IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan bagian dari Trans Corporation yang berdiri sejak bulan Oktober 1998 dan memperoleh izin siaran serta dinyatakan lulus uji kelayakan. Sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV dinyatakan resmi mulai siaran di Indonesia. Trans TV memiliki logo yang berbentuk berlian, yang berarti keindahan dan keabadian. Logo kilau berlian ini diharapkan dapat merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif yang digunakan mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenal. Trans TV memiliki visi dan misi perusahaan. Visi Trans TV adalah berusaha menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara, memberikan hasil usaha yang positif bagi pemangku kepentingan (stakeholders), menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Visi ini sudah dibuktikan antara lain dengan memberikan sejumlah bantuan dana sosial pada sejumlah sekolah dan pesantren, membangun wisma bagi korban-korban gempa dan tsunami, menyalurkan dana bantuan pada korban gempa di Jogjakara dan Jawa Tengah, memberikan bantuan pada korban banjir yang terjadi pada tahun 2007 lalu. Stasiun televisi ini memiliki misi menjadi wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi. Selain itu pula, Trans TV memiliki keinginan untuk memperbaiki bangsa yang besar, bangsa yang rumit permasalahannya, sehingga diperlukan institusi yang kokoh, berkemampuan tinggi dan berkapasitas untuk mengajak bangsa untuk berubah.

2 4.1.1 Program Siaran Trans TV Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, mulai dari siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program siaran tersebut meliputi: Sinema: dibedakan atas sinema liburan, sinema dini hari, sinema spesial, bioskop Trans TV Sinetron: dibedakan atas sinetron komedi (sitkom) dan religi Variety show, meliputi program acara: ceriwis, ngelenong nyok, komedi betawi Trans TV news, meliputi program acara: Jelajah, Kejamnya dunia, Sisi Lain, Reportase, John Pantau, Jelang Siang Light entertainment: Dorce Show Infotainment: Insert Program anak: Surat Sahabat, Cerita Anak Religius: Jazirah, Perjalanan 3 Wanita, Halal, dan Agama Kristen Program acara tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen Magazine, Departemen Buletin, dan Departemen Operasional. Untuk Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian Deskripsi Singkat Program Jelajah Jelajah merupakan sebuah program news feature paling tua yang ada di stasiun Trans TV. Pada awalnya program ini ditayangkan dengan tujuan untuk mengangkat keindahan dan keanekaragaman budaya nusantara. Di awal terbentuknya, tema program Jelajah ini cukup kental dengan nuansa budaya dan kisah kehidupan manusia, namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kurang begitu menyukai tema budaya. Kemudian Jelajah mulai memperbanyak porsi tema petualangan bahkan mempelopori tayangan backpackers. Program yang sudah tayang sejak 1 Desember 2001 ini telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari pembagian segmen tayangan sampai konsep desain produksi.

3 Awalnya, program yang berdurasi 30 menit ini memiliki konsep desain produksi yang dibawakan oleh presenter baik di dalam studio maupun di luar studio. Seiring berjalannya waktu, konsep presenter dihilangkan dari program Jelajah dan menggantinya dengan reporter. Salah satu bentuk perubahan konsep siaran Jelajah adalah waktu penayangannya, yang pada mulanya tayang stripping (kejar tayang setiap hari), yaitu dengan program Jelajah Khatulistiwa dari hari Senin Jumat, hari Sabtu dan Minggu menayangkan Jelajah, kemudian berubah penayangannya menjadi tiga kali seminggu untuk weekdays dan hari Sabtu untuk weekend. Kedua program tersebut masih merupakan bagian dari Jelajah namun berbeda konsep, dimana Jelajah Khatulistiwa menampilkan perjalanan reporter Jelajah ke berbagai tempat yang uni dan menarik di seluruh Indonesia, sementara Jelajah menampilkan perjalanan reporter ke negara-begara di belahan dunia yang memiliki keunikan dengan konsep petualangan backpackers dan konsep documentary yang menampilkan perjalanan reporter yang mengulik sisi sukusuku pedalaman terasing. Namun seiring berjalannya waktu, lagi-lagi Jelajah mengalami perubahan pada jam tayangnya. Sejak 1 November 2008 Jelajah kembali tayang stripping dari Senin Jumat dengan jam tayangnya pukul WIB, dengan memakai tiga nama Jelajah. Untuk Senin Rabu menayangkan Jelajah, untuk Kamis menayangkan Jelajah-Jelajah, dan Jumat menayangkan Jelajah Dunia. Perubahan terakhir pada Jelajah adalah pergeseran jam tayang Jelajah yang hanya menjadi sekali seminggu yaitu pada hari Sabtu pukul WIB, yang masih menggunakan nama Jelajah namun isi acara bisa dari format Jelajah, Jelajah-Jelajah, maupun Jelajah Dunia. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan penyegaran bagi program Jelajah sendiri yang sudah berusia hampir delapan tahun tayang, dimana Jelajah tidak memberikan tayangan yang monoton sehingga penonton tidak merasa jenuh dengan program Jelajah. Selain itu, untuk dapat terus memberikan ide-ide yang segar, maka setiap enam bulan sekali tidak hanya pada program Jelajah tetapi di seluruh program Trans TV yang ada melakukan rolling (pertukaran crew) dengan harapan memberikan penyegaran dan ide-ide kreatif tetap ada.

4 4.2 Karakteristik Responden Penelitian Responden yang dipilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang terdiri dari berbagai karakteristik. Alasan pemilihan responden ini berdasarkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis terdiri dari berbagai macam mahasiswa dengan tingkat semester yang berbeda dan mahasiswa maupun mahasiswi dengan mayor yang beragam pula. Selain itu responden dinilai memiliki tingkat intensitas menonton yang cukup sering dibandingkan mahasiswa maupun mahasiswi lainnya. Karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan usia yang seragam, jenis kelamin responden, tingkat semester yang sedang diduduki oleh responden, jenis pekerjaan orang tua responden saat ini, jumlah penghasilan orang tua responden, jumlah uang saku yang diperoleh setiap bulan dari orang tua, tahu pertama tentang Jelajah. Semua karaktersitik tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana pola perilaku responden ketika menonton dan bagaimana pembentukan persepsi responden setelah menonton Jelajah.

5 Tabel 1. Karakteristik Responden No Karakteristik Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Umur tahun tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Semester Pekerjaan ayah Pegawai swasta Pegawai negeri Wiraswasta Tidak bekerja Pekerjaan ibu Pegawai swasta Pegawai negeri Wiraswasta Tidak bekerja (ibu rumah tangga) Pendapatan orang Golongan rendah (< Rp ) tua Golongan menengah (Rp Rp ) Golongan menengah atas (> Rp ) 7. Uang saku Rendah (<Rp ) Sedang (Rp Rp ) Tinggi (>Rp ) Teman Dari teman kuliah Dari teman satu rumah selama di IPB Dari teman tetangga Dari teman sepermainan Dari lainnya (diri sendiri)

6 4.2.1 Usia Responden penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang tersebar dari usia tahun. Usia responden tersebut dinilai kurang bervariasi, dikarenakan responden adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berada pada semester 4 sampai semester 8, sehingga tidak terlalu jauh berbeda dalam usia. Selain itu, penentuan usia responden didasarkan pada pertimbangan bahwa responden merupakan mahasiswa yang berarti masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program Jelajah. Dalam Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa maupun mahasiswi yang menjadi responden, lebih banyak yang berada pada usia tahun dibandingkan usia tahun. Hal ini dapat dipahami, karena responden yang berusia tahun tersebut adalah mahasiswa semester 4 yang berarti sedang mengikuti perkuliahan di IPB. Penentuan batas minimal usia ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada kelompok usia tersebut mahasiswa maupun mahasiswi Institut Pertanian Bogor sudah dapat mengambil dan mengikuti MK. Komunikasi Bisnis. Penemuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Neilsen Media Reaserch terhadap usia penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi berlaku bagi penelitian terhadap program Jelajah Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki dan perempuan yang berjumlah 68 orang. Namun dari jumlah tersebut hanya 62 responden yang menyatakan pernah menonton Jelajah. Dari jumlah tersebut terdapat 45 responden perempuan dan sisanya 17 orang responden laki-laki. Jumlah mahasiswi yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis lebih banyak dibandingkan mahasiswanya. Data jumlah responden perempuan lebih banyak, ditunjukkan pula dari jumlah mahasiswi mayor KPM yang lebih banyak dari mahasiswa mayor KPM, dimana responden terbanyak berasal dari mayor KPM dibandingkan mayor

7 lainnya. Pada umumnya mahasiswa KPM terdiri dari mayoritas mahasiswi. Hal ini dikarenakan perempuan lebih menyukai bidang studi komunikasi. Bidang komunikasi yang cukup luas untuk minat profesi kedepannya membuat kaum perempuan lebih menyukai dan mengambil KPM sebagai mayor kuliah mereka dibandingkan mayor-mayor lainnya. Bidang komunikasi, khususnya komunikasi bisnis dinilai memiliki ilmu yang beragam yang nantinya dapat dipergunakan untuk bidang pekerjaan yang akan digeluti selepasnya dari kuliah. Kaum perempuan cukup banyak yang menyukai hal-hal seperti hubungan dengan publik, dimana hal tersebut dipelajari pada Public Relation dalam Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Hal ini dapat dipahami pula dengan banyaknya kaum perempuan yang lebih diminati oleh perusahaan untuk bekerja khususnya dibidang komunikasi bisnis. Persepsi awam menilai kaum perempuan dianggap memiliki penampilan yang dapat menarik perhatian orang lain, karena sifat perempuan yang senang merias diri sehingga penampilannya lebih menarik. Persepsi ini didukung pula oleh pendapat psikolog Amerika terkemuka, Nancy Etcoff, dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1999) yang menyebutkan bahwa gejala tersebut dengan Lookism. 5 Lookism adalah teori yang menganggap bahwa bila lebih baik tampilan kita, maka akan lebih sukseslah kita dalam kehidupan, dalam hal ini sukses dalam pekerjaan di bidang komunikasi bisnis Semester Sebagian besar responden penelitian yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis adalah mahasiswa dan mahasiswi semester 4. Jumlah mahasiswa semester 4 adalah 43 orang, mahasiswa semester 6 adalah 20 orang, dan mahasiswa semester 8 adalah 5 orang. Hal ini disebabkan mahasiswa maupun mahasiswi IPB dapat memperoleh kesempatan mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis ini pada semester 4. Selain itu sebagian besar responden yang mayoritas semester 4 tersebut berasal dari mayor KPM. Sementara itu, mahasiswa maupun mahasiswi semester 4 di luar mayor KPM, memiliki kesempatan untuk mengambil mata kuliah minor sebanyak satu 5 Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009

8 pada awal pemilihan mayor disela-sela mata kuliah mayor. Responden yang berada pada semester 6 dan 8, biasanya memilih Komunikasi Bisnis untuk melengkapi jumlah SKS atau sebagai supporting course mata kuliah mereka. Mahasiswa maupun mahasiswi semester 6 atau 8 biasanya menganggap mata kuliah Komunikasi Bisnis tidak terlalu sulit untuk dipelajari sehingga tidak akan menyulitkan mereka ketika mengambil mata kuliah mayor Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua ditunjukkan dua, yaitu jenis pekerjaan dan pelaku pekerjaan. Jenis pekerjaan orang tua yang dimaksud adalah orang tua responden bekerja sebagai bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta, maupun lainnya. Sementara untuk pelaku pekerjaan dikelompokkan menjadi hanya ayah yang bekerja, atau hanya ibu yang bekerja atau kedua orang tua (ayah dan ibu) bekerja. Mahasiswa yang memiliki hanya satu orang tua (salah satu orang tua) yang bekerja dikelompokkan dalam lain-lain, disebabkan karena orang tua mahasiswa adalah orang tua tunggal, salah seorang tua (ayah) meninggal dunia dan dapat disebabkan karena salah seorang tua telah pensiun dan tidak bekerja lagi. Kelompok orang tua ibu yang dikelompokkan dalam lainnya disebabkan ibu tidak memiliki pekerjaan atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa orang tua laki-laki (ayah) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat dipahami karena pada zaman ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil lebih diminati dibandingkan menjadi pegawai swasta. Masyarakat awam menilai dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat memiliki kehidupan layak, hidup terjamin sampai masa pensiun, dan dengan penghasilan yang lumayan banyak. Dengan begitu, orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi. Sementara orang tua perempuan (ibu) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak tidak bekerja atau dengan kata lain hanya menjadi ibu rumah tangga.

9 4.2.5 Pendapatan Orang Tua Sosial ekonomi responden dapat dinilai dari pendapatan yang diperoleh orang tua dari bekerja setiap bulannya. Pendapatan orang tua dapat diperoleh dari bekerja, baik bekerja secara formal maupun bekerja sampingan. Pendapatan ini dapat diperolah dari pendapatan ayah, pendapatan ibu, atau gabungan pendapatan ayah dan ibu (jika kedua orang tua bekerja). Tingkat pendapatan orang tua responden dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu golongan rendah dengan penghasilan orang tua < Rp ,00; golongan menengah dengan penghasilan orang tua Rp ,00 Rp ,00; dan golongan menengah atas dengan penghasilan orang tua > Rp ,00 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 51,6 persen responden berasal dari golongan menengah. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data pekerjaan orang tua responden yang mayoritas bekerja sebagai pegawai negeri. Dimana berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 yang disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil untuk Golongan III adalah berkisar 1.6 juta sampai 2.7 juta rupiah. 6 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penghasilan rata-rata orang tua responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil diatas dua juta rupiah setiap bulan Uang Saku Uang saku yang diterima responden setiap bulannya akan mempengaruhi dalam mengakses siaran televisi. Dalam penelitian ini uang saku per bulan diberi selang < Rp (rendah), Rp Rp (sedang), > Rp (tinggi). Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebaran tertinggi uang saku per bulan mahasiswa berada pada uang saku sedang, sebesar 79 persen atau 49 responden. Hal ini dapat dikaitkan dengan penghasilan orang tua responden yang sedang, dimana orang tua responden mayoritas bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ibu rumah tangga. Oleh karena penghasilan orang tua yang sedang, maka uang saku yang diberikan pada responden setiap bulannya juga disesuaikan dengan penghasilan orang tua. 6 Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009

10 4.2.7 Teman Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dapat mengetahui tentang adanya siaran program Jelajah, baik tahu dari teman kelas, teman kuliah, teman sepermainan, maupun tahu sendiri karena melihat iklan tayangan program Jelajah tersebut. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengetahui dengan sendiri (lainnya) akan program Jelajah sebanyak 25 responden atau 40,3 persen. Dimana mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengakses informasi tentang jadwal tayang Jelajah dari televisi dan melihat tayangan iklan program Jelajah. Pada zaman sekarang ini, kecenderungan menonton televisi secara individual lebih mayoritas dibandingkan secara komunal. Kegiatan menonton yang dulunya banyak dilakukan beramai-ramai, sekarang dapat dilakukan sendiri. Hal ini terjadi mengingat semakin banyaknya orang yang memiliki televisi sendiri, bahkan tidak hanya rumah tangga yang dapat memiliki televisi, tetapi mahasiswa yang tinggal sendiri pun memiliki televisi. Disamping itu, semakin banyaknya stasiun pemancar televisi semakin memperbanyak pilihan kepada khalayaknya sehingga masing-masing dapat memiliki referensi yang spesifik dalam menonton televisi. Banyaknya responden yang mengetahui sendiri tentang program Jelajah dapat disebabkan pula karena kesibukan kuliah responden sebagai mahasiswa, sehingga tidak dapat menonton bersama-sama. Pada tabel ditunjukkan pula, bahwa mayoritas kedua responden mengetahui tentang Jelajah diperoleh dari teman sepermainan mereka, baik di rumah maupun di luar teman kuliah lainnya.

11 V. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK MAHASISWA DENGAN PERILAKU MENONTON 5.1 Deskripsi Perilaku Menonton Ketika menonton tayangan suatu televisi, beberapa perilaku penonton dapat kita perhatikan dan jika dilihat lebih jelas lagi perilaku-perilaku menonton tersebut dapat diteliti untuk melihat perbandingan yang terjadi antara setiap penonton. Dalam penelitian ini, perilaku menonton responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis akan dapat dilihat ketika menonton tayangan program Jelajah. Perilaku-perilaku menonton responden ini memiliki perbedaan yang disebabkan karena berbedanya karakter mereka tersebut. Karakter yang berbeda tersebut akan menghasilkan perilaku yang berbeda dalam hal lama ketika menonton (durasi), seringnya menonton suatu tayangan (dalam hal ini program Jelajah), sumber yang mempengaruhi responden menonton, motivasi yang dimiliki responden ketika menonton, cara responden ketika menonton, dimana mereka menonton Jelajah, serta bagaimana keseriusan mereka ketika menonton Jelajah setiap Jelajah tayang. Hasil keseluruhan penelitian tentang perilaku menonton ini dicantumkan pada Tabel 2

12 Tabel 2. Perilaku Menonton Mahasiswa No Perilaku Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Durasi menonton < 15 menit menit Frekuensi menonton 1 x seminggu x seminggu Sumber dorongan untuk Teman menonton Keluarga Lainnya (diri sendiri) Motivasi menonton Informasi Hiburan Mengisi waktu luang Lainnya Cara menonton Sendiri Teman Keluarga Lainnya Lokasi menonton Rumah Tempat kostan Lainnya Keseriusan menonton Ya (serius menonton) Tidak (tidak serius menonton) Durasi Menonton Durasi menonton adalah lamanya waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis untuk menonton program Jelajah setiap tayang. Dilihat dari hasil tabel di atas ditunjukkan bahwa responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis memiliki waktu yang cukup banyak untuk menonton program Jelajah. Hal ini dapat diketahui dari hasil tabel, bahwa sebanyak 89 pesen responden memiliki waktu menonton Jelajah mulai dari awal tayang sampai selesai yang diperkirakan 30 menit waktu tayang. Dari waktu durasi yang cukup lama tersebut, dapat disimpulkan bahwa Jelajah memiliki daya tarik tersendiri sehingga cukup banyak penonton yang

13 tertarik untuk menonton program tersebut. Daya tarik yang dimaksud adalah kemasan dan isi acara Jelajah yang menarik, serta berisi beragam informasi bagi responden, dimana informasi tersebut tidak diperoleh responden ketika menonton program televisi lain. Selain itu, waktu yang cukup lama yang dikeluarkan oleh responden untuk menonton menimbulkan arti bahwa mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis memiliki waktu luang menonton yang cukup Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah seberapa sering mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis menonton program Jelajah dalam seminggunya. Frekuensi menonton mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis dilihat dari tabel menunjukkan sebagian besar frekuensi responden ketika menonton Jelajah yang cukup rendah. Sebanyak 84 persen dari total responden memiliki kesempatan waktu menonton Jelajah hanya sekali seminggu, walaupun pada saat itu program Jelajah tayang empat kali seminggu. Frekuensi menonton responden yang kurang dapat disebabkan karena mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis tidak mengingat dengan jelas waktu penayangan Jelajah. Selain itu, karena kesibukan kuliah yang cukup padat menimbulkan lemahnya frekuensi menonton mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis. Karena alasan sibuk kuliah, responden pada umumnya tidak memiliki jadwal yang tetap untuk menonton. Ketika mereka memiliki waktu senggang, dapat menikmati tayangan Jelajah Sumber Dorongan untuk Menonton Sebagian besar orang biasanya diajak oleh orang lain ketika menonton program televisi. Begitu pula dengan program Jelajah. Dari tabel dilihat bahwa teman dan keluarga cukup memotivasi responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis untuk menonton program Jelajah. Namun, pada kenyataanya, sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis yang menjadi responden, ketika menonton program Jelajah tidak didorong oleh orang lain, melainkan didorong oleh diri sendiri.

14 Pada tabel ditunjukkan bahwa sebanyak 74 persen responden memilih jawaban lainnya untuk pilihan mereka. Jawaban lainnya tersebut mengartikan bahwa mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis didorong oleh diri sendiri ketika menonton program Jelajah. Beberapa dari jawaban responden tersebut menyebutkan bahwa mereka tidak didorong oleh siapa pun untuk menonton program Jelajah, karena terkadang mereka tidak sengaja menonton program Jelajah tersebut. Ketika mereka memiliki waktu luang untuk menonton dan tidak sengaja menyetel televisi dan responden tidak sengaja melihat Jelajah (cerita pada episode tersebut menarik). Beberapa dari jawaban itu, menyebutkan pula bahwa situasi dan keadaan dapat mendorong mereka pula untuk menonton program Jelajah Motivasi Menonton Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa responden penelitian ini baik mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis tertarik/ termotivasi menonton program Jelajah dikarenakan oleh berbagai alasan. Dari tabel dapat dilihat bahwa yang menjadi motivasi paling besar responden untuk menonton program Jelajah adalah untuk memperoleh informasinya. Hal ini sangat sesuai yang dikarenakan Jelajah cukup sarat informasi tentang budaya, alam, suku terasing, dimana informasi tersebut belum pernah diperoleh oleh mahasiswa maupun mahasiswi di bangku perkuliahan. Jadi informasi yang responden inginkan adalah informasi yang benar-benar baru. Jika dibandingkan dengan berita yang sama-sama memberikan informasi, responden tentu lebih tertarik untuk menonton Jelajah (sifat beritanya news feature), karena informasi yang diberikan berbeda dibandingkan berita (hard news). Selain motivasi untuk memperoleh informasi, responden juga menonton Jelajah karena adanya alasan untuk memperoleh hiburan dan mengisi waktu luang mereka yang kosong.

15 5.1.5 Cara Menonton Berbagai macam cara responden ketika menonton Jelajah, ada yang menonton sendiri, ditemani oleh orang lain, seperti teman maupun keluarga. Menurut hasil tabel dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, responden baik mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih tertarik/ lebih sering untuk menonton program Jelajah secara sendiri dibandingkan secara bersama-sama. Hal ini dapat disebabkan sifat manusia pada zaman ini yang individual, dimana setiap orang dapat memiliki televisi sendiri dan menonton acara yang diinginkan tanpa harus menonton beramai-ramai. Banyaknya pilihan acara televisi yang menarik membuat orang-orang memiliki pilihan acara kesukaan sendiri, dan artinya tidak semua orang menonton program televisi yang sama Lokasi Menonton Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden baik mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak yang memilih lokasi menonton Jelajah di rumah mereka masing-masing. Mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis menyatakan mereka pernah menonton program Jelajah ketika mereka berada di rumah. Sementara ketika mereka berada di kosan, mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis jarang menonton program Jelajah tersebut yang disebabkan karena kesibukan waktu kuliah dan tidak sesuainya jam tayang Jelajah dengan waktu luang menonton mereka. Namun, ada beberapa dari responden menyatakan juga bahwa mereka juga menonton program Jelajah ketika berada di kosan Keseriusan Menonton Keseriusan menonton program Jelajah maksudnya adalah ketika menonton program Jelajah, mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis benar-benar fokus menonton mulai dari awal tayangan sampai tayangan itu berakhir. Hasil tabel menunjukkan bahwa keseriusan mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis ketika menonton program Jelajah adalah tidak sepenuhnya fokus. Kebanyakan dari mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis tidak menonton tayangan Jelajah seutuhnya. Mereka menonton bagian awal sampai

16 pertengahan, kadang pertengahan sampai akhir. Sebagian besar responden menonton Jelajah ketika Jelajah menayangkan isi cerita yang responden anggap menarik. Namun, ketika isi ceritanya tidak/ kurang menarik maka responden mengganti saluran televisi ke program yang jauh lebih menarik bagi responden. Keseriusan menonton responden dapat dilihat pula ketika mereka mengganti-ganti saluran pada saat jeda iklan. Hal tersebut dikarenakan beberapa responden tidak tertarik menonton iklan, sehingga mengganti saluran Jelajah ke program televisi lain. Dengan begitu, informasi yang diperoleh responden tidak sepenuhnya diperoleh karena kadang-kadang responden ketinggalan episode Jelajah berikutnya. 5.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dengan Perilaku Menonton Hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, semester, pekerjaan orang tua, sosial ekonomi, uang saku, dan tahu pertama tentang Jelajah dengan perilaku menonton terhadap program Jelajah di Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan uji Rank Spearman. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat dari hasil pengujian bahwa ada beberapa variabel yang memiliki hubungan nyata. Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara beberapa karakteristik responden dengan perilaku menontonnya, dan ada beberapa hubungan yang tidak nyata di antara karakteristik responden dengan mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menonton masing-masing responden tidak jauh berbeda diantara responden yang berbeda karakter. Dengan demikian ditunjukkan bahwa hipotesis yang mengungkapkan tentang ada hubungan antara karakteristik responden dengan perilaku menonton diterima.

17 Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara Karakteristik Mahasiswa dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV. N o Karakteristik Responden Sumber dorongan untuk menonton Motivasi menonton Cara menonton Perilaku Menonton Lokasi menonton Keseriusan menonton Durasi 1. Usia χ² = 1,320 χ² = 2,219 χ² = 4,287 χ² = 1,678 χ²= 0,164-0,350 *** Frekuensi 0, Jenis kelamin χ² = 3,668 χ² = 1,797 χ² = 7,174* C = 0,332 χ² = 2,595 χ²= 0,043 χ² = 0,884 χ² = 0, Semester χ² = 6,303 χ² = 3,112 χ² =13,213** C = 0,419 χ² = 6,694 χ²= 0, *** χ² = - 0, Pekerjaan Ayah χ²= 11,718* C = 0,410 χ²= 10,021 χ²= 10,570 χ²= 5,347 χ²= 1,627 χ²= 2,305 χ²= 0, Pekerjaan Ibu χ²= 7,421 χ²= 7,264 χ²= 8,079 χ²= 3,808 χ²= 2,400 χ²= 1,209 χ²= 7,143* C = 0, Sosial ekonomi χ² = 6,519 χ² = 6,901 χ² = 3,032 χ² = 1,112 χ² =3,597-0, Uang saku χ² = 4,852 χ² = 4,764 χ² = 7,267 χ² = 1,901 χ²= 1,610-0,129-0, Tahu pertama tentang Jelajah χ² =19,623** C = 0,490 χ² =11,157 χ² =22,668** C = 0,517 χ² =19,687** C = 0,491 χ²= 5,375 χ²= 4,925 χ² = 5,593 Ket: *** : sangat-sangat nyata (p < 0.01) ** : sangat nyata (p < 0,05) * : nyata (p < 0,1) Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar variabel karakteristik tidak terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan perilaku menonton. Namun, beberapa karakteristik seperti antara usia, jenis kelamin, semester, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan tahu pertama tentang Jelajah menunjukkan hubungan yang nyata dengan (p < 0,1) dengan aspek-aspek tertentu dari perilaku menonton.

18 5.2.1 Hubungan antara Usia dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Perbedaan usia mahasiswa antara tahun dan tahun pada penelitian ini memiliki perbedaan dalam berperilaku ketika menonton tayangan program Jelajah. Hal ini disebabkan karena perbedaan kesibukan responden sebagai mahasiswa aktif. Dari hasil dapat dilihat bahwa dari aspek-aspek perilaku menonton, hanya aspek durasi menonton yang memiliki hubungan dengan aspek-aspek karakteristik. Aspek usia ternyata tidak berhubungan dengan aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Berapa pun usia mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis dan kurang beragamnya usia mahasiswa tidak membuat perbedaan dalam perilaku mereka ketika menonton program Jelajah. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara aspek usia dengan sumber dorongan menonton. Hal ini berarti bahwa baik mahasiswa yang berusia tahun maupun mahasiswa yang berusia tahun sama saja ketika diajak menonton program Jelajah. Perbedaan usia yang kurang beragam tidak membuat perbedaan pada sumber dorongan menonton Jelajah. Usia yang berbeda tidak menjadi alasan untuk membuat motivasi mahasiswa menjadi berbeda dalam menonton. Pada umumnya, motivasi menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis adalah untuk memperoleh informasi, sehingga faktor usia tidak menjadi ukuran untuk mengetahui motivasi menonton mahasiswa. Sementara melihat hubungan usia dengan cara menonton menunjukkan bahwa cara menonton mahasiswa, apakah sendiri atau tidak sendiri tidak berhubungan dengan usia mereka, tetapi cara menonton mahasiswa tersebut berhubungan dengan kepribadian masing-masing responden tersebut. Tabel 3 menunjukkan bahwa usia mahasiswa yang berbeda dan kurang beragam tersebut tidak membuat perbedaan dalam menentukan dimana mereka akan menonton Jelajah. Artinya bahwa usia mahasiswa tidak dapat menjadi ukuran dan faktor penentu dimana mahasiwa tersebut menonton. Usia mahasiswa tahun tersebut tidak membuat mahasiswa tersebut menjadi kurang serius ketika menonton Jelajah, sementara mahasiswa yang

19 berusia tahun menjadi lebih serius ketika menonton Jelajah. Tidak ada hubungan yang nyata di antara aspek usia mahasiswa dengan keseriusan menonton mereka. Serius tidaknya mahasiswa tersebut menonton berasal dari keinginan mahasiswa tersebut. Usia berbeda tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa menjadi berbeda pula ketika menonton. Tingkat frekuensi menonton yang rendah tidak berhubungan dengan usia mahasiswa. Rendahnya frekuensi menonton tersebut disebabkan oleh kegiatan responden sebagai mahasiwa yang memiliki jadwal kuliah dan tugas yang beragam, sehingga tidak dapat mengikuti secara berkelanjutan program Jelajah. Berdasarkan uji Korelasi Rank Spearman, usia responden hanya berhubungan nyata (p=0,006 < 0,1) dengan durasi menonton, tetapi tidak berhubungan dengan sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Angka korelasi menunjukkan negatif yang berarti arahnya berkebalikan/ berlawanan antara dua variabel. Artinya semakin rendah usia responden maka semakin tinggi jumlah durasi menonton, dan sebaliknya semakin tinggi usia responden maka semakin rendah jumlah durasi menonton. Usia responden tidak menyebabkan perbedaan dengan sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Menurut pendapat Kuswarno (1993) bahwa semakin rendah usia mahasiswa maka semakin rendah motivasi (bagian dari perilaku) menonton, dimana artinya arah hubungan antara kedua variabel ini lurus, dan pendapat Kuswarno ini tidak sesuai dengan penelitian terhadap program Jelajah. Responden yang berusia tahun memiliki durasi menonton yang lebih lama karena dengan menonton tayangan lebih lama berarti responden menonton program Jelajah tersebut secara keseluruhan mulai dari awal sampai tayangan tersebut selesai atau minimal responden menonton lebih dari setengah tayangan tersebut. Dengan menonton secara keseluruhan, responden dapat memperoleh informasi yang disajikan Jelajah secara lengkap. Sementara responden yang berusia tahun, sebagian besar menonton tayangan Jelajah kurang dari 15 menit. Dengan begitu, responden akan sedikit memperoleh informasi yang

20 diberikan. Hal tersebut dapat terjadi karena responden tidak mengetahui jadwal penayangan Jelajah sehingga menonton tidak dari awal, atau seringnya responden mengganti-ganti saluran televisi sehingga sering terlewatkan episode Jelajah berikutnya Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Aspek jenis kelamin memiliki hubungan dengan salah satu aspek perilaku menonton, yaitu aspek cara menonton, tetapi tidak berhubungan dengan aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Hal ini berarti cara menonton mahasiswa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup nyata. Baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai sumber dorongan menonton. Tidak menjadi permasalahan mahasiswa laki-laki atau perempuan sama-sama dapat di ajak dan dipengaruhi untuk menonton Jelajah. Dalam hal ini, mahasiswa tersebut didorong oleh dirinya sendiri untuk menonton. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda ketika menonton Jelajah. Ada yang ingin memperoleh informasi, memperoleh hiburan, atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki motivasi yang sama dalam menonton Jelajah. Artinya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin mahasiswa dengan motivasi menonton mereka. Lokasi menonton mahasiswa yang lebih banyak di rumah asal mereka masing-masing disebabkan ketika mereka berada di rumah mereka memiliki waktu untuk menonton, sementara ketika mereka berada di luar rumah bisa saja mereka memiliki waktu perkuliahan yang sibuk sehingga tidak dapat menonton Jelajah. Sementara melihat hubungan usia dengan tingkat keseriusan dapat dilihat dari seringnya mereka mengganti saluran televisi, menonton sambil melakukan kegiatan lain, atau tanpa melakukan kegiatan lain. Seriusnya menonton program Jelajah dapat dilihat dari masing-masing individu mahasiswa tersebut. Dengan

21 demikian keseriusan menonton responden yang aktif sebagai mahasiswa tidak dapat dilihat dari berbedanya jenis kelamin mahasiswa tersebut. Semakin lama durasi menonton mahasiswa tersebut berarti semakin banyak waktu diperoleh mahasiswa tersebut untuk menonton Jelajah. Semakin lama pula durasi menonton mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak informasi yang ingin diperoleh mahasiswa tersebut dalam menonton Jelajah. Dengan demikian berarti jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton mahasiswa. Tingkat frekuensi menonton mahasiswa yang rendah dapat disebabkan karena kesibukan mahasiswa di perkuliahan, sehingga mahasiswa tersebut tidak mengikuti perkembangan program Jelajah. Tidak menjadi persoalan apakah mahasiswa laki-laki atau perempuan, keduanya samasama memiliki frekuensi menonton yang rendah. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis kelamin dengan variabel cara menonton responden terhadap program Jelajah di Trans TV. Hal ini ditandai dengan P= 0,067< 0,1. Responden perempuan lebih menyukai menonton baik secara bersama teman, keluarga, orang lain, atau bahkan menonton sendiri. Sementara responden laki-laki yang pada dasarnya kurang memiliki ketertarikan dalam menonton program Jelajah, sehingga bagaimana pun cara menonton responden laki-laki tidak menimbulkan hasil yang nyata. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Hubungan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Jenis Kelamin Cara Menonton Sendiri Teman Keluarga Lainnya Total n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) Laki-laki 11 17,74 5 8, ,00 1 1, ,42 Perempuan 18 29, , ,58 3 4, ,58 Total 29 46, , ,58 4 6, ,00 χ² = 7,174; P-value = 0,067 C = 0,332

22 Responden perempuan memiliki minat menonton yang jauh lebih besar, baik menonton sendiri maupun menonton bersama teman, keluarga atau orang lain dibandingkan responden laki-laki yang kurang menyukai menonton. Beberapa responden laki-laki lebih menyukai melakukan kegiatan lain seperti main Playstation (PS) dibandingkan menonton. Tetapi jika dibandingkan menonton bersama teman, keluarga, orang lain, dan bahkan menonton sendiri, maka responden perempuan lebih menyukai menonton secara sendiri. Hal tersebut disebabkan pengaruh zaman yang semakin individualis dimana orang-orang lebih senang hidup sendiri dibandingkan pada zaman dulu dimana orang-orang lebih senang hidup komunal. Efek tersebut juga berpengaruh pada cara menonton orang-orang pada zaman kini, yang mana setiap orang sebagian besar telah memiliki televisi sendiri. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan sama-sama menyukai menonton secara sendiri dibandingkan menonton secara komunal. Baik responden laki-laki maupun perempuan lebih menyukai menonton sendiri karena responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang sebagian besar tinggal di rumah kosan, dimana sesama penghuni kosan yang kuliah tidak memiliki waktu menonton yang sama (memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda) Hubungan antara Semester dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Aspek semester pada mahasiswa memiliki hubungan dengan perilaku menonton, yaitu aspek cara menonton dan durasi menonton. Sementara pada aspek lainnya, aspek semester tidak berhubungan dengan aspek perilaku menonton lainnya seperti aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton Sumber dorongan atau ajakan untuk menonton Jelajah dapat berasal dari orang lain, namun pada umumnya faktor individu mahasiswa tersebut yang menjadi dorongan untuk menonton Jelajah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat semester pada mahasiswa dengan sumber dorongan untuk menonton.

23 Motivasi menonton muncul dari diri sendiri mahasiswa tersebut, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mahasiswa dengan menonton Jelajah. Dengan demikian tidak ada hubungan yang nyata antara semester dengan motivasi menonton mahasiswa. Tingkat semester pada responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu semester 4, semester 6, dan semester 8. Menurut Tabel 6, responden yang berada pada semester 4 lebih banyak menonton dibandingkan responden pada semester 6 dan semester 8. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa semester 4 memiliki waktu untuk menonton yang lebih banyak dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Pada umumnya mahasiswa semester 4 di IPB yang baru saja keluar dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) masih memiliki jadwal kuliah yang tidak terlalu padat, sehingga mereka masih memiliki kesempatan waktu luang untuk menonton dibandingkan mahasiswa yang berada pada semester 4 sudah disibukkan dengan jadwal kuliah mayor dan minor serta tugas-tugas yang banyak sementara beberapa mahasiswa semester 8 disibukkan dengan penelitian di lapang yang memungkinkan mereka tidak dapat menonton. Hal ini ditandai dengan P=0,040 < 0,1. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Hubungan antara Semester dengan Cara Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Semester Cara Menonton Sendiri Teman Keluarga Lainnya Total n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) ,03 5 8, ,36 3 4, , , ,29 2 3,23 0 0, , ,62 3 4,84 0 0,00 1 1,62 5 8,06 Total 29 46, , ,59 4 6, ,00 χ² = 13,213 ; P = 0,040 C = 0,419 Jika dilihat pada Tabel 5, ditunjukkan bahwa responden mahasiswa semester 4 lebih banyak yang menonton program Jelajah secara sendiri

24 dibandingkan menonton bersama teman, keluarga, atau orang lain. Hal tersebut dapat dipahami mengingat mahasiswa pada semester 4 memiliki jadwal perkuliahan yang tidak terlalu padat dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Jika dilihat dari cara menonton, maka baik mahasiswa semester 4 atau 6, lebih menyukai menonton program Jelajah secara sendirian, dimana tidak semua mahasiswa semester 4 dan 6 memiliki jadwal kosong yang sama sehingga dapat menonton bersama-sama. Sementara mahasiswa semester 8 lebih menyukai menonton bersama teman. Beberapa mahasiswa semester 8 yang sedang melakukan penelitian di lapang memiliki waktu menonton yang tidak dapat diperkirakan, namun mereka masih memiliki kesempatan untuk menonton bersama teman ketika mereka berada di rumah kosan. Lokasi menonton mahasiswa yang lebih banyak di rumah menggambarkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki waktu yang banyak untuk menonton, dimana mahasiswa MK. Mahasiswa yang memiliki jadwal kuliah padat biasanya dialami oleh mahasiswa semester 4 dan 6, sementara mahasiswa semester 8 tidak memiliki jadwal kuliah yang padat, tetapi memiliki kesibukan penelitian untuk tugas akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara semester dengan lokasi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah. Keseriusan mahasiswa menonton dilihat dari ketika mahasiswa tersebut benar-benar fokus atau tidak menonton mulai dari awal tayangan sampai tayangan tersebut berakhir. Keseriusan menonton program Jelajah tidak dapat dilihat berdasarkan tingkat semester mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara semester dengan keseriusan menonton mahasiswa terhadap program Jelajah. Berdasarkan hasil Tabel 3 menunjukkan bahwa responden mahasiswa yang berada pada semester 4 memiliki jumlah durasi menonton yang cukup lama bila dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Hasil Uji Rank Spearman ( ) yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel semester dengan variabel durasi menonton responden. Hal ini ditandai dengan P=0,001 < 0,1. Angka korelasi menunjukkan negatif yang berarti arahnya berkebalikan/ berlawanan antara dua variabel. Semakin rendah

25 semester responden maka semakin tinggi durasi menonton program Jelajah, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat semester responden maka semakin rendah durasi menonton. Tingkat pendidikan yang dibedakan menjadi kategori semester memiliki hubungan yang terhadap lama waktu (durasi) menonton seseorang. Responden pada semester 4 lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton Jelajah dibandingkan responden pada semester 6 atau 8. Dapat disimpulkan bahwa waktu menonton responden akan berkurang seiring bertambahnya tingkat perkuliahan. Hal ini dapat dipahami mengingat waktu luang responden pada semester 8 sangat sedikit, yang lebih banyak dihabiskan untuk melakukan penelitian akhir. Tingkat semester yang berbeda tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah menjadi semakin sering. Rendahnya frekuensi menonton mahasiswa tidak disebabkan oleh faktor yang melekat pada mahasiswa tersebut, tetapi disebabkan oleh faktor kesibukan mahasiswa tersebut. Mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang sibuk dengan kuliah, membuat tidak memiliki waktu untuk menonton televisi, sehingga mahasiswa tersebut tidak mengetahui acara-acara yang ditayangkan di televisi. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat semester dengan frekuensi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Dari tabel dapat ditunjukkan bahwa pekerjaan ayah responden lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan pekerjaan lainnya. Sementara yang mendorong responden untuk menonton Jelajah berasal dari diri sendiri. Hasil uji korelasi Chi Square yang dilakukan menunjukkan bahwa pekerjaan ayah berhubungan yang nyata (P=0,069 < 0,1) dengan sumber dorongan menonton.

26 Tabel 6. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Sumber Dorongan untuk Menonton Pekerjaan Ayah Sumber dorongan untuk menonton Teman Keluarga Lainnya (diri sendiri) Total n (%) n (%) n (%) n (%) Bekerja swasta 1 1,72 0 0, , ,51 Pegawai negeri 2 3,45 3 5, , ,10 Wiraswasta 2 3,45 3 5, , ,76 Lainnya 3 5,17 0 0,00 2 3,45 5 8,62 Total 8 13, , , ,00 χ² = 11,718 ; P = 0,069 C = 0,410 Hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa tidak kelihatan berbeda jauh hubungan ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswata dengan sumber dorongan menonton, namun memiliki hubungan yang cukup berarti (0,40 < C=0,410 < 0,70). Responden yang ayahnya bekerja, baik sebagai pegawai negeri maupun wiraswasta didorong oleh responden itu sendiri ketika menonton Jelajah (didominasi oleh sendiri). Hal ini juga dapat disebabkan dari pola kebiasaan di rumah, dimana biasanya kegiatan keluarga pegawai negeri sudah terpola dengan baik, yang memiliki waktu-waktu untuk menonton. Sementara pegawai swasta tidak memiliki waktu yang terpola, karena adanya jam kerja yang terikat dengan kantor. Oleh karena itu, keluarga pegawai swasta terbiasa dengan hidup yang mandiri. Pekerjaan ayah yang berbeda-beda tidak membuat motivasi mahasiswa dalam menonton program Jelajah menjadi berbeda. Motivasi menonton muncul dari dalam diri mahasiswa. Motivasi menonton mucul ketika mahasiswa tersebut menginginkan sesuatu dari tayangan Jelajah. Oleh karena itu tidak terdapat hubungan yang nyata antara pekerjaan ayah dengan motivasi menonton. Cara menonton mahasiswa terhadap program Jelajah yang pada umumnya dilakukan dengan sendiri. Hal ini disebabkan karena berbedanya waktu luang mahasiswa untuk menonton. Tidak semua mahasiswa memiliki waktu kuliah yang

27 sama, sehingga tidak semua mahasiswa yang memiliki waktu luang yang sama. Cara menonton mahasiswa yang berbeda-beda ini tidak berhubungan dengan faktor-faktor lain termasuk pekerjaan ayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apapun pekerjaan ayah mahasiswa, tidak membuat lokasi menonton mahasiswa menjadi berbeda. Hal ini menyatakan bahwa dimana pun lokasi mahasiswa menonton Jelajah tidak berhubungan dengan pekerjaan ayah mahasiswa. Terdapat sejumlah besar mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang tidak memiliki keseriusan ketika menonton Jelajah. Serius tidaknya mahasiswa menonton Jelajah dipengaruhi oleh diri mahasiswa tersebut. Sehingga tidak ada hubungan nyata antara keseriusan menonton dengan pekerjaan ayah. Semakin lama durasi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah tidak disebabkan oleh faktor pekerjaan ayah. Dimana durasi menonton mahasiswa yang lama menunjukkan mahasiswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk menonton program Jelajah, dan sebaliknya semakin kurang durasi menonton mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak memiliki waktu yang banayak untuk menonton. Berbedanya pekerjaan ayah pada setiap mahasiswa tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa tersebut berbeda. Tidak terdapat perbedaan dan hubungan yang nyata antara pekerjaan ayah dengan frekuensi menonton. Dimana frekuensi menonton mahasiswa yang rendah dapat disebabkan karena mahasiswa tersebut tidak mengetahui dengan pasti waktu penayangan Jelajah Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Banyak mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang memiliki ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini tidak membuat adanya hubungan dengan sumber dorongan mahasiswa untuk menonton. Dimana sumber dorongan menonton mahasiswa berasal dari teman, keluarga, sehingga tidak berhubungan sama sekali dengan pekerjaan orang ibu. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan motivasi menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis. Hal

28 ini ditunjukkan bahwa motivasi mahasiswa untuk menonton Jelajah adalah untuk memperoleh informasi. Mahasiswa yang sibuk dengan kuliah tentu kurang memiliki waktu untuk menonton, sehingga disaat mereka menonton, mahasiswa tersebut ingin memperoleh informasi. Dengan demikian pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan motivasi menonton mahasiswa. Cara menonton mahasiswa dibedakan dengan menonton sendiri, bersama teman, atau bersama keluarga. Terdapat sejumlah mahasiswa yang menyatakan bahwa cara menonton mereka dengan sendiri. Hal ini disebabkan karena berbedanya waktu luang mahasiswa untuk menonton. Oleh karena itu tidak terdapat hubungan antara cara menonton mahasiswa dengan pekerjaan ibu mereka. Pekerjaan ibu mahasiswa juga tidak berhubungan nyata dengan lokasi menonton, keseriusan menonton, dan durasi menonton mahasiswa tersebut. Apapun pekerjaan ibu mahasiswa tidak dapat membuat lokasi menonton mahasiswa menjadi berbeda-beda, keseriusan menonton berubah dari yang tidak serius menjadi serius dan sebaliknya, dan merubah durasi menonton mahasiswa tersebut. Hasil tabel menunjukkan bahwa banyak ibu responden yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa sudah kodratnya perempuan menjadi ibu rumah tangga, mengurus keluarga. Uji korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata (p=0,067 < 0.1) antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton program Jelajah. Dilihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga memiliki tingkat keseringan menonton Jelajah yang rendah. Ibu rumah tangga pada umumnya memiliki kebiasaan menonton televisi berkisar antara jam 12 siang sampai jam 5 sore. Dimana pada kisaran waktu tersebut, program Jelajah tayang. Sehingga responden yang berada di rumah ketika ingin menonton program Jelajah, menjadi tidak dapat menonton karena harus bersaing dengan ibu responden yang ingin menonton program lain.

III. PENDEKATAN LAPANGAN

III. PENDEKATAN LAPANGAN III. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan pendekatan kuantitatif. Dalam metode survai ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti) KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV Peneliti bernama Ruth Elisabeth Silitonga, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo). IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7 4.1.1 Trans TV TRANS TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun televisi swasta ke 8 yang memperoleh ijin mengudara

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Opini Khalayak Langsung Acara Musik Derings Opini responden sebagai khalayak langsung acara musik

Lebih terperinci

Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) * berhubungan nyata pada (p <0,05)

Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) * berhubungan nyata pada (p <0,05) 59 BAB VIII FAKTOR-FAKTOR YA G BERHUBU GA DE GA PERSEPSI KHALAYAK TE TA G PROGRAM ACARA REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI 8.1. Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Televisi merupakan satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dan juga melakukan pembahasan berdasarkan atas data yang di peroleh dari 97

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam jenis program seperti edukatif, informatif, hingga hiburan pun ditayangkan di TRANS TV. Dari berbagai macam jenis program acara yang ada di TRANS TV,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum TRANS7 TRANS7 semula bernama TV7 (di bawah naungan Kelompok Kompas Gramedia KKG). Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insert merupakan program infotainment satu satunya yang ada di stasiun televisi Trans TV. Program infotainment yang pernah ditayangkan sampai tiga kali sehari ini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi mempunyai peran penting bagi manusia untuk berinteraksi dan saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN 6.1 Kesadartahuan (Awareness) Responden pada Iklan Marjan 6.1.1 Acara Televisi yang Sering Menayangkan Iklan Marjan Iklan memiliki

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV 5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik Derings Khalayak langsung acara musik Derings adalah khalayak yang berada dilokasi penayangan acara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia pertelevisian di Indonesia merupakan dunia baru bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia pertelevisian di Indonesia merupakan dunia baru bagi masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dunia pertelevisian di Indonesia merupakan dunia baru bagi masyarakat Indonesia, namun mampu mencuri perhatian para pemirsanya. TVRI sebagai stasiun televisi pertama

Lebih terperinci

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik Derings Motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV

BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV 54 BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi lain, berbagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. Kehadiran media massa membawa dunia kepada era dengan pertukaran informasi dengan cepat

Lebih terperinci

BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI

BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI 49 BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI Keterdedahan program JAM adalah sejauh mana program JAM ditonton oleh khalayak. Keterdedahan ini dilihat dari cara,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya. Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya. Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Umum Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5 Jl. Basuki Rachmat No. 106 128 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut berkembang. Terutama di dunia penyiaran. Hal ini berdampak dalam bidang komunikasi. Kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri televisi berkembang sangat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut pangsa pasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan mengenai analisis karakteristik profil pemirsa JTV melalui segmentasi, preferensi dan penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri menimbulkan persaingan bagi industri televisi. Melihat akan hal itu, stasiun-stasiun televisi pun berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan karakteristik serta viewing-habbit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan karakteristik serta viewing-habbit masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi dikatakan sukses, apabila program-program acara yang disajikan mendapat respon yang baik hingga diminati dan dinantikan waktu penayangannya oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 69 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. dapat diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu yang dapat mendukung dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia)

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka. Industri penyiaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di awal perkembangannya di Indonesia, siaran televisi dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan vindonesia

Lebih terperinci

BAB II OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. Peneliti akan mencoba memaparkan obyek dan wilayah penelitian dari penelitian

BAB II OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. Peneliti akan mencoba memaparkan obyek dan wilayah penelitian dari penelitian BAB II OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN Peneliti akan mencoba memaparkan obyek dan wilayah penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Obyek penelitian ini terdiri dari 15 program berita sore

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 71 BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 6.1 Empati Remaja terhadap Kemiskinan Sebagai Akibat Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Data sebaran responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa adalah proses media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada masa sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Kebijakan programming televisi merupakan pijakan televisi dalam menampilkan program acaranya. Karena programming sangat berperan penting bagi keberhasilan sebuah stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi komunikasi,maka kebutuhan akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam jenis program televisi yang dihadirkan ke hadapan penonton di seluruh Indonesia melalui layar kaca setiap harinya, membuat setiap stasiun televisi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan gambar, namun juga mampu menampilkan suara, atau bisa disebut sebagai media audio visual. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian adalah dunia yang selalu menarik perhatian banyak masyarakat. Hampir setiap hari dan setiap waktu, banyak orang menghabiskan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung percepatan penyampaian pesan kepada khalayak. Dapat dikatakan pesan yang dikirim melalui transmisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu jenis media komunikasi massa elektronik yang canggih. Salah satu keunggulan televisi adalah penyajian gambar dan suara secara bersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup hanya bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. Umumnya manusia

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas Responden Sebelumnya akan dijelaskan dahulu karakteristik responden yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, dan pendidikan terakhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dilihat dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana untuk menyebarkan pesan dari komunikator ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat membantu kita untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Visi dan Misi A. Visi 1. Dalam jangka panjang, TRANS7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN Visi dan Misi A. Visi 1. Dalam jangka panjang, TRANS7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1. Profil Singkat TRANS7 TRANS7 yang pada awalnya bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi media dewasa ini memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan komunikasi massa. Dari semua media komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media penerima suara dan gambar bergerak yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Negeri (PMDN) yang didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali

BAB IV HASIL PENELITIAN. Negeri (PMDN) yang didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali 46 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Trans TV 4.1.1 Sejarah Trans TV PT. Televisi Transformasi Indonesia adalah perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang didirikan di Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Di samping kebutuhan mereka akan sandang, pangan, dan papan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika, ditemukan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media komunikasi massa yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi menjadi primadona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga saat ini ada 11 stasiun televisi nasional dan 230 lebih televisi lokal memancarkan siaran

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa berarti suatu kegiatan menyampaikan pesan melalui media dan media yang digunakan harus dapat dijangkau khalayak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV Tayangan Berita Liputan 6 Siang merupakan salah satu program berita di SCTV. Liputan 6 Siang tayang pada pukul 12.00 12.30 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual, yakni dapat dilihat dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual, yakni dapat dilihat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media elektronik, merupakan sebuah media komunikasi yang dinilai paling berhasil dibandingkan dengan media massa lainnya dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan visual memiliki berbagai macam program yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi masyarakat Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu jauh dan vision

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI UMUM 4.1 Deskripsi SMP Tamansiswa 4.2 Karakteristik Responden

IV. DESKRIPSI UMUM 4.1 Deskripsi SMP Tamansiswa 4.2 Karakteristik Responden IV. DESKRIPSI UMUM 4. Deskripsi SMP Tamansiswa Sekolah Menengah Pertama Tamansiswa berada di Kota Jakarta Pusat DKI Jakarta, terletak di Jl. Garuda No.5. Letak sekolah SMP Tamansiswa memiliki letak strategis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di jaman modern ini, masyarakat dapat dengan mudah dan menerima suatu informasi dari berbagai media massa. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyaknya program acara variety show, reality show, infotainment menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. banyaknya program acara variety show, reality show, infotainment menjadi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Acara televisi saat ini didominasi oleh program acara hiburan yang hanya mengejar rating dan share yang berorientasi kepada keuntungan saja. Begitu banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa merupakan alat yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Di era globalisasi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil Trans TV Trans TV adalah perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation yang juga pemilik dari Trans7. Memperoleh ijin siaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman yang kian hari mendorong masyarakat akan hausnya informasi dan hiburan, salah satunya adalah tayangan yang televisi hadirkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Televisi di Indonesia untuk pertama kalinya dimulai pada tahun 1962, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang ketika saat itu menayangkan secara langsung upacara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan kemajuan dari suatu negara adalah melalui perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi menjadi salah satu syarat untuk suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari semua media massa, televisi menjadi media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Hal itu karena karakter televisi yang audio visual sehingga membuat orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan vital bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan vital bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan vital bagi manusia, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Tanpa adanya komunikasi bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara berbeda.usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara berbeda.usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film, dan web. Kebanyakan ahli teori menganggap

Lebih terperinci