HARGA PANGAN

STABILISASI HARGA PANGAN STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Suryana (2003), jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca Bahan Makanan (NBM) Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia (1997-1998) terutama bagi Indonesia, memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa para pelaku ekonomi pada sektor pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas Geografi Kabupaten Langkat a. Geografi Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3 0 14 00 dan 4 0 13 00 Lintang Utara dan antara 97 0 52 00 dan 98 0 45 00 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA Muhammad Firdaus muhammadfirdaus2011@gmail.com Dosen STIE Mandala Jember Abstract This study aims: (1) To identify trends harvest area, production,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur Ayam Ras Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah namun bersifat saling mempengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo fuad.hsn@gmail.com Telp. 081578753458 Kedelai merupakan salah satu dari lima komoditas yang menjadi prioritas dalam swasembada dan swasembada

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci