BAB IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek Beberapa isolat di amplifikasi dengan metode PCR multiplek untuk melihat adanya mutasi pada nukleotida kodon 315, AGC menjadi ACC. Mutasi tersebut menyebabkan primer-dalam K315 tidak akan dapat menempel pada basa kedua kodon 315 akibatnya tidak akan terjadi amplifikasi nukleotida sepanjang 0,29kb (Mokrousov et al., 2002). Apabila tidak terjadi mutasi maka akan ada amplifikasi nukleotida sepanjang 0,43kb dan 0,29kb. Hasil PCR multiplek dapat dilihat dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. 1,4kb 0,51kb 0,39kb 0,21kb 0,43kb 0,29kb 0,07kb Gambar IV.1 Elektroforesis Gel Agarosa Hasil PCR Multiplek. Gen katg315 enam isolat (L10, L4, L18,L19,R2,L7), kontrol (+): isolat galur normal H37Rv, kontrol (-): air. Enam isolat dan kontrol (+) memberikan dua pita pada 0,43kb dan 0,29kb. Pita 0,29kb menunjukkan bahwa tidak ada mutasi pada gen katg kodon 315. Gambar IV.1 menunjukkan hasil PCR multiplek enam isolat yang tidak termutasi pada katg315. PCR multiplek isolat-isolat ini menguji ulang penelitian sebelumnya (komunikasi langsung dengan Noviana H., 2006). Berdasarkan pengujian

2 ini diketahui bahwa enam isolat yaitu L4, L7, L10, L18, L19 dan R2 tidak mengalami mutasi pada katg315. Fragmen DNA isolat-isolat tersebut diamplifikasi sepanjang 0,43kb, dan untuk mengkonfirmasi hasil PCR multiplek dilakukan penentuan urutan nukleotida dengan metode dideoksi Sanger. IV.2 Hasil Penentuan Urutan Nukleotida Penentuan urutan nukleotida dengan menggunakan metode dideoksi Sanger menghasilkan elektroforegram dan urutan nukleotida enam isolat (L4, L7, L10, L18, L19, R2) dibandingkan dengan galur normal H37Rv. Salah satu elektroforegram (isolat L18) ditunjukkan pada gambar 2. Hasil elektroforegram isolat lainnya dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah urutan nukleotida isolat L18 hasil sekuensing, sedangkan lima isolat lainnya dapat dilihat pada lampiran. Urutan nukleotida hasil sekuensing isolat L18: TTTTTAAGCC GGCGCTCGGA GTACGACTGC CTCCTTCGGA TTGGTCTTCG 50 GTCGCGAAAG CTGAATGGAA AGGCCCGCGT GCAAAAATCA GCCCCGTCTG 100 CAGGGGGTGT TCGTCCATCC GACCCCTATG CAGCTGGTGA TCGCGTCCTT 150 ACCGGTTCCG GTGCCATACG AGCTCTTCCA GCCCAAGCCC ATCTGCTCCA 200 GCGGAGCAGC CTCGGGTTCG GGGCCGACCA GATCGGCCGG GCCGGCGCCA 250 TGGGTCTTAC CGAAAGTGTG ACCGCCGACG ATCAGCGCCG CTGTTTCGAC 300 GTCGTTCATG GCCATGCGCC GAAACGTCTC GCGAATGTCG ACCGCCGCGG 350 CCATGGGGTC CGGGTTGCCG TTCGGCCCCT CCGGGTTCAC GTAGCATCAG 400 CCCCATCTGC AAA 413 IV.3 Analisa Homologi Analisa homologi menggunakan program Seqman DNA*star membandingkan enam isolat dengan galur normal M. tuberculosis H37Rv. IV.3.1 Analisa Homologi Isolat L10, L18, L19 Gen katg tiga isolat (L10, L18, L19), yang ditunjukkan hanya isolat L18, dibandingkan dengan gen katg galur alami H37Rv pada nukleotida dan

3 (ditunjukkan dengan tanda panah). Selain itu, dibandingkan juga dengan isolat L4 yang sifatnya tetapi tidak mengalami mutasi pada nukleotida dan ; dan dengan isolat L7 yang mengalami mutasi pada dua nukleotida tersebut. Hasil analisa homologi menunjukkan bahwa tiga isolat (L10, L18, L19) mengalami mutasi pada nukleotida, perubahan basa G menjadi T. Gambar IV.2 Elektroforegram Hasil Penentuan Urutan Nukleotida. Menggunakan metode dideoksi Sanger isolat L18. Puncak warna hijau menunjukkan basa Adenin; merah: Timin; hitam: Guanin; biru: Sitosin. Menggunakan primer KR, jumlah nukleotida 413.

4 H37Rv Isolat L4, Isolat L18, Isolat L7, Gambar IV.3 Analisa Homologi Isolat L18. Isolat L18 mengalami mutasi pada nukleotida, C menjadi T, kodon 316, GGC menjadi TGC; dan tidak mengalami mutasi pada nukleotida, kodon 315 AGC menjadi ACC. Dibandingkan dengan H37Rv dan isolat R2 yang tidak mengalami mutasi di dua posisi tersebut. Pembandingan juga dilakukan dengan isolat L7 yang mengalami mutasi pada posisi dan. Garis oranye menunjukkan basa pada kodon 315, garis hijau menunjukkan basa pada kodon 316. tanda panah menunjukkan posisi nukleotida pada basa dan. Analisa homologi asam amino H37Rv dibandingkan dengan tiga isolat (L10, L18,L19): H37Rv: aag agc tcg tat ggc acc gga acc ggt aag gac gcg atc acc agc ggc atc gag gtc gta Lys Ser Ser Tyr Gly Thr Gly Thr Gly Lys Asp Ala Ile Thr Ser Gly Ile Glu Val Val K S S Y G T G T G K D A I T S G I E V V Isolat L10, L18, L19: aag agc tcg tat ggc acc gga acc ggt aag gac gcg atc acc agc tgc atc gag gtc gta Lys Ser Ser Tyr Gly Thr Gly Thr Gly Lys Asp Ala Ile Thr Ser Cys Ile Glu Val Val K S S Y G T G T G K D A I T S C I E V V

5 Analisis data tersebut menunjukkan bahwa nukleotida terletak pada kodon 316 basa pertama, GGC menjadi TGC, mengakibatkan asam amino glisin termutasi menjadi sistein. Tiga isolat ini semuanya tidak mengalami mutasi pada gen katg kodon 315. Penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa mutasi gen katg pada serin315threonin merupakan mutasi yang paling sering terjadi (Mokrousov et al., 2002). Mutasi pada kodon 315 mengakibatkan berkurangnya afinitas enzim katalase peroksidase terhadap INH (Wengenack et al., 1998) dan dapat mengubah ikatan hidrogen (Bertrand et al., 2004). Pengaruh mutasi pada kodon glisin316sistein terhadap pengikatan INH dalam enzim katalase peroksidase belum diketahui tetapi diperkirakan menjadi penyebab sifat resistensi tiga isolat (L10, L18, L19) terhadap INH. IV.3.2 Analisa Homologi Isolat R2 Analisa homologi isolat R2 dibandingkan dengan galur alami H37Rv dan isolat L4. Hasil penjajaran ketiga gen katg M. tuberculosis tersebut menunjukkan bahwa isolat R2 mengalami mutasi pada nukleotida 869, basa sitosin berubah menjadi timin. Setelah dianalisa, ternyata nukleotida 869 berada pada kodon 290, GCT menjadi GTT, dan perubahan basa tersebut mengakibatkan asam amino alanin berubah menjadi valin. Mutasi yang pernah dilaporkan adalah pada kodon 291, asam amino alanin menjadi prolin (Fang et al., 1998). Analisa homologinya dapat dilihat pada Gambar IV.4. Analisa homologi asam amino isolat R2 dibandingkan dengan asam amino galur normal H37Rv: H37RV: gcc gat ctg gtc ggc ccc gaa ccc gag gct gct ccg ctg gag cag atg ggc ttg ggc tgg Ala Asp Leu Val Gly Pro Glu Pro Glu Ala Ala Pro Leu Glu Gln Met Gly Leu GLy Trp A D L V G P E P E A A P L E Q M G L G W Isolat R2: gcc gat ctg gtc ggc ccc gaa ccc gag gtt gct ccg ctg gag cag atg ggc ttg ggc tgg Ala Asp Leu Val Gly Pro Glu Pro Glu Val Ala Pro Leu Glu Gln Met Gly Leu GLy Trp A D L V G P E P E V A P L E Q M G L G W

6 H37Rv 869 Isolat R2 869 Isolat L4 869 Gambar IV.4 Analisa Homologi Isolat R2. Isolat R2 termutasi pada nukleotida 869, C menjadi T, basa kedua kodon 290 GCT menjadi GTT. Isolat R2 tidak mengalami mutasi pada nukleotida, kodon 315 (garis oranye) dan nukleotida, kodon 316 (garis hijau). Dibandingkan dengan H37Rv dan isolat L4 yang. IV.3.3 Analisa Homologi Isolat L4 Isolat L4 dibandingkan dengan H37Rv dan isolat L10. Isolat L4 mengalami mutasi pada nukleotida 795, G menjadi A, yang terletak pada kodon 265, TTG menjadi TTA, tetapi tidak menyebabkan perubahan asam amino sehingga dapat dipastikan bahwa mutasi tersebut bukan penyebab sifat resistensi terhadap INH. Dengan demikian penyebab sifat resistensi INH isolat L4 belum diketahui.

7 H37Rv Isolat L4 Isolat L Gambar IV.5 Analisa Homologi Isolat L4. Isolat L4 mengalami mutasi pada nukleotida 795, basa G menjadi A kodon 265, CTG menjadi CTA tidak menyebabkan perubahan asam amino. Dibandingkan dengan H37RV dan isolat L10 yang. Isolat L4 tidak mengalami mutasi pada nukleotida dan. Analisa homologi asam amino isolat L4 dibandingkan dengan asam amino galur alami H37RV: H37RV: gaa aca gcg gcg ctg atc gtc ggc ggt cac act ttc ggt aag acc cat ggc gcc ggc ccg Glu Thr Ala Ala Leu Ile Val Gly Gly His Thr Phe Gly Lys Thr His Gly Ala Gly Pro E T A A L I V G G H T F G K T H G A G P

8 Isolat L4 : gaa aca gcg gcg cta atc gtc ggc ggt cac act ttc ggt aag acc cat ggc gcc ggc ccg Glu Thr Ala Ala Leu Ile Val Gly Gly His Thr Phe Gly Lys Thr His Gly Ala Gly Pro E T A A L I V G G H T F G K T H G A G P IV.3.4 Analisa Homologi Isolat L7 Analisa homologi isolat L7 menunjukkan bahwa gen katg nya mengalami mutasi pada nukleotida, basa G menjadi C; dan nukleotida basa G menjadi T. mutasi GC pada kodon 315 yang mengubah asam amino serin menjadi threonin telah dibuktikan menjadi penyebab sifat resistensi terhadap INH. Tetapi, hasil PCR multiplek menunjukkan terjadi amplifikasi pada 0,43kb dan 0,29kb. Hal ini bisa terjadi karena kondisi PCR multiplek sangat sensitif sehingga ada kesalahan berpasangan pada primer-dalam (Mokrousov et al., 2002). H37Rv Isolat L7 Gambar IV.6 Analisa Homologi Isolat L7. Isolat L7 mengalami mutasi pada nukleotida, G menjadi C, kodon 315, AGC menjadi ACC; dan nukleotida, G menjadi T, kodon 316 GGC menjadi TGC. Analisa homologi asam amino isolat L7 dengan galur alami H37Rv: H37Rv: aag agc tcg tat ggc acc gga acc ggt aag gac gcg atc acc agc ggc atc gag gtc gta Lys Ser Ser Tyr Gly Thr Gly Thr Gly Lys Asp Ala Ile Thr Ser Cys Ile Glu Val Val K S S Y G T G T G K D A I T S G I E V V Isolat L7: aag agc tcg tat ggc acc gga acc ggt aag gac gcg atc acc acc tgc atc gag gtc gta Lys Ser Ser Tyr Gly Thr Gly Thr Gly Lys Asp Ala Ile Thr Thr Cys Ile Glu Val Val K S S Y G T G T G K D A I T S G I E V V

9 Mutasi lainnya pada isolat L7 adalah pada nukleotida, mengubah basa G menjadi T, kodon 316 GGC menjadi TGC. Mutasi di posisi yang sama dengan tiga isolat lainnya. Diperkirakan mutasi pada kodon 316 ini menjadi salah satu penyebab sifat resistesi INH pada isolat L7, tetapi pengaruh pastinya belum diketahui. Mutasi lain yang sering terjadi adalah pada kodon Arg463Leu, tetapi mutasi ini telah dibuktikan tidak berhubungan dengan sifat resistensi terhadap INH (Shim et al., 1996). Beberapa mutasi yang telah dilaporkan adalah pada kodon Arg128Gln, Ala291Pro (Fang et al., 1998), dan Thr275Pro (Pym et al., 2002). His-108 yang merupakan salah satu residu pengikat INH telah dilaporkan termutasi pada isolat yang resisten INH, menjadi asam glutamate dan glutamine (Rouse et al., 1995; Rouse & Morris, 1995). Mutasi pada sisi aktif Asp-137 yang berperan penting dalam pengikatan INH belum pernah dilaporkan mengalami mutasi, tetapi mutasi yang terjadi adalah pada residuresidu di sekitarnya yaitu N138S, A139P, S140N, ataupun D142A (Zhang et al., 1992; Heym et al., 1995; Rouse et al., 1995; Cockerill et al., 1995; Musser et al., 1996). Mutan-mutan ini memberi pengaruh dengan cara mengubah konformasi lokal sehingga dapat mengganti orientasi gugus samping Asp-137 akibatnya tidak dapat mengikat INH (Jakopitsch et al., 2003). IV.4. Visualisasi Protein Katalase Peroksidase dengan Program Pymol Thomas Bertrand, et al., pada tahun 2004 telah mengkristalkan katalase peroksidase M. tuberculosis dan telah menentukan struktur tiga dimensi protein tersebut. Data struktur kristal ini dapat dilihat pada situs publik dengan nama 1SJ2. Posisi residu-residu yang mengalami mutasi pada gen katg dapat dilihat berdasarkan struktur 1SJ2 dengan menggunakan program Pymol. Gambar IV.7 menunjukkan posisi residu 316 dan 290 yang mengalami mutasi.

10 A B Gambar IV.7 Posisi Residu yang Mengalami Mutasi. Posisi residu glisin 316 yang mengalami mutasi menjadi sistein (gambar A) ditunjukkan dengan warna merah. Posisi residu alanin 290 yang mengalami mutasi menjadi valin (gambar B) ditunjukkan dengan label merah, alanin 290 berada dalam daerah loop (warna hijau). Visualisasi struktur ruang katalase peroksidase dengan program Pymol menunjukkan residu asam amino 316 berada dekat dengan sisi aktif pengikatan INH. Gambar IV.8 menunjukkan berubahnya permukaan residu 316 akibat mutasi glisin menjadi sistein. Glisin merupakan asam amino yang paling sederhana sedangkan sistein berukuran lebih besar dan dapat membentuk ikatan disulfida dengan sistein lainnya. Tetapi pengaruh mutasi glisin316sistein ini dalam sifat resistensi terhadap INH belum diketahui. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa mutasi pada residu 315 mengakibatkan sifat resistensi terhadap INH karena mengakibatkan berubahnya ikatan hidrogen antara heme dan serin315 (Bertrand et al., 2004; Yue et al., 2003). Tiga isolat ini tidak mengalami mutasi pada residu 315 sehingga mutasi pada residu 316 diduga kuat menjadi penyebab sifat resistensi.

11 A B Gambar IV.8 Visualisasi Perubahan Permukaan Residu 316. (A) merah: permukaan glisin 316, kuning: permukaan serin 315. (B) simulasi berubahnya glisin316 menjadi sistein, permukaan sistein 316 lebih luas ditunjukkan dengan warna merah muda, abu-abu, dan kuning tua. Kuning: permukaan serin 315. Residu 278 hingga 312 pada enzim katalase peroksidase M. tuberculosis berada dalam daerah loop, konformasi ini sama dalam dua struktur katalase peroksidase lainnya yaitu pada Haloarcula marismortui dan Burkholderia pseudomallei. Dalam katalase peroksidase Burkholderia pseudomallei, daerah loop ini diperkirakan menjadi sisi pengikatan substrat tempat INH berinteraksi dengan enzim (Carpena et al., 2003). Tetapi Bertrand et al., dan Pieratelli et al., menyatakan bahwa dalam katalase peroksidase M. tuberculosis, daerah loop tersebut bukan merupakan sisi pengikatan INH yang terpenting. Mutasi pada residu asam amino 290 berada relatif jauh dari sisi aktifnya dan pengaruhnya terhadap sifat resistensi INH belum diketahui.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi RNA Total RNA total sengon diisolasi dengan reagen Trizol dari jaringan xylem batang sengon yang tua (berumur 5-10 tahun) dan bibit sengon yang berumur 3-4 bulan.

Lebih terperinci

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: ELFIRA

Lebih terperinci

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI

Lebih terperinci

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen MUTASI GEN Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen Mutasi : Mutasi >< Perubahan Fisiologi Perubahan pada bahan genetik yang menyebabkan perubahan ekspresinya Terjadi perubahan pada tingkat metabolisme Perubahan

Lebih terperinci

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya Untuk menghasilkan bahan 3D saya ini, bahan yang telah saya gunakan adalah kertas berwarna, dawai, double tape, gabus dan pelekat. Bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah untuk dicari dan semestinya

Lebih terperinci

ANALISIS GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS HIGHLY PATHOGENIC AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT UNGGAS AIR

ANALISIS GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS HIGHLY PATHOGENIC AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT UNGGAS AIR ANALISIS GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS HIGHLY PATHOGENIC AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N ISOLAT UNGGAS AIR ABSTRACT Avian influenza viruses (AIV) subtype H5N isolated from waterfowls in West Java pose the

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S 4 (http://www.tools.neb.com/nebcutter2/htm). Analisis kesamaan, filogenetik, dan profil berdasarkan urutan nukleotida dan deduksi asam amino dengan Mt2 dari spesies lain menggunakan program MAFFT ver.6.0.

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ]

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ] 75 Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: 22--25.] Gambar 2. Struktur virus HIV-1 [Sumber: Henriksen 2003: 12.] 76 Keterangan: 5 LTR : daerah 5 Long Terminal Region gag : gen gag

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi RNA Total RNA total M. malabathricum telah berhasil diisolasi melalui modifikasi metode Chang et al. (1993). Modifikasi dilakukan pada larutan penyangga dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

Isolasi dan Karakterisasi Gen Penyandi Protein Permukaan VP28 White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798)

Isolasi dan Karakterisasi Gen Penyandi Protein Permukaan VP28 White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798) Isolasi dan Karakterisasi Gen Penyandi Protein Permukaan VP28 White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798) Asmi Citra Malina 1, Andi Aliah Hidayani 1 dan Andi Parenrengi

Lebih terperinci

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: SUHERMAN, Ph.D Perkembangbiakan Makhluk Hidup Aseksual ; keturunannya berkembang menjadi

Lebih terperinci

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 03 MATERI AN LATIHAN SBMTN TO LEVEL - XII SMA BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK Komponen terkecil penyusun makhluk hidup disebut sel. Setiap sel eukariotik memiliki nukleus yang mengandung kromosom. Setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi RNA total RNA total dari ujung akar G. max kultivar Slamet telah berhasil diisolasi. Kuantifikasi RNA total dengan spektrofotometer menunjukkan bahwa rendemen isolasi RNA total

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian sebelumnya diperoleh kerangka baca terbuka gen IFNα2b yang mengandung tiga mutasi dengan lokasi mutasi yang letaknya berjauhan, sehingga mutagenesis terarah

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh resistensi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) terhadap minimal dua jenis

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

Bagian-bagian kromosom

Bagian-bagian kromosom BAB3: SUBSTANSI GENETIKA KROMOSOM Bagian-bagian kromosom 1. kromatid. 2. senrtomer. 3. lengan pendek. 4. lengan panjang. SUBSTANSI GENETIKA Seluruh peristiwa kimia (metabolisme) diatur oleh suatu master

Lebih terperinci

V. GENETIKA MIKROORGANISME

V. GENETIKA MIKROORGANISME V. GENETIKA MIKROORGANISME Genetika merupakan suatu cabang ilmu yang membahas tentang sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme. Penelaahan genetika secara serius pertama kali dilakukan oleh Gregor

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA

STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA KO-161 STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA Richardo Ubyaan 1,*) Agnes E. Maryuni, 2) dan Alvian Sroyer 3) 1) Program Studi Kimia, FKIP, Universitas Cenderawasih, Jayapura,

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI The Central Dogma of Molecular biology Replikasi DNA: adalah proses penggandaan pita DNA dengan menggunakan DNA tetua sebagai cetakan; Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

TRANSLASI. Sintesis Protein

TRANSLASI. Sintesis Protein TRANSLASI Sintesis Protein TRANSLASI TRANSLASI : adalah proses penterjemahan informasi genetik yang ada pada mrna kedalam rantai polipeptida/protein Informasi genetik pada mrna berupa rangkaian basa atau

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

KROMOSOM, GEN, DAN DNA

KROMOSOM, GEN, DAN DNA KROMOSOM, GEN, DAN DNA Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara kromosom, gen, dan DNA Menjelaskan proses replikasi, transkripsi, dan translasi Membuat peta pikiran tentang kromosom,

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK 2.1 Klasifikasi Makhluk Hidup Sistem klasifikasi organisme memiliki dua pandangan besar yaitu sistem klasifikasi Fenetik dan Filogeni. Sistem klasifikasi

Lebih terperinci

Definisi Sintesis Protein

Definisi Sintesis Protein Definisi Sintesis Protein Manusia, hewan, dan tumbuhan sangat memerlukan protein sebagai unsur utama penyusun tubuhnya. Protein pada manusia dan hewan terdapat paling banyak pada membran sel, sitoplasma,

Lebih terperinci

STRUKTUR DNA DAN RNA

STRUKTUR DNA DAN RNA STRUKTUR DNA DAN RNA MATERIAL GENETIKA Informasi genetika dari organisme dibawa dalam bentuk molekul DNA yang pada beberapa makhluk / organisme dalam bentuk RNA yang kemudian akan dipindahkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept Substansi Genetik SMA Regina Pacis Jakarta By Ms. Evy Anggraeny Sept 2013 1 DNA/ADN Terdiri dari gula pentosa, basa nitrogen dan phosphat DNA Sept 2013 2 Macam Basa Dua macam basa Purin Adenine = A pada

Lebih terperinci

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN A. Latar Belakang A.1. Bahan Genetik II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN DNA: Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan bahan dasar genetik yang terbentuk dari tiga komponen yaitu: 1. Basa, yang merupakan bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit klasik dan hingga saat ini TB masih termasuk pembunuh terbesar diantara penyakit infeksi. Walaupun sudah banyak vaksin

Lebih terperinci

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 LATAR BELAKANG p53 wt

Lebih terperinci

MAKALAH PRASIDANG. Nama / NPM

MAKALAH PRASIDANG. Nama / NPM MAKALAH PRASIDANG Judul Pembimbing Nama / NPM : Identifikasi Mutasi pada Daerah DNA Polimerase dan HBsAg Virus Hepatitis B : 1. Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si., Apt. 2. Debbie S Retnoningrum, Ph.D. 3. Tina

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

BAHAN PENYUSUN GENETIK

BAHAN PENYUSUN GENETIK Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agribisnis Pertemuan Ke 4 BAHAN PENYUSUN GENETIK Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH BERDASARKAN 16S rrna

PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH BERDASARKAN 16S rrna PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH BERDASARKAN 16S rrna SKRIPSI SEPTHIA DWI SUKARTININGRUM DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Ekspresi gen

Pokok Bahasan: Ekspresi gen Pokok Bahasan: Ekspresi gen Sub Pokok Bahasan : 3.1. Regulasi Ekspresi 3.2. Sintesis Protein 3.1. Regulasi ekspresi Pengaruh suatu gen dapat diamati secara visual misalnya pada anggur dengan warna buah

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon 4. PEMBAHASAN Daun yakon yang digunakan untuk pengobatan dan telah beredar dipasaran, umumnya dijual dalam bentuk kering. Untuk mengetahui aplikasi dari daun yakon dalam bidang makanan, maka dilakukan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai dengan bulan Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak Bagian Pemuliaan dan Genetika

Lebih terperinci

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Pustaka: Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, Molecular Biotechnology: Principles and Applications of Recombinant DNA, ASM Press, Washington DC, hal. 23-46

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

* ABSTRAK

*  ABSTRAK AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI PADA FRAGMEN 0,5 KB GEN rpob ISOLAT 134 Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANT DENGAN METODE NESTED POLYMERASE CHAIN REACTION Made Dharmesti Wijaya 1) *, I Nengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

KAJIAN MOLEKULER LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL (Tursiops sp.) ASAL LAUT JAWA BERDASAR URUTAN GEN CYTOCHROME C OXIDASE SUB-UNIT II (COX II)

KAJIAN MOLEKULER LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL (Tursiops sp.) ASAL LAUT JAWA BERDASAR URUTAN GEN CYTOCHROME C OXIDASE SUB-UNIT II (COX II) Jurnal Kedokteran Hewan P-ISSN : 1978-225X; E-ISSN : 2502-5600 Rini Widayanti dan Yuda Heru Fibrianto KAJIAN MOLEKULER LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL (Tursiops sp.) ASAL LAUT JAWA BERDASAR URUTAN GEN CYTOCHROME

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Pseudomonas sp. AZM-1 mikroba pelarut fosfat Mikroba yang membawa gen pelarut fosfat adalah Pseudomonas sp. AZM-1. Peremajaan kembali mikroba hasil isolasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10 Pratiwi, M. A. 1), Ratnayani, K. 2, 3), Yowani, S.C. 1) Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Phylogenetic Tree dari Empat Isolat Edwardsiella Tarda di Indonesia

Phylogenetic Tree dari Empat Isolat Edwardsiella Tarda di Indonesia Biota Vol. 16 (2): 348 353, Juni 2011 ISSN 0853-8670 Phylogenetic Tree dari Empat Isolat Edwardsiella Tarda di Indonesia Phylogenetic Tree from Four Isolates of Edwardsiella tarda in Indonesia Siti Narwiyani

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

Analisis Sekuen Gen Tubulin-β Isotipe 1 Cacing Haemonchus contortus Isolat Resisten terhadap Benzimidazole pada Domba di Indonesia

Analisis Sekuen Gen Tubulin-β Isotipe 1 Cacing Haemonchus contortus Isolat Resisten terhadap Benzimidazole pada Domba di Indonesia Jurnal AgroBiogen 4(2):45-50 Analisis Sekuen Gen Tubulin-β Isotipe 1 Cacing Haemonchus contortus Isolat Resisten terhadap Benzimidazole pada Domba di Indonesia Dyah Haryuningtyas 1 dan Wayan T. Artama

Lebih terperinci

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah Indikator 30 1. Fase-fase sintesis protein: 1) RNAd meninggalkan inti menuju ribosom 2) RNAt mengikat asam amino yang sesuai 3) RNAd dibentuk di dalam inti oleh DNA 4) Asam amino berderet sesuai dengan

Lebih terperinci

VARIASI GEN CYT B MITOKONDRIA PADA IKAN BELIDA EVI ALFIAH TAUKHID G

VARIASI GEN CYT B MITOKONDRIA PADA IKAN BELIDA EVI ALFIAH TAUKHID G VARIASI GEN CYT B MITOKONDRIA PADA IKAN BELIDA EVI ALFIAH TAUKHID G34062381 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii VARIASI GEN CYT B MITOKONDRIA

Lebih terperinci

PROTEIN. Sulistyani, M.Si

PROTEIN. Sulistyani, M.Si PROTEIN Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id KONSEP DASAR Kata protein berasal dari kata Yunani, proteios yang berarti pertama. Dalam kehidupan sehari-hari, protein terdapat dalam telur, kacangkacangan,

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GEN SITRAT SINTASE BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DARI FILOSFER Hevea brasiliensis Muell. Arg.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GEN SITRAT SINTASE BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DARI FILOSFER Hevea brasiliensis Muell. Arg. Jurnal Penelitian Karet, 2013, 31 (2) : 127-138 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2013, 31 (2) : 127-138 ISLASI DAN KARAKTERISASI GEN SITRAT SINTASE BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DARI FILSFER Hevea brasiliensis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae

ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae ABSTRAK Salah satu komponen terminasi translasi di ragi Saccharomyces

Lebih terperinci

ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN Rv 1980c PENGKODE PROTEIN MPT 64 Mycobacterium tuberculosissebagai ANTIGEN UNTUK IMMUNODIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN

ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN Rv 1980c PENGKODE PROTEIN MPT 64 Mycobacterium tuberculosissebagai ANTIGEN UNTUK IMMUNODIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN Rv 1980c PENGKODE PROTEIN MPT 64 Mycobacterium tuberculosissebagai ANTIGEN UNTUK IMMUNODIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN Clara Imaniar 1, Rosana Agus 2, Muhammad Nasrum Massi 3,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda, yaitu: Dusun Sidomukti, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada ketinggian 1200-1400

Lebih terperinci

Identifikasi Type Human Papillomavirus (HPV) pada Penderita Kanker Serviks

Identifikasi Type Human Papillomavirus (HPV) pada Penderita Kanker Serviks Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(1), 54-63 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Protein

Struktur dan Fungsi Protein Struktur dan Fungsi Protein Protein merupakan makromolekul yang sangat serbaguna pada makluk hidup dan melakukan fungsi yang sangat vital dalam seluruh sistem biologis Proteins disusun oleh 20 jenis asam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan mulai bulan Juni 2008 sampai Januari 2009. Pengambilan sampel DOC dilakukan di gudang keberangkatan domestik dan kedatangan international

Lebih terperinci

KAJIAN DOCKING 3-[(ASETILOKSI)METIL]-7-[(4-HIDROKSI-3- METOKSIFENIL)METILIDIN]AMINO]-8-OKSO-5-THIA- 1-AZABISIKLO[4.2

KAJIAN DOCKING 3-[(ASETILOKSI)METIL]-7-[(4-HIDROKSI-3- METOKSIFENIL)METILIDIN]AMINO]-8-OKSO-5-THIA- 1-AZABISIKLO[4.2 KAJIAN DOCKING 3-[(ASETILOKSI)METIL]-7-[(4-HIDROKSI-3- METOKSIFENIL)METILIDIN]AMINO]-8-OKSO-5-THIA- 1-AZABISIKLO[4.2.0]OCT-2-ENE-ASAM KARBOKSILAT MENGGUNAKAN DOCK6 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

KLONING GEN PENYANDI SUKROSA SINTASE DARI TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) HARTATI G

KLONING GEN PENYANDI SUKROSA SINTASE DARI TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) HARTATI G KLONING GEN PENYANDI SUKROSA SINTASE DARI TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) HARTATI G451030041 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 Kloning Gen Penyandi Sukrosa Sintase Dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan identifikasi penyebab penyakit umbi bercabang pada wortel dilakukan di Laboratorium Nematologi dan Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 19 Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Preparasi Sampel Pembuatan Gaplek Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi Penentuan Kadar Protein Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Metode Biuret Identifikasi Asam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Posisi Geografis dan Administratif Lokasi Penelitian Kondisi Perairan Lokasi Pengambilan Sampel

Posisi Geografis dan Administratif Lokasi Penelitian Kondisi Perairan Lokasi Pengambilan Sampel HASIL Posisi Geografis dan Administratif Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada empat stasiun yaitu: Desa Mandiangin Tebet (Mandiangin), Desa Sungai Bengkal (S. Bengkal), Desa Pelayangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

MUTASI. Tujuan Pembelajaran

MUTASI. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2006/2013 xxx Kelas XII biologi MUTASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan jenis-jenis mutasi. 2. Memahami

Lebih terperinci

Riandini Aisyah 1, Widya Asmara 2, Tri Wibawa 3

Riandini Aisyah 1, Widya Asmara 2, Tri Wibawa 3 Analisis Molekuler Gen Polymerase Basic 2 (PB 2) Virus Avian Influenza H5N1 yang Diisolasi dari Unggas Asal Purworejo, Jawa Tengah dan Bantul, Yogyakarta Riandini Aisyah 1, Widya Asmara 2, Tri Wibawa 3

Lebih terperinci

Soal Biologi Tipe HOTS

Soal Biologi Tipe HOTS 1. Alfa Zulkarnain (05) 2. Ali Arifin (06) Soal Biologi Tipe HOTS 1. Perkecambahan tipe Hipogeal merupakan tipe perkecambahan yang ditandai drngan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah,

Lebih terperinci

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014 PTEI DEFIISI Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomermonomer asam amino

Lebih terperinci

Asam amino dan Protein

Asam amino dan Protein Asam amino dan Protein Protein berasal dari kata Yunani Proteios yang artinya pertama. Protein adalah poliamida dan hidrolisis protein menghasilkan asam- asam amino. ' suatu protein 2, + kalor 22 + 22

Lebih terperinci

menggunakan program MEGA versi

menggunakan program MEGA versi DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah pusat dan pemerintah daerah selain berkewajiban menjamin keamanan produk obat dan makanan, saat ini juga mulai berupaya untuk menjamin kehalalan produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Hasil pengujian kualitas

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER inha PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu. Bakteri Uji. Bahan dan Media

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu. Bakteri Uji. Bahan dan Media 39 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Patogen dan Bioteknologi Pangan (Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology) SEAFAST Center, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pengertian dan ruang lingkup Ilmu Biologi Sel Molekular dalam kaitannya dengan ilmu kefarmasian dan kesehatan

PENDAHULUAN. Pengertian dan ruang lingkup Ilmu Biologi Sel Molekular dalam kaitannya dengan ilmu kefarmasian dan kesehatan PENDAHULUAN Pengertian dan ruang lingkup Ilmu Biologi Sel Molekular dalam kaitannya dengan ilmu kefarmasian dan kesehatan GABUNGAN BERBAGAI CABANG ILMU PHYSIOLOGY DEVELOPMENTAL BIOLOGY GENETICS MOLECULAR

Lebih terperinci

Replikasi Gen Ekspresi genetik

Replikasi Gen Ekspresi genetik SEJARAH PENEMUAN BAHAN GENETIK Replikasi Gen Ekspresi genetik Pertemuan ke 4 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan Mendel 1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpengaruh langsung pada diversifikasi produk pangan menyebabkan beranekaragamnya

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci

DESAIN DNA PROBE SECARA IN SILICO SEBAGAI. PENDETEKSI DAERAH RRDR GEN rpob. Mycobacterium tuberculosis UNTUK METODE REAL-

DESAIN DNA PROBE SECARA IN SILICO SEBAGAI. PENDETEKSI DAERAH RRDR GEN rpob. Mycobacterium tuberculosis UNTUK METODE REAL- DESAIN DNA PROBE SECARA IN SILICO SEBAGAI PENDETEKSI DAERAH RRDR GEN rpob Mycobacterium tuberculosis UNTUK METODE REAL- TIME POLYMERASE CHAIN REACTION Skripsi DEK PUETERI DEWI SURYANI 1208505085 JURUSAN

Lebih terperinci