ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN)"

Transkripsi

1 ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN) Mohammad Imam Shalahudin, Dosen Pengajar Jurusan Teknik Industri Politeknik Swadharma, Jakarta Abstraksi Just-in-time (JIT) akan menghasilkan barang yang di perlukan, dalam jumlah yang di perlukan, dan pada waktu diperlukan. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) adalah perusahaan tebesar yang merupakan memproduksi mobil produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Dalam hal Pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku di dalam perusahaan tarsebut adalah merupakan hal yang sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik, setiap perusahaan yang menghasilkan produk akan memerlukan persediaan part dalam jumlah yang diperlukan. Di dalam hal ini tidak akan kecuali, baik perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan kecil, perusahaan menengah, maupun perusahaan besar. Namun cara pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku akan berbeda beda untuk setiap perusahaan perusahaan, baik dalam jumlah hal unit dari persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, maupun manajemen pengelolahan dari persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan. Keyword: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, perkembangan pasar ditandai dengan meningkatnya jenis produk yang diinginkan konsumen dan menurunnya waktu pakai (life cycles) suatu produk (Wortmann,1992). Kondisi ini memerlukan suatu strategi produk baru, karena strategi lama yaitu sistem produksi massal tidak dapat memenuhi tantangan ini (Browne et.al,1988). Strategi baru ini harus fleksibel, waktu pakai produknya singkat, serta mampu memperkecil watu produksi (manufacturing lead time) dan distribusi (ordering lead time). Oleh karena itulah saat ini banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang manufacturing dan assembling menggunakan sistem Just In Time ( J I T ). Just-in-time (JIT) akan menghasilkan barang yang di perlukan, dalam jumlah yang di perlukan, dan pada waktu diperlukan. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) adalah perusahaan tebesar yang merupakan memproduksi mobil produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Dalam hal Pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku di dalam perusahaan tarsebut adalah merupakan hal yang sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik, setiap perusahaan yang menghasilkan produk akan memerlukan persediaan part dalam jumlah yang diperlukan. Di dalam hal ini tidak akan 23

2 kecuali, baik perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan kecil, perusahaan menengah, maupun perusahaan besar. Namun cara pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku akan berbeda beda untuk setiap perusahaan perusahaan, baik dalam jumlah hal unit dari persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, maupun manajemen pengelolahan dari persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dalam hal ini selalu megadakan perbaikan perbaikan pada sistem pengendalian dan pendistribusian bahan baku sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal perbaikan selalu meliputi pengaturan bahan baku, identifikasi, pendistribusian pemesanan, pengawasan pengeluaran dan pemasukan bahan baku. Sehingga persediaan bahan baku yang ada di dalam perusahaan akan dapat menunjang pelaksanaan proses produksi dengan seefektif dan seefesien mungkin. Sistem pengendalian dan pendistribusian bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting pada perusahaan perakitan mobil, dalam pendistribusian persediaan bahan baku ini akan diusahakan agar bahan baku yang ada di dalam perusahaan tidak terlalu besar jumlahnya, karena biaya penyimpanan atau pergudangan akan menjadi tanggungan perusahaan menjadi semakin besar. Bahan baku yang terlalu sedikit juga akan merugikan perusahaan bersangkutan seperti kehabisan persediaan bahan baku serta pendistribusian bahan baku yang terhambat di line proses assembly yang akan megakibatkan proses produksi terganggu atau sampai terhenti (line stop). Permasalahan yang ada pada saat melakukan penelitian di line proses trimming 1 assembly yaitu persediaan part yang terlalu banyak dan ada yang sangat minim. Perbaikan yang harus dilakukan sekarang ini adalah mengendalikan persediaan part pada pedal brake yang menyebabkan keterlambatan dalam pendistribusian, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka, permasalahan adalah tidak terkendalinya persediaan part yang terlalu banyak dan ada juga yang sangat minim, sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pendistribusian part ke dalam line proses trimming 1 assembly, seperti halnya yang terjadi pada part pedal brake pada waktu penelitian terjadi kekurangan. 24

3 1.3. Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dalam pembuatan tugas akhir maka batasan yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilakukan hanya membahas pengendalian dan pendistribusian part pedal brake pada produksi perakitan mobil kijang inova dalam line proses trimming 1 assembly di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. 2. Masalah yang ada hanya pada saat penelitian melakukan Job Training pada tanggal 01 s/d 26 September Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah : Mencari solusi kekurangan part pedal brake di line proses trimming 1 assembly sehingga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan Metodologi Penelitian Penulis dalam memperoleh data data yang diperlukan untuk bahan tulisan tugas akhir ini adalah: 1. Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan meminta penjelasan langsung kepada narasumber. 2. Pengamatan (Observasi), yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat. 3. Kesusastraan (Literature), yaitu pengumpulan data dengan membaca buku buku yang berkaitan permasalahan yang akan dibahas. LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dari Persediaan Part pengertian persediaan part yang lebih dikenal dengan nama persediaan bahan baku ini memiliki arti bila dilihat dari kata yang dibentuknya menurut kamus besar Indonesia sebagai berikut: Persediaan adalah barang barang yang telah tersedia. Part atau bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi barang yang nantinya akan mempunyai nilai tambah. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari persediaan part adalah merupakan barang yang telah tersedia untuk diolah menjadi barang jadi dimana barang tersebut nantinya akan memiliki nilai tambah Sistem Produksi Toyota Dalam pelaksaan proses di logistik, semua aktivitas yang dilakukan tidak lepas 25

4 dari sistem system produksi yang ada di perusahaan ini. Sistem produksi yang ada disini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan produk yang spesifik, tepat waktu dan biaya produksi yang minimum. Dari tujuan tersebut jika dilaksanakan dengan baik dapat meningkatkan jumlah pelanggan agar kebutuhan tertier ini akan membuat pelanggan merasa puas. Dalam sistem produksi juga ada beberapa kriteria kriteria sebagai tolak ukur pengendalian dan pengukuran kegiatan manufaktur antara lain : Volume produksi. Biaya produksi. Tingkat pemanfaatan dan efektivitas sumber daya manusia. Penyerahan tepat waktu (Just In Time). Tingkat pengembalian investasi (ROI). Fleksibilitas terhadap perubahan produk. Fleksibilitas terhadap perubahan kapasitas produk. Kualitas produk dapat dipercaya oleh konsumen. Pada sistem produksi Toyota, kriteria kriteria diatas merupakan dasar dasar dari operasional. Sistem produksi Toyota sering diidentikkan dengan sistem manufakturing yang tepat waktu atau lebih dikenal dengan istilah Just In Time (JIT). Just In Time (JIT) adalah menghasilkan barang yang di perlukan, dalam jumlah yang diperlukan, dan pada waktu diperlukan Filosofi Dari JIT Sistem JIT mulai dikembangkan pada perusahaan Toyota Motor Company di jepang dan sebelumnya telah berkembang lebih dari 50 tahun. Terhadap 3 orang penemuan yang menjadi pelopor dari sistem JIT ini, diantaranya Sakichi Toyoda ( ) adalah penemuan masin otomatis yang telah menguraikan pemikiran tentang otomatisasi khusus. Putranya Kiichiro Toyoda ( ) telah menguraikan pemikirannya tentang sistem JIT, kemudian mendirikan mobil Toyota. Setelah berkembang sekian lamanya Taiichi Ohno mengembangkan kedua konsep tersebut menjadi 2 pilar (pokok) utama dalam sistem produksi Toyota atau JIT. Kini banyak perusahaan perusahaan terbaik di amerika serikat telah menerapkan JIT ini, termasuk perusahaan perusahaan dalam industri mobil dan elektronik. Akar dari system JIT mungkin bisa ditelusuri dari lingkungan di jepang. Karena kurangnya ruang dan kurangnya sumber daya alam, orang jepang telah mengembangkan suatu sikap untuk tidak boros. Mereka memandang barang sisa dan 26

5 pengerjaan ulang sebagai suatu pemborosan, oleh karena itu mereka berjuang untuk mendapatkan mutu yang sempurna. Mereka juga percaya bahwa penyimpanan persediaan merupakan pemborosan ruang dan mengikat hal hal yang bernilai. Begitu juga dengan pengangkutan, pengangkutan peranannya sangat penting karena tidak hanya mengangkut barang jasa, tetapi juga bermacam macam informasi maupun komunikasi. Mengangkut yang tidak diperlukan untuk produksi Just In Time merupakan suatu pemborosan dalam mengangkut dan sesuatu yang tidak menyumbang nilai bagi produk dianggap sebagai pemborosan. Akibatnya, sudah menjadi hakikat apabila filosofi JIT berkembang pesat di jepang. Selain menghilangkan pemborosan, JIT juga mempunyai pokok tujuan utama yaitu memanfaatkan sepenuhnya kemampuan pekerja. Para pekerja di dalam system JIT di bebani berupa tanggung jawab untuk menghasilkan suku cadang (spare part) yang bermutu tepat pada waktunya guna mendukung proses produksi berikutnya. Jika mereka tidak memenuhi tanggung jawab tersebut, maka para pekerja diminta untuk menghentikan proses produksi dan minta bantuan. Selain itu pula para pekerja juga dibebani beberapa tanggung jawab lainnya seperti untuk memperbaiki proses produksi itu sendiri apabila terjadi kesulitan kesulitan didalam prosesnya. Tujuan dari system JIT bukanlah peran serta pekerja, sebaliknya adalah untuk memperbaiki laba dan hasil atas investasi melalui penurunan persediaan dan perbaikan mutu (kualitas). Sasaran untuk mencapai tujuan itu adalah menghilangkan pemborosan dan melibatkan pekerja didalam proses produksi Just In Time Production Just In Time production adalah seluruh aktivitas yang diperlukan untuk mencapai aliran barang /material secara JIT. Nama lain dari produksi JIT antar lain: Toyota Production System. Stockless Production. Syncronized Production. Learn Production. One Piece Flow Production. Manfaat dari JIT antara lain : a) Peningkatan mutu. b) Peningkatan produktivitas. c) Peningkatan pelayanan. d) Penurunan persediaan. e) Menurunnya lot size. 27

6 f) Meningkatnya standarisasi. g) Biaya per unit turun. h) Penurunan design time. i) Sistem transportasi meningkat. j) Menurunnya ruang produksi. k) Fleksibilitas meningkat. l) Energi turun. Prinsip harga dan biaya menurun JIT adalah : Profit = [ Harga Biaya ] x Volume Dalam perhitungan dari prinsip harga dan biaya diatas sering kali menjadi pertanyaan setiap perusahaan yaitu bagaiman cara untuk meningkatkan profit? Ada beberapa cara untuk meningkatkan profit yaitu : 1. Meningkatkan harga. 2. Meningkatkan volume. 3. Menurunkan biaya Sistem Produksi Toyota Tentang Standarisasi Dan Kaizen Falsafah dari sistem produksi Toyota adalah : Menekan biaya dengan menghilangkan waste/pemborosan. Menekan seminimum mungkin biaya peralatan, material, part dan waktu kerja. Mengembangkan kemampuan karyawan sepenuhnya Flow Production Flow dengan JIT dapat mempercepat proses pemesanan, pengiriman, pemprosesan produksi melalui part yang diantar oleh logistik. Manfaat dari Flow in Production yaitu menekan penanganan material, mengurangi WIP Inventory, menekan lead time produksi, mengurangi tempat penyimpanan. Manfaat ini harus dibandingkan dengan kerugian yang disebabkan karena kurangnya pemanfaatan mesin Kaizen KAIZEN adalah suatu semangat atau jiwa untuk terus memperbaiki apa yang telah dicapai secara terus menerus. Kaizen merupakan improvement yang bersifat Small step and Long term. Syarat syarat melakukan kaizen yaitu adanya kesadaran kaizen, memiliki keahlian teknik, memahami proses kaizen. 6 Tahap Kaizen diantaranya : 1. Mendapat point penting kaizen A. Kesadaran terhadap masalah Semangat terhadap pekerjaan. Selalu bertanya. B. Macam macam point penting kaizen Masalah kronis. Informasi dari bagian lain. Masalah tersembunyi. C. Cara mendapatkan point penting kaizen 28

7 1. Memperjelas tujuan Tujuan / target. Kebiasaan. 2. Menemukan muda Tanya pada diri sendiri. 7 macam muda. 3. Papan kontrol produksi Tetapkan kapasitas produksi. Analisa produksi per jam. 4. Line stop/stagnasi Trouble mesin. Pemeriksaan. Pengangkutan. 5. Sikap pengawas pada saat pengamatan Tinjau kondisi sekarang. Amati secara keseluruhan. Bersikap teliti dan tidak tergesa gesa. 2. Analisa kondisi yang ada A. Sikap mental saat menganalisa Memperhatikan fakta yang ada. Tidak ada yang terlewat. Secara seksama dengan cara : Kuantitatif, Klasifikasi, Detail. B. Cara menganalisa 1. Analisa kerja Factor kerja. Pengelompokan. 2. Analisa pekerjaan 3. Analisa gerakan Dilakukan setelah analisa metode kerja. Teori Threblig. Perhatikan secara detail. 3. Mengeluarkan ide ide A. Kreativitas - Menurut Edison : Penemuan dihasilkan dari 99 % usaha dan 1 % genius. - Menurut Sakichi Toyoda : Saya tidak berarti memiliki kreativitas yang lebih banyak dari orang lain, semua itu hasil usaha saya. Orang lain tidak menilai usaha saya, tetapi hanya mengatakan bahwa saya genius. B. Cara berfikir untuk mendapatkan inspirasi 1. Inspirasi berbeda dengan pertimbangan 2. Hasilkan sebanyak mungkin 3. Berfikir dari segala sudut pandang 4. Bantuan analisa 5. Merangkum ide ide sendiri 6. Menggabungkan inspirasi orang lain C. Cara memperoleh inspirasi 1. Prinsip penyederhanaan gerakan - Prinsip penggunaan anggota badan Menggerakan kedua tangan bersamaan. Perkecil gerakan kedua tangan. 29

8 Gunakan lengan depan dan tangan, bukan lengan atas dan pundak. Hindari perubahan arah secara tibatiba. Gerakan bebas, tidak dibatasi. Hindari naik turunnya badan (membungkuk). Pekerjaan yang bisa dilakukan dengan kaki atau anggota badan lainnya sebaiknya tidak dilakukan dengan tangan. - Prinsip layout dan peralatan Tool dan material disimpan pada tempatnya (5S). Tool dan material ditempatkan sedekat mungkin dengan operator. Hindarkan gerakan atas bawah untuk memindahkan benda, pindahkan secara horizontal. Manfaatkan gaya berat benda untuk memindahkannya. Sesuaikan tinggi meja dengan tinggi operator dan sifat pekerjannya. Berikan cahaya yang sesuai dengan sifatnya Why (mengapa)? Makin banyak pertanyaan, semakin dalam akar permasalahan yang akan ditemukan. 3. Point point untuk mendapatkan ide kaizen Keseimbangan pekerjaan antar operator. Mengecilkan jarak berjalan. Meninjau kembali standar stock didalam proses. Memisahkan pekerjaan mesin dan pekerjaan manual. Kaizen untuk gerakan dalam pekerjaan, misalnya posisi badan, tangan, dan kaki melihat fokus. Fluktuasi waktu pengoperasian mesin. 4. Membuat rencana kaizen A. Pertimbangan dalam membuat rencana Pertimbangan tujuh dengan langkah yang diambil. Periotaskan kaizen pekerja baru kaizen peralatan. Meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Tidak berdampak buruk pada safety biaya dll. B. 5 target Kaizen Memperbaiki kualitas (Quality = Q ). Memperbaiki biaya ( Cost = C ). Memperbaiki safety ( Safety = S ). Memperbaiki lead time produksi (Delivery = D). 30

9 Meningkatkan Moral kerja (Moral = M). C. Arah Kaizen Eliminasi. Merubah kombinasi. Optimasi (menaikan batas kemampuan). Standarisasi. Sinkrinisasi. 5. Pelaksanaan Kaizen A. Kerja sama dengan bagian dan orang terkait. B. Bimbingan kepada anak buah. Tidak cukup hanya mengerti, praktekan. Pekerjaan yang belum terbiasa akan menyulitkan. Kaizen pekerjaan memerlukan waktu untuk lancer. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami. C. Membuat suasana perubahan yang menyenangkan. 6. Evaluasi Lakukan evaluasi check secara visual. Bandingkan hasil aktual dan hasil yang diharapkan. Temukan point penting untuk kaizen berikutnya. Perbaharui standar kerja yang ada. Cegah agar tidak kembali pada kondisi semula Standar Kerja Menurut JIT Sasaran JIT adalah : Menghasilkan barang yang berkualitas. Pada harga yang pantas (biaya rendah). Delivery tepat waktu dan lead time yang pendek. Sasaran tersebut dicapai dengan menghilangkan segala jenis pemborosan/muda. Standar kerja merupakan suatu lembar petunjuk kerja, yang diperlukan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan. Beberapa pengertian standar kerja yaitu: Sesuatu yang menjadi pedoman pada saat membuat barang di tempat kerja. Cara keja yang efisien dengan urutan yang tidak ada muda dan terpusat pada gerakan manusia. Kombinasi yang efektif dari unsure peralatan, barang dan manusia untuk meningkatkan kualitas, biaya dan safety. Moto dari standar kerja adalah Do right the job at the same time yang artinya mengerjakan pekerjaan dengan cara yang benar dengan penggunaan waktu yang sama. Standar kerja diperlukan guna : 31

10 Menjamin hasil yang sama dari waktu ke waktu/apabila dikerjakan orang lain. Memudahkan kontrol/pengecheckan terhadap pekerjaan. Sebagai dasar untuk mempelajari agar dapat melakukan perbaikan/improvement. Tujuan standar kerja adalah : Menjamin komunitas urutan kerja yang tetap dan teratur. Mengatur hubungan antara pekerjaan maupun antar pekerja agar saling menunjang. Mengatur waktu penyelesaian pekerjaan. Waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit barang pada satu proses disebut juga dngan Takt Time. Rumusan dalam Takt Time : Takt Time = Waktu operasional per shift (Schedule) Target produksi per shift Bentuk standarisasi kerja antara lain : 1. Deskripsi aturan/rule. 2. Bagan alur/flow chart. 3. Petunjuk kerja/standar Operation Procedure (SOP) Prasyaratan standar kerja antara lain : 1. Segi pekerjaan Memusatkan pada gerakan orang. Pekerjaan berulang-ulang. 2. Segi peralatan/mesin Gangguan peralatan/mesin kecil. Volume produksi tidak sering berubah. 3. Segi kualitas Gangguan kualitas (part) kecil. Variasi akurasi (part) kecil. Dalam standar kerja ada tiga faktor penting diantaranya : 1. Takt Time. 2. Urutan kerja. 3. Standar stock dalam proses Pelaksanaan Sistem & Prosedur Persediaan Dalam Sistem Produksi Toyota Dalam sistem produksi Toyota terdapat penjelasan mengenai pelaksanaanpelaksanaan sistem dan prosedurnya. Penjelasan ini telah dibahas secara singkat didalam unsure-unsur JIT yang mana bahwa sistem pengambilan part dalam JIT adalah menggunakan KANBAN. Sampai sekarang cara ini masih terus dipakai karena memiliki sifat yang sangat ekonomis dan mudah dipahami bagi para pekerja. Sistem pengendalian persediaan tersebut kini berkembang menjadi sistem kanban. 32

11 Sistem kanban adalah sistem tarik yang artinya suatu sistem pengambilan yang mengambil part dari proses terdahulu dan kemudian diproses ke proses selanjutnya untuk memulai memproduksi unit sebanyak yang akan diambil. Dapat dikatakan bahwa proses berikutnya pemesanan part yang diperlukan dari proses terdahulu pada jumlah yang tepat pada saat yang tepat. Kanban dapat didefinisikan sebagai media informasi untuk mengirim jumlah dan jenis barang yang tepat pada saat yang tepat, sehingga kanban adalah alat kontrol untuk mewujudkan produksi Just In Time. Kanban juga memiliki peranan antara lain: 1. Sebagai petunjuk produksi dan delivery 2. Sebagai alat visual control, yaitu : Menekan kelebihan produksi. Peringatan keterlambatan proses. 3. Alat kaizen pekerjaan di line, yaitu : Menekan mudah kelebihan produksi. Kebanyakan kanban tidak berguna. Peranan kanban tersebut memiki arti yang penting agar dalam pemesanan dan pengiriman diminimalkan supaya tidak terjadi adanya penumpukan persediaan part yang begitu banyak yang mengakibatkan line diproduksi tidak berjalan dengan lancar dan baik. Macam macam kanban berdasarkan fungsi dan jenisnya yaitu : 1. Kanban instruksi kerja, yakni kanban yang memiliki tanda atau symbol agar dalam part itu diantar dan diproses sesuai dengan are atau line yang tercantum. Kanban jenis ini terbagi menjadi dua yaitu: Kanban instruksi karja sesuai proses dan Kanban instruksi kerja sesuai signal. 2. Kanban pengambilan, yakni kanban yang akan diambil oleh kolektor harus sesuai dengan area atua line produksi dan disusun rapi berdasarkan tempat dan jenis yang telah ditetapkan oleh pekerja dibagian logistik. Kanban jenis ini terbagi dua yaitu : Kanban pengambilan antar proses dan Kanban pengambilan supplier. Sistem kanban sangat mempengaruhi akan adanya persediaan part di logistik, oleh karena kanban juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Proses berikut hanya mengambil - Apa yang diperlukan. - Pada saat yang diperlukan. - Sejumlah yang diperlukan. 2. Proses sebelumnya hanya memproduksi - Sejumlah part yang telah diambil oleh proses berikutnya. - Pengiriman part sesuai dan tepat. Sistem kanban juga mempunyai jiwa supermarket yaitu : 33

12 1. Mengurangi sebanyak mungkin prosedur dalam penjualan. Dalam pemesanan part tidak perlu memesan dalam jumlah yang begitu banyak kepada supplier karena bisa mengakibatkan penempatan part dalam store bisa sesak atau penuh dan juga bisa menimbulkan kecelakan yang berakibat fatal baik bagi part maupun manusia. 2. Mengganti hanya barang yang terjual (penyederhanaan penyediaan). Part yang cacat atau rusak bias diperbaiki dengan baik oleh pihak maintenance. Oleh karena itu setiap pabrik yang berhubungan dengan part maupun mesin harus memilki divisi maintenance agar produksi bejalan lancar dan sesuai rencana. 3. Pengendalian langsung ditempat. Pengiriman part yang telah tiba di logistik disimpan langsung ke store sesuai dengan jenis part dan disusun rapih agar mudah dalam pengambilan part di store tersebut. 4. Memahami pola dan kecenderungan kebutuhan konsumen. Kebutuhan akan konsumen memang sangat mempengaruhi, oleh karena itu pihak dari logistik dan seluruh divisi lainnya berusaha mengembangkan polapola baru supaya bisa menghemat biaya produksi dan penempatan persediaan yang ekonomis dan praktis. Dalam pengiriman dan pemesanan tidak boleh terlalu banyak, karena bisa mengakibatkan stock yang begitu besar sehingga menimbulkan masalah. Akibat masalah dari stock yang besar antara lain : 1. Kualitas turun. 2. Memperbesar biaya. 3. Memperlama lead time. 4. Memperbesar biaya administrasi. Prinsip dasar dari sistem kanban adalah membuat atau mengirim part dalam jumlah dan waktu yang sesuai dengan kebutuhan. Fungsi fungsi dari kanban meliputi : - Memberikan instruksi kerja Sebelum adanya kanban para pekerja lebih sulit melakukan aktivitas karena proses menunggu kedatangan barang akibat dari permintaan dan pengiriman kurang terencana. Tetapi setelah terbentuknya kanban dalam logistik rencana pengiriman selanjutnya mudah diketahui, sehingga kedatangan barang tepat pada waktunya. - Kemudahan control 34

13 Divisi logistik mampu membuat jadwal pemesanan dan pengiriman yang terkontrol supaya tidak terjadi pengiriman part yang delay. - Mengetahui problem kontrol sedini mungkin Sebelum pembentukan sistem kanban di logistik mengalami kelebihan over stock, sehingga akibat dari over stock tersebut sulit mengetahui problem sedini mungkin terutama kehilangan, part salah kirim, kerusakan, dll. Tetapi sesudah adanya perbaikan sistem kanban pengendalian dan penyediaan stock sesuai kebutuhan maka akan cepat diketahui problem yang timbul. - Mencegah penumpukan barang Penumpukan barang tanpa kanban akan membuat permintaan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pengiriman tidak beraturan. Namun dengan adanya kanban pengiriman disesuaikan dengan kebutuhan - Mencegah kerusakan Akibat salah penempatan parts di store bisa membuat cacat part tersebut tetapi apabila penempatan tersebut diatur sesuai dengan jenis yang tercantum pada kanban bisa membuat kemudahan dalam pengangkutan dan kerusakan dapat diminimalkan. - Pengiriman sesuai kebutuhan Kebutuhan akan part sangat penting untuk bagian proses produksi, karena apabila pengiriman tak sesuai yang dijadwalkan bisa mengakibatkan terjadinya penumpukan barang setiap saat. Tetapi sebaliknya apabila pengiriman yang tepat waktu tidak akan terjadi lagi penumpukan barang (sesuai kebutuhan). - Tepat dalam pengiriman Pengiriman yang tepat bisa memperlancar proses produksi tanpa adanya hambatan dan gangguan yang lainnya. - Kelancaran produksi Kanban mampu membuat lancarnya produksi karena pengiriman yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. - Produksi teratur Arus pengiriman barang yang tidak teratur bisa menimbulkan volume produksi tidak seimbang dan banyak memilki hambatan, tetapi sebaiknya apbila pengiriman part yan tepat dan sesuai kebutuhan akan membuat produksi berjalan lancar dan volume produksi 35

14 seimbang tanpa adanya gangguan dan hambatan lainnya. - Lokasi lebih teratur Lokasi yang tidak teratur mengakibatkan penyempitan lokasi kerja dengan pengiriman atau permintaan tak beraturan, setelah perbaikan sistem kanban tidak lagi adanya penumpukan parts maka lokasi kerja lebih teratur Konsep Just In Time Pada Kanban Konsep dari Just In Time ada dua jenis system pengambilan sesuai dengan dua sistem persediaan tersebut yaitu : sistem pengambilan jumlah tetap, siklus tidak tetap dan sistem pengambilan siklus tetap, jumlah tidak tetap. A. Sistem penganbilan jumlah tetap, siklus tidak tetap Jumlah pesanan pada setiap pesanan atau ukuran lot (Q) ditentukan oleh model EOQ (Economic Order Quantity) sebagai berikut: Q = ( 2 AR ) Dimana : A = biaya pemesanan perlot R = taksiran jumlah permintaan bulanan i = biaya pergudangan c = biaya satuan Titik pesan ulang adalah tingkat jumlah yang secara otomatis memicu pesanan baru, ditentukan sebagai berikut : ic Titik pesanan ulang = Pemakaian rata-rata perhari + persediaan pesanan telah diberikan tetapi belum diterima. Jumlah kanban pada sistem pengambilan jumlah tetap, karena pada sistem JIT tidak menggunakan EOQ untuk menentukan ukuran lot maka ada beberapa sistem pengambilan jumlah tetap. Ukuran lot cukup besar, rumus yang digunakan adalah : Jumlah total kanban = ukuran lot dibutuhkan + (permintaan harian x koefisiensi keamanan) Kapasitas peti kemas Atau = permintaan bulanan + permintaan x koefisiensi safety Penyiapan bulanan Kapasitas peti kemas Lead time = waktu pengolahan + waktu tunggu + waktu pengiriman + waktu pengumpulan kanban B. Sistem pengambilan siklus, jumlah tidak tetap Dalam sistem ini yang dihitung adalah jumlah yang diperlukan untuk periode siklus pesanan ditambah waktu pemesanan. Jumlah ini disebut jumlah baku : Jumlah baku = permintaan harian x (siklus pemesanan + waktu pesan ) + persediaan keamanan Dimana : 36

15 Siklus pesanan : Selang waktu antara satu pemesanan dan saat pemesanan berikutnya Waktu pesanan : Selang waktu antara pemberian suatu pemesanan dan Penerima penyerahan barang. Siklus pesanan = Ukuran ekonomi untuk permintaan Permintaan rata-rata perhari Jumlah pesanan = (jumlah part persediaan) pesanan yang diberikan jumlah kanban dalam sistem pengambilan siklus tetap Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah total kanban = permintaan harian x (siklus pesan + periode keamanan) Kapasitas peti kemas Jumlah pesanan = (jumlah kanban yang dilepaskan pada waktu pengumpulan kanban biasa sejak pengumpulan sebelunya) x (kapasitas peti kemas) Sehingga : (Jumlah kanban yang dilepas hasil pengumpulan sebelumya) + (jumlah kanban yang masih dalam proses) = (jumlah total kanban) (jumlah kanban yang ada ditempelkan pada persediaan) C. Sistem Siklus Penganbilan Tetap Untuk Kanban Pemasok Perusahaan pemasok (supplier) yang bekerja sama terkadang letaknya tidak terlalu dekat, sehingga waktu pemesanan termasuk waktu pengiriman relatif lama dan karena itulah sistem pengambilan jumlah tetap mungkin akan menyebabkan kekurangan part persediaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka digunakan pengambilan siklus tetap jumlah tidak tetap untuk kanban pemasok, teknik pelaksanaan dari siklus tetap jumlah tidak tetap ada tiga yaitu: 1. Sistem kanban regular 2. Junbiki 3. Jundate Junbiki dan jundate pada prinsipnya sama dengan kanban, hanya saja merupakan suatu pengembangan dari sistem kanban. Pemakaian sistem junbiki dan jundate hanyalah disebabkan karena tempat penyimpanan sementara yang minim dan komponen yang dipesan mempunyai ukuran yang besar. Jumlah kanban dalam sistem pengambilan siklus tetap Rumus yang dipergunakan adalah : Jumlah total kanban = Permintaan harian x (siklus pesan pemasok + waktu pesan + koefisien keamanan) Kapasitas peti kemas 37

16 Siklus pemesanan ( Cycle Issue ) = [ (jumlah hari yang digunakan untuk sekali pesan waktu pemesanan) ] Jumlah pengangkutan perhari Dimana [( )] merupakan angka pembulatan, karena itu sekalipun waktu pengiriman hanya dua jam, waktu ini harus dihitung satu hari. Waktu pemesanan dari supplies siklus pemesanan supplier x selang waktu pengangkutan Waktu pemesanan dan selang waktu pengangkutan untuk selanjutnya disebut cycle issue, misalnya cycle issue maka kanban supplier dikirim dalam satu hari terdiri dari dua pulluh empat kali pengiriman dilaksanakan pengiriman dengan lima kali lokasi. Sehingga : (siklus pesanan pada pemasok) + (waktu pemesanan produksi dari pemasok) = [(jumlah hari yang digunakan diperlukan untuk sekali pesan waktu pemesanan)] x [(1+selang waktu pengangkutan)] Dan didapat jumlah total kanban : = (permintaan harian / kapasitas per kanban) x {(jumlah hari yang diperlukan untuk sekali pesan + waktu pemesanan) x (1+selang waktu pengangkutan)+koefisien keamanan)} Jika : A= permintaan harian (volume/ day) B=kapasitas per kanban ( pcs / kbn ) X Y-Z= waktu delivery (cycle issue) Y= jumlah pengangkutan perhari Z= internal delivery C=koefisien keamanan (safety stock) h= jam pengiriman setelah pemesanan (standar 4 jam) Maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi : Total kanban = Ax{X x(z+1)}+c B Y Safety stock ( C ) = h x A 16 B Kanban Kanban menurut bahasa jepang artinya kartu petunjuk. Pertama kali digunakan di supermarket, pada prinsipnya pelanggan ataupun konsumen memilih apa yang diinginkan dan jumlah yang tertentu. Dengan kanban tersebut grosir supermarket tersebut mengatur dan menyusun produk dalam jumlah yang ditentukan sesuai dengan penempatannya dimana agar pelanggan lebih mudah memilih dan mendapatkan kepuasan dari pelanggan. Para pakar industri telah mengembangkan dengan ide-ide tentang kanban yang kini menjadi suatu sistem 38

17 persediaan disetiap perusahaan. Sistem persediaan dari kanban tersebut merupakan alat untuk mencapai suatu produksi yang tepat waktu (JIT) menghasilkan barang yang diperlukan, dalam jumlah yang diperlukan, dan pada waktu diperlukan Fungsi Dan Operasional Dari Kanban Beberapa fungsi kanban sebagai berikut : 1. Sebagai petunjuk produksi dan pengiriman part. 2. Sebagai alat visual control dalam mengurangi kelebihan produksi dan keterlambatan proses produksi. 3. Sebagai alat perbaikan secara terus menerus ( kaizen ) pekerjaan di line produksi dalam mengurangi upaya upaya yang mengakibatkan pemborosan. Operasional dari kanban meliputi : 1. Part yang kurang tidak bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya. 2. Hanya menarik part part yang diperlukan untuk proses produksi. 3. Jumlah part yang dihasilkan harus sama dengan jumlah penarikan pada proses selanjutnya. 4. Jangan memproduksi ataupun melanjutkan part tanpa disertai kanban. 5. Kanban harus diserahkan dengan part yang benar. 6. Nomor kanban harus sama dengan nomor part. 7. Part dengan kanban yang dikirim ke line proses produksi harus sesuai dan tepat Pengenalan Kanban Didalam pelaksanaan kanban sistem, sarana-sarana yang digunakan adalah sebagai berikut : Isi kanban Kanban merupakan secarik kertas yang berisi nama supplier, jumlah pcs/box, nomor kanban, jenis part dan lain-lain seperti terlihat dalam contoh gambar berikut ini: Keterangan : 1) Kode supplier. 2) Jenis pallet/box. 3) Jumlah barang setiap pallet/box. 4) Kode model jenis kendaraan. 5) Nomor kanban. 6) Indikasi posisi lokasi (kiri/kanan) dengan tanda warna Hitam : kiri Merah : kanan 7) Posisi lokasi dengan tanda warna. 8) Lokasi proses pemasangan. 9) Barcode. 9A : Barcode sebagai informasi data part (nomor part, nama part, kode supplier) 9B : Barcode untuk kode special dari kanban tersebut 10) Tipe kanban : Temporary, Blank, Reguler (Cyclic). 11) Nomor registrasi untuk barcode kanban sistem. 39

18 12) Nomor kecil yang mewakili data part (P/NO,P/NAME dll). 13) Kode area penerimaan. 14) Nomor part. 15) Nama part. Kartu inilah yang digunakan oleh divisi logistik sebagai alat untuk pemesanan, dari kartu ini akan diketahui barang apa yang dipesan, berapa jumlahnya, siapa pemasoknya dan dimana barang tersebut harus ditempatkan. Sebelumnya kartu ini diproses di bagian PCD untuk dimasukkan dalam data base computer, namun sekarang kartu ini sudah mulai diproses di bagian logistik dan terdapat pula data base computer untuk pelaksanaannya. Kartu atau kanban yang diproses akan diambil supplier dan oleh supplier kartu ini akan dikirim kembali bersama part seperti yang tertulis dikanban. Ada tiga hal yang perlu diingat tentang problem kanban antara lain : 1. Cepat menggantungkan kanban atau mengambilnya dapat terjadinya lead time pengiriman cepat dan mengakibatkan over stock / stock berlebih. 2. Lambat menggantungkan kanban atau mengambilnya dapat terjadinya lead time pengiriman lambat dan part kritis sehingga menimbulkan line stop dalam produksi. 3. Kanban hilang mengakibatkan tidak adanya order dan part menjadi kritis sehingga meninbulkan line stop produksi. ANALISA DATA DAN PENYELESAIAN MASALAH 4.1. Analisa Permasalahan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis selama job training, penulis menganalisa terdapat factor yang mempengaruhi persediaan part di line proses trimming 1 assembly PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Faktor tersebut adalah : persediaan part yang terjadi kekurangan pada part pedal brake. Oleh karena itu dalam pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku haruslah benar benar diperhitungkan jika tidak, akan terjadinya produktifitas menurun Penyelesaian Masalah Permasalahan dalam hal pengendalian dan pendistribusian persediaan bahan baku haruslah diselesaikan dengan baik oleh karena itu penulis berusaha membantu menyelesaikan permasalahan dilakukan dengan menganalisa yang ada pendistribusian bahan baku pada part pedal brake kedalam line proses assembly agar dapat meningkatkan produktifitas 40

19 perusahaan. Adapun usulan penyelesaiannya adalah sebagai berikut : 1. Laporan Hasil Produksi Laporan yang menyangkut semua permasalahan dalam line stop di area logistik baik secara internal maupun eksternal. Laporan ini juga meliputi perencanaan yang telah dibuat dan aktual dalam pelaksanaannya. Laporan hasil produksi yang ada dilogistik hanya menyangkut semua kegiatan aktivitas dilingkungan itu saja yaitu mengetahui part yang akan dipesan dan telah diterima di gudang logistik ini terbagi menjadi dua antara lain : 1.a. Data Harian Line Stop Data ini terbagi menjadi dua yaitu : a) Data harian Line Stop Intern Hasil laporan yang diambil dari permasalahan yang ada di dalam area logistik. Biasanya menyangkut tentang halhal mengenai kelebihan atau kekurangan part, kesalahan pada part, dan masalah masalah lain di dalamnya. b) Data Harian Line Stop Ekstern Laporan ini menyangkut persoalan diluar logistik yaitu dari supplier yang mana dalam pengiriman part mengalami keterlambatan, salah model dan lain-lain. 1.b. Laporan Produksi Dalam penerimaan part dari supplier dan pengiriman ke proses selanjutnya diperlukan juga laporan mengenai berapa part yang direncanakan, part yang ada (aktual), jumlah part yang ada, perbedaan dari rencana dan aktualnya serta lembur akibat proses yang lambat. Laporan yang berisikan tentang itu semua disusun dan dibentuk kedalam laporan dengan menggunakan diagram batang agar lebih mudah diketahui yang mana perencanaan dan aktual yang dilakukan. 2. Pengetahuan Tentang Collecting Kanban Didalam area logistik untuk mengadakan transaksi berupa permintaan part dari supplier diperlukan adanya pengumpulan kanban agar proses pemesanan berjalan dengan lancar. Collecting kanban adalah proses pengumpulan kanban di tiap line hingga sampai ditaruh dan dikumpulkan dalam box sesuai dengan nama supplier yang tercantum pada kanban di dalam bagian logistik. Orang yang mengumpulkan kanban disebut dengan Collector. 2.a. Flow Process Collecting Kanban Pada saat penyuplaian part dari store ke line untuk produksi, si operator di line mengambil part pertama dari penyuplaian 41

20 tersebut untuk di proses produksi. Pengambilan part pertama kanban ditaruh di box kanban yang berwarna kuning, untuk part seterusnya tidak diperlukan kanban lagi karena dalam 1 pallet hanya membutuhkan satu kanban. Dalam satu kanban terdiri dari beberapa part. Apabila part telah habis atau dalam keadaan kosong dari Group Head line produksi membunyikan tanda paging agar pengumpulan kanban oleh kolektor segera terlaksana dan pemesanan part pun tidak sulit. Dari hasil pengumpulan kanban pada box kanban yang tersedia harus disesuaikan dengan jam paging yang telah ditentukan. Setelah Group Head mengumpulkan kanban di rak kanban, lalu ditaruh di pos kanban yang telah disediakan di tiap-tiap line agar si kolektor mudah dalam tugasnya untuk mengumpulkan kanban di tiap line. Check sheet pada pos kanban ditanda tangani sesuai jam paging yang telah ditentukan. Setelah ditanda tangani koin pada pos kanban juga harus dibalikan, koinkoin itu mempunyai dua warna yaitu berwarna hijau dan merah masing-masing koin tersebut mempunyai makna yang berbeda: - Warna hijau berarti kanban telah dikumpulkan semuanya. - Warna merah berarti kanban tersebut belum terkumpul semuanya. Saat petugas kolektor mengambil dan mengumpulkan kanban di line, check sheet pada pos kanban di tanda tangani supaya jelas bahwa kanban di pos itu benarbenar sudah terambil. Setelah kanban terambil semua petugas kolektor membawa hasil pengumpulan kanban keruang kanban, disana petugas kolektor itu harus memasukkan kanban ke dalam kotak tiap masing-masing line dan suppliernya. Setelah petugas kolektor selesai, petugas bagian logistic hanya menscanner lewat komputer agar lebih mudah untuk mengorder part, kegiatan ini dilakukan terus agar stock pada store tidak habis. 2.b. Flow System Critical / Error Part Untuk mengatasi part yang kritis di butuhkan informasi melalui komunikasi antara supplier dan logistik dengan menggunakan beberapa langkah menurut Standart Operation Procedure (SOP) yaitu : I. Langkah pertama : 1. Line Produksi a) GH/LH produksi melaporkan bahwa part kritis ke operator transport supply (min stock 20 pcs). 2. Part Line Supply 42

21 a) Bila part tersebut ada maka operator supply mengambil part di store dan laporkan ke ruang kanban bila part yang diambilnya adalah pallet yang terakhir. b) Bila part tidak ada segera laporkan ke GH/LH khusus bagian supply. c) Dari hasil laporan tersebut GH/LH laporan ke kanban room. 3. Kanban room a) Cek sirkulasi kanban. II. Langkah kedua : 1. Kanban room a) Data part kritis, kanban delay informasikan ke assembly. b) Informasikan part kritis untuk di emergency. c) Bila part di assembly problem lapor segera ke GH. d) Laporkan bila terjadi line stop. 2. Chief (kepala bagian) a) Klasifikasikan informasi keatasan untuk diketahui. - GH ke LH = 2 produksi (34-40 pcs) - LH ke SH = 1 produksi (17 20 pcs) - SH ke DpH = 0.5 produksi (10 15 pcs) 3. Assembly Plant a) Menginformasikan kondisi part kritis di Assembly. b) Informasi bahwa kanban delay dan store kosong. III. Langkah ketiga : 1. Assembly Plant a) Jadwal produksi dan rencana. b) Pengiriman untuk part. c) Bila ada trouble dies/part segera repair. d) Memberikan jawaban apabila part yang diinginkan telah dibuat. e) Laporkan ke line stop dan kirim segera ke kanban room. 2. CCR (Corporate Cultural Responsibility) a) CCR menginformasikan part kritis ke assembly dan menanyakan problem yang terjadi serta menanyakan kanban part kritis tersebut bisa dikirim. b) Reschedule (di jadwal ulang) ke assembly produksi. 2.c. Sistem KBS (Kanban Barcode System) Sistem dalam pemesanan suatu part dibutuhkan mesin mesin yang mampu membaca nomor nomor yang tercantum pada kanban. Oleh karena itu dalam ruangan kanban dibuatlah suatu sistem komputerisasi yang menggunakan barcode dengan nama sistem pemprograman Kanban Barcode System (KBS). 43

22 Sistem yang dikenal dengan KBS ini dibuat oleh tim dari PCD yang mana dalam sistem ini pembacaan kanban hanya memerlukan alat barcode seperti halnya yang terdapat di pasar pasar swalayan. Kanban Barcode System ini bukan hanya dapat membaca kanban saja tetapi juga dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Dapat membuat kanban baru apabila kanban tersebut hilang. 2. Mampu mengetahui pemecahan masalah pada kanban bila terjadi kanban delay, hilang atau kritis. 3. Dalam pemecahan masalah tersebut KBS hanya mempergunakan detect deviation, sirkulasi kanban dan status pada kanban. 2.d. Analisa Kehilangan / Part Kritis Cara menganalisa ini dengan menggunakan sistem KBS dimana apabila terjadinya kehilangan / part kritis memerlukan sistem yang terkomputerisasi. Tindakan yang dilakukan oleh karyawan apabila terjadi, harus sesuai dengan Standart Operation Procedure (SOP) yang telah dibuat oleh tim dari logistik dan telah disetujui oleh perusahaan yang bersangkutan. Dalam menganalisa penanggulangan masalah pada kanban yang menyangkut tentang informasi dari part yang kritis dapat dilakukan dengan KBS itu sendiri dengan cara : DETECT DEVIATION Fungsi mengetahui jumlah kanban yang diorder dan rencana part yang akan diterima dari supplier/fluktuasi kanban. CIRCULATION OF KANBAN Fungsi mengetahui siklus putaran nomor kanban yang ada dari jumlah kanban yang beredar (regular kanban). STATUS OF KANBAN Fungsi mengetahui jumlah kanban yang aktif (valid) dan tidak aktif (not valid) dari jumlah kanban yang sudah tercetak (print out). Yang dimaksud dengan valid adalah berjalannya produksi yang seimbang (heijunka). Heijunka, yang secara ekonomi berarti menjaga agar kapasitas produksi terpakai stabil, mengubah paradigma proses produksi dimana satu assembly line hanya untuk satu jenis produk. Heijunka membuat satu assembly line untuk beraneka produk sesuai dengan permintaan konsumen. Berikut ini adalah data yang telah di analisa dan menyebabkan part kritis sehingga bisa dilihat sebagai berikut : REPORT TOPIC : DETECT DEVIATION OF NO OF KANBAN READING BY SUPPLIER DATE : 09 / 09 / 08 44

23 TIME : 14 : 17 : 50 PAGE : SUPP.CODE : NTC SUPP.NAME : REC.AREA : 06 / ASSY-KF C.ISSUE : ONE CYCLE : DEL.SCD : 07:35 10:00 13:00 15:25 20:15 22:25 01:15 03: PART PART NO M M PCS VOL NO NAME MODEL OF I A LINE / / KBN N X LOCATION KBN DAY B010 PB PEDAL BRAKE SUB-ASS FR B010 PEDAL BRAKE SUB-ASS FR * 7+ 0* * * : UNDER MIN.ORDER + : UPPER MAX.ORDER Berdasarkan dari data detect deviation tersebut dapat dilihat jumlah kanban yang datang dan diterima oleh logistik menimbulkan ketidak seimbangan (Non Heijunka) fluktuasi yang telah ditentukan yaitu batas maksimal dan minimal order. Pada gambar 4.1 adalah fluktuasi kanban yang heijunka, diagram ini ditampilkan berdasarkan jumlah kanban yang beredar dengan nomor part B010 - PB dan nama part Pedal Brake Sub Ass. Sedangkan pada gambar 4.2 merupakan fluktuasi kanban yang tidak heijunka dapat menimbulkan over stock atau part kurang di line produksi, berdasarkan jumlah kanban yang beredar dengan nomor part B010 dan nama part Pedal Brake Sub Ass. Berikut ini fluktasi yang telah ditentukan yaitu batas maksimal dan minimal order. Seperti terlihat dibawah ini ketidak seimbangan non Heijunka : dimana y jumlah kanban yang diterima logistik, x waktu. ANALISA Diagram 4.1 Heijunka PENUTUP Kesimpulan Digram 4.2 tidak Heijunka Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia penulis dapat 45

24 menyimpulkan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut : 1. Sistem persediaan pada PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah sistem kanban yang merupakan salah satu aplikasi dari konsep JIT (Just In Time), dimana bahan baku (part) tersedia harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan waktu yang tepat. Dengan demikian persediaan bahan baku dan pemesanannya dilakukan atas dasar harian dengan jumlah yang kecil sehingga pemasok sering mengirim lebih dari sekali dalam sehari sesuai dengan cycle issue. 2. Sistem manajemen logistik yang kurang baik sangat mempengaruhi pada pelaksanaan dan persediaan part di area logistik. 3. Sistem collecting kanban berdasarkan Just In Time yaitu sesuai jam paging memang sangat mempengaruhi proses di setiap line produksi. 5.2 Saran Saran Dari beberapa kesimpulan di atas penulis juga mempunyai saran-saran yang dapat diberikan, adalah sebagai berikut : 1. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia sebaiknya lebih memperluas kerjasama dengan supplier lainnya sehingga tidak ada supplier tunggal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari keterlambatan jika salah supplier berhalangan. 2. Pengendalian persediaan yang kurang baik diakibatkan manajemen pengendalian yang kurang baik sehingga tidak efektif. Oleh karena itu tindakan yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan mengadakan pengendalian intern untuk mengadakan penilaian secara mendalam dengan bertahap dan berkelanjut, sehingga akan didapat suatu rencana manajemen pengendalian yang memberikan pemisahan sesuai dengan tujuan, wewenang, dan tugas masingmasing karyawan. 3. Apabila part telah habis atau dalam keadaan kosong dari Group Head line produksi harus membunyikan tanda paging agar pengumpulan kanban oleh kolektor segera terlaksana dan pemesanan part pun tidak sulit. 46

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

Prepared by Yuli Kurniawati

Prepared by Yuli Kurniawati KONSEP JUST IN TIME Prepared by Yuli Kurniawati PENGERTIAN JIT JIT atau sistem produksi tepat waktu adalah sistem manajemen fabrikasi yang pada prinsipnya hanya memproduksijenis-jenisbarangyang dimintasejumlahyang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

keadaan ini mendukung persaingan di segala bidang semakin kompetitif. Dunia

keadaan ini mendukung persaingan di segala bidang semakin kompetitif. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah o Pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah krisis moneter mulai membaik, keadaan ini mendukung persaingan di segala bidang semakin kompetitif. Dunia konstruksi

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA Hendry Arestyanata; Bambang Sugiharto hendry.arestyanata@live.com ABSTRACT Shortage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM, PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN JIT (JUST IN TIME) TERHADAP EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN PADA KOVEKSI RANTI Nama : Mutiara Dey NPM : 21209532 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada,

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan harus memiliki kiat-kiat untuk memenangkan persaingan. Salah satu kiatnya yaitu berusaha memperoleh kepercayaan konsumen. Bila perusahaan dapat menjaga

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Plant 2, Bogor. Produk yang diteliti oleh penulis adalah produk KVRA Black & KTMY Black. Perusahaan ini menerapkan prinsip

Lebih terperinci