PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Matematika V nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 13 Desember 2008 PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS 1 Winarni, dan 2 Subiono 1,2 Jurusan Matematika FMPA nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Kampus Keputih - Sukolilo, Surabaya Jawa Timur 1 w1narn1@telkom.net, 2 subiono2003@telkom.net Abstrak. Jaringan jalur bus dalam kota merupakan salah satu fasilitas transportasi umum yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat kota yang mempunyai karakteristik mobilitasnya cukup tinggi. Jaringan bus TransJakarta (Busway di Jakarta merupakan salah satu contohnya. Jaringan bus tersebut dibangun antara lain sebagai salah satu solusi permasalahan di sektor angkutan umum dan memberikan pilihan solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Salah satu masalah penting dalam sistem transportasi tersebut yang menjadi keluhan masyarakat adalah mengenai ketidakpastian waktu tunggu kedatangan bus di tiap-tiap halte, hal ini dimungkinkan antara lain karena belum adanya penjadwalan yang baik pada sistem tersebut. Dalam makalah ini dikonstruksi model aljabar ma-plus untuk penjadwalan keberangkatan bus dalam kota dengan studi kasus jaringan bus TransJakarta. Kata kunci: jalur bus dalam kota, aljabar ma-plus, penjadwalan, bus TransJakarta. 1. Pendahuluan Transportasi merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan sehari-hari, yang mempunyai pengaruh besar dalam berbagai sektor kehidupan baik bidang ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan sebagainya. Terlebih lagi di daerah perkotaan yang masyarakatnya mempunyai mobilitas cukup tinggi, sehingga kebutuhan terhadap tranportasi dapat dikategorikan kebutuhan primer bagi masyarakat kota. Karakteristik daerah perkotaan yaitu antara lain padat penduduknya dan masyarakatnya mempunyai mobilitas yang cukup tinggi tersebut menjadikan masyarakat kota sangat bergantung pada kebutuhan transportasi. Tentunya hal ini berdampak besar pada arus lalu lintas di jalan raya, sehingga kepadatan bahkan kemacetan arus lalu lintas pun hampir tidak bisa dihindarkan masyarakat setiap hari. Terlebih lagi dengan semakin meningkatnya taraf perekonomian masyarakat dan semakin mudahnya kredit kendaraan bermotor yang tidak diiringi dengan adanya upaya peningkatan dan perbaikan mutu fasilitas dan regulasi sistem transportasi umum secara optimal mengakibatkan pengguna kendaraan pribadi semakin meningkat. Pemandangan kemacetan arus lalu lintas dan dampaknya antara lain polusi udara, stress, pemborosan bahan bakar minyak (BBM dan lain-lain adalah hal menyedihkan yang harus dihadapi dan dialami masyarakat hampir setiap hari. Peningkatan dan perbaikan mutu fasilitas dan regulasi dalam pelayanan transportasi umum secara optimal yang mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat, setidaknya dapat memberikan alternatif pada masyarakat untuk lebih memilih menggunakan jasa transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi sendiri-sendiri. Jika masyarakat sudah lebih tertarik menggunakan jasa transportasi umum, hal ini berarti penggunaan kendaraan pribadi berkurang sehingga mengurangi kemacetan arus lalu lintas di jalan raya dan secara tidak langsung ikut memberikan kontribusi pada penghematan BBM. Saat ini di Jakarta khususnya sedang terus dikembangkan jaringan transportasi TransJakarta dalam upaya untuk mengatasi kemacetan, salah satunya adalah busway. Jika dilihat dari perencanaannya dan terlepas dari kesadaran masyarakat mengenai jalur khusus busway yang relatif masih kurang, sistem tersebut mempunyai peluang besar untuk berhasil, terlebih lagi ketika harga BBM semakin mahal. Mengutip suatu artikel mengenai busway, dikatakan bahwa peranan busway semakin penting ketika harga BBM naik ( Namun, sejauh ini masih banyak keluhan dari pengguna antara lain mengenai ketidakpastian kedatangan bus di tiap-tiap halte, terkadang cepat terkadang cukup lama bahkan bus sudah penuh penumpang. Dengan sistem yang ada saat ini, para pengguna jasa bus TransJakarta seringkali harus

2 menunggu bus dengan ketidakpastian. Meskipun kondisi halte dalam keadaan kosong, tidak menjamin penumpang bisa langsung naik bus yang datang berikutnya, terutama pada jam-jam sibuk ( Hal ini dimungkinkan karena belum adanya penjadwalan pada sistem tersebut yang dapat mengoptimalkan alokasi jumlah armada sehingga kebutuhan pengguna jasa TransJakarta dapat terpenuhi dan kendala operasional lainnya.. Kajian yang mengarah pada tujuan memperbaikan sistem transportasi umum perlu terus dikembangkan. Terkait dengan masalah ini, mulai tahun 90an hingga saat ini kajian teori Aljabar Ma- Plus untuk pemodelan, analisis dan kontrol antara lain dalam jaringan transportasi, bidang manufaktur, jaringan komunikasi dan sistem komputer terus berkembang. Berdasarkan uraian di atas, dalam makalah ini akan dikaji mengenai model aljabar ma-plus untuk mendesaian penjadwalan suatu jaringan transportasi umum dalam hal ini jalur bus dalam kota dengan studi kasus jaringan busway TransJakarta. Penelitian ini, dimaksudkan sebagai salah satu upaya ikut serta memberikan kontribusi untuk perbaikan sistem lebih lanjut sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat khususnya berkenaan dengan keluhan masyarakat tersebut di atas. Dalam makalah ini akan disajikan mengenai kajian sistem jaringan busway TransJakarta berdasarkan sumber di internet, Kantor Badan Layanan Umum TransJakarta, dan observasi di lapangan, selanjutnya dari data-data yang diperoleh tersebut akan disusun grap dari jaringan busway dan dihitung distribusi jumlah bus yang beroperasi pada saat tertentu. Di bagian selanjutnya akan disusun model aljabar maplus untuk penjadwalan busway. Dan terakhir akan diberikan kesimpulan dan saran untuk penelitian lebih lanjut. 2. Sistem Jaringan Busway TransJakarta Jakarta adalah salah satu kota termacet di ndonesia. Saat ini, di Jakarta sedang terus dikembangkan jaringan transportasi dalam upaya untuk mengatasi kemacetan, antara lain jaringan busway TransJakarta. Adapun denah jaringan busway TransJakarta baik yang sudah beroperasi atau sedang dalam proses adalah sebagai berikut ( Gambar 1. Denah Busway Koridor 1 7 Dalam makalah ini, yang akan dikaji adalah jaringan bus TransJakarta (busway di Jakarta dengan jumlah koridor yang sudah aktif beroperasi sampai dengan bulan November 2008 yaitu sebanyak 7 koridor seperti dalam Gambar 1. di atas. Ada sedikit perubahan pada koridor 6, yaitu rute Ragunan Halimun menjadi Ragunan Dukuh Atas 2. Adapun jumlah armada maksimum yang dialokasikan untuk tiap-tiap koridor berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Badan Layanan Umum TransJakarta adalah sebagai berikut: (untuk hari kerja dari jam Tabel 1. Alokasi Bus Tiap Koridor Busway Koridor 1 (Blok M -Kota Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Blok M/M.Agung Kota/H. 05:00-6:00 4, :00-07:00 1, :00-08:00 1, Koridor 2 (Pulo Gadung - Harmoni

3 Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Pulo Gadung/Asmi Harmoni/Pedongkelan 05:00-06: :00-07: :00-08: Koridor 3 (Kalideres - Harmoni - Pasar Baru Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Kalideres Harmoni 05:00-06: :00-07:00 2, :00-08:00 2, Koridor 4 (Pulo Gadung - Dukuh Atas 2 Periode Headway (menit Alokasi bus (unit PuloGadung Dukuh Atas 2 05:00-06: :00-07: :00-08: Koridor 5 (Ancol - Kampung Melayu Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Ancol Kp. Melayu 05:00-06:00 5, :00-07:00 4, :00-08:00 3, Koridor 6 (Ragunan - Dukuh Atas 2 Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Ragunan Dukuh Atas 2 05:00-06: :00-07: :00-08: Koridor 7 (Kampung Melayu - Kampung Rambutan Periode Headway (menit Alokasi bus (unit Kp. Melayu Kp. Rambutan 05:00-06: :00-07:00 3, :00-08:00 3, Ket: Headway adalah interval waktu di ujung koridor antara keberangkatan bus dengan keberangkatan bus sebelumnya. Adapun data waktu tempuh antar halte di tiap koridor yang diperoleh dari obsevasi di lapangan selama beberapa hari yaitu tanggal Agustus, Oktober, dan 12 November Namun, karena terbatasnya jumlah halaman makalah ini, data tersebut tidak dapat ditampilkan lengkap dalam makalah ini hanya dirangkum dalam Tabel 2. Data tersebut, selanjutnya diasumsikan tetap. Berdasarkan data-data di atas dapat disusun grap dari jaringan busway adalah sebagai berikut: Keterangan: Warna arc Merah : Koridor 1 Biru : Koridor 2 Kuning : Koridor 3 Pink : Koridor 4 Ungu : Koridor 5 Hijau : Koridor 6 Orange : Koridor 7 Gambar 2. Grap Jaringan Busway Node KT : Kota HAR : Harmoni DA1 : Dukuh Atas 1 DA2 : Dukuh Atas 2 BM : Blok M SN : Senen SNS : Senen Sentral PG : Pulo Gadung KD : Kalideres PB : Pasar Baru MN1 : Mantraman 1 MN2 : Mantraman 2 HL : Halimun ANC : Ancol KM : Kampung Melayu RG : Ragunan KR : Kampung Rambutan : Skywalk Berdasarkan data waktu tempuh rata-rata antar halte pada masing-masing koridor dan juga mempertimbangkan hasil observasi lokasi dan kondisi halte-halte transfer dan halte ujung koridor yang memungkinkan bus bisa parkir/berhenti lama di sekitar halte atau tidak maka diperoleh jumlah distribusi bus yang beroperasi pada saat tertentu (dalam hal ini akan di gunakan waktu referensi yang dapat dilihat pada Tabel 2.

4 3. Model Aljabar Ma-Plus Sistem transportasi dapat dikatakan sebagai Sistem Dinamik Event Diskrit (SDED sama halnya sebagai sistem manufakturing, Kedinamikan dari sistem tersebut digambarkan sebagai evolusi perlakuan sistem selama diberikan waktu periodenya. Sistem transportasi dinamik diatur dengan sinkronisasi, paralelisasi dan kejadian yang serentak/concurrency (Nait-Sidi-Moh, A., dkk., Penggunaan pendekatan aljabar ma-plus dalam sistem even diskrit dinamik adalah karena aljabar ma-plus dapat menangani dengan mudah proses sinkronisasi (Braker, Pendekatan dengan aljabar ma-plus terkenal dengan kemampuannya untuk diadaptasikan pada masalah yang dapat dimodelkan dengan event-graph (Nait-Sidi-Moh, A., dkk., Aljabar ma-plus dapat dilihat penerapannya dalam sistem manufaktur dan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan jaringan transportasi yang sering berasal dari kejadian seperti sinkronisasi antara resources dan konflik yang terjadi ketika distribusi resources diperlukan (Nait-Sidi-Moh, A., dkk., Sebelum, menyusun model aljabar ma-plus, berikut diberikan konsep dasar mengenai struktur aljabar R ma sebagai berikut: Definisi 1 : Struktur aljabar R ma (Baccelli, dkk, R ma menotasikan himpunan bilangan real R { = } dengan dua operasi biner ma dan plus yang masing-masing dinotasikan dengan dan. Untuk setiap a, b Rma, didefinisikan operasi dan dengan def = a b maks( a, b dan a b = a + b (1 def Elemen netral untuk operasi adalah = def dan elemen netral untuk operasi adalah e = 0. Operasi dibaca o-plus dan operasi dibaca o-times. Himpunan R ma dengan operasi dan disebut aljabar ma-plus dan didefinisikan sebagai R ma = { R ma,,,, e } (Baccelli, dkk, Adapun bentuk umum model aljabar ma-plus adalah sebagai berikut: Suatu barisan ( ( k : k N dapat digenerate oleh ( k + 1 = A ( k (2 n untuk k 0, di mana A R ma, R n dan ( 0 = 0 adalah kondisi awal. Secara ekivalen barisan (k dapat ditulis ( k = A k 0 untuk semua k 0. (Heidergott, B., dkk, 2006 Dalam hal ini, (k adalah waktu keberangkatan bus yang ke-k di suatu halte. Selanjutnya, diperlukan pendefinisian variabel yang digunakan untuk sistem tersebut. Untuk lebih memudahkan penulisan akan ditabelkan sebagai berikut: def Tabel 2. Variabel dan Distribusi bus di Tiap Koridor Koridor Variabel Keberangkatan dari Menuju ke halte Waktu Tempuh (menit Jumlah bus yang beroperasi 1 1 Blok M Dukuh Atas 1 19, Dukuh Atas 1 Harmoni 15, Harmoni Kota 12, Kota Harmoni 10, Harmoni Dukuh Atas 1 20, Dukuh Atas 1 Blok M 14, Pulo Gadung Senen 19, Senen Harmoni Harmoni Senen 15, Senen Pulo Gadung 16, Kalideres Harmoni 24, Harmoni Pasar Baru Pasar Baru Harmoni 6, Harmoni Kalideres 26, Pulo Gadung Mantraman 2 24, Mantraman 2 Halimun 12, Halimun Dukuh Atas 2 5,07 2 (3

5 4 18 Dukuh Atas 2 Halimun 2, Halimun Mantraman 2 10, Mantraman 2 Pulo Gadung Ancol Sentral Senen 25, Sentral Senen Mantraman 1 15, Mantraman 1 Kp. Melayu 10, Kp. Melayu Mantraman 1 8, Mantraman 1 Sentral Senen 11, Sentral Senen Ancol 17, Ragunan Halimun 37, Halimun Dukuh Atas 2 5, Dukuh Atas 2 Ragunan 34, Kp. Melayu Kp. Rambutan 52, Kp. Rambutan Kp. Melayu 43,14 13 Berdasarkan data tersebut di atas, maka model aljabar ma-plus untuk semua koridor tersebut sebelum sinkronisasi adalah sebagai berikut: ( k + 1 = 14,21 ( k 4 1 ( k + 1 = 19,71 ( k 17 2 ( k + 1 = 15,23 ( k 11 3 ( k + 1 = 12,83 ( k 6 4 ( k + 1 = 10,98 ( k 8 5 ( k + 1 = 20,21 ( k 16 6 ( k + 1 = 16,75 7 ( k + 1 = 19,5 ( k 9 8 ( k + 1 = 17 ( k ( k + 1 = 26, ( k + 1 = ( k + 1 = 25 7 ( k 7 ( k 10 ( k ( k + 1 = 15,86 ( k ( k + 1 = 24,67 ( k + 1 = 6, ( k + 1 = 24,38 ( k 9 ( k 1 ( k 7 15 ( k 8 ( k + 1 = 12,61 17 ( k + 1 = 5, ( k + 1 = 10,1 19 ( k + 1 = 17,39 ( k + 1 = 25,47 ( k + 1 = 15,3 17 ( k + 1 = 2,64 ( k + 1 = 10,31 ( k + 1 = 8,63 22 ( k + 1 = 11,47 ( k + 1 = 34,32 ( k + 1 = 37,69 ( k + 1 = 5, ( k + 1 = 43,14 ( k 3 ( k 1 ( k ( k ( k 5 ( k 7 ( k 3 23 ( k + 1 = 52,81 ( k 1 ( k ( k 2 ( k 10 ( k 12 ( k ( k 12 ( k 15 (4 Berdasarkan observasi di lapangan mengenai kondisi sistem jaringan busway dan berdasarkan hasil perhitungan jumlah bus yang beroperasi pada waktu referensi pukul seperti terlihat pada Tabel 2 di atas, maka dapat disusun aturan sinkronisasi pada jaringan busway dengan 7 koridor tersebut sebagai berikut Koridor 1 (BLOK M - KOTA: BM HAR DA1 KT Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari DA1 menuju HAR (ke arah KT dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari DA1 menuju BM keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari HL menuju DA2 (yang berasal dari MN2 dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari HL menuju DA2 (yang berasal dari RG menuju DA2 dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari DA2 ke DA1. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HAR menuju KT dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HAR menuju DA1 (ke arah BM keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-9 dari KD menuju HAR (ke arah PB, menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari PB menuju HAR (ke arah KD, dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari SN menuju HAR (yang berasal dari PG. Koridor 2 (PULO GADUNG - HARMON: PG SN - HAR Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari PG menuju SN (ke arah HAR menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-7 dari MN2 menuju PG (yang berasal dari DA2. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari SN menuju HAR menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-7 dari ANC menuju SNS (ke arah KM dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k- 2 dari MN1 menuju SNS (ke arah ANC dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari SNS ke SN. Dan sedikit berbeda dengan lintasan lain, halte-halte yang disinggahi dari SN ke HAR dan dari HAR ke SN berbeda, sehingga keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari SN menuju HAR juga menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari HAR menuju SN. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HAR menuju SN menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-9 dari KD menuju HAR (ke arah PB, menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari

6 PB menuju HAR (ke arah KD, menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari KT menuju HAR (ke arah BM dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-11 dari DA1 menuju HAR (ke arah KT. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari SN menuju PG menunggu kedatangan bus yang berangkat ke- (k-7 dari ANC menuju SNS (ke arah KM dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-2 dari MN1 menuju SNS (ke arah ANC dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari SNS ke SN. Koridor 3 (KALDERES PASAR BARU: KD HAR PB Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HAR menuju PB dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HAR menuju KD keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari KT menuju HAR (ke arah BM, menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-11 dari DA1 menuju HAR (ke arah KT, dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari SN menuju HAR. Koridor 4 (PULO GADUNG DUKUH ATAS 2: PG MN2 HL DA2 Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari PG menuju MN2 (ke arah DA2 menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-7 dari SN menuju PG (yang berasal dari HAR. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari MN2 menuju HL dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari MN2 menuju PG keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-3 dari SNS menuju MN1 (ke arah KM dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari KM menuju MN1 (ke arah ANC dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari SNS ke SN. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari DA2 menuju HL (ke arah PG menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-17 dari BM menuju DA1 (ke arah KT dan menunggu menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-16 dari HAR menuju DA1 (ke arah BM dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari DA1 ke DA2. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari HL menuju MN2 (ke arah PG menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-12 dari RG menuju HL (ke arah DA2. Koridor 5 (ANCOL KAMPUNG MELAYU: ANC SNS MN1 KM Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari SNS menuju MN1 (ke arah KM dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari SNS menuju ANC keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-7 dari HAR menuju SN (ke arah PG dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-9 dari PG menuju SN (ke arah HAR dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari SN ke SNS. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari MN1 menuju KM dan keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari MN1 menuju SNS (ke arah ANC keduanya menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-8 dari PG menuju MN2 (ke arah DA2 dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-2 dari HL menuju MN2 (ke arah PG dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari MN2 ke MN1. Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari KM menuju MN1(ke arah ANC menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-12 dari KR menuju KM. Koridor 6 (RAGUNAN DUKUH ATAS 2: RG HL DA2 / DA2 RG Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari DA2 menuju RG menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-1 dari HL menuju DA2 (yang berasal dari MN2. Selain itu juga menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-17 dari BM menuju DA1 (ke arah KT dan menunggu kedatangan bus yang berangkat ke-(k-16 dari HAR menuju DA1 (ke arah BM dan masing-masing ditambah waktu tempuh rata-rata untuk berjalan lewat skywalk dari DA1 ke DA2. Koridor 7 (KAMPUNG MELAYU KAMPUNG RAMBUTAN: KM KR Keberangkatan bus yang ke-(k+1 dari KM menuju KR menunggu kedatangan bus yang berangkat ke- (k-1 dari MN1 menuju KM. Dengan aturan sinkronisasi di atas, maka model aljabar ma-plus (4 menjadi sebagai berikut: 1( k + 1 = 14,21 6 ( k 4 2 ( k + 1 = 3( k + 1 = 2 4 ( k + 1 = 12,83 3( k 6 5 ( k + 1 = 6 ( k + 1 = 5 ( 19,71 1( k 17 ( ( k 1 ( ( k 1 ( 15,23 ( k 11 ( 24,67 ( k 9 ( 6,24 ( k 1 ( 11 ( 10,98 4 ( k 8 ( 24,67 11( k 9 ( 6,24 13( k 1 ( ( 20,21 ( k 16 ( 5 5 ( k 1 ( 5 5 ( k ( k ( k 8

7 7 ( k + 1 = 8 ( k + 1 = 9 ( k + 1 = 10 ( k + 1 = ( 16,75 10 ( k 7 ( ( k 7 ( 19,5 7 ( k 9 ( 15,86 9 ( k 7 ( 3 25,47 21( k 7 ( 3 11,47 25( k 2 ( 17 8 ( k 8 ( 15,23 2 ( k 11 ( 24,67 11( k 9 ( 6,24 13( k 1 ( 10,98 ( 15,86 ( k 7 ( 3 25,47 ( k 7 ( 3 11,47 ( k ( k + 1 = 26,5 14( k 10 12( k + 1 = 24,67 11( k 9 ( 15,23 2( k 11 ( 10,98 4( k 8 ( 17 8 ( k 8 13( k + 1 = 8 12( k 3 14( k + 1 = ( 6,24 13( k 1 ( 15,23 2( k 11 ( 10,98 4( k 8 ( 17 8( k 8 15( k + 1 = ( 25 20( k 7 ( 16,75 10( k 7 16( k + 1 = ( 24,38 15( k 8 ( 3 15,3 22( k 3 ( 3 8,63 24( k 1 17( k + 1 = 12,61 16( k 3 18( k + 1 = ( 5,01 17( k 1 ( 5 19,71 1 ( k 17 ( 5 19,71 5( k 16 19( k + 1 = ( 2,64 18( k ( 37,69 27( k 12 20( k + 1 = ( 10,1 19( k 2 ( 3 15,3 22( k 3 ( 3 8,63 24( k 1 21( k + 1 = 17,39 26( k 5 22( k + 1 = ( 25,47 21( k 7 ( 3 19,5 7( k 9 ( 3 15,86 9( k 7 23( k + 1 = ( 15,3 22( k 3 ( 3 24,38 15( k 8 ( 3 10,1 19( k 2 24( k + 1 = ( 10,31 23( k 1 ( 43,14 31( k 12 25( k + 1 = ( 8,63 24( k 1 ( 3 24,38 15( k 8 ( 3 10,1 19( k 2 26( k + 1 = ( 11,47 25( k 2 ( 3 19,5 7 ( k 9 ( 3 15,86 9( k 7 27 ( k + 1 = 34,32 29 ( k 10 28( k + 1 = 37,69 27 ( k ( k + 1 = ( 5,07 28( k 1 ( 5 19,71 1( k 17 ( 5 20,21 5 ( k 16 ( 5,07 17 ( k 1 ( 43,14 ( k 12 ( 10,31 ( k 1 30 ( k + 1 = 31 31( k + 1 = 52,81 30 ( k ( k 8 (5 Selanjutnya, model (5 dapat dinyatakan dalam bentuk umum model aljabar ma-plus pada persamaan (2, yaitu sebagai berikut: ( M ( k + 1 = Ap ( k + 1 p p= 1 dengan A adalah matriks berukuran n n dan n adalah jumlah variabel. Matriks A adalah matriks p yang berkaitan dengan ( k + 1 p. Dan M dalam hal ini adalah jumlah bus maksimum di antara semua lintasan dalam grap pada Gambar 2. di atas. Berdasarkan Tabel 2. di atas, maka n adalah 31 dan M adalah 18 yaitu pada koridor 1 lintasan Blok M menuju Dukuh Atas 1. Sehingga, nantinya ada 18 buah matriks yaitu A 1 sampai dengan A 18. Untuk mendapatkan sis tem standart pada persamaan (2, perlu didefinisikan vektor (k yang berdimensi (nm, yaitu ( k = ( 1( k n ( k 1 ( k 1 n ( k 1 1 ( k + 1 M n ( k + 1 M T (7 di mana notasi T pada persamaan di atas menunjukkan transpose. Sehingga model pada (5 dapat dinyatakan dalam bentuk umum model ma-plus pada persamaan (2 menjadi (k + 1 = A ( k (8 dengan matriks A berukuran (n.m (nm yaitu A = A 1 A2 AM 1 AM ma dimana ma ma ma ma adalah matriks n n dengan elemen diagonalnya adalah e dan elemen lainnya adalah, dan e dalam matriks A di atas adalah matriks n n dengan semua elemennya adalah. Dan (k seperti p (6 (9

8 pada persamaan (7. Dalam permasalahan ini, vektor (k berdimensi 558 dan matriks A berukuran dan, yaitu sebagai berikut: ( k = ( 1( k 31( k 1 ( k 1 31( k 1 1 ( k 16 31( k 17 T (10 dan A1 A = ma A ma 2 ma A 17 ma A18 Untuk penelitian selanjutnya, dimungkinkan untuk dilakukan reduksi matriks A, hal ini untuk efisiensi secara komputasi, yaitu dengan 1. Mencari kolom yang semua entrinya adalah, kemudian menghapus kolom dan baris yang bersesuaian tersebut. 2. Selanjutnya dengan algoritma untuk mereduksi matriks dalam Subiono, (2000 hal Kesimpulan dan Saran Untuk mendesain penjadwalan keberangkatan bus dalam kota, dalam hal ini jaringan busway TransJakarta dapat digunakan model (5 yang sudah dikonstruksi di atas. Harapan penulis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk perbaikan sistem busway TransJakarta. Selanjutnya, penelitian ini dapat lebih disempurnakan antara lain dengan 1. Observasi lapangan yang lebih lama dan pengumpulan data waktu tempuh yang lebih banyak. 2. Sebelum menyusun model di atas, dapat terlebih dahulu disusun Petrinet dari jaringan busway. 3. Melakukan reduksi matriks untuk efisiensi secara komputasi. 4. Mendesain jadwal keberangkatan bus berdasarkan model yang sudah disusun di atas. 5. Ucapan Terima Kasih Penulis ucapkan terima kasih kepada segenap pihak Badan Layanan Umum TransJakarta (Busway atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini dan memberikan beberapa data yang diperlukan untuk penelitian ini. Dan juga semua pihak yang memberikan dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Daftar Pustaka Baccelli, F., Cohen, G., Olsder, G. J., dan Quadrat, J. P., (1992, Synchronisation and Linearity, Algebra for Discrete Event Systems. John Wiley and Sons, nc., New York. Batavia Busway, (16 Juni 2008, tanggal akses: 7 Agustus 2008, Diskusi Busway di Veteran, Batavia Busway, (tanggal akses: 24 Juli 2008, Denah-Busway-v jpg, Braker, J.-G., (1990, Ma-algebra modelling and analysis of time-table dependent transportation networks. Report of The Faculty of Technical Mathematics and nformatics no , Delft University of Technology, Delft, The Netherlands. Heidergott, B., Olsder G. J., dan Woude, J. V. D., (2006, Ma Plus at Work Modeling and Analysis of Synchronisation Systems: A Course on Ma-Plus Algebra and ts Application, Princeton University Press, New Jersey. Nait-Sidi-Moh, A., Manier, M. A., El Moudni, A., (2008, Spectral analysis for performance evaluation in a bus network, European Journal of Operational Research, Suaratransjakarta, (20 Juni 2008, tanggal akses: 1 Agustus 2008, Ketidakpastian menunggu bus, Subiono, (2000, On classes of min-ma-plus systems and their application, Thesis Ph.D., Technische Universiteit Delft, Delft. (11

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS (STUDI KASUS BUSWAY TRANSJAKARTA)

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS (STUDI KASUS BUSWAY TRANSJAKARTA) PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS (STUDI KASUS BUSWAY TRANSJAKARTA Winarni Jurusan Matematika FKIP Universitas Adhi Buana Surabaya email: winarni_its@yahoo.com

Lebih terperinci

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 6, No., May 2009, 49 59 Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian Subiono Jurusan Matematika FMIPA ITS, Surabaya subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Himmatul Mursyidah (1213 201 001) Dosen Pembimbing : Dr. Subiono, M.S. Program Magister

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJDWLN KEGITN BELJR MENGJR SEKOLH MENENGH TS MENGGUNKN LJBR MX-PLUS Yustinus Hari Suyanto 1, Subiono 2 Graduate of Student Department of Mathematic ITS, Surabaya 1 hari_yustinus@yahoo.co.id, 2 subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS AHMAD AFIF 1, SUBIONO 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Nahlia Rakhmawati Dosen Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com ABSTRAK Pada penelitian ini dirancang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL A-4 Harry Nugroho 1, Effa Marta R 2, Ari Wardayani 3 1,2,3 Program Studi Matematika Universitas Jenderal Soedirman 1 harry_nugroho92@yahoo.com 2 marta_effa, 3

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto 1, Subiono 2, Subchan 3 Jurusan Matematika Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Casilda Reva Kartika, Siswanto, dan Sutrima Program Studi Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS Galih Gusti Suryaning Akbar, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto, Subiono, Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. . Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan. menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini

ABSTRAK. . Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan. menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini ABSTRAK. Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini dibuat sistim kelas moving, tiap ruang belajar yang ada dijadikan laboratorium

Lebih terperinci

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Dyah Arum Anggraeni 1, Subchan 2, Subiono 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya dyaharumanggraeni@gmail.com

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Yosef Ardhito Winatmoko / 13509052 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Kiki Aprilia, Siswanto, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK.

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data Data jumlah kedatangan penumpang diperoleh langsung dari pihak manajemen. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Lebih terperinci

A-10 OPTIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT

A-10 OPTIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT A-10 OPIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PAHOK JAYA 25 DAERAH ISIMEWA YOGYAKARA DENGAN SISEM LINEAR MAX-PLUS WAKU INVARIAN Mustofa Arifin 1 dan Musthofa 2 1 Mahasiswa Program Studi Matematika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Widdya P. Sierliawati, Subiono Widdya P. Sierliawati 1 *, Subiono 2 Institut

Lebih terperinci

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab J. Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No., Nov. 004, 1 7 Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab Subiono Jurusan Matematika, FMIPA -

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter Kistosil Fahim, Subchan, Subiono Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang Nahlia Rakhmawati, Ririn Febriyanti 2 STKIP PGRI Jombang, rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com STKIP PGRI Jombang 2, ririn_febriyanti00@yahoo.com

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter SEMINAR TUGAS AKHIR Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter OLEH: Kistosil Fahim DOSEN PEMBIMBING: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, M.Sc.,PhD

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Maryatun, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak Polinomial dalam aljabar maks-plus dapat dinotasikan sebagai

Lebih terperinci

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Tri Utomo 1, Subiono 2 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Three1st@gmail.com 2 Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi yang selalu berkembang menuntut perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Kios Informasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak Untuk mengimplementasikannya, aplikasi kios informasi ini memerlukan perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dari Arus Kendaraan (Vehicle Flow) Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari tingkat kinerja jalan. Dimana ada 3 variabel yang menjadi kriteria

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Anita Nur Muslimah 1, Siswanto 2, Purnami Widyaningsih 3 A-1 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 anitanurmuslimah@yahoo.co.id, 2 sis.mipauns@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto 1, Aditya NR 2, Supriyadi W 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 sismipauns@yahoocoid, 2 adityanurrochma@yahoocom,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian

Lebih terperinci

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya dadang_supriyatno@yahoo.co.id Ari

Lebih terperinci

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi Subjudul (jika diperlukan) [TNR14, spasi 1] Suroto, Ari Wardayani Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya

Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Oleh: Fatma Ayu Nuning Farida Afiatna Dosen Pembimbing: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, Ph.D Latar

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG Mira Amalia, Siswanto, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Aljabar merupakan cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada suatu waktu tertentu untuk melakukan suatu kegiata. Antrian merupakan salah satu pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi sangat membantu dalam mobilitas keseharian masyarakat, seperti berangkat kerja, berangkat ke sekolah, maupun keperluan lainnya. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Menurut Khisma (2016: 9) kemacetan kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Menurut Khisma (2016: 9) kemacetan kendaraan bermotor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan kota dengan tingkat kemacetan lau lintas yang semakin meningkat. Menurut Khisma (2016: 9) kemacetan kendaraan bermotor menyebabkan banyak

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah antrian,yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja ABSTRAK Proses antrian merupakan suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris antrian jika belum dapat dilayani, dilayani dan akhirnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1 OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1 Ofyar Z. Tamin Departemen Teknik Sipil ITB Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Phone/Facs: 022-2502350

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diiringi dengan peningkatan mobilitas manusia dan kegiatan yang dilakukan. Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. diiringi dengan peningkatan mobilitas manusia dan kegiatan yang dilakukan. Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu daerah umumnya diiringi dengan peningkatan mobilitas manusia dan kegiatan yang dilakukan. Jakarta sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG oleh MIRA AMALIA M0113030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan

Lebih terperinci

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Permasalahan Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 yang diresmikan secarang langsung oleh Gubernur DKI Jakarta (dokumentasi

Lebih terperinci

: Tempat Parkir, Graph, Lintasan Terpendek, Petri Net, Algoritma Djigstra

: Tempat Parkir, Graph, Lintasan Terpendek, Petri Net, Algoritma Djigstra PEMODELAN JALUR TEMPAT PARKIR MENGGUNAKAN PETRI NET Yulinda Bilondatu, Hj. Novianita Achmad, M.Si, Nurwan S.Pd, M.Si ABSTRAK Yulinda Bilondatu. Pemodelan jalur tempat parkir Menggunakan Petri Net SKRIPSI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia yang dikelilingi beberapa wilayah di sekitarnya sebagai kota penyangga yang terdiri dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Lebih terperinci

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem kejadian dinamik diskrit (discrete-event dynamic system) merupakan sistem yang keadaannya berubah hanya pada titik waktu diskrit untuk menanggapi terjadinya

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi Thesis EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSWAY PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA Fitra Hapsari (3105 206 001) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Prosiding Seminar Nasional FMIPA Universitas Negeri Surabaya ISBN : 978-62-17146--7 Surabaya 24 November 212 Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Abstrak 1 Dwina

Lebih terperinci

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Ryan Faza Prasetyo, Ir. Wahyu Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Simulasi Pencarian Rute Terpendek Bagi Pengguna. Transportasi Bus Trans Jakarta Indonesia

Simulasi Pencarian Rute Terpendek Bagi Pengguna. Transportasi Bus Trans Jakarta Indonesia Novie Theresia Br. Pasaribu dan Ratnadewi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract Traffic jams occur in the capital city of Jakarta. The price increase of

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS Umi Marfuah 1), Anita Syarifah 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: umi.marfuah1@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (Discrete-Event System) merupakan suatu sistem yang state space nya berbentuk diskret, sistem yang keadaannya berubah hanya pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS oleh CASILDA REVA KARTIKA M0112021 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya EVALUASI PENYEDIAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERDASARKAN SEGMEN TERPADAT, RATA-RATA FAKTOR MUAT DAN BREAK EVEN POINT (Studi Kasus: Trayek Terminal Taman-Terminal Sukodono) Ibnu

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM βeta p-issn: 285-5893 / e-issn: 2541-458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 8 No. 1 (Mei) 215, Hal. 66-78 βeta 215 PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat. Banyak pelajar, mahasiswa bahkan wisatawan (mancanegara maupun lokal) yang datang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengupayakan pengadaan transportasi massal dengan meluncurkan bus Trans

BAB 1 PENDAHULUAN. mengupayakan pengadaan transportasi massal dengan meluncurkan bus Trans BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring semakin berkembangnya pembangunan di Jakarta, jumlah pengguna jalan raya pun semakin meningkat. Oleh karena itu pemerintah mengupayakan pengadaan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Berbobot dalam Menentukan Jalur Angkot (Angkutan Kota) Tercepat

Aplikasi Graf Berbobot dalam Menentukan Jalur Angkot (Angkutan Kota) Tercepat Aplikasi Graf Berbobot dalam Menentukan Jalur Angkot (Angkutan Kota) Tercepat Nicholas Rio - 13510024 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA Satria Adyaksa, Ir. Wahju Herijanto, MT, Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci

USAHA PENINGKATAN PELAYANAN TRANS JAKARTA DENGAN PEMBANGUNAN FLY OVER PADA PERSIMPANGAN STUDI KASUS PADA KORIDOR BLOK M - KOTA

USAHA PENINGKATAN PELAYANAN TRANS JAKARTA DENGAN PEMBANGUNAN FLY OVER PADA PERSIMPANGAN STUDI KASUS PADA KORIDOR BLOK M - KOTA USAHA PENINGKATAN PELAYANAN TRANS JAKARTA DENGAN PEMBANGUNAN FLY OVER PADA PERSIMPANGAN STUDI KASUS PADA KORIDOR BLOK M - KOTA Reza Sunggiardi Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi secara umum mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta sebagai ibukota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum BAB III Landasan Teori 3.1. Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik atau belum dapat dievaluasi dengan memakai indikator kendaraan angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci