BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data,

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta analisis data, dan dilanjutkan dengan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. A. Gambaran Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 147 orang. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang, tepatnya di Jalan M. Yunus Lubuk Lintah Padang. Letak geografis lokasi kampus ini berada pada kawasan dekat dengan pemukiman masyarakat. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 5 Juli Pengambilan data penelitian dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi izin penelitian Nomor: B.1398/In.02/FU/PP.00.9/06/2017 yang ditanda tangani oleh wakil dekan bidang Akademik Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang dengan jumlah sampel sebanyak 147 orang seperti yang dijabarkan pada BAB III. Penelitian dilakukan sendiri oleh penulis dengan membagikan skala yaitu skala optimisme dan skala religius 56

2 57 coping. Agar tidak terjadi kesalahan di dalam pengisian skala, penulis memberikan penjelasan pengisian yang telah ada di lembar skala. C. Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data di dalam penelitian ini dengan menggunakan dua skala yaitu skala optimisme yang terdiri dari 31 aitem pernyataan dan skala religius coping yang terdiri dari 21 aitem pernyataan. Pada setiap skala terdapat lembar identitas, kolom jawaban, dan cara pengisian serta ucapan terima kasih. Selain dari itu, penulis menggunakan wawancara dan observasi sebagai pengambilan data awal. 1. Diskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian digunakan untuk membuat kategorisasi variabel dengan menggolongkan subjek dalam dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Menurut Azwar (2005), skor skala sebagai hasil ukur berupa angka (kuantitatif) maka skor memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Berdasarkan tujuan tersebut maka peneliti menetapkan suatu kategorisasi. Kategorisasi ini bersifat relatif sehingga dapat dibagi sesuai dengan tingkat diferensiasi yang dikehendaki, tetapi sebelumnya harus ditentukan dahulu berdasarkan rerata (M), satuan deviasi standar (SD) dengan memperhitungakan tentang skor minimum (Xmin) d an skor maksimum (Xmax) teoritisnya (Azwar, 2005: 105).

3 58 Hasil dari perhitungan statistik untuk dua variabel didapat hasil seperti pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Optimism ,43 11,247 religiuscopingpositif ,20 4,952 religiuscopingnegatif ,67 2,602 Valid N (listwise) 147 Dari tabel 4.1 rata-rata variabel otimisme adalah 101,43 dengan standar deviasi 11,247 dan nilai minimum sebesar 76 dan nilai maximum 124, sedangkan untuk religius coping positif memiliki rata-rata sebesar 49,20 dan standar deviasi 4,952 dengan nilai manimun 36 dan nilai maximun 60, sementara nilai rata-rata religius coping negatif sebesar 10,67 dan standar deviasi 2,602 dengan nilai minimum 6 dan nilai maximum 18. a. Kategorisasi Optimisme Kategorisasi dari tingkat optimisme memperlihatkan bahwa ratarata mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang dikategorisasikan berdasarkan mean ideal dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek dibagi dua yaitu rendah dan tinggi dengan rumus sebagai berikut: I=

4 59 Keterangan: I = interval R = range (nilai tertinggi-nilai terendah) K = kelas interval (tinggi dan rendah) I= I= I= I= 24 Jadi = 100 Kategori rendah = 76 sampai 100 Kategori tinggi = 101 sampai 124 Dari perhitungan diuraikan rumus I, diperoleh interval sebesar 24. Seterusnya untuk menentukan nilai terendah maka nilai Xmin ditambah dengan 24 ( = 100 ), dan menentukan nilai tertinggi yaitu diatas nilai hasil Xmin (101). Tabel 4.2 Kategorisasi Skala Optimisme No Skor Jumlah Kategori Persentase Tinggi 54% Rendah 46% Sumber: Data Penelitian

5 60 Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa dari 147 subjek yang diteliti, 79 orang atau 54 % memiliki tingkat optimisme yang tinggi, 68 orang atau 46 % yang memiliki tingkat optimisme yang rendah. Dari besaran persentase optimisme pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang lebih dominan memiliki tingkat optimisme yang dikategorikan tinggi. b. Kategorisasi Religius Coping Kategorisasi dari tingkat religius coping memperlihatkan bahwa rerata hipotetik dari religius coping mahasiswa semester akhir Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang dikategorisasikan berdasarkan mean ideal dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Untuk menentukan kategorisasi penulis menggunakan SPPS 20.0 for Windows, karena jumlah aitem religius coping positif dan religius coping negatif tidak sama, maka kedua skor tersebut harus di standarkan terlebih dahulu dengan menggunakan Z skor dengan rumus (Handini), sebagai berikut: Z =

6 61 Keterangan: X = nilai responden = nilai rata-rata sd = standar deviasi Kemudian tentukan subjek termasuk positif atau negatif dengan cara melihat nilai yang didapatkan subjek lebih tinggi positif atau negatif, selanjutnya beri nilai subjek 1 untuk positif dan 0 untuk negatif, kemudian masukkan data ke SPSS, ambil variabel view, rubah decimals menjadi 0, rubah volue 1 untuk positif dan 0 untuk negatif, kemudian klik analyze pada data view, lalu klik descriptive statistic, klik frequencies, selanjutnya pindahkan variabel ke kotak variables lalu klik ok maka akan muncul tabel yang berisi jumlah subjek yang kategori positif dan negatif serta persentasenya. Tabel 4.3 Kategorisasi Skala Religius Coping No Jumlah Kategori Persentase 1 76 Positif 51,7% 2 71 Negatif 48,3 % Sumber: Data Penelitian Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa dari 147 subjek yang diteliti, 76 orang atau 51,7 % memiliki religius coping yang positif dan 71 orang atau 48,3 % yang memiliki religius coping yang negatif. Dari besaran persentase religius coping pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa pada mahasiswa semester akhir Fakultas Ushuluddin UIN Imam

7 62 Bonjol Padang lebih dominan memiliki religius coping yang dikategorikan positif. D. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak. Distribusi data yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada, sebaliknya apabila sebaran tidak normal, maka dapat disimpulkan bahwa subjek tidak representatif atau tidak mewakili populasi yang ada. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one sample kalmogorov smirnov, dapat dinyatakan terdistribusi normal jika signifikansi besar dari 0,05 (Priyatno, 2012). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20.0 for windows, maka diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 4.4 Uji Normalitas Sebaran SkalaOptimisme One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Optimisme N 147 Normal Parameters a,b Mean 101,43 Std. Deviation 11,247 Most Extreme Differences Absolute,082 Positive,082 Negative -,039 Kolmogorov-Smirnov Z,990 Asymp. Sig. (2-tailed),280

8 63 Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dari tabel One-Sample Kolmogorov Smirnov Test (KS) pada tabel 4.4 di atas. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal. Dari tabel 4.4 di atas, didapatkan nilai KS 0,99 dp P = 0,28 (P > 0,05) dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymptotic Significance 2-tailed) untuk optimisme adalah 0,280, signifikansi untuk variabel optimisme lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Biserial untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan optimisme dengan religius coping. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Biserial Optimism Religiuscoping Correlations optimisme religiuscoping Pearson Correlation 1,577 ** Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,577 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N Sumber: SPSS 20.0 for windows

9 64 Peneliti menggunakan korelasi Biserial karena dalam penelitian ini religius coping tidak menggunakan skor dalam bentuk angka, tetapi positif atau negatif sehingga tidak bisa menggunakan korelasi Biserial. Hasil analisis pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai koefisien Korelasi Biserial optimisme dengan religius coping sebesar 0,001. Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti hipotesis diterima sedangkan jika nilai signifikansi > 0,05 berarti hipotesis ditolak, hasil analisis didapatkan nilai korelasi sebesar 0,577 dan P = 0,001 (P < 0,05) yang berarti pada taraf signifikansi antara dua variabel menunjukkan adanya hubungan antara optimisme dan religius coping pada mahasiswa semester akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. E. Pembahasan Berdasarkan analisis data yang diperoleh menunjukkan, bahwa didapatkan datayang diperoleh juga terlihat dari 147 subjek yang diteliti, 79 orang atau 54% memiliki tingkat optimisme yang tinggi, dan 68 orang atau 46% yang memiliki tingkat optmisme yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari mahasiswa semester akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang memiliki tingkat optimisme yang tinggi. Setiap orang berharap untuk tidak berputus asa dalam menghadapi kehidupannya walaupun dalam keadaan paling sulit sekalipun, dengan kata lain optimisme merupakan langkah pertama yang harus dimiliki setiap orang untuk memulai hidupnya, seperti dalam penelitian ini mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi dimana optimisme menjadi bagian dari terselesaikannya tugas akhir untuk memperoleh gelar disiplin ilmunya.

10 65 Menurut Chang, 1996 ( Sari, 2007) optimisme sangat berhubungan dengan hasil-hasil positif yang diinginkan seseorang seperti kondisi moral yang bagus, prestasi yang bagus, kondisi kesehatan yang bagus, dan kemampuan mengatasi masalah yang muncul. Jadi sangat jelas bahwa optimismemerupakan salah satu faktor penentu bagi seseorang untuk mendapatkan hasil-hasil yang positif dalam hidupnya. Optimisme terbentuk sebagai satu bentuk psikologi positif yang terdapat pada seorang individu. Optimisme seseorang dinilai akan menentukan masa depan orang tersebut karena optimisme ini akan memelihara harapanharapan positif untuk masa depan seseorang. Optimisme tersebut akan membantu seseorang untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam mencapai tujuan atau target seseorang individu (Scheier dan Carver, 1987 dalam Sari, 2007). Kemudian dari data dari 147 subjek yang diteliti, 76 orang atau 51,7 % memiliki religius coping positif, 71 orang atau 48,3 % memiliki religius coping negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari mahasiswa semester akhir Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang memiliki tingkat religius coping positif, menurut Yatmi ( Masyitoh, 2006) terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemilihan strategi coping yaitu, jenis kelamin, kepribadian individu, usia, pendidikan, budaya, situasional, penilaian terhadap tersedianya dukungan sosial. Selanjutnya, dari analisis korelasi yang diperoleh bahwa optimisme memiliki hubungan yang positif dengan religius coping. Sehingga semakin

11 66 tinggi tingkat optimisme maka semakin tinggi tingkat religius coping. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi Pearson yang menunjukan bahwa nilai Corellation antara variable optimisme dengan religius coping sebesar 0,577 dengan nilai signifikansi 0,000, yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti antara dua variabel menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dari hasil analisis didapatkan hasil sebagai berikut: a. Sebagian besar mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang memeliki optimisme yang tinggi. b. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang sebagian besar memiliki religius coping positif sebagai penanganan disaat menghadapi stress. c. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara optimisme dengan religius coping positif pada mahasiswa semester akhir yang menyelesaikan skripsi di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Carole (2007:296) mengatakan optimisme adalah harapan bahwa semua hal akan berjalan dengan baik, tidak peduli apapun halangan yang muncul membuat hidup lebih mudah. Optimisme adalah adanya kecendrungan pada indivdu untuk memandang segala sesuatu hal dari sisi dan kondisi keberuntungan diri sendiri (Ghufron, 2011:98). Seligman (199 1) mengatakan bahwa optimisme (dalam Ghufron 2011:96) adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berfikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri individu yang

12 67 optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Optimisme mendorong individu untuk selalu berfikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain. Tinggi rendahnya tingkat religius coping yang dialami oleh mahasiswa semester akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala religius coping. Semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa pada skala religius coping maka semakin tinggi pula tingkat religius coping yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mahasiswa pada skala religius coping maka semakin rendah pula tingkat relisius coping pada mahasiswa tersebut. Coping religius adalah suatu cara individu menggunakan keyakinannya dalam mengelola stress dan masalah-masalah dalam kehidupan (Wong-McDonald dan Gursuch dalam Utami, 2012:49).Menurut Koenig et al. (Safaria: 2011) religious spiritual coping didefenisikan sebagai sejauh mana individu menggunakan keyakinan dan praktek religiusnya untuk menfasilitasi proses pemecahan masalah dalam mencegah atau meringankan dampak psikologis negatif dari situasi yang penuh stress, dan hal ini membantu individu untuk beradaptasi dalam situasi kehidupan yang menekan.

13 68 Sedangkan menurut Pargament (Masyitoh, 2007) religius coping adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan religius seseorang. Pargament, Smith, Koenig, dan Perez (Pargament, et al., 2011; Ano dan Vasconcelles, 2005; Utami, 2012) menghipotesiskan dua pola coping religius, yaitu, religius coping positif dan religius coping negatif. Religius coping positif Merefleksikan hubungan yang aman dengan Tuhan, suatu keyakinan dimana ada sesuatu yang lebih berarti yang ditemukan dalam kehidupan, dan rasa spiritual dalam berhubungan dengan orang lain. Sedangkan religius coping negatif melibatkan ekspresi yang kurang aman dalam berhubungan dengan Tuhan, pandangan yang lemah dan tidak menyenangkan terhadap dunia, dan perjuangan religius untuk menemukan dan berbicara atau berdialaog dengan orang lain dalam kehidupan. positif atau negatif tingkat religius coping yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala religius coping. Semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa pada skala religius coping positif atau religius coping negatif maka semakin tinggi pula tingkat re;igius coping positif atau religius coping negatif yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mahasiswa pada skala religius coping positif atau religius coping negatif

14 69 maka semakin rendah pula tingkat religius coping positif atau religius coping negatif pada mahasiswa tersebut. Hasil analisa data penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif antara variabel optimisme dengan religius coping positif dan adanya korelasi yang negatif antara optimisme dengan religius coping negatif yang artinya semakin tinggi optimisme maka semakin tinggi pula religius coping positif dan semakin tinggi tingkat optimisme maka akan semakin rendah religius coping negatif yang digunakan oleh mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi dan sebaliknya semakin rendah optimisme maka semakin rendah religius coping positif dan apabila semakin rendah tingkat optimisme maka akan semakin tinggi religius coping negatif yang digunakan oleh mahasiswa tersebut. Sementara dalam penelitin ini terdapat mahasiswa yang memiliki optimisme cukup tinggi, artinya mahasiswa yang optimis dapat melihat dengan cara pandang yang positif dan terus melakukan yang lebih baik dan saat menghadapi kesulitan atau masalah akan berusaha menyelesaikannya dengan kembali kepada nilai-nilai religius serta aturan dan norma-norma yang ditentukan dalam agama yang diyakininya. Jika mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi tersebut menghadapi masalah dalam penyusunan skripsi maka mahasiswa tersebut akan terus berusaha mencari jalan keluar dan menyelesaikan masalah tersebut sampai masalah yang dihadapinya terselesaikan. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki optimisme yang rendah dalam menyusun skripsi, ketika menghadapi masalah maka mereka akan melihat masalah tersebut sebagai sebagai suatu

15 70 beban dan kurang meyakinan untuk menghadapi masalah tersebut, sehingga mereka belum dapat menyelesaikan masalah atau kesulitan yang mereka hadapi.