PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

2 Selama triwulan III-2011, inflasi 1 tahunan Aceh kembali melonjak. Menurut Berita Resmi Statistik (BRS) inflasi yang dirilis oleh BPS Aceh, inflasi tahunan Aceh berturut-turut adalah sebesar 5,16%; 6,94% dan 6,98%. Tekanan inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga sandang (pakaian dan lain-lain), emas perhiasan, beras, ikan-ikanan segar dan cabe merah. Penyebab utama kenaikan harga adalah event Ramadhan dan Idul Fitri, dimana terjadi peningkatan permintaan yang meski pasokan memadai tetap menjadi momen yang dimanfaatkan untuk menaikkan harga. Kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh mulainya musim tanam padi. Sementara kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh lonjakan harga emas dunia. 2.1 INFLASI ACEH 8 7 %,yoy Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Aceh dan Nasional (%) Aceh Nas Sumber: BPS Aceh, diolah Dinamika perkembangan harga di Provinsi Aceh yang diukur melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe selama triwulan III-2011 secara umum menunjukkan kencenderungan peningkatan harga. Hal ini berbeda dengan pergerakan arah inflasi Nasional yang cenderung mengalami penurunan. Peningkatan inflasi di Provinsi Aceh utamanya berasal dari meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Peningkatan harga beras, ikan, telur, daging sapi dan daging ayam serta bumbu-bumbuan memberikan sumbangan inflasi yang signifikan di kedua kota pantauan. Biaya pendidikan dan perlengkapannya yang meningkat di periode bulan Juli Agustus juga turut memberikan sumbangan inflasi. Harga emas dunia yang masih melambung selama triwulan laporan menjadi penyebab utama inflasi kelompok sandang, dan menjadi penyebab deflasi di bulan September akibat penurunan harganya. Harga emas memberikan sumbangan cukup signifikan baik dalam pembentukan inflasi maupun deflasi Aceh selain 1 Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

3 tentunya peningkatan harga berbagai macam sandang lainnya seperti pakaian dan perlengkapan solat selama Ramadhan dan Idul Fitri yang menekan pembentukan peningkatan inflasi. Liburan tahun ajaran baru dan libur Idul Fitri juga memberikan tekanan inflasi di sisi biaya pengangkutan. Tabel 2.1. Perbandingan Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Banda Aceh 4,37 4,49 3,60 3,51 2,79 3,11 3,45 1,94 0,49 1,88 3,18 4,64 5,89 6,31 4,45 4,79 4,46 4,64 4,67 6,68 5,22 Lhokseumawe 5,16 3,99 4,44 3,70 3,62 6,05 6,00 5,33 1,66 2,83 5,45 7,19 8,87 9,20 7,95 8,46 7,22 6,21 5,69 7,23 8,93 Aceh 4,74 4,25 4,00 3,60 3,18 4,51 4,66 3,55 1,05 2,33 4,26 5,85 7,30 7,68 6,11 6,53 5,77 5,38 5,16 6,94 6,98 Nasional 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,62 4,79 4,61 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah Bila secara nasional, tren penurunan inflasi tahunan (yoy) 2 masih berlanjut di triwulan III-2011, tidak demikian halnya dengan yang terjadi di Aceh. Inflasi tahunan Aceh pada Juli hingga September 2011 berturut-turut sebesar 5,16%; 6,94% dan 6,98%. Angka tersebut tercatat jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahunan nasional yang berturut-turut sebesar 4,62%; 4,79% dan 4,61%. Berdasarkan kota pantauan, peningkatan inflasi Aceh terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi di Lhokseumawe. Pergerakan inflasi Kota Banda Aceh (yoy) selama bulan Juli hingga September 2011 berturutturut 4,67%; 6,68% dan 5,22%. Sementara, inflasi tahunan Kota Lhokseumawe (yoy) berturut-turut adalah 5,69%; 7,23% dan 8,93%. Bila diperhatikan, meski angka inflasi Lhokseumawe cenderung lebih tinggi dibanding inflasi Banda Aceh, namun tingkat volatilitas inflasi di kedua kota cenderung sama dengan arah yang juga cenderung mirip. Hal tersebut diperkirakan disebabkan karena karakteristik pasokan bahan makanan strategis di kedua kota sama-sama berasal dari luar daerah, terutama dari wilayah Sumatera Utara DISAGREGASI INFLASI BANDA ACEH Tabel 2.2. Perkembangan Harga Rata-rata Beberapa Komoditas di Pasar Peunayong Kota Banda Aceh NO NAMA BAHAN POKOK & JENISNYA SATUAN Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 1 BERAS * PTN Kg * Arias (Aladin) Kg * Blang Bintang Kg GULA PASIR SHS I : * DN Kg * LN Kg MINYAK GORENG * Bimoli Botol 1000 ML/Bd * Tanpa Merek (Malinda) Kg DAGING : * Daging Sapi Murni Kg * Daging Ayam Broiler Kg * Daging Ayam Kampung Kg TELUR * Ayam Broiler Kg * Ayam Kampung Kg CABE MERAH BESAR * Biasa Kg BAWANG MERAH Kg IKAN ASIN TERi No. 1 Kg Sumber: Disperindagkop & UKM Prov. Aceh, diolah

4 Pantauan harga berbagai jenis bahan pokok di pasar Peunayong, Banda Aceh selama Juli hingga September 2011 menunjukkan kecenderungan harga yang bervariasi. Tercatat terjadi penurunan tipis pada harga daging sapi. Sementara harga daging ayam ras dan daging ayam kampung berfluktuasi. Fluktuasi harga juga terjadi pada harga telur, baik telur ayam ras maupun telur ayam kampung. IHK beras yang menurut pantauan BPS Aceh mengalami kenaikan, tidak tampak pada rata-rata harga hasil pantauan Disperindagkop Aceh. Sementara tekanan inflasi pada cabe merah tercatat sama dengan pantauan Disperindagkop dimana rata-rata harga cabe merah melonjak cukup tinggi. 20 Gambar 2.6. Disagregasi Inflasi Kota Banda Aceh 15 %,yoy Inflasi IHK Core Volatile Adm Price Sumber: BPS Prov Aceh (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) %,yoy Gambar 2.7. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Banda Aceh (1) (2) Adm Price Volatile Core Sumber: BPS Prov Aceh (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

5 Kelompok Volatile Food 3 Inflasi Volatile Food melonjak tajam pada bulan Agustus Seperti terlihat pada grafik diatas dan tabel inflasi tahunan kelompok bahan makanan, telah terjadi peningkatan inflasi di hampir seluruh sub kelompok bahan makanan dengan tren tertinggi terjadi pada sub kelompok padi-padian dan sub kelompok ikan segar. Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah Tabel. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep BAHAN MAKANAN -3,77 0,56 6,41 11,20 14,42 15,83 8,54 9,74 9,01 8,44 8,07 14,39 9,60 a.padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya 9,97 10,81 12,59 20,17 28,68 33,15 26,15 18,89 13,94 16,80 17,40 17,14 13,22 b.daging dan Hasil-hasilnya 2,93-3,70-3,45-2,38-0,32-0,21 0,57 0,20-1,89 1,98 0,86 2,73-0,70 c.ikan Segar -11,26 4,36 15,54 12,09 11,36 13,09 2,21 13,96 18,41 17,91 15,27 26,67 8,08 d.ikan diawetkan -1,99 11,99 13,77 10,16 5,79 15,94 4,00 9,70 14,76 9,08 7,06 8,77 11,42 e.telur, Susu dan Hasil-hasilnya 4,78 4,50 7,53 12,37 9,71 10,08 10,75 9,03 8,68 6,93 4,86 5,93 4,57 f.sayur-sayuran -13,19-10,69-7,21-4,60 0,84-1,73-1,70-7,72-11,83-13,01-3,34 16,54 10,53 g.kacang-kacangan 6,13 5,19 4,02 3,73 2,99 2,81 3,59 2,96 2,08 2,82 1,77 3,15 0,62 h.buah-buahan -3,47-5,89-6,40-3,73-2,40 4,47 5,40 7,06 7,00 13,96 14,03 10,96 11,20 i.bumbu-bumbuan -21,85-20,11 7,29 63,37 89,79 75,77 29,02 14,99 7,01-15,96-19,24-0,37 31,42 j.lemak dan Minyak 0,45 2,33 3,64 3,62 2,54 3,79 4,55 4,44 10,23 5,18 5,28 4,42 3,43 k.bahan Makanan Lainnya 9,18 3,45 6,73 4,57 4,60 1,05-6,11 5,01 2,94-0,37 7,37 18,48 15,37 Panen gadu yang diperkirakan baru terjadi di bulan September akhir hingga November menjadi salah satu penyebab kenaikan harga beras. Persistensi inflasi yang tinggi di sub kelompok ikan segar lebih disebabkan karena faktor perikanan tangkap yang masih dominan di Aceh yang diperparah oleh belum baiknya fasilitas penanganan pasca penangkapan. Perikanan tangkap yang tradisional dan masih tergantung pada cuaca menyebabkan hasil penangkapan berfluktuasi. Di sisi lain, kurangnya kebiasaan masyarakat mengkonsumsi hasil dari perikanan budidaya turut menyulitkan pemasaran dan perkembangan perikanan budidaya. Kelompok Inti 4 Tekanan inflasi kelompok inti terutama berasal dari kelompok sandang dan kesehatan. Inflasi tinggi pada kelompok kesehatan disebabkan oleh inflasi pada sub kelompok jasa kesehatan. Kenaikan biaya kesehatan secara signifikan sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2011, yang berkaitan dengan kenaikan harga jasa kesehatan secara tahunan dan cenderung tetap hingga akhir tahun nanti. Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah Tabel. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Sandang Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep SANDANG 6,19 8,06 6,38 6,25 6,89 7,68 8,88 8,79 7,16 6,49 7,73 13,52 13,08 a.sandang Laki-laki 3,59 2,84 2,43 2,72 2,72 6,95 7,57 6,33 6,24 6,28 6,31 6,62 5,78 b.sandang Wanita 2,95 2,75 2,75 2,75 3,46 3,66 4,04 3,87 3,81 3,99 3,97 9,95 6,10 c.sandang Anak-anak 5,22 4,55 4,55 4,44 4,11 2,66 3,92 3,92 3,59 3,51 3,83 4,51 4,05 d.barang Pribadi dan Sandang Lainnya 10,54 16,69 11,96 11,40 12,89 13,04 15,14 15,76 11,38 9,42 12,64 23,76 25,59 Pada kelompok sandang, tekanan inflasi berasal dari seluruh sub kelompok sandang dengan inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Komoditas yang memberikan sumbangan

6 tertinggi pada inflasi di kelompok sandang adalah emas perhiasan. Lonjakan harga emas dunia yang signifikan membuat inflasi di sub kelompok ini meningkat drastis hingga diatas 20% (yoy). Walau sebenarnya di September telah terjadi penurunan harga emas dunia, namun bila dibandingkan dengan posisi harga di tahun lalu, angka tersebut melesat fantastis. Tabel. Perkembangan Harga Emas Dunia 540 USD/pound ,26 515, ,74 486,58 481,35 462,96 497, ,16 435,14 465,19 442,22 437,04 432, * Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah *) Angka perkiraan Kelompok Administered Prices 5 Tidak adanya kebijakan kenaikan harga selama triwulan III-2011 membuat inflasi kelompok Administered Prices mengalami penurunan. Konversi minyak tanah ke gas pada Juni 2011 lalu, tampaknya sudah tidak terlalu terasa dampaknya DISAGREGASI INFLASI LHOKSEUMAWE Gambar 2.6. Disagregasi Inflasi Lhokseumawe Gambar 2.7. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Lhokseumawe

7 Kelompok Volatile Food Pada Juli 2011, volatile food di Lhokseumawe mengalami inflasi sebesar 0,69% atau sebesar 7,40% (yoy). Komoditas strategis yang mengalami peningkatan harga adalah cabe merah, daging ayam ras, beras, telur ayam ras dan daging sapi. Peningkatan harga lebih disebabkan oleh faktor seasonal meugang walaupun stok pada beberapa komoditas terpantau cukup. Seperti beras yang mengalami peningkatan stok dengan masuknya pasokan dari Sigli dan Pidie Jaya. Pada Agustus 2011, volatile food di Lhokseumawe mengalami inflasi sebesar 3,66% atau sebesar 12,84% (yoy). Komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah cabe merah dan ikan tongkol. Peningkatan harga terutama disebabkan oleh kegiatan selama Ramadhan dan Idul Fitri 1432H. Sementara itu, pada Agustus 2011, volatile food di Lhokseumawe mengalami inflasi sebesar 0,16% atau sebesar 18,14% (yoy). Komoditas strategis yang mengalami peningkatan harga adalah cabe merah, bandeng dan tongkol. Peningkatan harga cabe merah disebabkan oleh penurunan pasokan sedangkan untuk komoditas ikan lebih karena dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif untuk melaut. Kelompok Inti Inflasi kelompok inti pada Juli 2011 tercatat sebesar 0,37% (mtm) atau sebesar 4,89% (yoy). Tekanan inflasi kelompok inti berasal dari komoditas sandang khususnya emas perhiasan. Selain itu, terjadi tekanan inflasi dari sektor pendidikan yaitu tarif pendidikan SLTP, SLTA, dan Sekolah Dasar yang dipicu oleh tarif sekolah swasta di Lhokseumawe. Pada Agustus 2011, inflasi kelompok inti tercatat sebesar 1,01% (mtm) atau sebesar 4,81% (yoy). Tekanan inflasi kelompok inti masih berasal dari emas perhiasan. Selain itu, tekanan inflasi juga berasal dari sektor makanan jadi yaitu kue kering berminyak untuk persiapan menghadapi Idul Fitri 1432H. Sementara itu, pada September 2011, inflasi kelompok inti tercatat sebesar 0,37% (mtm) atau sebesar 5,06% (yoy). Tekanan inflasi masih berasal dari emas perhiasan, meski di pertengahan September hingga akhir September, harga emas dunia sudah turun hingga 5% dibanding bulan sebelumnya (mtm). Tabel 2.4. Sumbangan Komoditas terhadap Inflasi Lhokseumawe selama triwulan III-2011

8 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah Warna kuning menunjukkan sumbangan inflasi Kelompok Administered Prices Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2011 tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,83% (yoy), Komoditas yang berkontribusi pada inflasi bulan ini adalah rokok putih dan bahan bakar rumah tangga akibat konversi minyak tanah ke gas pada Juni dan Juli Pada Agustus 2011, kelompok ini mencatat inflasi 1,05% (mtm) atau 4,12% (yoy), akibat peningkatan biaya di transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Komoditas yang berkontribusi pada inflasi bulan ini adalah angkutan antar kota dan angkutan dalam kota yang banyak memanfaatkan libur Idul Fitri untuk berkunjung ke sanak saudara. Tekanan inflasi kelompok administered prices di September 2011 kembali meningkat, akibat kenaikan harga subkelompok makanan jadi, minuman, dan rokok (rokok kretek) serta subkelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (bahan bakar rumah tangga). Khusus untuk bahan bakar rumah tangga, Kota Lhokseumawe mengalami kelangkaan bahan bakar dikarenakan belum tuntasnya perubahan penggunaan bahan bakar dari minyak tanah menjadi bahan bakar gas.