diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek Subjek penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di MTsN Pitalah

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data penelitian, hasil penelitian dan dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian. A. Gambaran Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di MTsN Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar kelas VII pada saat penelitian ini dilakukan, dengan jumlah subjek atau sampel penelitian yaitu sebanyak 128 orang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada BAB III dalam karya ilmiah ini. B. Pelaksanaan Penelitian Persiapan yang penulis lakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tanah Datar, kemudian surat rekomendasi dari Kementerian Agama dibawa ke sekolah MTsN Pitalah untuk diajukan kepada kepala sekolah MTsN Pitalah sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah surat rekomendasi dari Kementerian Agama ditindaklanjuti oleh guru BK guna mendapat persetujuan dari Wakil Kepala sekolah dan guru-guru kelas VII. Setelah mendapat izin dan persetujuan barulah dilaksanakan penelitian. 77

2 78 Selanjutnya, pada tanggal 24 Juli 2017 sampai dengan 27 Juli 2017 penulis melakukan pengambilan data penelitian dengan menyebarkan skala kepada remaja di MTsN Pitalah yang menjadi sampel penelitian, yaitu sebanyak 128 orang remaja yang sedang dalam proses menyesuaikan diri. Penyebaran skala dilakukan oleh penulis dengan membagikan skala penelitian, yaitu skala kecerdasan emosional dan skala penyesuaian diri kepada sampel penelitian. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat pengisian skala, penulis memberikan penjelasan tentang tata cara pengisian seperti yang telah dicantumkan pada lembar petunjuk pengisian skala. C. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif menggunakan skala psikologi. Dalam penelitian ini ada dua skala psikologi yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu skala kecerdasan emosional yang terdiri dari 53 aitem pernyataan dan skala penyesuaian diri yang terdiri dari 46 aitem pernyataan. 1. Deskripsi Data Penelitian a. Kategorisasi Kecerdasan Emosional Tingkat kecerdasan emosional remaja di MTsN Pitalah dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan untuk menetapkan kategori yang jelas pada subjek penelitian. Kategori dari tingkat kecerdasan emosional dikategorisasikan berdasarkan mean ideal dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek dibagi dua yaitu rendah, dan tinggi (Azwar, 2012:154).

3 79 Valid Tabel 4.1 Kategorisasi Kecerdasan Emosional KE_1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Rendah 64 50,0 50,0 50,0 Tinggi 64 50,0 50,0 100,0 Total ,0 100,0 Sumber : Data Penelitian Berdasarkan tabel 4.1 dan di atas, dapat dilihat bahwa dari 128 orang subjek, 64 orang atau 50% remaja memiliki kecerdasan emosional yang rendah, dan sebanyak 64 orang atau 50% remaja memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dari besarnya persentase kecerdasan emosional pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian remaja kelas VII MTsN Pitalah memiliki kecerdasan emosional yang rendah dan sebagian lagi memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. b. Kategorisasi Penyesuaian Diri Tingkat penyesuaian diri remaja di MTsN Pitalah dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan untuk menetapkan kategori yang jelas pada subjek penelitian. Kategorisasi dari tingkat penyesuaian diri dikategorisasikan berdasarkan mean dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek dibagi dua yaitu rendah dan tinggi.

4 80 Valid Tabel 4.2 Kategorisasi Penyesuaian Diri PD_1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent rendah 64 50,0 50,0 50,0 Tinggi 64 50,0 50,0 100,0 Total ,0 100,0 Sumber : Data Penelitian Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa dari 128 orang subjek, 64 orang atau 50% remaja memiliki penyesuaian diri yang rendah, dan sebanyak 64 orang atau 50% remaja memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Dari besarnya persentase penyesuaian pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian remaja kelas VII MTsN Pitalah memiliki tingkat penyesuaian diri yang rendah dan juga sebagian lagi memiliki penyesuaian diri yang tinggi. D. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan syarat pokok dalam analisis data parametrik seperti korelasi, karena data-data yang akan dianalisis parametrik harus berdistribusi normal. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada, sebaliknya apabila sebaran tidak normal, maka dapat disimpulkan bahwa subjek tidak representatif atau tidak mewakili populasi yang ada. Uji normalitas dalam penelitian ini

5 81 menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov, data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi besar dari 0,05 (Pr iyatno, 2012:39). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20.0 for windows, maka diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Normalitas Sebaran Skala Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Diri One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KE PD N Normal Parameters a,b Mean 176,31 151,37 Std. Deviation 16,071 15,226 Most Extreme Differences Absolute,098,053 Positive,098,052 Negative -,054 -,053 Kolmogorov-Smirnov Z 1,108,600 Asymp. Sig. (2-tailed),171,865 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data SPSS 20.0 for windows Tabel 4.3 di atas menunjukkan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai signifikansi atau p > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ( Asymptotic Significance 2-tailed) untuk kecerdasan emosional adalah 0,171 dan penyesuaian diri 0,865. Signifikansi untuk variabel kecerdasan emosional lebih besar dari 0,05 maka berdistribusi normal dan signifikansi untuk variabel penyesuaian diri juga lebih besar dari 0,05 maka berdistribusi normal. Jadi dapat

6 82 disimpulkan bahwa data skala kecerdasan emosional dan data skala penyesuaian diri keduanya berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel penelitian secara signifikan mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Menurut Priyatno (2012 : 79), kedua variabel dikatakan linear apabila memiliki taraf signifikansi linearity kecil dari 0,05 (p < 0,05). Uj i linearitas pada SPSS versi 20.0 for windows diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.4 Uji Linearitas Sebaran Skala Kecerdasan Emosionl dan Skala Penyesuaian Diri ANOVA Table Sum of Df Mean F Sig. Squares Square (Combined) 21859, ,366 4,158,000 Between Groups Linearity 18259, , ,604,000 Deviation from Linearity 3599, ,577,698,913 Within Groups 7582, ,103 Total 29441, Sumber: Data SPSS 20.0 for windows Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat pada output ANOVA Table di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,000 dan karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kecerdasan emosional dan penyesuaian diri terdapat hubungan yang linear, maka asumsi linearitas terpenuhi.

7 83 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Pearson Correlations KE PD Pearson Correlation 1,788 ** KE Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,788 ** 1 PD Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: SPSS 20.0 for windows Hasil analisis pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien Pearson correlation kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri sebesar r xy = 0,788, artinya terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri. Jika nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < 0,05 berarti hipotesis diterima, sedangkan jika nilai signifikansi > 0,05 berarti hipotesis ditolak. Adapun nilai signifikansi dari kecerdasan emosional dan penyesuaian diri adalah 0,000 (0,000 < 0,05) yang berarti taraf signifikansi antara dua variabel menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian diri.

8 84 Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan besar koefisien r = 0,788, diperoleh nilai r hitung adalah 0,788, sementara r tabel 0,174. Menurut Sugiyono (2010:230 ), jika r hitung > (besar) r tabel maka hipotesis diterima. Sebaliknya, Jika r hitung < (kecil) r tabel maka hipotesis ditolak. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,788 > 0,174, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada remaja di MTsN Pitalah. Jadi, berdasarkan hasil uji analisis korelasi Pearson dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada remaja di kelas VII MTsN Pitalah. E. Pembahasan 1. Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VII MTsN Pitalah Berdasarkan analisis deskriptif diketahui terdapat sebanyak 64 orang atau 50% memiliki kecerdasan emosional yang rendah, dan sebanyak 64 atau 50% orang memiliki kecerdasan emosional tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa di kelas VII MTsN Pitalah memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan sebagian lagi memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Besaran persentase dari masing-masing aspek kecerdasan emosional yaitu, aspek kesadaran diri sebanyak 7,42%, aspek pengaturan diri sebanyak

9 85 13,44%, aspek motivasi sebanyak 22,83%, aspek empati sebanyak 18,97%, dan aspek keterampilan sosial sebanyak 37,33% dari 128 subjek. Berdasarkan besaran persentase dari masing-masing aspek kecerdasan emosional di atas diketahui bahwa siswa MTsN Pitalah memiliki kecerdasan emosional yang paling dominan dalam aspek keterampilan sosial yaitu sebanyak 37,33%. Kemudian aspek motivasi sebanyak 22,83%, aspek empati sebanyak 18,97% dari 128 subjek, dan aspek pengaturan diri sebanyak 13,44% 128 subjek. Sedangkan aspek kesadaran diri hanya sebanyak 7,42%. Kecerdasan emosional yang rendah dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran diri dan pengaturan diri yang dimiliki siswa. Hal ini disebabkan karena transisi menuju sekolah menengah pertama, tentu dapat menyulitkan dalam proses penyesuaian diri terhadap hal-hal baru bagi sejumlah siswa, yang tidak jarang memunculkan keadaan emosional negatif seperti perasaan kesepian dan kesedihan terkait keterpisahan dengan teman dekat semasa di SD lama dan keluarga bagi yang tinggal berjauhan dari keluarga atau kos. Sedangkan kecerdasan emosional yang tinggi dipengaruhi oleh adanya motivasi, empati, dan keterampilan sosial yang dimiliki oleh siswa. Menurut Goleman (2015:43) kecerdasan emosional terkait dengan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

10 86 Sementara itu, Babei dan Cheraghali (2016:354) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu komponen yang memengaruhi kecerdasan emosional. Ini mencakup pemecahan masalah, kemampuan untuk mengevaluasi hubungan antara pengalaman emosional dengan objektivitas yang ada, dan kemampuan untuk mengatasi emosi, pikiran, dan perilaku dalam berbagai situasi. Selanjutnya, Kirochi dalam Babaei dan Cheraghali (2016: 354) juga percaya bahwa kecerdasan emosional dikaitkan dengan kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain, interaksi, serta kemampuan beradaptasi individu terhadap sekitarnya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional mampu mengelola emosinya, sehingga selalu mendapatkan manfaat dari semua kejadian yang dihadapinya (Hasan, 2008:156). Hadis menyatakan hal ini sebagai karakter orang mukmin, sebagaimana bunyi hadis berikut ini: ع ج ب ا لا م ر ال م و م ن إن أ م ر ه ك ل ھ ل ھ خ ی ر و ل ی س ذ ل ك لا ح د إ لا م و ل ل م ن إ ن أ ص اب ت ھ س ر اء ش ك ر ف ك ان خ ی ر ا ل ھ و إ ن أ ص اب ت ھ ض ر اء ص ب ر ف ك ان خ ی را ل ھ Artinya: Begitu mengagumkan yang terjadi pada orang mukmin. Sesunguhnya semua perkara orang mukmin adalah baik, hal itu tidak akan dimiliki oleh siapapun kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia ditimpa kesenangan, maka ia bersyukur, maka itu adalah baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudharatan, maka ia bersabar, maka hal itu juga baik untuknya. (Imam Muslim, 2001: 756, No. 2999)

11 87 2. Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII MTsN Pitalah Berdasarkan analisis deskriptif diketahui terdapat sebanyak 64 orang atau 50% memiliki penyesuaian diri yang rendah, dan sebanyak 64 orang atau 50% orang memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas VII MTsN Pitalah memiliki penyesuaian diri yang tinggi dan sebagian lagi memiliki penyesuaian diri yang rendah. Besaran persentase dari masing-masing aspek penyesuaian diri yaitu, aspek penyesuaian pribadi sebanyak 48,45%, dan aspek penyesuaian sosial sebanyak 56,54% dari 128 subjek. Berdasarkan besaran persentase dari masing-masing aspek penyesuaian diri di atas diketahui bahwa siswa MTsN Pitalah dominan memiliki aspek penyesuaian sosial yaitu sebanyak 56,54% dari 128 subjek. Sedangkan aspek penyesuaian pribadi hanya sebanyak 48,45% dri 128 subjek. Penyesuaian diri yang rendah pada masa ini terjadi karena siswa dihadapkan dengan banyak perubahan dan tuntutan baru. Siswa tidak berada lagi di sekolah dasar, namun berada pada sekolah baru, dengan peraturan dan sistem yang baru. Mereka juga harus berpisah dengan teman-teman di sekolah lama dan harus mencari serta menyesuaiakan diri dengan teman-teman di sekolah baru. Dalam situasi seperti ini, siswa baru akan bertemu dengan masalah kesulitan dalam menyesuaikan diri. Thondrike dan Hogen dalam Sundari (2005: 39) menyatakan bahwa penyesuaian diri terkait dengan kemampuan individu untuk mendapatkan ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitarnya.

12 88 Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Thondrike dan Hogen, Schneiders dalam Desmita (2010: ) juga menyebutkan bahwa penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal. Sunarto dan Hartono (2013: 224), juga menyebutkan bahwa individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan halhal sebagai berikut, tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif. Selain itu studi penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor efektif dalam penyesuaian individu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional mampu memberikan kesejahteraan emosional, meningkatkan hubungan interpersonal, dan penyesuaian sosial melalui peningkatan kesehatan mental dan membantu orang untuk mendapatkan lebih banyak kesuksesan dalam hidup. Individu yang menerapkan kecerdasan emosional memiliki penyesuaian yang lebih tinggi dengan lingkungan sekitar, menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi, dan mengakui kemampuan mereka (Babaei dan Cheraghali, 2016: 355).

13 89 3. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII MTsN Pitalah Hasil analisis dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa MTsN Pitalah. Hal ini dilihat dari hasil nilai r hitung sebesar = 0,788 dengan taraf signifikansi p=0,000 dan r tabel sebesar = 0,174 hal ini berarti r hitung besar dari r tabel (0,788 > 0,174), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa MTsN Pitalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dipahami bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang semakin tinggi penyesuaian diri seseorang, begitu juga sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional seseorang semakin rendah juga penyesuaian diri seseorang. Analisis data penelitian secara statistik sejalan dengan hipotesis yang dipaparkan pada BAB II bahwa antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri saling berhubungan dan memiliki hubungan yang positif. Aziz dalam Prasetiyo dan Andriani (2011:22) menyatakan bahwa kecerdasan emosi terkait dengan penyesuaian diri, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi seorang remaja maka semakin baik pula kemampuan remaja menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pacheco dan Berrocal, kecerdasan emosional yang rendah pada remaja dapat mengakibatkan tingkat kesejahteraan dan penyesuaian psikologis yang rendah, penurunan kuantitas

14 90 dan kualitas hubungan interpersonal, penurunan dalam bidang akademik, dan munculnya perilaku agresi dan kenakalan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa kecerdasan emosional berkonstribusi besar dalam proses interaksi sosial seseorang dalam melakukan penyesuaian diri. Peran kecerdasan emosional seseorang dapat dilihat dalam mengelola tekanan emosi yang dihadapinya dalam menghadapi kondisi dan situasi yang terjadi di lingkungan sekitar sehingga seseorang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.