P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t"

Transkripsi

1

2 PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H. E. Agus Ismail, S.Sos., M.Pd. Kepala UPTB Pusat Data dan Analisa Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Editor : Dr. Hj. Widhy Kurniatun, ST., M.Si. Heny Rahmawati, A.Ks.,MP. Andhy Purwoko, S.Kom., M.Si. Penulis : Ferdian Gumiwa, S.Pi. Ayu Dian Vita R.D, S.Ip. Narasumber : Dr. Yanuar Renea Shinta Amida, SE., MM. Banu Muhhamad, SE., M.S.E. Bramastyo Bontas P., M.E. Sumber Data : Bank Indonesia Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jawa Barat P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

3 Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-nya, sehingga buku Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015 dapat diselesaikan. Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015 ini merupakan salah satu bentuk publikasi Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (Pusdalisbang), Bappeda Provinsi Jawa Barat. Profil Indikator Makro Finansial Tahun 2015 merupakan publikasi pertama yang diterbitkan UPTB Pusdalisbang untuk memberikan informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas perkembangan sektor perbankan dalam kaitannya dengan perekonomian Jawa Barat. Publikasi ini menyajikan perkembangan umum perbankan, kinerja bank umum konvensional, kinerja bank umum syariah, kinerja bank asing dan campuran, kinerja bank perkreditan rakyat di Jawa Barat serta ketahanan korporasi, UMKM dan Rumah tangga di Jawa Barat. Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan publikasi ini. Perbaikan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku profil ini dimasa yang akan datang. Semoga Allah AWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan publikasi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder pembangunan Jawa Barat. Bandung, Desember 2015 PUSDALISBANG Kepala, BAPPEDA Provinsi Jawa Barat Kepala, H.E.Agus Ismail, S.Sos, M.Pd Prof.Dr.Ir.Deny Juanda Puradimaja,DEA P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

4 Daftar Isi Kata Pengantar... 3 Daftar Isi... 5 Daftar Grafik... 6 Daftar Istilah... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF... 8 BAB I PENDAHULUAN... 9 A. Latar Belakang... 9 B. Maksud dan Tujuan...10 C. Ruang Lingkup...10 D. Data Penunjang...11 BAB 2 STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT...10 BAB 3 BANK UMUM KONVENSIONAL...16 A. Pendanaan dan Risiko Likuiditas...16 Perhimpunan Dana Ketiga Risiko Likuiditas B. Perkembangan Kredit dan Risikonya...22 BAB 4 BANK UMUM SYARIAH...32 BAB 5 BANK PERKREDITAN RAKYAT, KETAHANAN KORPORASI, UMKM DAN RUMAH TANGGA...37 A. Bank Perkreditan Rakyat...37 B. Ketahanan Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga..39 P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

5 Daftar Grafik Grafik 2.1 Aset Perbankan Konvensional Grafik 3.1 Perkembangan DPK Perbankan Konvensional per Jenis Gambar 3.2 Grafik DPK Perbankan Konvensional Grafik 3.3 Kredit Bank Konvensional Grafik 3.4 LDR dan NPL Bank Konvensional Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Grafik 4.1 Aset Perbankan Syariah Grafik 4.2 DPK Perbankan Syariah Grafik 4.3 Pembiayaan Bank Syariah Grafik 4.4 FDR dan NPF Bank Syariah Grafik 5.1 Perkembangan aset BPR dan DPK serta Kredit BPR Grafik 5.1 Kredit Menurut Sektoral Grafik 5.2 Kredit Menurut Jenis Grafik 5.3 NPL Kredit UMKM Grafik 5.4. NPL Kredit Konsumsi P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

6 Daftar Istilah CAR : Kewajiban penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank DPK : Dana Pihak Ketiga FDR : Financing to Deposit Ratio adalah rasio anara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Istilah FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan bank konvensional menggunakan istilah LDR LDR : Loan to Deposit Ratio. Rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Dalam hal ini mencerminkan fungsi intermediasi perbankan. NPF : Non Performing Financing. Risiko Dana Bermasalah. Digunakan untuk bank Syariah, sedangkan bank konvensional menggunakan istilah NPL NPL : Non Performing Loan. Risiko Dana Bermasalah Yoy : Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

7 RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perbankan menunjukkan perkembangan yang cukup kondusif baik dari sisi risiko kredit, likuiditas, dan risiko pasar yang mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dilihat dari pengamatan periode antara Seiring dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi nasional, kinerja sektor perbankan di Jawa Barat masih cukup kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset perbankan konvensional, syariah, maupun BPR. Pada aspek simpanan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terlihat meningkat tiap tahunnya secara umum. Kondisi tersebut juga disertai dengan rasio LDR yang cukup baik atau sejalan dengan ekspansi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Dari aspek stabilitas sistem keuangan juga tercatat kondisi yang membaik dari periode sebelumnya yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang memiliki tren menurun. Adapun ketahanan korporasi, UMKM dan rumah tangga juga tercatat cukup kondusif. Hal ini terlihat pada NPL nya yang stabil dan tingkat pertumbuhan kredit yang terus meningkat. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan kebijakan makroekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut adalah dengan meningkatkan stok modal yang tinggi. Permodalan yang tinggi akan mendorong meningkatnya investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/Gross Fixed Capital Formation) yang tinggi pula. Hal ini dianggap penting dikarenakan investasi memiliki efek multiplier yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan sektor rumah tangga produksi ( firms), dan rumah tangga konsumsi ( households) melalui peningkatan jumlah lapangan pekerjaan yang terbentuk. Sektor perbankan adalah institusi yang memegang peranan penting dalam pengumpulan dana masyarakat, baik dari dalam negeri, maupun luar negeri. Selanjutnya, perbankan dapat memainkan peran sebagai intermediator keuangan, dimana dana masyarakat yang terkumpul dapat disalurkan ke dalam bentuk-bentuk investasi perbankan berupa, salah satunya, kredit. Mengingat upaya pembentukan stok modal yang tinggi, guna meningkatkan Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tinggi, maka peranan kredit akan sangat penting, utamanya adalah kredit investasi dan kredit modal kerja. Di lain pihak, jenis kredit lain yang disalurkan sektor perbankan, yaitu kredit P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

9 konsumsi dapat memberikan informasi atas proksi pola konsumsi masyarakat. Berkaitan dengan hal-hal diatas, maka pemetaan atas profil perbankan dan sistem pembayaran, utamanya pada Provinsi Jawa Barat akan sangat diperlukan untuk memberikan informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas sejauh mana perkembangan sektor ini dalam kaitannya dengan perekonomian Jawa Barat secara umum. B. Maksud dan Tujuan Pembuatan profil indikator makrofinansial Provinsi Jawa Barat ini ditujukan untuk memberikan informasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas perkembangan sektor perbankan dalam kaitannya dengan perekonomian Provinsi Jawa Barat. Di lain pihak, profil ini diharapkan dapat memberikan sinyal positif bagi calon investor untuk dapat menginvestasikan dananya pada sektor perbankan di Provinsi Jawa Barat. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup atas hal-hal yang akan disampaikan pada profil perbankan dan sistem pembayaran Provinsi Jawa Barat yang dipantau dalam frekuensi triwulanan ini adalah sebagai berikut: P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

10 1. Perkembangan umum perbankan di Jawa Barat: 2. Kinerja Bank Umum Konvensional di Jawa Barat: a. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga, b. Penyaluran Kredit, c. Resiko Kredit (Non Performing Loan), d. Perkembangan Kredit UMKM, 3. Kinerja Bank Umum Syariah di Jawa Barat. 4. Kinerja Bank Asing dan Campuran di Jawa Barat. 5. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Barat. 6. Ketahanan Sektor Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga D. Data Penunjang Data penunjang kegiatan ini bersumber dari Bank Indonesia untuk Provinsi Jawa Barat serta beberapa data tambahan dari OPD Daerah Jawa Barat. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

11 BAB 2 STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT Pada tahun 2010, kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan Jawa Barat. Penyaluran kredit tumbuh lebih tinggi pada periode laporan dengan risiko kredit yang terjaga. Kinerja yang baik ini didukung dengan meningkatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (D PK) terutama deposito. Sementara itu, risiko likuiditas cenderung membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Khusus BPR Jawa Barat, kinerja penyaluran kredit yang baik pada periode laporan juga didukung dengan upaya efisiensi serta terjaganya risiko baik likuiditas maupun kredit. Pada tahun 2011, kinerja perbankan Jawa Barat mengalami Perkembangan yang membaik sebagaimana tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit serta turunnya risiko kredit. Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat menjadi 22,23% sementara risiko kredit atau non performing loans (NPL) hanya sebesar 2,38%. Realisasi kredit tersebut menyebabkan intermediasi perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-Deposit Ratio (LDR) masih cukup baik, yakni mencapai 76,91%. Sementara itu, perkembangan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Barat sedikit melambat dibandingkan sebelumnya. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

12 Aset perbankan di Jawa Barat pada periode laporan tumbuh sebesar 18,15% (yoy). Hingga akhir tahun 2011, aset perbankan di wilayah Jawa Barat mencapai Rp 278,38triliun meningkat dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp235,61triliun. Meski demikian, dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan aset pada tahun 2011 melambat dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 29,51%. Kinerja perbankan Jawa Barat pada tahun 2012, mengalami perkembangan positif sebagaimana tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit serta turunnya risiko kredit. Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 27,04%(yoy) menjadi 203,35 triliun, sementara risiko kredit atau non performing loan (NPL) hanya sebesar 2,42%. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 17,56% menjadi 244,71 triliun. Dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi diiringi dengan pertumbuhan DPK yang sedikit lebih rendah, maka pada tahun 2012 kinerja intermediasi perbankan Jawa Barat meningkat dari 82,37% menjadi 83,10%. Aset perbankan di Jawa Barat pada periode laporan tumbuh sebesar 20,23% (yoy). Hingga akhir tahun 2012, aset perbankan di wilayah Jawa Barat mencapai Rp334,69 triliun meningkat dibandingkan akhir tahun 2011 yang sebesar Rp278,39 triliun. Dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan aset pada tahun 2012 tumbuh meningkat 20,23%. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

13 Perkembangan pada tahun 2013, seiring dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi nasional, kinerja sektor perbankan di Jawa Barat masih cukup kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset perbankan konvensional yang tumbuh sebesar 13,0% (yoy) dan pertumbuhan kredit yang mencapai 21,5% (yoy). Kondisi tersebut juga disertai dengan rasio LDR yang cukup baik mencapai 88,4% atau sejalan dengan ekspansi laju perumbuhan kredit cukup tinggi, namun tingkat riskio kredit (NPL) mengalami perbaikan dari 2,7% pada triwulan III menjadai 2,5% di triwulan IV Aset perbankan di Jawa Barat menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan IV 2013 tercatat pertumbuhan aset perbankan konvensional di Jawa Barat sebesar 13,0% (yoy) melambat dibandingka triwulan III 2013 yang tumbuh sebesar 18,3% (yoy). Aset perbankan syariah juga melambat sebesar 19,5% dari Rp27,5 triliun pada triwulan III 2013 menjadi Rp29,3 triliun. Perlambatan pertumbuhan aset di Jawa Barat didorong oleh melambatnya penyaluran kredit perbankan konvensional darn pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Perbankan konvensional hingga triwulan IV 2013 telah menyalurkan kredit sebesar Rp247,1 triliun atau tumbuh 21,5% (yoy). Sementara itu, jumlah pembiayaan yang telah disalurkan perbankan syariah pada triwulan IV 2013 mencapai Rp20,6 P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

14 triliun atau tumbuh 37,2% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan kebijakan moneter Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Secara keseluruhan tahun 2014, perbankan Jawa Barat menunjukkan kinerja yang tidak setinggi tahun sebelumnya yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset, dan kredit yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 total aset perbankan Jawa Barat tercatat sebesar Rp420,8 triliun dengan pertumbuhan 11,3% (yoy) yang melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat tumbuh 13,0% (yoy). Indikator perbankan lainnya seperti kredit pun menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit pada tahun 2014 adalah 13,1% (yoy) sementara tahun 2013 dapat tumbuh sebesar 21,5% ( yoy). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan moneter yang cenderung ketat pada tahun P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

15 Grafik 2.1 Aset Perbankan Konvensional Sumber: Bank Indonesia Kinerja perbankan Jawa Barat pada triwulan IV 2014 secara umum masih menunjukkan kondisi yang relatif baik tercermin dari peningkatan aset dan kualitas kredit yang terjaga dalam batas atau level aman. Pada aspek simpanan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum konvensional maupun syariah di Jawa Barat tercatat sebesar Rp332,5 triliun sedikit melambat dari sebesar 11,8% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi sebesar 10,6% (yoy) pada triwulan IV Sementara itu dari aspek pembiayaan, total kredit dan pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional dan syariah pada periode laporan adalah Rp305,2 triliun dengan pertumbuhan 13,6& (yoy) yang sedikit melambat dibandingkan triwulan III 2014 dengan pertumbuhan 14,5% (yoy). P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

16 Dari aspek stabilitas sistem keuangan juga tercatat kondisi yang membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau NPL yang menurun pada periode laporan. Ketahanan sektor korporasi juga meningkat yang tercermin dari rasio kredit bermasalah yang menurun khususnya pada sektor-sektor utama seperti sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

17 BAB 3 BANK UMUM KONVENSIONAL Berdasarkan data Bank Indonesia, pada akhir triwulan IV 2014, total aset bank umum konvensional mencapai Rp420,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,3% (yoy). A. Pendanaan dan Risiko Likuiditas Perhimpunan Dana Ketiga Perhimpunan DPK oleh perbankan umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2010 tumbuh lebih tinggi dari 26,0% menjadi 33,6% atau mencapai RP178,05 triliun. Kenaikan pertumbuhan terutama pada jenis deposito dan giro sedangkan tabungan cendering stabil. Beberapa bank di Jawa Barat menyebutkan bahwa meningkatnya pertumbuhan DPK akibat suku bunga yang kompetitif, khususnya deposito. Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah dan bank swasta nasional mendominasi penghimpunan DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing dengan pangsa sebesar 51% dan 47%. Di sisi lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari total DPK Jawa Barat. Naiknya pertumbuhan DPK perbankan Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi DPK Bank milik pemerintah yang pada akhir triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 38,6%. Sementara itu pada tahun 2010 terdapat 1 buah bank asing berubah menajdi bank umum syariah sehingga total DPK bank asing turun cukup drastis. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

18 Sementara itu berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan DPK rupiah meningkat cukup tinggi, yakni 36% menjadi Rp162 triliun. Di sisi lain DPK valas relatif melambat yakni dari 12,6% menjadi 11,6% atau Rp16 triliun. Perlambatan DPK valas diperkirakan semata-mata akibat apresiasi nilai tukar rupiah yang lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Risiko Likuiditas Perbankan Jawa Barat diperkirakan masih dapat menjaga likuiditasnya sebagaimana tercermin dari angka undisbursed loans dan rasio LDR. Pada triwulan IV-2010, rasio LDR cenderung menurun, yakni dari 75,7% menjadi 73,6% pada periode laporan. Sementara itu angka undisbursed loans bank umum konvensional masih relatif stabil yakni 7,7% pada triwulan III-2010 menjadi 6,7%. Penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2011 menjadi Rp208,15 triliun atau tumbuh melambat sebesar 16,9%. Perlambatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan deposito (pangsa deposito terhadap total DPK adalah 38%, yang sebesar 8% menjadi Rp78,08 triliun yang diduga akibat penurunan suku bunga deposito. Di lain pihak, produk giro maupun tabungan perbankan konvensional tumbuh cukup tinggi, yakni masing- masing sebesar 25,5% dan 21,9%. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

19 Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah dan bank swasta nasional masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 52% dan 46%. Penghimpun dana oleh kedua jenis bank tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan, yakni masing-masing sebesar 18,4% dan 15,3%. Di lain pihak, setelah mengalami kontraksi pada tahun sebelumnya, pertumbuhan penghimpunan dana bank swasta asing (proporsi penghimpunan dana bank swasta asing di Jawa Barat sebesar 2%) meningkat menjadi 15,8%. Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, perlambatan total DPK didorong oleh kinerja DPK rupiah yang melambat. Pada triwulan IV-2011, DPK rupiah tumbuh melambat 17,9% menjadi sebesar Rp191,2 triliun sedangkan DPK valas tumbuh stabil pada periode laporan, yakni sebesar 6,43% menjadi Rp17 triliun. Kinerja ini masih lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya dimana DPK rupiah tumbuh sebesar 36,2%. Meski demikian, tidak ada perubahan pangsa DPK menurut jenis valutanya, DPK rupiah masih mendominasi penghimpunan dana di Jawa Barat dengan pangsa sebesar 92%. Penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 menjadi Rp244,71 triliun atau tumbuh sebesar 17,56%. Berdasarkan produknya, produk tabungan dan deposito masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 43% dan 37%. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

20 Pertumbuhan tabungan mengalami perlambatan yakni dari 20,60% menjadi 17,09%, produk giro juga melambat dari 26,46% menjadi 19,70%, sementara deposito meningkat dari 10.12% menjadi 17,03%. Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah dan bank swasta nasional masih menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 54% dan 44%. Di sisi lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari total DPK Jawa Barat. Meningkatnya pertumbuhan DPK perbankan Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi DPK bank milik pemerintah yang pada akhir triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 23,70% atau mencapai Rp132,80 triliun. Sementara itu kelompok bank swasta nasional mengalami perlambatan, yakni dari 12,12% menjadi 10,94%, bank swasta asing juga melambat dari 17,17% menjadi 12,81%. Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, DPK rupiah masih mendominasi penghimpunan dana di Jawa Barat dengan pangsa masih relatif stabil, yakni 92%. Pertumbuhan DPK rupiah melambat dari 18,46% menjadi 17,47%, sebaliknya DPK valas meningkat cukup tinggi, yakni 7,11% menjadi Rp18,61 triliun. Pada triwulan IV-2013, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan konvensional dan perbankan syariah di Jawa Barat meskipun melambat tetapi masih mengalami pertumbuhan yang positif. DPK perbankan konvensional P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

21 meningkat dari Rp270,8 triliun menjadi Rp279,4 triliun pada triwulan IV Secara tahunan DPK Jawa Barat pada triwulan IV 2013 tumbuh 14,2% (yoy) atau melambat dibandingakn triwulan III 2013 yang tumbuh 18,1% (yoy). Di sektor perbankan syariah juga mengalami serupa, meskipun DPK meningkat namun tumbuh melambat dari 33,9% (yoy) pada triwulan III 2013 mejadi 19,5% (yoy) pada triwulan IV Grafik 3.1 Perkembangan DPK Perbankan Konvensional per Jenis Sumber: Bank Indonesia Komposisi perbankan pada triwulan IV 2013 didominasi oleh jenis tabungan (44%). Sedangkan sisi valuta, DPK didominasi oleh rupiah. DPK jenis tabungan terus mengalami tren peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan tunia masyarakat sejak tahun Sebaliknya pada P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

22 periode yang sama, tren pangsa DPK jenis deposito cenderung menurun dan sampai dengan triwulan IV 2013 mencapai 37%. Dilihat dari jatuh temponya, deposito dengan jangka waktu satu bulan memiliki pangsa terbesar, yaitu 18,2% atau sebesar Rp50,89 triliun. Sedangkan untuk deposito dengan jatuh tempo 3 bulan pangsa pasarnya sebesar 9,4% dengan nominal mencapai Rp26,27 triliun. Sisanya dengan pangsa 8,4% merupakan deposito dengan jatuh tempo 6 bulan ke atas. Berikut ini adalah gambaran dari perkembangan Dana Pihak Ketiga dari tahun dalam bentuk grafik. Gambar 3.2 Grafik DPK Perbankan Konvensional Sumber: Bank Indonesia P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

23 Pada akhir triwulan IV 2014, total simpanan atau Dana Pihak Ketiga yang dapat dikumpulkan bank umum konvensional di Jawa Barat mencapai Rp309,1 triliun. B. Perkembangan Kredit dan Risikonya Pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank umum konvensional pada triwulan laporan mencapai 27,6% lebih tinggi dari periode sebelumnya bahkan melebih target penyaluran kredit nasional. Dengan angka pertumbuhan tersebut, maka outstanding kredit menjadi sebesar Rp130,97 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit investasi dan modal kerja tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya, yakni masing-masing dari 36,3% menjadi 40,1% serta 24,4% menjadi 29,8%. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi sedikit menurun dari 23,3% menjadi 22,5% karena kebijakan perbankan yang menahan penyaluran untuk menjaga tingkat kualitas kredit. Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar ditujukan sektor PHR dan perindustrian masing-masing mencapai 21% dan 16% dari total penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit sektor PHR cenderung stabil pada periode laporan, sementara sektor industri pengolahan cenderung meningkat, yakni dari 23% menjadi 32%. Di sisi lain, pada tahun 2010 sektor pertanian masih turun meski pada triwulan IV-2010 kredit ke sektor pertanian relatif meningkat. Berdasarkan hasil survei P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

24 perbankan BI Bandung, turunnya penyaluran kredit perbankan terutama disebabkan oleh anomali cuaca. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, penyaluran kredit terbesar masih dilakukan oleh bank pemerintah, yakni sebesar 61% atau sebesar Rp79,3 triliun pada periode laporan. Namun demikian, perkembangan pertumbuhan kredit bank pemerintah cenderung menurun, sementara bank swasta nasional meningkat cukup signifikan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank swasta nasional yang cukup baik berpotensi untuk meningkat mengingat masih relatif kecilnya porsi kredit bank swasta nasional (37%) dibandingkan jumlah dana yang dihimpun (47%). Dari 26 kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kota Bandung adalah yang terbesar, yakni mencapai 46%. Kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kota Bandung mayoritas diperuntukkan sektor PHR serta industri pengolahan. Menurut angka pertumbuhannya, penyaluran bank berkantor di Kota Bekasi adalah yang tertinggi yakni sebesar 47% yang sebagian besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan. Hal ini mengingat daerah tersebut merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat. Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), penyaluran kredit perbankan Jawa Barat meningkat, yakni dari Rp37,7triliun menjadi Rp39,1 triliun. Sementara itu, P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

25 pangsa kredit UMKM masih relatif stabil, yakni 29,9%. Peningkatan kredit UMKM terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan kredit kepada Usaha Menengah dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, berdasarkan jenis penggunaannya baik kredit investasi maupun konsumsi masih memiliki kontribusi yang sama dengan nilai kredit pada periode laporan, masingmasing sebesar Rp5,9 triliun dan Rp33,1 triliun Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,08 triliun atau tumbuh 22,23%. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu yang sebesar 21,73%. Meski demikian, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,62%, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Barat mengalami perlambatan. Berdasarkan jenis penggunaannya, naiknya pertumbuhan kredit pada periode laporan disebabkan oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang naik 23,1% akibat gencarnya pemberian kredit kendaraan bermotor ataupun pembelanjaan melalui kartu kredit. Sementara itu, pertumbuhan kredit investasi serta modal kerja sedikit melambat, yakni masing-masing sebesar 32,1% dan 19,0%. Meski demikian, proporsi kredit menurut jenis penggunaannya masih sama dari periode lalu, yakni modal kerja 45%, dan konsumsi sebesar 43% dari total kredit. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

26 Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh 40,8% setelah pada akhir tahun lalu mengalami kontraksi. Sementara itu, pada periode laporan sektor pengangkutan mengalami kontraksi sebesar 0,3%. Sektor PHR yang merupakan sektor terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat (pangsa sebesar 20% dari total kredit) tumbuh sebesar 22,3% atau sedikit meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Berikut ini adalah Kredit Bank Konvensional Grafik 3.3 Kredit Bank Konvensional Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, hanya pertumbuhan penyaluran kredit bank swasta nasional yang stabil, yakni sebesar 24,5% Sementara itu, kredit yang disalurkan oleh bank pemerintah dan swasta asing meningkat P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

27 masing-masing menjadi 21,5% dan 4,8% (bank pemerintah adalah kelompok bank dengan pangsa terbesar, yakni 61%). Dari 26 kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kota Bandung adalah yang terbesar, yakni mencapai 42,89%. Menurut angka pertumbuhannya, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kabupaten Bekasi adalah yang tertinggi yakni 57,18% yang sebagian besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan. Hal ini mengingat daerah tersebut merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat. Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), penyaluran kredit perbankan Jawa Barat pada periode laporan meningkat menjadi Rp50,82 triliun. Sementara itu, pangsa kredit UMKM relatif stabil pada 31,75%. Berdasarkan skala usahanya, terjadi penurunan pangsa kredit pada usaha mikro, yakni dari 10,43% menjadi 9,55% sementara pangsa kredit usaha kecil dan menengah naik menjadi 16,23% dan 25,03% Jika dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya, kinerja intermediasi perbankan Jawa Barat lebih baik, yakni dari 73,56% menjadi 76,91%. Membaiknya rasio LDR terutama disebabkan oleh besarnya perlambatan DPK sementara pertumbuhan kredit meski sedikit menurun masih berada pada level yang cukup tinggi. Meski demikian, perkembangan intermediasi perbankan Jawa Barat masih lebih rendah P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

28 dibandingkan nasional yang pada periode laporan mencapai 89,23% atau jauh melebihi level yang didorong oleh Bank Indonesia. Risiko kredit perbankan di Jawa Barat pada triwulan IV turun drastis dari 3,09% pada triwulan III-2011 menjadi 2,38%. Selain itu, risiko kredit UMKM juga turun dari 5,23% menjadi 4,11%. Turunnya risiko kredit disebabkan oleh tingkat kehati-hatian perbankan serta membaiknya prospek perekonomian. Suku bunga kredit maupun deposito bank umum konvensional di wilayah Jawa Barat berada pada tren penurunan. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan aset maupun DPK. Penyebaran antara suku bunga deposito dan kredit pada periode laporan diindikasikan menyempit akibat lebih besarnya penurunan suku bunga kredit. Perkembangan suku bunga kredit menunjukkan hal yang membaik dimana seluruh kredit jenis penggunaan mengalami tren penurunan suku bunga. Sementara itu, suku bunga kredit investasi adalah yang terendah pada periode laporan, yakni sebesar 12,63% sedangkan suku bunga kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 13,78%. Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 27,04% atau mencapai Rp203,36 triliun. Dari sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan kredit pada tahun 2012 tumbuh meningkat P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

29 dibanding dengan tahun 2011 yang mencapai 22,22%. Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit masih didominasi kredit modal kerja (KMK) ya ng memiliki pangsa sebesar 45% dengan angka pertumbuhan sebesar 26,58% atau mencapai Rp91,34 triliun. Sementara itu Kredit investasi (KI) tumbuh sedikit melambat dari 38,36% menjadi 37,92%, sedangkan kredit konsumsi terjadi perlambatan pertumbuhan namun masih relatif stabil di level 24,49%. Berdasarkan kelompok bank, kelompok Bank Pemerintah yang memiliki pangsa 60% mencapai outstanding kredit sebesar Rp91,34 triliun dari total kredit perbankan sebesar Rp203,36 triliun atau tumbuh sebesar 28,01%, Bank Swasta Asing mengalami pertumbuhan cukup tinggi dari 23,57% menjadi 36,64%, sedangkan Bank Swasta Nasional mengalami perlambatan dari 26,57% menjadi 25,01% Penyaluran kredit di Jawa Barat, didominasi oleh bank yang berkantor di Kota Bandung, yakni mencapai 46,39%. Berdasarkan angka pertumbuhannya, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di Kabupaten Bekasi adalah yang tertinggi yakni 100,50%. Pangsa kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perbankan Jawa Barat pada periode laporan sebesar 28,96% dengan penyaluran kredit UMKM mencapai Rp58,89 triliun. Peningkatan kredit UMKM tersebut terjadi pada semua skala usaha, usaha mikro mencapai Rp13,79 triliun, P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

30 usaha kecil Rp18,55 triliun dan usaha menengah sebesar Rp26.55 triliun. Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya terjadi pertumbuhan penyaluran kredit UMKM dari 9,96% pada triwulan III-2012 menjadi 15,89% pada triwulan IV Fungsi intermediasi perbankan Jawa Barat semakin membaik yang tercermin pada peningkatan, Loan-to-deposit ratio (LDR) perbankan pada triwulan IV-2012 yang mencapai 83,10%. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit khususnya kredit ke sektor produktif yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK. Grafik 3.4 LDR dan NPL Bank Konvensional Sumber: Bank Indonesia P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

31 Pada periode laporan, risiko kredit perbankan di Jawa Barat yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan atau Non Performing Loans (NPL) terus menunjukkan tren yang menurun. NPL bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 sebesar 2,42%. Selain itu, risiko kredit UMKM juga turun dari 4,58% menjadi 3,90%. Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sumber: Bank Indonesia Suku bunga kredit bank umum konvensional di wilayah Jawa Barat berada pada tren menurun, sedangkan suku bunga deposito menunjukkan adanya peningkatan. Penyebaran antara suku bunga deposito dan kredit pada periode laporan P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

32 diindikasikan menyempit akibat lebih besarnya penurunan suku bunga kredit. Perkembangan suku bunga kredit menunjukkan hal yang membaik dimana seluruh jenis kredit mengalami tren penurunan suku bunga. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja adalah yang terendah pada periode laporan, yakni sebesar 12,20% sedangkan suku bunga kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 13,62%. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

33 BAB 4 BANK UMUM SYARIAH Secara nominal total aset bank umum syariah meningkat Rp33,4 triliun pada akhir laporan di tahun Berikut ini adalah gambaran umumnya. Grafik 4.1 Aset Perbankan Syariah Sumber: Bank Indonesia Pada triwulan IV-2010 perbankan umum syariah di Jawa Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Perubahan status salah satu bank umum konvensional menjadi syariah menyebabkan baik penghimpunan dana maupun pembiayaan tumbuh sangat tinggi menjadi sekitar 2 kali lipat sehingga masing-masing menjadi sebesar Rp9,85 triliun dan Rp7,81 triliun. Laju pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan diduga menyebabkan P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

34 meningkatnya biaya dana bank umum syariah sebagaimana yang terjadi dengan bank umum konvensional. Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan kredit menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) sedikit turun dari 85,7% menjadi 83,5%. Perbankan umum syariah menyebutkan bahwa FDR masih dijaga dilevel yang cukup tinggi meski sedikit menahan penyaluran pembiayaan karena menunggu kepastian kondisi perekonomian ke depan serta menjaga kualitas pembiayaan. Berikut ini adalah DPK Perbankan Syariah Grafik 4.2 DPK Perbankan Syariah Sumber: Bank Indonesia Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Jawa Barat rasio Non Performing Financing P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

35 (NPF) cenderung turun, yakni dari 3,3% menjadi 2,6% pada periode laporan. Evaluasi sepanjang tahun 2010 menunjukkan bahwa risiko kredit cenderung membaik dan pada akhir tahun telah tercapai rekor nilai NPF yang baru. Kinerja intermediasi perbankan syariah pada periode laporan sedikit turun dari 97,69% menjadi 91,72%. Menurunnya intermediasi perbankan syariah disebabkan oleh penyaluran pembiayaan yang sedikit melambat, yakni tumbuh 53,36% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun. Sementara itu, penghimpunan dana tumbuh sebesar 43,02% menjadi Rp13,05 triliun pada periode laporan. Dengan perkembangan tersebut, maka aset perbankan syariah menjadi 6,31% dari aset bank umum, penghimpunan dana merupakan 8,61%, dan penyaluran pembiayaan sebesar 5,75%. Meski penyaluran pembiayaan melambat, namun rasio Non Performing Financing (NPF) meningkat dari 2,28% pada triwulan III-2011 menjadi 2,68% pada triwulan IV Namun demikian, realisasi risiko pembiayaan tersebut masih pada level yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan syariah pada periode laporan sedikit turun dari 98,81% menjadi 95,34%. Sementara itu, penyaluran pembiayaan sedikit meningkat, yakni tumbuh 41,15% (yoy) menjadi Rp16,90 triliun. Disisi lain,penghimpunan dana mengalami perlambatan dari 38,21% menjadi 35,79 %. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

36 Grafik 4.3 Pembiayaan Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia Meski intermediasi perbankan syariah sedikit turun, namun rasio Non Performing Financing (NPF) menunjukkan tren yang menurun. NPF bank perbankan syariah di Jawa Barat triwulan IV-2012 sebesar 2,35% lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,50%. Sedangkan pada tahun 2013, baik NPF maupn FDR cenderung meningkat. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

37 Syariah Berikut ini adalah perkembangan FDR dan NPF Bank Grafik 4.4 FDR dan NPF Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

38 BAB 5 BANK PERKREDITAN RAKYAT, KETAHANAN KORPORASI, UMKM DAN RUMAH TANGGA A. Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR Jawa Barat membaik pada periode laporan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan kredit, perbaikan efisiensi, serta terjaganya risiko. Pada periode laporan, pertumbuhan kredit naik dari 18,94% menjadi 21,10%. Meski demikian, aset BPR Konvensional tumbuh melambat dari 19,81% menjadi 19,71% atau Rp8,48 triliun pada triwulan IV Sementara, pertumbuhan DPK turun dari 20,41% menjadi 18,90% atau sebesar Rp6,06 triliun. Kondisi ini terutama disebabkan oleh terpacunya BPR Konvensional untuk meningkatkan nilai LDRnya. Selain itu, pada triwulan IV-2010 BPR Jawa Barat semakin berupaya untuk meningkatkan akses pembiayaannya kepada masyarakat. Hal ini sebagaimana diindikasikan dengan penambahan kantor cabang sebanyak 558 unit menjadi 563 unit. Dari aspek efisiensi, kinerja BPR Jawa Barat berada dalam tren perbaikan. Pada triwulan IV-2010 BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) BPR Jawa Barat membaik dari 74,5% menjadi 73,4%. Berdasarkan risiko yang dihadapi perbankan, BPR Jawa Barat memiliki ketahanan permodalan yang cukup baik, sebagaimana indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) yang P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

39 sebesar 21,4%. Sementara itu, risiko kredit ( Non Performing Loans) mengalami perbaikan, yakni dari 8,13% pada triwulan III-2010 menjadi 7,28% pada periode laporan. Selain itu likuiditas masih cukup baik sebagaimana terjaganya indikator LDR BPR Jawa Barat. Kinerja intermediasi BPR Jawa Barat sedikit melambat, hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit sementara DPK meningkat pada periode laporan. Pertumbuhan kredit melambat dari 23,1% pada triwulan III-2011 menjadi 20,1%. Sementara, pertumbuhan DPK meningkat dari 12,0% menjadi 13,2%. Meningkatnya pertumbuhan DPK menyebabkan aset BPR di Jawa Barat tumbuh 15,03% menjadi Rp9,76 triliun. Kinerja BPR tersebut masih lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu. Kinerja efisiensi BPR Jawa Barat sedikit membaik tercermin dari rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) menjadi 85,8% pada periode laporan. Sementara itu, meski jumlah BPR berkurang menjadi 321 namun jumlah kantor cabang BPR meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni dari 543 unit menjadi 564 unit Berdasarkan risiko yang dihadapi, BPR Jawa Barat memiliki ketahanan permodalan yang cukup baik, sebagaimana indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) yang meningkat dari 20,29% pada triwulan III menjadi 20,45%. Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) masih terjaga, yakni P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

40 menjadi 6,46% pada periode laporan. Ke depan, NPL BPR Jawa Barat diperkirakan masih akan terus menurun. Penyaluran kredit oleh BPR Jawa Barat pada triwulan IV-2012 mencapai Rp7.87 triliun atau tumbuh melambat dari 14,91% menjadi 12,23%. Pertumbuhan penghimpunan dana milik pihak ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 15,12% menjadi 12,84%. Sementara itu, aset BPR tumbuh melambat 15,29% menjadi Rp12,07 triliun Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BPR Jawa Barat pada triwulan IV sebesar 84,57%. Sementara itu, jumlah kantor BPR di Jawa Barat sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 588 kantor cabang atau bertambah 8 unit kantor cabang baru selama triwulan IV Grafik 5.1 Perkembangan aset BPR dan DPK serta Kredit BPR Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan kecukupan modal, indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) BPR Jawa Barat mengalami sedikat P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

41 peningkatan menjadi 20,36%. Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) BPR mencapai 6.36%. B. Ketahanan Korporasi, UMKM dan Rumah Tangga Sementara itu kondisi ketahanan sektor korporasi melalui kinerja kredit sektoral di Jawa Barat masih cukup kondusif dalam mendorong perekeonomian. Hal ini tercermin dari kredit yang disalurkan terhadap sektor utama perekonomian Jawa Barat meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor perindustrian, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian yang masih tumbuh positif. Grafik 5.1 Kredit Menurut Sektoral Sumber: Bank Indonesia P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

42 Penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Barat relatif kondusif. Peningkatan kredit UMKM terjadi pada semua skala usaha. Usaha mikro meningkat menjadi Rp17,2 triliun, usaha kecil Rp20,3 triliun dan usaha menengah sebesar Rp30,1 triliun Grafik 5.2 Kredit Menurut Jenis Sumber: Bank Indonesia. Secara keseluruhan, risiko kredit UMKM Jawa Barat yang tercermin dari NPL relatif stabil pada triwulan laporan yakni sebesar 4,2% sama dengan NPL triwulan III Hal ini menggambarkan bahwa ketahanan sektor UMKM dari sisi keuangan masih terjaga dengan baik. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

43 Grafik 5.3 NPL Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia Sampai dengan triwulan IV 2013, kredit konsumsi di Jawa Barat meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2013 yaitu Rp101,1 triliun. Kualitas kredit konsumsi juga masih terjaga di level yang kondusif tercermin dari rasio NPL yang pada triwulan III 2013 dan triwulan IV 2013 masih pada kisaran 2,0%. Secara umum, dari tahun 2011 kredit masyarakat meningkat. P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

44 Grafik 5.4. NPL Kredit Konsumsi Sumber: Bank Indonesia P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada uari tumbuh 7,7% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

% yoy. Jan*

% yoy. Jan* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Pertumbuhan Uang Beredar (M2) uari meningkat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.174,2 T, atau tumbuh 14,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan utama suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Desember 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2016. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.003,3

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

abungan, baik dalam rupiah giro valuta Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa tember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) tumbuh 12,7 pada tember. Pertumbuhan M2 tersebut melambat dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Beredar (M2)

Perkembangan Uang Beredar (M2) Perkembangan Uang Beredar (M2) wa ember Uang Beredar (M2) pada ember tumbuh 12,7, stabil dibanding pertumbuhan ember (12,7%;yoy). M1 tumbuh 5,4 melambat dibanding ember (8,6%;yoy), namun Uang Kuasi tumbuh

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan II-26 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan II-26 meningkat dibandingkan triwulan I-26 dan diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III-26 Sebagian

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan IV-5 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan IV-5 menurun tajam, namun pada triwulan I-6 diperkirakan membaik Suku bunga dana dan kredit pada triwulan IV-5

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi ke arah peningkatan

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN I-2004 Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan meskipun sedikit melambat Kondisi tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan sampai saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini karena sektor perbankan merupakan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam industri perbankan sendiri, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan di Indonesia memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan yakni sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah perbankan. Menurut undang-undangno. 10/1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa bank adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004) mengatakan bahwa jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan I-6 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan I-6 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Untuk triwulan II- 6, permintaan maupun persetujuan kredit baru diperkirakan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan dampak bagi perekonomian di indonesia terutama pada struktur perbankan. Hal ini menyebabkan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama perbankan Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang- Undang Nomor Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sebagai

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu stablilitas perekonomian nasional sebagaimana diatur sebagai tugas pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan 2011-2016.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Assets pada Sektor Bank Umum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Assets pada Sektor Bank Umum BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga, dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Assets pada Sektor Bank Umum Syariah BUMN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui, kegiatan perbankan syariah di Indonesia baru di mulai sejak tahun 1992. Pengaturan mengenai perbankan syariah pada saat itu masih sangat terbatas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan merupakan industri yang penuh dengan resiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai aturan yang menyangkut aspek keuangan dalam sistem mekanisme suatu negara, telah menjadi

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN IV-2003 - Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan - Kondisi tersebut diprakirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan (bank) merupakan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah menjadi salah satu sektor yang mempunyai peran besar dalam perekonomian suatu negara, karena fungsi dari bank adalah sebagai perantara

Lebih terperinci

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF Suplemen 3 KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Bangka Belitung pada triwulan III 2008 menunjukkan proyeksi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN III-2004 Permintaan Kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan III-2004 secara indikatif memperlihatkan peningkatan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga kepercayaan/lembaga intermediasi masyarakat dan merupakan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci