IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1"

Transkripsi

1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute busway Blok M Kota diawali dari shelter asal sampai shelter tujuan, yaitu Blok M-Masjid Agung- Bundaran Senayan-Gelora Bung Karno- Polda-Bendungan Hilir-Karet-Setia Budi- Dukuh Atas-Tosari-Bundaran HI-Sarinah- Bank Indonesia-Museum Nasional-Harmoni, Sawah Besar-Mangga Besar-Olimo-Glodok- Stasiun Kota. Diambilnya Koridor 1 sebagai lokasi penelitian karena koridor tersebut dianggap sudah bisa mewakili pelayanan busway karena sudah terlebih dahulu dioperasikan sehingga dapat menjadi tolok ukur untuk koridor yang lainnya. 4.2 Deskripsi Masalah Pengoperasian Transjakarta Koridor 1 Pengoperasian bus Transjakarta, atau yang dikenal busway, dilaksanakan setiap hari (Senin-Jumat, Sabtu-Minggu atau libur dan Car Free Day). Pengoperasian busway berlangsung mulai pukul WIB sampai pukul WIB yang melayani suatu koridor atau gabungan koridor jika dibutuhkan. Pelayanan pada Koridor 1 (Blok M- Kota) untuk pemberangkatan bus dari shelter Blok M dan shelter Kota dengan ketentuan jadwal yang telah direncanakan. Setiap bus akan menaikkan dan/atau menurunkan penumpang pada shelter yang telah ditentukan. Dalam kondisi tertentu untuk kepentingan layanan yang diberikan kepada penumpang dan mempertimbangkan kebutuhan bus, pihak BLU Transjakarta dapat melakukan penambahan atau pengurangan bus yang dioperasikan, perpendekan atau perpanjangan rute atau hal lain jika dibutuhkan. Keberangkatan bus dari shelter awal pada setiap koridor diatur oleh pengendali BLU Transjakarta sesuai dengan jadwal yang ada. Gambar 4 merepresentasikan 20 shelter yang dapat dilalui di Koridor 1. Jarak antarshelter diukur menggunakan Google Earth dan diberikan pada Tabel 2. Tabel 1 merepresentasikan rata-rata banyaknya penumpang di setiap shelter pada Koridor 1. Banyaknya penumpang per hari di setiap shelter diperoleh dari banyaknya penumpang per bulan dibagi 30 (asumsi satu bulan sama dengan 30 hari). Pengoperasian bus Transjakarta Koridor 1 terdapat 2 arah yaitu, Blok M-Kota dan sebaliknya. Banyaknya penumpang di setiap shelter dalam satu arah diperoleh dengan membagi 2 banyaknya penumpang setiap harinya. Pada penelitian ini diasumsikan pergerakan penumpang hanya dihitung satu arah yaitu dari Blok M ke Kota. Banyaknya penumpang di setiap shelter dari Blok M menuju Kota diasumsikan mengalami pengurangan penumpang sehingga dikalikan persentase yang berkurang 5% setiap perpindahan shelter, misalkan rata-rata banyaknya penumpang per hari arah Blok M Kota di shelter 1 diperoleh dari 100% rata-rata penumpang per hari dalam satu arah, sedangkan rata-rata banyaknya penumpang per hari arah Blok M Kota di shelter 2 diperoleh dari 95% rata-rata penumpang per hari dalam satu arah, dan pada shelter terakhir tidak ada penumpang. Gambar 5 merepresentasikan alur pergerakan penumpang di setiap slot waktu. Pergerakan penumpang pada 5 slot waktu pertama berakhir di shelter 20 sedangkan pergerakan penumpang pada slot waktu ke-6 dan seterusnya bus tidak sampai shelter 20, hal ini disebabkan slot waktu yang terbatas yaitu hanya 24 slot waktu, dan asumsi perpindahan satu shelter memakan satu satuan slot waktu. Berdasarkan pergerakan penumpang yang direpresentasikan pada Gambar 5, jarak yang tempuh setiap bus tidak akan selalu sama dan hal ini direpresentasikan pada Tabel 3. Nilai jarak tempuh pada Tabel 3 diperoleh dari penjumlahan jarak antar-shelter pada Tabel 2. Gambar 4 Koridor 1 (Blok M Kota)

2 15 Tabel 1 Data banyaknya penumpang di setiap shelter Koridor 1 Shelter ke- Shelter Rata-rata per bulan Rata-rata per hari Rata-rata per hari dalam satu arah Rata-rata per hari Blok M - Kota 1 Blok M Al-Azhar Bundaran Senayan GBK Polda Metro Jaya Bandung Hilir Karet Setia Budi Dukuh Atas Tosari Bundaran HI Sarinah BI Monas Harmoni Sawah Besar Mangga Besar Olimo Glodok Kota Sumber : BLU Transjakarta 2011 (Banyaknya penumpang per bulan di setiap shelter Koridor 1) Tabel 2 Data jarak antar-shelter di Koridor 1 Shelter Jarak (km) Shelter Jarak (km) Pool - Blok M 0 Tosari - Bundaran HI 0.59 Blok M - Al Azhar 1.39 Bundaran HI - Sarinah 0.63 Al Azhar Senayan 0.73 Sarinah -BI 0.59 Senayan GBK 1.55 BI- Monas 0.73 GBK - Polda Metro Jaya 0.51 Monas -Harmoni 1.1 Polda Metro Jaya - Bendungan Hilir 0.8 Harmoni - Sawah Besar 0.63 Bendungan Hilir - Karet 0.45 Sawah Besar - Mangga Besar 0.91 Karet - Setia Budi 0.58 Mangga Besar - Olimo 0.32 Setia Budi - Dukuh Atas 0.44 Olimo - Glodok 0.21 Dukuh Atas - Tosari 0.44 Glodok - Kota 1.2 Sumber : Google Earth 2011

3 16 SHELTER Gambar 5 Grafik pergerakan keberangkatan penumpang pada slot waktu dan shelter tertentu Tabel 3 Data jarak yang ditempuh oleh bus, berdasarkan awal keberangkatan di setiap slot waktu di Koridor 1 Keberangkatan pada Slot waktu ke- Rute Jarak (km) 1 Blok M- Kota Blok M- Kota Blok M- Kota Blok M- Kota Blok M- Kota Blok M- Glodok Blok M- Olimo Blok M- Mangga Besar Blok M- Sawah Besar Blok M- Harmoni Blok M- Monas Blok M- BI Blok M- Sarinah Blok M- Bundaran HI Blok M- Tosari Blok M- Dukuh Atas Blok M- Setia Budi Blok M- Karet Blok M- Bendungan Hilir Blok M- Polda Blok M- GBK Blok M- Senayan Blok M- Al-Azhar Blok M- Blok M 0.00 Sumber : Google Earth 2011

4 17 Slot waktu 5 Shelter awal Tabel 4 Data banyaknya penumpang di setiap shelter dan slot waktu tertentu di Koridor 1 Shelter tujuan Jumlah Tabel 4 merupakan salah satu contoh data banyaknya penumpang di shelter awal j dengan shelter tujuan k, pada slot waktu 5. Untuk mengetahui berapa banyaknya penumpang yang naik pada slot waktu 5 pada shelter tertentu, dapat diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya penumpang di setiap shelter awal, misalkan banyaknya penumpang yang naik pada slot waktu 5 di shelter 3 merupakan jumlah dari banyaknya penumpang dengan shelter awal 3 yang akan menuju shelter 4, 5, hingga shelter 20. Banyaknya penumpang berdasarkan shelter awal j dengan shelter tujuan k pada slot waktu 5 hanya dapat dihitung sampai dengan shelter awal 5, karena diasumsikan setiap perpindahan satu shelter membutuhkan satu satuan slot waktu, sehingga banyaknya penumpang yang beroperasi dalam rentang slot waktu 5 hanya sampai shelter 5. Data banyaknya penumpang di shelter awal j dengan shelter tujuan k pada slot waktu lainnya dapat dilihat pada Lampiran Formulasi Model Matematika Masalah Pengoperasian Transjakarta Koridor 1 Berdasarkan permasalahan yang ada dalam pengoperasian bus Transjakarta di Koridor 1, disusun formulasi masalahnya sebagai berikut: a) Indeks Banyaknya slot waktu untuk beroperasi dalam satu hari ialah 24 slot, sedangkan banyaknya shelter pada Koridor 1 ialah 20. i = slot waktu ke- i, 1,2,..,24 j = shelter awal j, j=1,2,..,19 k = shelter tujuan k, k>j b) Parameter Berdasarkan data pada subbab 4.1, 4.2, dan 4.3, asumsi yang digunakan dan parameter yang diujikan, maka: bus yang dioperasikan dari setiap shelter awal pemberangkatan ialah bus single dengan kapasitas 85 orang (30 orang duduk dan 55 orang berdiri), sehingga K = 85, terdapat 31 bus yang dapat beroperasi lebih dari 1 putaran dalam satu har Jenis bus yang digunakan homogen, sehingga kapasitas sama dan kecepatan bus selalu konstan dalam satuan kilometer/menit. c) Fungsi Objektif Fungsi objektif pada permasalahan ini ialah meminimumkan biaya operasional

5 18 dengan cara meminimumkan banyaknya bus yang dioperasikan di shelter pertama di setiap slot waktu (24 slot waktu) di Koridor 1 (Blok M- Kota), dikalikan dengan biaya per kilometer dan jarak yang ditempuh setiap busnya, 24 min Zi (,1) *C*Km( i) 1 d) Kendala Terdapat kendala pada permasalahan penelitian ini, di antaranya sebagai berikut : 1. Banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada saat slot waktu Banyaknya penumpang yang naik di shelter 1 pada saat slot waktu i ialah banyaknya penumpang di shelter 1 dengan shelter tujuan k pada slot waktu 20 Ai (,1) = T( i,1, k) k = 2 Banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada saat slot waktu i ialah banyaknya penumpang di shelter j dengan shelter tujuan k pada slot waktu 20 A( i, j) = T( i, j, k),dan i j. k = 2 2. Banyaknya penumpang turun di shelter j pada saat slot waktu Banyaknya penumpang yang turun di shelter 1 pada saat slot waktu i samadengan nol. Bi (,1) = 0 Banyaknya penumpang yang turun di shelter j pada saat slot waktu i ialah banyaknya penumpang di shelter j dengan shelter tujuan k pada slot waktu 20 Bii (,) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N 2 21 Bii (, 1) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N 3 22 Bii (, 2) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N 4 23 Bii (, 3) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N 4 24 Bii (, 4) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N 5 24 Bii (, 5) = Ti (, jk, ), k= 2,3,.. N Bii (, 22) = Tii (, 22,2). 3. Banyaknya penumpang yang seharusnya diangkut di shelter j pada slot waktu Banyaknya penumpang yang seharusnya dialokasikan di shelter 1 pada slot waktu i ialah banyaknya penumpang yang naik di shelter 1 pada slot waktu PE( i,1) = A( i,1) Banyaknya penumpang yang seharusnya dialokasikan di shelter j pada saat slot waktu 1 ialah banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu 1. PE(1, j) = A(1, j) Kendala banyaknya penumpang yang dialokasikan di shelter dan pada slot waktu tertentu sama dengan banyaknya penumpang dari shelter dan slot waktu sebelumnya dikurangi banyaknya penumpang yang turun, lalu ditambah dengan banyaknya penumpang yang naik di shelter dan slot waktu tersebut. PE(, i j) = PE( i 1, j 1) B(, i j) + A( i, j), untuk 2,3,..,24; j = 2,3,..,19 dan j i 4. Banyaknya bus yang harus dioperasikan pada setiap slot waktu merupakan banyaknya bus yang akan dioperasikan di shelter awal dikalikan kapasitas bus, harus lebih besar atau sama dengan 80% banyaknya penumpang yang seharusnya dialokasikan. Z(1,1)* K 0.8* max PE( i, i), i 24 Z(2,1)* K 0.8* max PE( i + 1, i), i Z(23,1)* K 0.8*max PE(23, i), i Kapasitas total bus pada slot waktu i di shelter j merupakan perkalian antara banyaknya bus yang dioperasikan pada saat slot waktu i di shelter 1 dengan kapasitas bus. KT (, i j) = Z(,1)* i K, untuk j idan 1,2,.., Banyaknya penumpang yang diangkut oleh bus di shelter j pada slot waktu Jika banyaknya penumpang yang naik di shelter 1 pada slot waktu i

6 19 lebih dari atau sama dengan kapasitas total di shelter 1 pada slot waktu i, maka banyaknya penumpang yang diangkut di shelter 1 pada slot waktu i sama dengan kapasitas total di shelter 1 pada slot waktu A( i,1) KT ( i,1) PEA( i,1) = KT ( i,1), untuk j Jika banyaknya penumpang yang naik di shelter 1 pada slot waktu i kurang dari kapasitas total di shelter 1 pada slot waktu i, maka banyaknya penumpang yang diangkut di shelter 1 pada slot waktu i sama dengan banyaknya penumpang yang naik di shelter 1 pada slot waktu Ai (,1) < KT( i,1) PEAi (,1) = Ai (,1) untuk j Kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter 1 pada slot waktu i, sama dengan kapasitas total di shelter 1 pada slot waktu 1. X ( i,1) = KT ( i,1), untuk j = 2,3,..19 dan j Kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas total di shelter j pada slot waktu i dikurangi dengan banyaknya penumpang yang berada dalam bus di shelter dan pada slot waktu sebelumnya, lalu ditambahkan dengan banyaknya penumpang yang turun pada slot waktu i di shelter j. Asumsi perpindahan bus dari satu shelter ke shelter berikutnya menempuh satu satuan slot waktu berlaku pada kendala ini, karena kapasitas bus yang tersedia ketika sampai di shelter j pada slot waktu i ditentukan dari banyaknya penumpang dalam bus tepat di shelter dan slot waktu sebelumnya. X(, i j) = KT(, i j) DB( i 1, j 1) + Bi (, j), untuk 2,3,..,24; j = 2,3,..,19 dan j bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i lebih dari atau sama dengan kapasitas total di shelter j pada slot waktu i, maka kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas total di shelter j pada slot waktu X(, i j) KT(, i j) X(, i j) = KT(, i j), untuk j bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i kurang dari kapasitas total di shelter j pada slot waktu i, maka kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu X(, i j) < KT(, i j) X(, i j) = X(, i j), untuk j bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i lebih dari atau sama dengan banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu i, maka banyaknya penumpang yang diangkut di shelter j pada slot waktu i sama dengan banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu X( i, j) A(1, j) PEA( i, j) = A( i, j), untuk 2,3,..,24; j = 2,3,..,19 dan j bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i, kurang dari banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu i, maka banyaknya penumpang yang diangkut di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu X( i, j) < A(1, j) PEA( i, j) = X( i, j), untuk 2,3,..,24; j = 2,3,..,19 dan j

7 20 7. Banyaknya penumpang yang berada di dalam bus. Banyaknya penumpang dalam bus di shelter 1 pada slot waktu i sama dengan banyaknya penumpang yang diangkut di shelter 1 pada slot waktu DB( i,1) = PEA( i,1) Banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i sama dengan banyaknya penumpang yang berada dalam bus di shelter dan pada slot waktu sebelumnya, dikurangi banyaknya penumpang yang turun di shelter j pada slot waktu i, lalu ditambah dengan banyaknya penumpang yang diangkut di shelter j pada slot waktu Asumsi perpindahan bus dari satu shelter ke shelter berikutnya menempuh satu satuan slot waktu berlaku pada kendala ini, karena banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i ditentukan oleh banyaknya penumpang dalam bus tepat di shelter dan slot waktu sebelumnya. DBi (, j) = DBi ( 1, j 1) Bi (, j) + PEA( i, j), untuk 2,3,..,24; j = 2,3,..,19 dan j i Jika banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i kurang dari atau sama dengan nol, maka banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i sama dengan nol. DB(, i j) 0 DB(, i j) = 0, i j. Jika banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i lebih dari nol, maka banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu i sama dengan banyaknya penumpang dalam bus di shelter j pada slot waktu DB(, i j) > 0 DB(, i j) = DB(, i j), i j 8. Kapasitas yang tersedia dalam bus setelah penumpang naik. Kapasitas yang tersedia dalam bus setelah penumpang naik di shelter j pada slot waktu i merupakan selisih dari kapasitas yang tersedia dalam bus sebelum penumpang naik di shelter j pada slot waktu i dan banyaknya penumpang yang diangkut di shelter j pada slot waktu BL(, i j) = X (, i j) PEA(, i j), i j bus setelah penumpang naik di shelter j pada slot waktu i, lebih dari atau sama dengan kapasitas total bus di shelter i pada slot waktu j, maka kapasitas yang tersedia dalam bus setelah penumpang naik di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas total bus di shelter i pada slot waktu j. BL(, i j) KT(, i j) BL(, i j) = KT(, i j), untuk i j. bus setelah penumpang naik di shelter j pada slot waktu i, kurang dari kapasitas total bus di shelter i pada slot waktu j, maka kapasitas yang tersedia dalam bus setelah penumpang naik di shelter j pada slot waktu i sama dengan kapasitas total bus di shelter i pada slot waktu j. BL(, i j) < KT(, i j) BL(, i j) = BL(, i j), untuk i j. 9. Banyaknya penumpang yang menunggu atau tidak terangkut di shelter j pada slot waktu i ialah selisih antara banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu i dengan banyaknya penumpang yang diangkut di shelter j pada slot waktu W(, i j) = A(, i j) PEA(, i j), j 10. Kendala keberlanjutan bus dalam keberangkatan slot waktu yang sama, dipastikan akan melewati shelter yang sama dan jarak antar bus diabaikan. Hal ini karena terdapat asumsi jarak waktu keberangkatan antarbus pada keberangkatan slot waktu yang sama, diabaikan pada kendala in Zij (, ) = Z(1,1), j Zii (, 1) = Z(2,1), 2 < i 20 Zii (, 2) = Z(3,1), 3 < i 21 Zii (, 3) = Z(4,1), 4 < i 22 Zii (, 4) = Z(5,1), 5 < i 23 Zii (, 5) = Z(6,1), 6 < i Zii (, 22) = Z(23,1),23< i 24

8 Kendala nilai utilitas bus di shelter j,pada slot waktu i merupakan pembagian antara banyaknya penumpang dalam bus dan kapasitas total di setiap shelter j dan slot waktu DB(, i j) Uij (, ) =, KT (, i j) untuk 2,3,..,23; j = 2,3,..,19dan j 12. Bus yang dioperasikan tidak melebihi banyaknya bus yang tersedia dalam satu koridor. Zi (,1) B, 1,2,.., Kendala banyaknya bus yang dioperasikan di shelter j pada slot waktu i, yaitu Z(i,j), merupakan bilangan bulat taknegatif. 14. Kendala ketaknegatifan, memastikan bahwa: Banyaknya penumpang yang seharusnya diangkut di shelter j pada slot waktu i, lebih besar atau sama dengan nol. PE(, i j) 0 Banyaknya penumpang yang naik di shelter j pada slot waktu i, lebih besar atau sama dengan nol. Ai (, j) 0 Banyaknya penumpang yang turun di shelter j pada slot waktu i, lebih besar atau sama dengan nol. Bi (, j) 0 Nilai utilitas di shelter j pada slot waktu i, lebih besar atau sama dengan nol. Uij (, ) Hasil dan Pembahasan Data dan formulasi yang telah dipaparkan pada subbab 4.1, 4.2, dan 4.3, dimasukkan ke dalam proses komputasi dengan menggunakan salah satu perangkat lunak pengoptimuman, LINGO 11. Jadwal yang diperoleh dari hasil proses komputasi, dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 5 Hasil simulasi untuk penjadwalan bus Transjakarta dalam satu hari Slot waktu Banyak bus Penumpang Terangkut Tidak terangkut Rataan utilitas Jumlah

9 22 Berdasarkan Tabel 5 total bus yang harus dioperasikan dalam satu hari berdasarkan hasil program ialah 100 bus, dengan banyaknya bus yang beroperasi di setiap slot waktu berbeda-beda. Banyaknya penumpang pada setiap slot waktu diperoleh dari penjumlahan banyaknya penumpang naik pada slot waktu dan shelter tertentu yang dilalui dari keberangkatan pada slot waktu awal beroperas Misal banyaknya penumpang pada slot kedua diperoleh dari penjumlahan banyaknya penumpang yang naik di setiap slot waktu di shelter tertentu, yang dilalui dari keberangkatan slot waktu 2, Jumlah penumpang yang naik berdasarkan keberangkatan slot waktu kedua pada setiap slot waktu dapat dilihat pada Tabel 6, kolom banyaknya penumpang yang naik (A). Banyaknya penumpang terangkut diperoleh dari total banyaknya penumpang yang diangkut (PEA), misal pada slot waktu kedua banyaknya penumpang yang terangkut ialah 1164 penumpang, diperoleh dari jumlah banyaknya penumpang yang terangkut, yang dilalui dari keberangkatan slot waktu 2 tertera pada Tabel 6 keberangkatan slot waktu dua, kolom PEA. Banyaknya penumpang tidak terangkut diperoleh dari total banyaknya penumpang yang tidak terangkut (W) dalam alur penumpang keberangkatan pada slot waktu tertentu, misal pada slot waktu kedua banyaknya penumpang yang tidak terangkut ialah 51 penumpang, diperoleh dari jumlah banyaknya penumpang yang tidak terangkut pada slot waktu kedua di setiap shelter yang tertera pada Tabel 6 kolom W. Rataan nilai utilitas merupakan rata-rata nilai utilitas pada setiap slot waktu, yang diperoleh dari banyaknya penumpang dalam bus dibagi kapasitas total bus. Nilai utilitas merupakan rata-rata nilai kegunaan bus yang dioperasikan pada setiap slot waktu tertentu, semakin mendekati nilai satu maka nilai utilitas sangat baik, atau dengan kata lain bus tersebut selalu terisi penuh, rataan nilai utilitas keseluruhan hasil program sebesar 75% artiya nilai kegunaan bus rata-rata terisi oleh penumpang 75% dari kapasitas bus yaitu 64 penumpang. Slot waktu Shelter Tabel 6 Alur penumpang dengan waktu keberangkatan pada slot waktu 2 A (naik) B (turun) PE (harusnya diangkut) X (belum naik) PEA (diangkut) DB (dalam bus) BL (sudah naik) W (tunggu) U (utilitas) Jumlah

10 23 Alur pergerakan penumpang, banyaknya bus dan nilai utilitas bus di setiap slot waktu dan shelter, tertera pada Lampiran 4, salah satunya dapat dijelaskan pada Tabel 6 yang merepresentasikan alur penumpang yang keberangkatannya dimulai pada slot waktu 2 di shelter 1 maka untuk menuju shelter 20 memerlukan perjalanan sampai slot 21. Pada setiap slot dan shelter tertentu, dapat diketahui berapa banyak penumpang yang naik (A), lalu berapa banyaknya penumpang yang turun (B) di setiap slot waktu dan shelter tertentu. Dengan adanya banyaknya penumpang yang naik dan turun, maka dapat ditentukan banyaknya penumpang yang seharusnya diangkut (PE) dan penumpang yang diangkut (PEA). Banyaknya penumpang yang diangkut (PEA) dapat ditentukan dengan mengambil keputusan, jika banyaknya penumpang yang naik (A) kurang dari atau sama dengan kapasitas yang tersedia sebelum penumpang naik (X), maka banyaknya penumpang yang diangkut sama dengan banyaknya penumpang yang naik, dan sebaliknya. Banyaknya penumpang dalam bus (DB) dapat ditentukan dengan mengetahui banyaknya penumpang yang terangkut di shelter 1 atau banyaknya penumpang yang berada dalam bus sebelumnya dikurangi penumpang yang turun (B) lalu ditambah penumpang yang diangkut (PEA) pada saat slot waktu dan shelter tertentu. Sedangkan kapasitas yang tersedia sebelum penumpang naik dapat diperoleh dari selisih antara kapasitas total (KT) dan banyaknya penumpang dalam bus (DB). Banyaknya penumpang yang tidak terangkut (W) dapat ditentukan dengan mengetahui banyaknya yang naik (A) dan banyaknya yang diangkut (PEA) pada setiap slot waktu dan shelter tertentu, jika banyaknya penumpang yang naik (A) sama dengan banyaknya yang diangkut (PEA), maka tidak ada penumpang yang menunggu (W = 0), namun sebaliknya jika banyaknya penumpang yang diangkut lebih kecil dari banyaknya penumpang yang naik maka akan ada penumpang yang menunggu. Nilai utilitas diperoleh dari banyaknya penumpang dalam bus dibagi kapasitas total bus. Tabel 7 Biaya operasional penghitungan BLUT dan program Periode Bus Biaya/Km Biaya Operasional KM BLUT Program (Rp) BLUT (Rp) Program (Rp) Jumlah

III DESKRIPSI PERMASALAHAN PENGOPERASIAN BRT

III DESKRIPSI PERMASALAHAN PENGOPERASIAN BRT 8 x 2 1 Subproblem 1 x 1 = 11,33; x 2 = 1,2; z = 40,11 (batas atas) t = 1 x 2 2 Subproblem 2 x 1 = 11,6; x 2 = 1; z = 39,8 t = 2 Subproblem 3 x 1 = 9; x 2 = 2; z = 37 t = 9 x 1 11 Subproblem 4 x 1 = 11;

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu BAB IV DATA DAN ANALISA 4. Presentasi Data 4.I. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu armada bus, peranan demand menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI

OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL PERUSAHAAN 4.1.1 TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD Transjakarta Busway semula merupakan lemabaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PENJADWALAN BUS TRANSJAKARTA UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA OPERASIONAL NURISMA

PENJADWALAN BUS TRANSJAKARTA UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA OPERASIONAL NURISMA PENJADWALAN BUS TRANSJAKARTA UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA OPERASIONAL NURISMA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK NURISMA. Penjadwalan

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI PENJADWALAN BUSWAY-TRANSJAKARTA DENGAN METODE REPETITIVE SCHEDULING

PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI PENJADWALAN BUSWAY-TRANSJAKARTA DENGAN METODE REPETITIVE SCHEDULING PERNCNGN PROGRM SIMULSI PENJDWLN BUSWY-TRNSJKRT DENGN METODE REPETITIVE SCHEDULING Sabungan H.Hutapea 1 ; Michael 2 ; Ngarap Im Manik 3 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan - Jakarta

Lebih terperinci

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah:

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah: LAMPIRAN Koridor Gambar L.1 Koridor 1 Bus Transjakarta koridor 1 beroperasi dengan rute Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Jalan yang dilalui oleh koridor 1 adalah Jalan Sisingamangaraja, Jend.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PROGRAM. perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting mengingat organisasi mencakup

BAB 3 ANALISIS PROGRAM. perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting mengingat organisasi mencakup 24 BAB 3 ANALISIS PROGRAM 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Struktur Organisasi Transjakarta Setiap perusahaan perlu memiliki struktur organisasi yang sesuai agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting

Lebih terperinci

Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000

Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Moda Perjalanan Orang Harian Seluruh Moda 29,168,330 Non-Motorized of Transport 8,402,771 Motorized of Transport 20,765,559

Lebih terperinci

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh LAMPIRAN 26 27 Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh 1) LP-relaksasi masalah (6) Max z = 3x1+ 5x2

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang

Lebih terperinci

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Jeremia Kavin Raja Parluhutan / 13514060 Program Studi Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tinjauan pustaka merupakan dasar - dasar atau landasan teori yang akan dijadikan acuan pedoman dalam menganalisis data pendukung dan merencanakan suatu penelitian.

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. sebagai stasiun awal. Rute 5 meliputi stasiun. 3, 9, 13, 14, 15, 16, 17 dengan stasiun 3. 4, 10, 15, 18, 19, 22, 23 dengan stasiun 4

IV STUDI KASUS. sebagai stasiun awal. Rute 5 meliputi stasiun. 3, 9, 13, 14, 15, 16, 17 dengan stasiun 3. 4, 10, 15, 18, 19, 22, 23 dengan stasiun 4 0 IV STUDI KASUS Misalkan pada suatu daerah terdapat jaringan rel kereta. Jaringan rel kereta tersebut memiliki 3 stasiun dengan 3 edge antarstasiun. Gambar jaringan dapat dilihat pada Gambar 6. Angka

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data Data jumlah kedatangan penumpang diperoleh langsung dari pihak manajemen. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Lebih terperinci

Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta

Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta SIARAN PERS Untuk diterbitkan segera Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta Setelah dimulainya pekerjaan konstruksi skala besar untuk koridor MRT jalur layang (elevated) di

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong tinggi dalam satu era dengan tingkat mobilitas yang tinggi dimana

BAB I PENDAHULUAN. tergolong tinggi dalam satu era dengan tingkat mobilitas yang tinggi dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota Megapolitan memiliki kepadatan penduduk yang tergolong tinggi dalam satu era dengan tingkat mobilitas yang tinggi dimana aktifitas ekonomi maupun

Lebih terperinci

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 8 sidding petak jalan petak blok Keterangan: Stasiun Sinyal Crossing Overtaking Gambar 5 Ilustrasi dari istilah perkeretaapian. III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 3.1 Model Matematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota Kegiatan pelayanan di terminal bustransjakarta tujuan Blok M Kota di mulai sejak pukul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi yang selalu berkembang menuntut perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Taman SUropati Tugu TANi Stasiun JUanda Bundaran HI Mendukung Program Revitalisasi Angkutan Umum Bus Perkotaan DKI Jakarta Jakarta, 24 Agustus 2016 SMART Mobility

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M

Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M SIARAN PERS Untuk diterbitkan segera Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M Pekerjaan konstruksi skala besar akan dimulai di wilayah Jl. Fatmawati,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 22 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA Bab ini mendiskusikan implementasi simulasi kejadian diskrit untuk memodelkan Bus Rapid Transit (BRT). Pemodelan dibatasi pada dua kasus BRT. Yang pertama

Lebih terperinci

Jadwal Bus Feeder. Kota Wisata Lippo Karawaci BSD City Citra Indah

Jadwal Bus Feeder. Kota Wisata Lippo Karawaci BSD City Citra Indah Jadwal Bus Feeder Kota Wisata Lippo Karawaci Citra Indah Hari Kerja Hari Libur Kota Wisata Cibubur TRIP Parkir Kp. Indonesia Halte/Waktu (WIB) Minggu & Hari Libur ITC Cempaka Mas via Kemayoran ITC Mangga

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS AHMAD AFIF 1, SUBIONO 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dari Arus Kendaraan (Vehicle Flow) Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari tingkat kinerja jalan. Dimana ada 3 variabel yang menjadi kriteria

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN 38 BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Bus TransJakarta Dengan mengedepankan konsep efisiensi dan kesetaraan pada penerapan sistem angkutan umum, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bus perkotaan merupakan angkutan umum utama di berbagai kota di Indonesia. Kenaikkan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi harus diimbangi dengan perbaikan angkutan

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 24 III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan kumpulan penjelasan tentang metode atau caracara yang digunakan dalam melakukan sebuah penelitian. Dalam tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada suatu waktu tertentu untuk melakukan suatu kegiata. Antrian merupakan salah satu pengalaman

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA R. A. CAHYADI 1, A. AMAN 2, F. HANUM 2 Abstrak Penjadwalan keberangkatan bus merupakan salah satu hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan suatu daerah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya BABV ANALISIS A. Rute Perjalanan Rute perjalanan angkutan umum bus perkotaan yang diteliti ada dua jalur yaitu jalur 7 dan jalur 5 yang beroperasinya diawali dari Terminal Giwangan dan berakhir di Terminal

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dan pengumpulan data BRT (Bus Rapid Transit) koridor Korpri-Sukaraja

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dan pengumpulan data BRT (Bus Rapid Transit) koridor Korpri-Sukaraja 19 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengumpulan data BRT (Bus Rapid Transit) koridor Korpri-Sukaraja dimulai dari pukul 06.30 17.30 WIB. Waktu pelaksanaan survey

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN KEASLIAN SKR1PSI HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH INTISARI ABSTRACT Halaman i

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani NRP: 0821049 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS Seminar Nasional Matematika V nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 13 Desember 2008 PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS 1 Winarni, dan 2 Subiono 1,2 Jurusan Matematika FMPA

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto 1, Subiono 2, Subchan 3 Jurusan Matematika Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI PENGUMPULAN DATA

BAB VI PENGUMPULAN DATA BAB VI PENGUMPULAN DATA 6.1. Umum Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dibagi dalam 2 jenis. Yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Kios Informasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak Untuk mengimplementasikannya, aplikasi kios informasi ini memerlukan perangkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Angkutan Umum Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan system sewa atau bayar. Dalam hal angkutan umum, biaya angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya aktivitas masyarakat, mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam melakukan aktivitasnya,

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 4 JANUARI 2018

Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 4 JANUARI 2018 Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 4 JANUARI 2018 LESSON LEARNED VISUALISASI KONDISI SEKITAR TANAH ABANG SEBELUM PENATAAN VISUALISASI KONDISI SEKITAR TANAH ABANG SESUDAH PENATAAN DATA PERGERAKAN ORANG

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter SEMINAR TUGAS AKHIR Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter OLEH: Kistosil Fahim DOSEN PEMBIMBING: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, M.Sc.,PhD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Di dalam pemecahan masalah kita harus membuat alur-alur dalam memecahkan masalah sehingga tersusun pemecahan masalah yang sistematis. Berikut ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Permasalahan Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 yang diresmikan secarang langsung oleh Gubernur DKI Jakarta (dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 1.904,569 Km 2. Dengan wilayah

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah antrian,yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengolahan Data Harian Divisi operasional di JNE Logistics and Distribution bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komoditas dari vendor-vendor yang memakai jasa JNE Logistics

Lebih terperinci

Following are the transfer of the traffic flow, as announced by the Traffic Management Center City Police on Sunday night, 30 Desember 2012:

Following are the transfer of the traffic flow, as announced by the Traffic Management Center City Police on Sunday night, 30 Desember 2012: Security Report Jakarta Traffic Flow direction on New Year s Eve 2013 Click here for Bahasa In relation to the event of Jakarta Night Festival which will be hold by DKI Jakarta Government, Jakarta Metropolitan

Lebih terperinci

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Dyah Arum Anggraeni 1, Subchan 2, Subiono 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya dyaharumanggraeni@gmail.com

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Studi Mobil Penumpang Umum trayek Caruban Ngawi (MPU CN) ini menghubungkan Kota Caruban dan Kota Ngawi. Panjang rute Caruban Ngawi 35 km dan rute arah Ngawi - Caruban 33 km

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada zaman sekarang, transportasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di kota besar seperti DKI Jakarta. Bagi

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 249 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari uraian uraian sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan serta memberikan rekomendasi terhadap hasil studi. Adapun kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANTRIAN PADA PENENTUAN EFEKTIFITAS PENJADWALAN BUS DI TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER SKRIPSI

APLIKASI MODEL ANTRIAN PADA PENENTUAN EFEKTIFITAS PENJADWALAN BUS DI TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER SKRIPSI APLIKASI MODEL ANTRIAN PADA PENENTUAN EFEKTIFITAS PENJADWALAN BUS DI TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER SKRIPSI Oleh : Nora Kumala Lestari NIM. 031810101120 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TRANSJAKARTA BUSWAY KORIDOR I RUTE (BLOK M-KOTA) Oleh : ANINDITO PERDANA ( )

EVALUASI KINERJA TRANSJAKARTA BUSWAY KORIDOR I RUTE (BLOK M-KOTA) Oleh : ANINDITO PERDANA ( ) EVALUASI KINERJA TRANSJAKARTA BUSWAY KORIDOR I RUTE (BLOK M-KOTA) Oleh : ANINDITO PERDANA (3105.100.056) DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk jiwa. Menjadi kota yang metropolitan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk jiwa. Menjadi kota yang metropolitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah D.K.I. Jakarta merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Indonesia. Menurut Kementrian Dalam Negeri (Permendagri nomor 66 tahun 2011), kota yang berlambangkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUS TRANSJAKARTA KORIDOR VI ( RAGUNAN - DUKUH ATAS ) SETELAH STERILISASI

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUS TRANSJAKARTA KORIDOR VI ( RAGUNAN - DUKUH ATAS ) SETELAH STERILISASI TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUS TRANSJAKARTA KORIDOR VI ( RAGUNAN - DUKUH ATAS ) SETELAH STERILISASI Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 ( S-1) Disusun oleh : NAMA : IGNATIUS

Lebih terperinci

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta)

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Andreas Halim - 13516003 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci