STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA"

Transkripsi

1 KO-161 STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA Richardo Ubyaan 1,*) Agnes E. Maryuni, 2) dan Alvian Sroyer 3) 1) Program Studi Kimia, FKIP, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua 2) Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Cenderawasih 3) Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Cenderawasih Disajikan Nop 2012 ABSTRAK Resistensi terhadap RIF disebabkan oleh mutasi pada gen rpob pengkode RNA polimerase (RNAP) subunit β, terutama pada daerah sepanjang 81 pasang basa (pb) sebagai penentu sifat resistensi RIF, dengan frekuensi yang paling tinggi pada kodon 526 dan 531. Mutasi ini menyebabkan RIF tidak berfungsi dalam menghambat proses inisiasi transkripsi. Pada salah satu galur isolat klinis M. tuberculosis MDR asal Jayapura, Papua yang ada di kelompok penelitian M. tuberculosis Laboratorium Biokimia, Universitas Cenderawasih, terdapat isolat yang memiliki mutasi pada kodon 315 gen katg penyebab resistensi isoniazid, tetapi tidak memiliki mutasi pada kodon rpob526 dan rpob531. Fenotipe resistensi terhadap RIF yang dimilikinya diduga disebabkan oleh adanya mutasi pada posisi selain kedua kodon tersebut. Pada penelitian ini dilakukan penentuan penyebab resistensi RIF tingkat genotipe pada isolat klinis M. tuberculosis MDR dan juga dicari penjelasan mengenai hubungan mutasi dengan sifat resistensi tersebut. Tahapan penelitian meliputi PCR multipleks spesifik alel rpob dan elektroforesis, penentuan urutan nukleotida, dan analisis in silico. Hasil sekuensing dianalisis secara in silico, yaitu disejajarkan dengan urutan nukleotida galur standar M. tuberculosis H37Rv. Selain itu juga, dilakukan pemodelan protein menggunakan program PyMOL versi open source untuk melihat pengaruh mutasi pada interaksi RIF dengan RNAP. Hasil analisis translasi in silico menunjukkan bahwa kodon CAA yang mengkode asam amino glutamin termutasi menjadi CTA yang mengkode leusin. Hasil pemodelan protein menggunakan aplikasi tersebut menunjukkan bahwa perubahan Gln513Leu merubah jarak antara rantai samping residu tersebut dengan gugus hidroksil RIF dari 2,63 Å menjadi 3,71 Å. Hasil sekuensing dan penjajaran di atas menunjukkan adanya mutasi pada posisi lain gen rpob isolat Papua 1, yaitu pada kodon 513. Mutasi ini diduga kuat merupakan penyebab resistensi RIF. Mutasi yang ada telah merubah residu tersebut menjadi Leu yang memiliki rantai samping non-polar dan membuat jarak rantai samping residu tersebut dengan gugus hidroksil RIF menjadi lebih jauh. Hal ini dapat menyebabkan ikatan hidrogen tidak dapat terbentuk, sehingga mengurangi afinitas pengikatan RIF pada RNAP. Diharapkan pengetahuan tentang mekanisme resistensi ini dapat digunakan sebagai dasar desain obat baru untuk mengatasi masalah MDR-TB. Kata Kunci: Mtb, mutasi, rpob, rifampin, isolat Papua I. PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sampai saat ini, terdapat banyak obat anti-tb (OAT) yang merupakan antibiotik seperti rifampin, isoniazid, pirazinamid, etambutol, streptomisin, senyawa-senyawa golongan fluorokuinolon, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun sudah terdapat banyak OAT, TB tetap merupakan penyakit yang sulit di atasi. Hal ini terutama diakibatkan oleh sifat resistensi yang dimiliki TB terhadap antibiotik. Resistensi TB terbagi menjadi dua macam, yaitu resistensi terhadap satu jenis antibiotik, dan resistensi terhadap lebih dari satu jenis antibiotik. WHO telah mendefinisikan TB yang resisten terhadap paling tidak dua jenis antibiotik sekaligus yaitu rifampin (RIF) dan isoniazid (INH) sebagai multidrug-resistant TB (MDR-TB). Tentunya MDR-TB disebabkan oleh galur M. tuberculosis yang memiliki sifat tersebut. Munculnya kasus MDR-TB merupakan suatu masalah global yang harus di atasi untuk memberantas penyakit TB. Resistensi M. tuberculosis terhadap antibiotik diakibatkan adanya mutasi pada kromosom bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan sensitivitas M. tuberculosis terhadap OAT berkurang. Mutasi ini terjadi pada gen yang mengkode target antibiotik atau gen yang berperan dalam interaksi antibiotik dengan targetnya pada M. tuberculosis. Resistensi terhadap INH sebagian besar terjadi akibat mutasi pada gen katg pengkode katalase-peroksidase yang berperan dalam mengubah INH menjadi bentuk aktifnya di dalam sel [1-2]. Resistensi terhadap RIF terjadi akibat mutasi pada gen rpob

2 KO-162 pengkode RNA polimerase (RNAP) subunit β, yang menyebabkan RIF tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghambat inisiasi transkripsi [1-3]. Mutasi utama penyebab resistensi INH pada gen katg adalah mutasi pada kodon 315, sedangkan mutasi utama penyebab resistensi RIF terletak pada daerah sepanjang 81 pasang basa (pb) pada gen rpob, yang disebut daerah penentu sifat resistensi RIF, yaitu kodon , dengan frekuensi mutasi paling tinggi pada kodon 526 dan 531 [1-2]. Adapun sistem penomoran kodon tersebut menggunakan nomor kodon rpob Escherichia coli, bukan nomor kodon M. tuberculosis sebenarnya [3]. Mutasi penyebab kedua jenis resistensi di atas telah dapat dideteksi secara sederhana dan cepat menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks spesifik alel [4]. Pada koleksi 20 galur isolat klinis M. tuberculosis MDR Papua, Indonesia, yang ada di kelompok penelitian M. tuberculosis Biokimia, FMIPA, Universitas Cenderawasih, terdapat isolat yang melalui uji genotipe menggunakan PCR multipleks diketahui termutasi pada kodon katg315 tetapi tidak memiliki mutasi pada kodon rpob526 dan rpob531. Oleh karena itu, fenotipe resistensi RIF yang dimilikinya haruslah disebabkan oleh faktor lain. Diduga sifat itu diakibatkan oleh adanya mutasi pada posisi selain kedua kodon di atas [5]. Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian ini dilakukan untuk menentukan penyebab resistensi RIF tingkat genotipe pada isolat klinis M. tuberculosis MDR di atas, selain mutasi pada kodon rpob526 dan rpob531. Selain itu juga dicari penjelasan mengenai hubungan mutasi dengan sifat resistensi RIF yang dimilikinya. II. METODOLOGI Isolat klinis M. tuberculosis MDR yang digunakan pada penelitian ini adalah isolat P1, P2, P3, dan P4, yang berasal dari Laboratorium Biokimia, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. Metode yang digunakan merupakan modifikasi metode pengujian PCR multipleks spesifik alel rpob untuk deteksi M. tuberculosis resisten RIF (RIF r ) yang dilakukan oleh Mokrousov dan koleganya [4]. Pada penelitian ini pertama kali dilakukan konfirmasi ulang PCR multipleks rpob526 dan rpob531 di atas yang telah dilakukan pada keempat isolat tersebut. Untuk tiap jenis PCR multipleks digunakan sepasang primer-luar, yaitu primer forward RF (5 -GTCGCCGCGATCAAGGA) dan primer reverse RR (5 -TGACCCGCGCGTACAC), dan satu primer-dalam R526 (5 -GTCGGGGTTGACCCA) atau R531 (5 -ACAAGCGCCGACTGTC). Templat DNA berupa DNA hasil lisis M. tuberculosis isolat klinis Papua (5 μl) ditambahkan pada campuran reaksi PCR (volume akhir 20 μl untuk PCR-rpoB526 dan 15 μl untuk PCR-rpoB531) yang mengandung bufer PCR 10x tanpa MgCl2 (2,5 μl untuk PCR-rpoB526 dan 2 μl untuk PCR-rpoB531), MgCl2 (3 mm 0195: Richardo Ubyaan dkk. untuk PCR-rpoB526 dan 4 mm untuk PCRrpoB531), 0,5 U Taq DNA polimerase, 200 μm masing-masing dntp, 1 pmol primer-luar RF, 20 pmol primer-luar RR, dan salah satu primer-dalam spesifik alel R526 (30 pmol) atau R531 (35 pmol). Keempat primer yang digunakan disintesis oleh Biogen. Sebagai kontrol positif digunakan campuran reaksi PCR yang sama, dengan templat DNA berupa hasil lisis galur standar M. tuberculosis H37Rv, sedangkan kontrol negatif tidak mengandung templat DNA (diganti dengan ddh2o dengan volume yang sama). Kedua reaksi PCR dilakukan pada alat GeneAmp PCR System 2700, Perkin Elmer, dengan kondisi sebagai berikut: denaturasi awal pada 96 C selama 3 menit; 5 siklus yang terdiri atas 95 C selama 45 detik, 60 C selama 1 menit, dan 72 C selama 30 detik; 5 siklus yang terdiri atas 95 C selama 40 detik, 59 C selama 50 detik, dan 72 C selama 30 detik; 25 siklus yang terdiri atas 94 C selama 50 detik, 55 C selama 40 detik, dan 70 C selama 30 detik; dan elongasi akhir pada 72 C selama 3 menit. Hasil PCR kemudian dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa 1,5% b/v (0,6 g agarosa dalam 40 ml bufer TAE 1X yang mengandung 2 μl EtBr 10 mg/ml). Sampel hasil PCR (5 μl) ditambah dengan 2 μl loading buffer dan dielektroforesis dengan running buffer TAE 1X, pada 75 Volt selama 50 menit. Hasil elektroforesis kemudian divisualisasikan dengan bantuan sinar UV. Sebagai DNA standar (marker) digunakan puc19/hinfi yang mengandung fragmen-fragmen DNA berukuran 1419 pb, 517 pb, 396 pb, 214 pb, 75 pb, dan 65 pb. Untuk mengkonfirmasi hasil PCR multipleks di atas, dilakukan penentuan urutan nukleotida (sekuensing) fragmen 249 pb yang mengandung daerah penentu sifat resistensi RIF. Keempat isolat klinis di atas masing-masing terlebih dahulu diamplifikasi menggunakan sepasang primer-luar saja (RF dan RR), dengan kondisi reaksi PCR yang sama dengan PCR multipleks, sehingga dihasilkan fragmen berukuran 249 pb, dengan kuantitas sekitar 800 ng. Hal yang sama juga dilakukan pada galur M. tuberculosis H37Rv, yang kemudian akan digunakan sebagai standar. Fragmen 249 pb hasil PCR keempat isolat klinis dan standar dikirim ke Macrogen Inc., Seoul, Korea Selatan, untuk ditentukan urutan nukleotidanya menggunakan primer RR sebagai primer sekuensing. Analisis in silico Analisis in silico pertama yang dilakukan adalah penjajaran (alignment) sekuen isolat klinis dan sekuens galur standar M. tuberculosis H37Rv menggunakan program DNASTAR. Analisis in silico yang dilakukan berikutnya adalah pemodelan protein menggunakan program PyMOL versi Open-Source. Sebagai model interaksi RNAP-RIF digunakan struktur kristal kompleks RNAP inti (core) T. aquaticus (Taq) dan RIF dengan kode ID Protein Data Bank (PDB) 1I6V. Struktur ini digunakan karena antara Taq, M.

3 KO-163 tuberculosis, dan E. coli, urutan nukleotida daerah-daerah yang mengandung mutasi penyebab RIFr pada ketiga organisme tersebut identik sebesar 91% [6]. Pada pemodelan ini, akan dilakukan perubahan asam amino pada residu yang termutasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PCR multipleks Spesifik Alel rpob PCR multipleks ditujukan untuk mendeteksi mutasi pada kodon rpob526 dan rpob531. Isolat P1 menghasilkan dua pita DNA berukuran 0,25 kb dan 0,18 kb untuk PCRrpoB526 dan 0,25 kb dan 0,17 kb untuk PCR-rpoB531. Sementara isolat lainnya, P2, P3 dan P4, juga memberi hasil dua pita DNA berukuran 0,25 kb dan 0,18 kb untuk PCRrpoB526, tetapi hanya memberikan hasil satu pita DNA berukuran 0,25 kb untuk PCR-rpoB531. Hasil PCR tersebut divalidasi dengan kontrol positif dan kontrol negatif yang digunakan. Kedua kontrol berjalan dengan baik, ditunjukkan dengan tidak adanya pita DNA pada hasil PCR kontrol negatif dan adanya dua pita DNA berukuran 0,25 dan 0,18 kb atau 0,25 dan 0,17 kb (sesuai jenis PCR multipleks yang dilakukan) pada hasil PCR kontrol positif. Makna terbentuknya satu atau dua pita pada hasil PCR multipleks dan elektroforesis di atas dapat dijelaskan dengan melihat skema target PCR multipleks (Gambar 1). Primer-luar RF dan RR akan mengamplifikasi fragmen tetap 249 pb, baik pada PCR-rpoB526 maupun PCR-rpoB531. Primer dalam (R526 dan R531), masing-masing telah dirancang agar ujung 3 -nya menempel pada basa kedua kodon rpob526 dan rpob531 alel wild type [4]. 249 pb RF R526 CAC RR 181 pb RF R531 TCG RR Gambar pb Skema target PCR multipleks spesifik alel rpob526 dan rpob531. (A) PCR-rpoB526. (B) PCR-rpoB531. Panah pendek merepresentasikan primer, panah panjang merepresentasikan fragmen PCR yang tetap (249 pb) dan fragmen spesifik-alel wild type (181 dan 167 pb). Jika kodon 526 dan 531 termutasi, hanya dihasilkan fragmen 249 pb. (Catatan: gambar tidak menggunakan skala.) Pita DNA hasil PCR multipleks dan elektroforesis yang berukuran 0,25 kb menunjukkan terbentuknya fragmen tetap 249 pb, sedangkan pita berukuran 0,18 dan 0,17 kb berturutturut menunjukkan terbentuknya fragmen spesifik-alel wild type 181 pb (PCR-rpoB526) dan 167 pb (PCR-rpoB531). Oleh karena itu, hasil PCR multipleks berupa dua pita DNA 0,25 dan 0,18 kb atau 0,25 dan 0,17 kb, berturut-turut menunjukkan bahwa kodon rpob526 atau rpob531 merupakan alel wild type. Sedangkan hasil PCR multipleks berupa satu pita DNA saja (0,25 kb) menunjukkan adanya mutasi pada kodon yang bersangkutan. Rangkuman pada data berikut menunjukkan bahwa keempat isolat memiliki kodon rpob526 alel wild type (tidak termutasi) dan hanya isolat P1 yang memiliki kodon rpob531 alel wild type, sedangkan pada tiga isolat lainnya (P2, P3, dan P4) kodon tersebut termutasi. Atas dasar data hasil PCR multipleks keempat isolat tersebut, hanya isolat P1 yang terkonfirmasi tidak memiliki mutasi-mutasi utama penyebab resistensi RIF, sedangkan isolat P2, P3, dan P4 ternyata memiliki mutasi pada kodon rpob531 yang merupakan penyebab utama resistensi RIF [1-2]. Dengan tidak termutasinya kodon rpob526 dan rpob531 pada isolat P1, maka resistensi RIF yang dimiliki isolat tersebut haruslah disebabkan oleh faktor yang lain, misalnya mutasi gen rpob pada posisi selain kedua kodon di atas. Untuk mengetahuinya, telah dilakukan sekuensing fragmen 249 pb gen rpob isolat P1, yang mengandung daerah penentu resistensi RIF. Sekuensing tersebut juga dilakukan pada tiga isolat lainnya untuk mengkonfirmasi mutasi rpob531 di atas. B. Analisis Penjajaran (Alignment) Program SeqMan TM dapat menjajarkan urutan nukleotida dengan menampilkan data elektroforegram. Penjajaran komplemen sekuens isolat P1 (P1-RR) dan sekuens H37Rv

4 KO-164 (H37R-RR) diperlihatkan pada Gambar berikut secara berurutan (Gambar 2). Hasil penjajaran menunjukkan adanya satu mutasi subtitusi adenin (A) menjadi timin (T), yang merupakan nukleotida nomor 1295 gen rpob atau 0195: Richardo Ubyaan dkk. nukleotida nomor genom M. tuberculosis H37Rv. Nukleotida pada posisi ini merupakan basa kedua kodon rpob513, sehingga CAA termutasi menjadi CTA. Gambar 2. Penjajaran (alignment) SeqMan TM DNASTAR. Tampak pada gambar komplemen urutan nukleotida isolat P1 (P1-RR) disejajarkan dengan komplemen urutan nukleotida galur standar M. tuberculosis H37Rv. Hasil sekuensing dan penjajaran yang telah dilakukan mengkonfirmasi data hasil PCR multipleks spesifik alel rpob526 dan rpob531. Data yang diperoleh menunjukkan konsistensi dengan hasil PCR multipleks tersebut, yaitu bahwa pada isolat P1, kodon rpob526 dan rpob531 adalah alel wild type, sementara pada isolat P2, P3, dan P4, kodon rpob526 merupakan alel wild type sedangkan kodon rpob531 termutasi. Mutasi pada kodon rpob531 menjelaskan sifat RIFr pada ketiga isolat tersebut. Selain dengan SeqMan TM, penjajaran sekuens isolat P1 (P1-RR) dengan sekuens standar H37Rv (H37R-RR) juga dilakukan dengan MegAlign TM DNASTAR. Sebelumnya, urutan nukleotida isolat klinis dan hasil sekuensing disimpan dalam bentuk file EditSeq TM terlebih dahulu (file dengan ektensi SEQ). Hasil penjajaran MegAlign TM menunjukkan mutasi yang sama pada isolat P1, yaitu A1295T. Menggunakan program ini, dapat dilakukan secara langsung penjajaran urutan asam amino hasil translasi urutan nukleotida yang telah disejajarkan sebelumnya. Hasil penjajaran urutan asam amino hasil translasi sekuens isolat P1 dan standar H37Rv menunjukkan mutasi Q (glutamin, Gln) menjadi L (leusin, L). Perubahan asam amino ini terletak pada kodon rpob513, dihasilkan dari mutasi A1295T yang telah disebutkan sebelumnya, yang merubah CAA yang mengkode Gln menjadi CTA yang mengkode Leu. Analisis penjajaran yang telah dilakukan pada isolat M. tuberculosis MDR P1, baik menggunakan program SeqMan TM maupun MegAlign TM DNASTAR telah menunjukkan adanya mutasi pada basa kedua kodon rpob513, yaitu A1295T. Pada galur standar M. tuberculosis H37Rv, kodon rpob513 memiliki urutan nukleotida CAA yang mengkode Gln, sedangkan pada isolat P1, kodon ini termutasi menjadi CTA yang mengkode asam amino Leu (Gambar 3). H37R Papua Gambar 3. Penjajaran (alignment) MegAlign TM DNASTAR. Tampak pada gambar penjajaran urutan asam amino isolat P1 dengan urutan asam amino galur standar M. tuberculosis H37Rv. Posisi yang ditandai panah menunjukkan mutasi Q (glutamin) pada H37Rv menjadi L (leusin) pada isolat P1. Apabila mutasi kodon 513 tersebut merupakan satusatunya mutasi pada gen rpob isolat M. tuberculosis MDR P1, maka sifat resistensi RIF isolat tersebut diduga kuat disebabkan oleh perubahan Gln513Leu. Mutasi pada posisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara [3, 7-12] dan juga diduga menyebabkan

5 KO-165 resistensi RIF tingkat tinggi, baik pada M. tuberculosis maupun E. coli [9]. Penjelasan hubungan antara mutasi ini dengan fenotipe resistensi RIF dicari pada tingkat protein. C. Interaksi RNA Polimerase Rifampin Berdasarkan Pemodelan Protein Untuk dapat menjelaskan hubungan mutasi Gln513Leu di atas dengan fenotipe resistensi RIF yang dimiliki isolat M. tuberculosis MDR P1, dipelajari pengaruh mutasi tersebut pada interaksi RNAP dan RIF di tingkat protein. Hal tersebut dilakukan dengan pemodelan protein menggunakan struktur kristal kompleks RNAP inti (core) Taq dan RIF (ID PDB 1I6V) sebagai model struktur interaksi RNAP-RIF pada M. tuberculosis [6]. Struktur RNAP-RIF Taq tersebut dipilih sebagai model karena urutan nukleotida daerah-daerah yang mengandung mutasi penyebab RIF r pada organisme Taq, M. tuberculosis, dan E. coli memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, sebesar 91% [6]. Informasi mengenai struktur dan interaksi RNAP-RIF Taq digunakan untuk menjelaskan interaksi RNAP-RIF pada M. tuberculosis. Pemodelan protein ini dilakukan dengan bantuan program PyMOL versi Open-Source, DeLano Scientific, Amerika Serikat. Residu Gln513 RNAP subunit β M. tuberculosis (residu 432 untuk penomoran M. tuberculosis), yang termutasi menjadi Leu pada isolat P1, merupakan homolog residu Gln393 RNAP subunit β Taq. Residu Gln pada posisi tersebut diketahui sebagai residu yang berperan dalam pengikatan RIF pada RNAP subunit β dengan membentuk ikatan hidrogen antara rantai samping Gln yang bersifat polar dengan gugus hidroksil RIF [6]. Menggunakan program PyMOL, dilakukan mutasi residu Gln393, Taq menjadi Leu yang memiliki rantai samping non polar, dan dihitung jarak antar rantai samping residu tersebut dengan gugus hidroksil RIF, sebelum dan sesudah mutasi. Hasil pemodelan tersebut menunjukkan bahwa perubahan Gln menjadi Leu mengakibatkan jarak antara rantai samping residu tersebut dengan gugus hidroksil RIF menjadi lebih jauh, yaitu dari 2,63 Å menjadi 3,71 Å. Rantai samping Gln yang pada awalnya membentuk ikatan hidrogen, pada atom nitrogennya, dengan gugus hidroksil RIF yang berperan penting untuk aktivitas RIF [6], digantikan oleh rantai samping Leu yang bersifat non-polar dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. Pemodelan menggunakan PyMOL dengan model struktur RIF-RNAP Taq juga menunjukkan bahwa mutasi Gln513Leu mengakibatkan jarak antar rantai samping residu itu dengan gugus hidroksil RIF menjadi lebih jauh (3,71 Å) (Gambar 4). Perubahan-perubahan akibat mutasi Gln513Leu tersebut diduga kuat dapat menyebabkan ikatan hidrogen di atas tidak terbentuk. Telah diketahui bahwa ikatan hidrogen terjadi antara atom yang sangat elektronegatif dengan atom hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif lainnya, dengan jarak kurang dari 3,5 Å [13-17]. Adapun atom yang memiliki keelektronegatifan tinggi adalah fluor, oksigen, dan nitrogen. Gambar 6. Interaksi RIF-RNAP subunit β hasil pemodelan PyMOL. (atas) Interaksi Gln393 RNAP wild type-rif. (bawah) Interaksi Leu393 RNAP mutan-rif. Gln393 Taq homolog dengan Gln513 M. tuberculosis. Mutasi mengakibatkan rantai samping residu tersebut menjadi non-polar dan merubah jarak antara rantai samping dengan gugus hidroksil RIF dari 2,63 Å menjadi 3,71 Å (ditunjukkan dengan angka berwarna kuning). Perubahan ini dapat mengakibatkan

6 KO : Richardo Ubyaan dkk. hilangnya ikatan hidrogen yang pada awalnya terbentuk. Backbone dan atom karbon RNAP ditunjukkan dengan warna hijau, atom karbon RIF berwarna biru keunguan, atom nitrogen berwarna biru tua, dan oksigen berwarna merah. Pada beberapa isolat M. tuberculosis yang terlebih dahulu diketahui memiliki mutasi penyebab RIF r, juga terdapat perubahan residu asam amino dengan rantai samping polar menjadi residu dengan rantai samping non polar seperti hal di atas. Contohnya adalah mutasi Asp516 menjadi Val dan Gly [3,7,10-12]. Residu ini homolog dengan Asp396 Taq yang berikatan hidrogen dengan gugus hidroksil RIF. Termutasinya residu ini menjadi Val dan Gly dapat menyebabkan ikatan hidrogen tidak terbentuk. Kecenderungan tidak terbentuknya ikatan hidrogen di atas merupakan penjelasan yang dapat diberikan untuk sifat resistensi RIF isolat P1 yang disebabkan oleh mutasi Gln513Leu. Hilangnya ikatan hidrogen yang pada awalnya terbentuk dapat mengurangi afinitas pengikatan RIF sehingga RIF terikat lebih lemah pada RNAP subunit β. Hal di atas akan mengakibatkan RIF tidak dapat bekerja secara efektif, aktivitas RIF lebih bergantung pada kemampuannya untuk berikatan dengan RNAP. Selain hal di atas, konformasi RIF yang kaku diduga mengakibatkan RIF tidak dapat beradaptasi terhadap mutasi yang merubah bentuk dan lingkungan kimia kantung pengikatannya, sehingga pengikatan RIF pada RNAP sangat sensitif terhadap adanya mutasi di atas [6]. RIF yang terikat lemah pada RNAP diduga dapat mengakibatkan perubahan posisi RIF, terutama pada kondisi enzim tersebut di dalam sel, yang tentunya bersifat dinamis dan juga dipengaruhi oleh adanya molekul air. Bila posisi RIF berubah sedemikian rupa sehingga tidak lagi menghalangi jalur perpanjangan RNA, maka kemungkinan proses transkripsi akan terus berjalan dan bakteri akan resisten terhadap RIF. IV. KESIMPULAN Salah satu isolat (P1) dari 20 isolat klinis M. tuberculosis multidrug-resistant (MDR) asal Papua, yang tidak memiliki mutasi-mutasi utama penyebab sifat resistensi rifampin (RIF), telah berhasil diketahui memiliki mutasi Gln513Leu yang diduga kuat menyebabkan fenotipe resistensi RIF yang dimilikinya. Hasil ini didasarkan atas adanya mutasi tingkat genotipe dan hasil analisis in silico yang menunjukkan perubahan sifat rantai samping residu polar menjadi nonpolar serta perubahan jarak rantai samping tersebut dengan gugus hidroksil RIF. Mutasi tersebut dapat menyebabkan afinitas pengikatan RIF pada RNA polimerase (RNAP) berkurang sehingga RIF tidak dapat menginhibisi kerja RNAP pada proses transkripsi dan M. tuberculosis menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Untuk memperkuat kesimpulan di atas, disarankan penelitian ini dilanjutkan dengan percobaan in vitro, misalnya dengan melakukan kloning dan ekspresi gen rpob mutan, atau dengan pemodelan protein lebih lanjut untuk melihat kestabilan protein mutan dibandingkan dengan protein wild type. Diharapkan pengetahuan mengenai mekanisme resistensi yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar desain obat baru untuk mengatasi masalah resistensi RIF dan MDR-TB pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Musser, J.M. (1995), Antimicrobial agent resistance in mycobacteria: molecular genetic insights. Clin. Microb. Rev., 8 (4), [2] Ramaswamy, S., Musser, J. M. (1998), Molecular genetic basis of antimicrobial agent resistance in Mycobacterium tuberculosis: 1998 update, Tuberc. Lung Dis., 79, [3] Telenti, A., Imboden, P, Marchesi, F., Lowrie, D., Cole, S., Colston, M.J., Matter, L., Schopfer, K., Bodmer, T. (1993), Detection of rifampicin-resistant mutations in Mycobacterium tuberculosis. Lancet. 341, [4] Mokrousov, I., Otten, T., Vyshnevskiy, B., Narvskaya, O. (2003), Allele-specificrpoB PCR assays for detection of rifampin-resistant Mycobacterium tuberculosis in sputum smears, Antimicrob. Agents Chemother., 47 (7), [5] Ubyaan, R., Maryuni, A.E., Sroyer, A., Palit, E.I.Y., Jukwati, Suaka, I.Y., and Ngili. (2012), Molecular analysis of rifampin-resistant Mycobacterium tuberculosis strains isolates from Papua, Indonesia, Int J. Pharmtech res, 4 (4), [6] Campbell, E.A., Korzheva, N., Mustaev, A., Murakami, K., Nair, S., Goldfarb, A., Darst, S.A. (2001), Structural mechanism for rifampicin inhibition of bacterial RNA polymerase, Cell, 104, [7] Hirano, K., Abe, C., Takahashi, M. (1999), Mutations in the rpob gene of rifampin-resistant Mycobacterium tuberculosis strains isolated mostly in asian countries and their rapid detection by line probe assay, J. Clin. Microbiol., 37 (8), [8] Moghazeh, S.L., Pan, X., Arain, T., Stover, C.K., Musser, J.M., Kreiswirth, B.N. (1996), Comparative antimycobacterial activities of rifampin, rifapentine, and KRM-1648 against a collection of rifampinresistant Mycobacterium tuberculosis isolates with known rpob mutations, Antimicrob. Agents Chemother., 40 (11), [9] Taniguchi, H., Aramaki, H., Nikaido, Y., Mizuguchi, Y., Nakamura, M., Koga, T., Yoshida, S., (1996), Rifampicin resistance and mutation of the rpob gene in Mycobacterium tuberculosis, FEMS Microbiology Letters, 144,

7 KO-167 [10] Valim, A.R.M., Rossetti, M.L.R., Ribeiro, M.O., Zaha, A. (2000), Mutations in the rpob gene of multidrugresistant Mycobacterium tuberculosis isolates from Brazil, J. Clin. Microbiol., 38 (8), [11] Williams, D.L., Waguespack, C., Eisenach, K., Crawford, J.T., Portaels, F., Salfinger, M., Nolan, C.M., Abe, C., Sticht-Groh, V., Gillis, T.P. (1994), Characterization of rifampin resistance in pathogenic mycobacteria, Antimicrob.Agents Chemother., 38 (10), [12] Yue, J., Shi, W., Xie, J., Li, Y., Zeng, E., Wang, H. (2003), Mutations in the rpob gene of multidrugresistant Mycobacterium tuberculosis isolates from China, J.Clin. Microbiol., 41 (5), [13] Nachega, J.B., Chaisson, R.E. (2003), Tuberculosis drug resistance: a global threat, Clinical Infectious Diseases, 36 (Suppl 1), S [14] Kasper, D.L., Editor, (2005), Harrison s Manual of Medicine, McGraw-Hill Medical Publishing Division, USA, [15] Levinson, W., (2006), Review of Medical Microbiology and Immunology, 9th edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., San Fransisco, [16] Viedma, D.G. (2003), Rapid detection of resistance in Mycobacterium tuberculosis: a review discussing molecular approaches, Clin. Microbiol. Infect., 9, [17] Zhang, G., Campbell, E.A., Minakhin, L., Richter, C., Severinov, K., Darst, S.A. (1999), Crystal structure of Thermus aquaticus core RNA polymerase at 3.3 Å resolution, Cell, 98,

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena resistensi tuberkulosis ( TB). MDR-TB didefinisikan sebagai keadaan resistensi terhadap setidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: ELFIRA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Pratiwi, M. A. 1), Ratnayani, K. 2, 3), Yowani, S.C. 1) Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin

Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin Artikel Penelitian Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin The Identification of rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Gene Mutation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh resistensi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) terhadap minimal dua jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) OPTIMASI SUHU ANNEALING DAN AMPLIFIKASI 0,3 kb GEN rpob DI HULU DARI RRDR PADA ISOLAT P16 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DI BALI

Lebih terperinci

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI Deniariasih, N.W. 1, Ratnayani, K. 2, Yowani, S.C. 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia

Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Cakra Kimia DETEKSI MUTASI KODON 510 dan 511 DAERAH RRDR GEN rpob PADA ISOLAT KLINIK Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DI BALI DENGAN

Lebih terperinci

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Proses Amplifikasi Daerah Promoter inha pada Isolat P11 Mycobacterium tuberculosis Multidrug Resistance di Bali dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (Asmara, A. A. R., Yustiantara, S., Yowani, S.C.)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

* ABSTRAK

*  ABSTRAK AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI PADA FRAGMEN 0,5 KB GEN rpob ISOLAT 134 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DENGAN METODE NESTED POLYMERASE CHAIN REACTION Made Dharmesti Wijaya 1) *, I Nengah

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR Arif Sardi Biologi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Desain Primer secara in silico untuk Amplifikasi Fragmen Gen rpob Mycobacterium tuberculosis DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

Februari Kata Kunci : Nested PCR, MDR-TB, Mutasi gen rpob

Februari Kata Kunci : Nested PCR, MDR-TB, Mutasi gen rpob Identifikasi Mutasi Gen rpob Isolat MDR Mycobacterium tuberculosis di Bali dengan Metode Nested PCR *) Identification Of rpob Gene Mutation of MDR Mycobacterium tuberculosis Isolate in Bali Using Nested

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, dimulai dengan pengumpulan sampel, kemudian lysis sel untuk mendapatkan template DNA, amplifikasi DNA secara

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Luh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER inha PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) I Gusti Ayu Agung Septiari 1 *, Putu Sanna Yustiantara 1,2, dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia ABSTRAK Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia Kirby Saputra, 2008 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MUTASI DAERAH RESISTEN RIFAMPIN (GEN rpob) DARI Mycobacterium leprae PADA PENDERITA LEPRA DI SURABAYA MELALUI ANALISIS GENOM HASIL PCR

KONSTRUKSI MUTASI DAERAH RESISTEN RIFAMPIN (GEN rpob) DARI Mycobacterium leprae PADA PENDERITA LEPRA DI SURABAYA MELALUI ANALISIS GENOM HASIL PCR Berk. Penel. Hayati: 11 (119 123), 2006 KONSTRUKSI MUTASI DAERAH RESISTEN RIFAMPIN (GEN rpob) DARI Mycobacterium leprae PADA PENDERITA LEPRA DI SURABAYA MELALUI ANALISIS GENOM HASIL PCR E Bimo Aksono H

Lebih terperinci

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA DETEKSI MUTASI DAERAH RRDR GEN rpob PADA ISOLAT DNA SPUTUM PASIEN MULTIDRUG RESISTANTT Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) DENGANN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER inha, GEN inha DAN GEN katg PADA ISOLAT MULTIDRUG RESISTANCE Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) DENGAN METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik 81 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian 82 83 84 Lampiran 3. Surat Ijin Pembelian Bakteri 85 Lampiran 4. Rancangan Anggaran Biaya 86 Lampiran 5. Lembar penjelasan

Lebih terperinci

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: JURNAL METAMORFOSA IV (1): 87-93 (2017) J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: 2302-5697 http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa OPTIMASI DIGESTI ENZIM RESTRIKSI SacII

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB XIII. SEKUENSING DNA

BAB XIII. SEKUENSING DNA BAB XIII. SEKUENSING DNA Pokok bahasan di dalam Bab XIII ini meliputi prinsip kerja sekuensing DNA, khususnya pada metode Sanger, pangkalan data sekuens DNA, dan proyek-proyek sekuensing genom yang ada

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

Fakultas Biologi Unsoed

Fakultas Biologi Unsoed TEKMK PCR oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S. staf pengajar Pendahuluan Teknik PCR (polymerase chain reaction) digunakan untuk menggandakan fragmen DNA (urutan basa nukleotida) tertentu secara invitro melalui

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gram-positif yang tahan asam dengan pertumbuhan lamban yaitu Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gram-positif yang tahan asam dengan pertumbuhan lamban yaitu Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil gram-positif yang tahan asam dengan pertumbuhan lamban yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

MEKANISME MOLEKULAR RESISTENSI TERHADAP OBAT ANTI TUBERKULOSIS LINI PERTAMA

MEKANISME MOLEKULAR RESISTENSI TERHADAP OBAT ANTI TUBERKULOSIS LINI PERTAMA MEKANISME MOLEKULAR RESISTENSI TERHADAP OBAT ANTI TUBERKULOSIS LINI PERTAMA Tri Wibawa Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstract Tuberculosis is a serious

Lebih terperinci

DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS

DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS TESIS DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS NI MADE YUSTIKARINI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TESIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

19/10/2016. The Central Dogma

19/10/2016. The Central Dogma TRANSKRIPSI dr.syazili Mustofa M.Biomed DEPARTEMEN BIOKIMIA DAN BIOLOGI MOLEKULER FK UNILA The Central Dogma 1 The Central Dogma TRANSKRIPSI Transkripsi: Proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION UNTUK IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER inha, GEN inha DAN GEN katg PADA ISOLAT MULTIDRUG RESISTANCE Mycobacterium tuberculosis Skripsi LUH KETUT BUDI MAITRIANI

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

Uji Kepekaan Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua Menggunakan BACTEC Mycobacterium Growth Indicator Tubes (MGIT) 960

Uji Kepekaan Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua Menggunakan BACTEC Mycobacterium Growth Indicator Tubes (MGIT) 960 Naskah Asli Uji Kepekaan Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua Menggunakan BACTEC Mycobacterium Growth Indicator Tubes (MGIT) 960 Yuni Rukminiati Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.

Lebih terperinci

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM.

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM. J.Si. Tek. Kim Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom:

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: 100 Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: DNA polimer nukleotida (deoksiribosa+fosfat+basa nitrogen) gen (sekuens/dna yang mengkode suatu polipeptida/protein/sifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis (Mtb) merupakan jenis bakteri yang menyebabkan penyakit TB. Mtb pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882.

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (PCR-RFLP) UNTUK DETEKSI MUTASI PROMOTER inha PADA PASIEN MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) Skripsi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis rancangan penelitian termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional. Studi Cross-Sectional merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006 Hadi Sumitro Jioe, 2008. Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman,

Lebih terperinci

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit klasik dan hingga saat ini TB masih termasuk pembunuh terbesar diantara penyakit infeksi. Walaupun sudah banyak vaksin

Lebih terperinci

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: JURNAL METAMORFOSA IV (1): 8 (017) J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: 0697 http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa DESAIN TAQMAN PROBE SECARA IN SILICO SEBAGAI PENDETEKSI

Lebih terperinci