VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1"

Transkripsi

1 VALUASI LINGKUNGAN A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Di dalam konsep ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan sumber daya alam dan lingkungan (economic value of ecosystem services) dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan terhadap human welfare. Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan fungsi sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual assessment terhadap dirinya sendiri. Berbeda dari konsep ekonomi, dari sisi ekologi misalnya, nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat produksi berbagai spesies ikan tertentu, ataupun fungsi ekologis lainnya. Demikian juga dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa saja sebagai pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan dalam memahami pentingnya suatu ekosistem. Oleh karenanya diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut adalah Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

2 dengan memberikan price tag (harga) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya dan lingkungan. Dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut sebagai nilai ekonomi dari sumberdaya alam. Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistim bisa di terjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa. Sebagai contoh jika ekosistim pantai mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali ke aslinya atau mendekati aslinya. Memang benar diakui bahwa ada pula kelemahan dalam pengukuran keinginan membayar ini. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dapat diukur nilainya karena diperdagangkan, sebagian lagi seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, keaslian alam tidak diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya karena masyarakat tidak membayarnya secara langsung. Selain itu, karena masyarakat tidak familiar dengan cara pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit diketahui. Walaupun demikian, dalam pengukuran nilai sumberdaya alam tidak selalu bahwa nilai tersebut harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Yang diperlukan disini adalah pengukuran seberapa besar keinginan kemampuan membayar (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumberdaya. Sebaliknya bisa pula kita ukur dari sisi lain yakni seberapa besar masyarakat harus diberikan kompensasi untuk menerima pengorbanan atas hilangnya barang dan jasa dari sumberdaya dan lingkungan. Penggunaan secara legal maupun administratif paradigma ekonomi yang berfokus pada nilai pasar sebagai standard kompensasi pemerintah atas Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 2

3 private property. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya 2 kesalahan dari paradigma pasar yang terjadi, yaitu kesalahan dalam asumsi market yang bersifat perfectly competitive dan perfectly mobile agents (masyarakat yang dapat dengan mudah berpindah). Tendensi menggunakan nilai dengan harga pasar tampaknya sudah sangat meluas tidak hanya dikalangan masyarakat tetapi juga dikalangan para ahli ekonomi. Hal ini tidak mengherankan karena memang menggunakan harga pasar adalah instrumen yang termudah dan menarik untuk menghitung nilai. Jika seseorang ingin menilai sesuatu, apakah itu untuk kepentingan legal, administrasi atau lainnya, tentu saja akan menjadi sederhana, jika nilai adalah sesuatu yang objektif dan robust, sesuatu yang tidak hipotetikal atau spekulatif, sesuatu yang tidak memerlukan banyak asumsi dan sesuatu yang tidak memerlukan teknik prosedur pengukuran yang kompleks, yang dapat menjadi sumber dari ketidakpastian. Sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) patut mendapatkan perhatian dan pemberian label value yang tepat dan dengan dua alasan : pertama adalah SDAL menyediakan manfaat tidak langsung dalam batasan yang luas, kedua aktivitas manusia telah menyumbangkan, dan masih menyumbangkan laju hilangnya biodiversity yang akan mengancam stabilitas dan keberlanjutan dari ekosistem sebagaimana juga penyediaan barang dan jasa yang dihasilkannya bagi kesejahteraan manusia itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan semakin banyaknya studi mengenai rusak, hilang atau berkurangnya baik kualitas maupun kuantitas sumber daya alam dan lingkungan dan kaitannya dengan besaran kerugian secara moneter atas hal tersebut. Values/Nilai sumberdaya alam pada setiap pemanfaatan akan sangat tergantung pada kondisi dan distribusi dari property right dan tingkat kesejahteraan/ income masyarakatnya. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 3

4 B. Konsep Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Valuasi ekonomi terhadap manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan bagi pengambilan kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas. Dalam valuasi ekonomi sumberber daya alam dan lingkungan, manfaat dan dampak faktor yang perlu diperhatikan adalah determinasi manfaat dan dampak fisik dan valuasinya dalam aspek moneter. Penilaian manfaat dan dampak secara moneter harus berdasarkan pada penilaian yang tepat akan manfaat dan dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak yang ditimbulkan mengakibatkan perubahan produktivitas maupun perubahan kualitas lingkungan. Para ahli ekonomi telah mengembangkan metode valuasi untuk mengukur nilai dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan. Nilai barang dan jasa lingkungan dapat dikategorikan menjadi (i) nilai yang digunakan (use value) dan (ii) nilai yang tidak digunakan/nilai yang terkandung di dalamnya/nilai intrinsik (non-use value). Option value didasarkan pada penilaian berapa besar kesediaan seseorang individu untuk membayar WTP (willingness to pay) dan atau berapa besar seseorang bersedia menerima ganti rugi WTA (willingness to accept) dari suatu pilihan melindungi lingkungan. Nilai intrinsik tidak diperoleh dari komoditi tersebut, tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan komoditas lain, misalnya komoditi yang terkait dengan alam dan lingkungan. Nilai yang diminta (bequest value) didasarkan pada pemahaman individu akan manfaat suatu sumberdaya di masa depan. Sedangkan nilai eksistensi (existence value) didasarkan pada pemahaman akan keberadaan/eksistensi sumberdaya tersebut. Sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan faktor-faktor alam. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam pada hakekatnya melakukan perubahan-perubahan di dalam ekosistem, Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 4

5 sehingga perencanaan penggunaan sumberdaya alam dalam rangka proses pembangunan tidak dapat ditinjau secara terpisah, melainkan senantiasa dilakukan dalam hubungannya dengan ekosistem yang mendukungnya. Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat lain, misalnya manfaat keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya manfaat dari sumberdaya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai. Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai tinggi apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu yang memiliki gen tersebut. Dalam pandangan ecological economics, nilai (value) tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu tetapi juga terkait dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai nonpasar (non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut panduan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan (KNLH, 2007) adalah pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumberdaya alam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud adalah Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 5

6 nilai ekonomi total (total net value), nilai pemulihan kerusakan/pencemaran serta pencegahan pencemaran/kerusakan. Bermacam-macam teknik yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi konsep nilai. Namun konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan untuk membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Menurut Suparmoko dan Maria (2000), nilai sumberdaya alam dibedakan atas nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) dan nilai tanpa penggunaan secara intrinsik melekat dalam aset sumberdaya alam (intrinsic value). Selanjutnya berdasarkan atas penggunaannya, nilai ekonomi suatu sumberdaya dapat dikelompokkan ke dalam nilai atas dasar penggunaan (use values) dan nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai intrinsik (non use values). Nilai penggunaan ada yang bersifat langsung (direct use values) dan nilai penggunaan tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan (option values). Sementara itu nilai penggunaan tidak langsung (non use values) dapat dibedakan atas nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values). Nilai ekonomi total atau total economic value (TEV) diperoleh dari penjumlahan nilai atas dasar penggunaan dan nilai atas dasar penggunaan tidak. C. Manfaat Valuasi Ekonomi Lingkungan Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat penting dalam kebijakan pembangunan. Menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi, sebab kemampuan sumberdaya alam tersebut menyediakan barang dan jasa juga semakin berkurang, utamanya pada beberapa kasus sumberdaya alam yang tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible). Valuasi ekonomi diperlukan dalam memutuskan pilihan kebijakan pembangunan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, kuantifikasi manfaat (benefit) dan kerugian (cost) harus Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 6

7 dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan (fairness). Melihat manfaat valuasi ekonomi yang begitu penting dalam memutuskan pilihan kebijakan, maka yang perlu diketahui adalah hasil dari studi valuasi ekonomi sumberdaya alam umumnya tidak bersifat definitf dan tidak dapat ditransfer pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Artinya, hasil valuasi ekonomi sumberdaya lahan umumnya bersifat spesifik lokasi, karena umumnya didasarkan pada persepsi kelompok tertentu pada suatu tempat dan waktu tertentu, dan tidak valid secara universal. Oleh karena itu, sebelum melakukan valuasi ekonomi perlu diketahui tujuan dari kegiatan valuasi ekonomi tersebut dan kepada siapa hasilnya akan diperuntukkan. Jika tujuan valuasi ekonomi adalah untuk meyakinkan pengguna lahan (misalnya petani) akan pentingnya melaksanakan teknik konservasi tanah dan air pada lahan yang dimanfaatkan, maka valuasi ekonomi sebaiknya difokuskan pada konsekuensi langsung pada penggunaan lahan. Misalnya keuntungan ekonomi dan dampaknya pada erosi, runoff, penurunan kesuburan tanah. Sebaliknya jika valuasi ekonomi ditujukan untuk stakeholders yang lebih luas (misalnya pemerintah), maka valuasi ekonomi sumberdaya lahan harus dilakukan secara konprehensif dengan melibatkan variabel penelitian yang lebih besar, sehingga analisis datanya menjadi kompleks. D. Pendekatan Valuasi Ekonomi Lingkungan Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan perhitungan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Satuan moneter sebagai patokan pengukuran untuk semua hal merupakan ukuran kepuasan untuk suatu tindakan pengambilan keputusan. Tidak adanya pasar untuk produk lingkungan tertentu tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang atau jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat harus menggunakan satuan moneter. Tidak adanya pasar untuk produk tersebut membuat proses valuasi ekonomi menjadi sulit sehingga harus menggunakan berbagai teknik valuasi. Teknik dan cara yang Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 7

8 beragam memerlukan pendekatan yang jelas agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting). Alasan pertama berkaitan dengan masalah kelangkaan sumberdaya alam. Masalah kelangkaan suatu sumberdaya alam atau jenis species tertentu akibat pembangunan akan memperoleh nilai moneter yang rendah. Alasan kedua dapat diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan seseorang untuk membayar bagi kepentingan perbaikan lingkungan. Perhitungan ini secara langsung menggambarkan fakta tentang preferensi lingkungan dari seseorang atau masyarakat. Demikian pula pada seseorang atau masyarakat yang merasa kehilangan manfaat lingkungan, yaitu keinginan untuk menerima kompensasi kerugian yang dialami. Selanjutnya alasan ketiga berkaitan dengan aspek decision making dalam pemanfaatan SDA dan lingkungan, dimana satuan moneter dapat digunakan sebagai salah satu indikator pengambilan keputusan. Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan secara umum dikelompokkan atas dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi permintaan (demand approach) dan pendekatan tidak menggunakan fungsi permintaan (non-demand approach). Pendekatan fungsi permintaan menggunakan empat metode, yaitu metode dampak produksi, metode respon dosis, metode pengeluaran preventif dan metode biaya pengganti. Sedangkan pendekatan selain fungsi permintaan juga menggunakan empat metode, yaitu metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode biaya properti dan metode biaya pengobatan. Adapun secara umum pengelompokkan atas dua pendekatan yaitu : 1. Pendekatan fungsi permintaan, menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode dampak produksi. Metode ini menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani yang merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 8

9 b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap kegiatan ekonomi atau kepuasan konsumen, misalnya tingkat pencemaran air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air, menurunkan manfaat kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia dan sebagainya. Penurunan tingkat produksi dapat dihitung menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan (shadow price). c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau dataran tinggi. d. Metode biaya pengganti. Valuasi ekonomi dengan metode ini berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau dilaksanakan. 2. Pendekatan selain fungsi permintaan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode valuasi kontingensi. Metode ini menentukan preferensi konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar WTP (willingnes to pay) yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan melakukan survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA (willingnes to accept) digunakan untuk mengetahui seberapa besar Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 9

10 petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan lahan sawahnya. Metode valuasi kontingensi dengan metode survei WTP dan WTA telah banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan Mungatana, 1994; Rolfe et al, 2000; Othman, 2002) b. Metode biaya perjalanan. Metode ini mengestimasi kurva permintaan barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan lingkungan, termasuk eksternalitas lahan pertanian. c. Metode nilai properti. Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbdaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Selisih harga merupakan harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al. (2006) menyebut metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga kualitas lingkungan berdasarkan kesanggupan seseorang untuk membayar WTP (willingnes to pay) lahan atau komoditas lingkungan tersebut. d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas lingkungan yang menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung secara langsung dan tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk pengeluaran biaya perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang menderita sakit. Secara umum terdapat dua pendekatan teknik valuasi ekonomi, yaitu pendekatan langsung (direct) dan pendekatan tidak langsung (indirect). Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 10

11 Pendekatan langsung yaitu menurunkan preferensi secara langsung dengan cara survei dan teknik-teknik percobaan (experimental tecniques). Masyarakat ditanya secara langsung tentang kekuatan preferensi mereka. Tabel 2.1 Beberapa Metode Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perilaku Masyarakat Pasar Konvensional Pendekatan Pasar Pasar Pengganti Berdasarkan Perilaku Aktual Berdasarkan Perilaku Potensial Perubahan produktivitas Kehilangan pendapatan Pengeluaran preventif Biaya pengganti Proyek bayangan Travel cost method Perbedaan upah (risk estimation) Nilai lahan & properti Metode perilaku pengeluaran Contingent Valuation Sebaliknya pendekatan tidak langsung, yaitu teknik-teknik yang menurunkan preferensi dari fakta atau informasi berdasarkan pasar yang diamati. Metode penilaian terhadap penggunaan sumberdaya lahan telah dipraktekkan pada berbagai negara. Metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam pendekatan: 1. Pendekatan nilai pasar, menggunakan tiga macam metoda, yaitu: a. Metode perubahan produktivitas berangkat dari pemikiran bahwa pemanfaatan sumberdaya mempengaruhi produksi dan produktivitas. Perubahan produksi yang dihasilkan tentu akan mengubah perilaku pemanfaatannya, sehingga akan mengubah nilai dari sumberdaya tersebut. Menurut Grigalunas dan Congan (1995), pendekatan produktivitas sangat berguna apabila produk finalnya memiliki harga pasar dan informasi tentang aliran barang dan jasa cukup tersedia. b. Metode kehilangan pendapatan. Pendapatan yang hilang dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung akibat berkurangnya mutu Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 11

12 lingkungan, seperti memburuknya kesehatan, pemandangan yang hilang, berkurangnya kesuburan tanaman. Untuk menilai hal tersebut digunakan pendekatan kesediaan membayar (willingnes to pay) untuk mencapai kondisi yang lebih baik. metode yang secara langsung didasarkan pada pendekatan nilai pasar. c. Metode pengeluaran preventif adalah biaya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya dampak lingkungan yang merugikan. Kerusakan lingkungan dinilai berdasarkan atas prinsip biaya dan manfaat, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi suatu lingkungan adalah sekurang-kurangnya sama dengan biaya yang diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan. 2. Pendekatan nilai pasar barang pengganti, terdiri atas empat metode, yaitu: a. Metode harga properti, estimasi nilai ekonomi udara bersih dengan menghubungkan antara harga rumah dengan kualitas udara. b. Metode perbedaan upah (risk estimation); upah/gaji merupakan faktor determinan dari resiko kecelakaan. c. Travel Cost Metod; survei secara detail terhadap perjalanan kemudian dihitung jumlah biaya perjalanannya. d. Metode perilaku pengeluaran; survei pengeluaran rumahtangga terhadap masalah lingkungan. 3. Pendekatan Contingent Valuation (CV), metode valuasi berdasarkan preferensi adalah untuk mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. CV juga merupakan suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang (willingnes to pay) dan seberapa besar nilai yang diinginkan untuk melepas suatu barang (willingnes to accept). Pendekatan CV dilakukan untuk mengukur preferensi masyarakat dengan melakukan wawancara (Barton, 1994). Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 12

13 CONTINGENT VALUATION METHOD (METODE VALUASI KONTINGENSI) A. Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Method, CVM) CVM (Contingent Valuation Method) merupakan metode penilaian lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian ini umumnya mengukur WTP atau WTA seseorang yang berkeinginan membayar atau menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan. Penilaian atas lingkungan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni eksistensi, pilihan, dan nilai perkiraan. Nilai eksistensi merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifik atau keindahan sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam tersebut. Nilai perkiraan merupakan nilai di mana masyarakat ikut serta dalam memelihara lingkungan. CVM (Contingent Valuation Method) akan menanyakan berapa keinginan masyarakat untuk membayar dalam keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk mencegah kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka tidak pasti apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut lagi atau tidak. B. Tahap-Tahap Studi CVM (Contingent Valuation Method) Secara umum implementasi CVM dapat dipandang menjadi enam tahap pekerjaan, yaitu : 1. Tahap Satu : Pembangunan Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 13

14 memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar. 2. Tahap Dua : Penentuan Besarnya Penawaran Begitu kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung (tatap muka) dengan responden, melalui telepon, atau melalui . Wawancara melalui telepon sebaiknya merupakan alternatif terakhir karena penyampaian informasi benda lingkungan melalui telepon dinilai agak sulit, terutama karena keterbatasan waktu. Survai melalui surat sering digunakan, tetapi seringkali mengalami bias dari jawaban yang diterima. Wawancara dengan menggunakan petugas yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang memadai, tetapi perlu juga diwaspasdai bias yang mungkin terdapat pada petugas yang melaksanakan wawancara. Didalam kuisioner, setiap individu ditanya mengenai nilai uang yang bersedia dibayarkan (nilai WTP). Untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai melalui cara-cara sebagai berikut : a. Bidding game : Nilai tawaran mulai dari nilai terkecil diberikan kepada responden hingga mencapai nilai WTP (willingnes to pay) maksimum yang bersedia dibayarkan responden; b. Closed-ended referendum : Sebuah nilai tawaran tunggal diberikan kepada responden, baik untuk responden yang setuju ataupun yang tidak setuju dengan nilai tersebut (jawaban ya atau tidak); c. Payment Card (kartu pembayaran) : Suatu kisaran nilai disajikan pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap jasa publik yang diberikan; d. Open-ended question (pertanyaan terbuka). Setiap responden ditanya maksimum WTP (willingnes to pay) yang bersedia dibayarkan dengan tidak adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun dengan cara ini responden sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 14

15 yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki pengalaman mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan. 3. Tahap Tiga : Pendugaan Besarnya Nilai WTP Setelah nilai tawaran WTP (willingnes to pay) didapatkan maka segera rata-rata nilai WTP dihitung. Ukuran pemusatan yang digunakan adalah nilai tengah dan/atau median. Nilai median tidak dipengaruhi oleh nilai tawaran ekstrim, namun hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai tengah. Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendidikan (PD), Jumlah Anggota Keluarga (AK), tingkat pendapatan keluarga (Y), Pengeluaran rata-rata keluarga (PE), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas air (Q). 4. Tahap Empat : Perkiraan Rataan dan Nilai Tengah WTP Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 5. Tahap Lima : Penjumlahan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 15

16 b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting. 6. Tahap Enam : Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki protest bid yang terlalu tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan. Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang dihasilkan pada studi yang lain. C. Kelebihan CVM (Contingent Valuation Method) Salah satu kelebihan CVM (Contingent Valuation Method) atas teknik valuasi yang lain adalah kapasitas CVM (Contingent Valuation Method) yang dapat menduga nilai bukan manfaat (non-use value). Responden juga dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 16

17 pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara. Hal ini memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non pengguna secara terpisah. Hal-hal yang harus diperhatikan agar studi CVM (Contingent Valuation Method) dapat berjalan dengan baik : 1. Pasar hipotetis yang dibangun harus kredibel dan realistis. 2. Jenis pembayaran atau ukuran kesejahteraan yang digunakan jangan sampai menimbulkan kontroversi dan harus bersifat netral. 3. Responden harus diberikan informasi yang memadai perihal sumberdaya yang ditanyakan. 4. Idealnya, responden sudah familiar dengan sumberdaya (benda lingkungan) yang ditanyakan serta memiliki pengalaman mengenai nilai perdagangan benda lingkungan tersebut. 5. Jika memungkinkan, ukuran WTP (willingnes to pay) seharusnya dikemukakan karena responden sering mengalami kesulitan untuk menduga nilai uang suatu sumberdaya. 6. Sampel (responden) seharusnya memiliki ukuran cukup besar agar memiliki tingkat kepercayaan yang memadai. 7. Sebaiknya diketahui dengan pasti, apakah sampel terpilih memiliki karakteristik yang sama dengan seluruh anggota populasi, sehingga dapat diputuskan apakah perlu atau tidak melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. D. Kelemahan CVM (Contingent Valuation Method) Kelemahan yang harus diantisipasi dalam studi CVM (Contingent Valuation Method )adalah adanya bias. Studi CVM (Contingent Valuation Method ) dikatakan mengalami bias jika nilai WTP (willingnes to pay) yang dihasilkan dalam studi CVM (Contingent Valuation Method ) lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias ini dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu bias strategi (strategic bias), bias rancangan (design bias), bias mental account (mental account bias), dan kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error). Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 17

18 a. Bias Strategi Bias strategi terjadi karena latar belakang benda lingkungan yang bersifat non - excludability dalam pemanfaatannya, sehingga hal ini akan mendorong terciptanya responden yang bertindak sebagai free rider. Ada kemungkinan seorang responden mengatakan suatu nilai WTP yang relatif kecil untuk mendukung upaya peningkatan kualitas lingkungan (kesejahteraan) karena merasa bahwa dia dapat menggantungkan kegiatan peningkatan kualitas lingkungan tersebut kepada responden yang bersedia membayar dengan harga tinggi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata, atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell and Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi, yaitu : Menghilangkan seluruh pencilan (outlier) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat dijamin Menyembunyikan nilai tawaran responden lain Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran. b. Bias Rancangan (Design Bias) Rancangan studi CVM (Contingent Valuation Method) mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah : a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya jenis tawaran yang diberikan dalam bentuk tiket masuk tempat rekreasi akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk trust fund. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 18

19 jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau karena kebijakan tiket masuk merupakan kebijakan fiskal yang kurang populer di masyarakat. b) Bias Titik Awal (Starting Point Bias). Pada bidding games titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketergesagesaan responden ketika mengisi kuisioner atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan). c) Sifat informasi yang disampaikan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survai. Informasi yang memperbaiki pengetahuan responden mengenai karakteristik benda lingkungan yang dinilai dapat dipandang sebagai penyampaian informasi sebuah keputusan konsumsi. Sedangkan informasi yang dapat merubah preferensi responden dapat dipandang menciptakan sebuah bias. c. Bias Mental Account (Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiawaan Responden) Isu ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. Contoh terjadinya bias mental account dapat diilustrasikan sebagai berikut: katakanlah budget total yang dimiliki seorang individu untuk pelestarian spesies hewan sepenuhnya dibelanjakan pada pelestarian harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Namun individu tersebut Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 19

20 peduli juga pada pelestarian spesies hewan lain dan menyatakan bersedia pula mengeluarkan uangnya untuk kegiatan pelestarian spesies hewan lain tersebut, padahal seluruh anggaran untuk lingkungan yang dimilikinya sudah dihabiskan untuk pelestarian harimau sumatera. Pada kondisi ini telah terjadi bias mental account dan nilai WTP (willingnes to pay) yang dinyatakan individu lebih tinggi dari nilai sesungguhnya. d. Kesalahan Pasar Hipotetis (Hypothetical Market Error) Kesalahan pasar hipotetis terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden didalam pasar hipotetis membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP (willingnes to pay) yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. Dalam hal ini kesalahan pasar hipotetis akan mengarahkan kepada terjadinya suatu pernyataan nilai WTP yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai sesungguhnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena studi CVM (Contingent Valuation Method) tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetis yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetis bergantung pada : 1) Bagaimana pertanyaan. disampaikan ketika melaksanakan survai; 2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetis akan terjadi 3) Bagaimana format WTP (willingnes to pay) yang digunakan. E. Unsur-Unsur Yang Penting Dalam Kuesioner CV (Contingent Valuation) Instrumen survei CV (contingent valuation) mempunyai tiga bagian dasar, yakni : 1. Deskripsi hipotetis kondisi barang atau jasa yang ditawarkan disajikan kepada responden. Deskripsi ini menyajikan informasi yang cukup kepada responden agar mempertimbangkan secara hati-hati barang atau jasa yang ditawarkan atau diusulkan. Dalam wawancara perorangan, gambar dan diagram sering dipakai untuk menyampaikan informasi kepada responden. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 20

21 Pada umumnya, deskripsi barang atau jasa yang dinilai sebaiknya mencakup informasi sebagai berikut : a. Kapan jasa itu tersedia? b. Berapakah yang akan dibayar responden? c. Berapakah jumlah yang akan membayar? d. Lembaga-lembaga apa saja yang bertanggung jawab dalam memberikan jasa yang ditawarkan? e. Kualitas dan keandalan barang dan jasa yang ditawarkan. f. Pendesain survei memberikan responden dengan informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang layak dan tidak membebani responden dengan informasi berlebih yang akan membuat mereka bosan, terganggu dan bingung. 2. Responden ditanyakan satu atau lebih pertanyaan, yang berupa pertanyaanpertanyaan berapa banyak seorang individu akan membayar jasa itu (WTP), atau seberapa jauh ia akan menerima kompensasi untuk menanggung kerugian (WTA). Dalam studi contingent behaviour, responden ditanyakan bagaimana mereka merubah perilaku mereka akibat respon terhadap perubahan hipotetis dalam barang dan jasa. Responrespon mereka kemudian digunakan dalam model ekonometrik untuk menduga keinginan mereka dalam membayar perubahan yang digambarkan. Responden juga ditanyakan apakah mereka akan memberikan poll (suara) terhadap proposal yang dapat menyediakan barang publik pada harga yang ditentukan. 3. Instrumen survei CV biasanya mencakup serangkaian pertanyaan tentang karakteristik sosial ekonomi dan demografi responden serta keluarganya. Data-data ini diperoleh untuk mengkaitkan jawaban responden dengan pertanyaan-pertanyaan valuasi terhadap karakteristik lain dari responden. Informasi-informasi dikumpulkan berdasarkan pengetahuan responden, sikap (attitudes), dan praktek-praktek yang berhubungan dengan barang Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 21

22 atau jasa yang serupa atau berkaitan dengan apa yang ditawarkan dalam skenario pasar hipotetis. Rangkaian bagian-bagian dalam kuesioner tergantung pada lingkungan sosial dan budaya tertentu. F. Pengaruh Valuasi Ekonomi Dengan Contingent Valuation Method (CVM) Dalam meminimalisir Dampak Lingkungan Pendekatan valuasi ekonomi lingkungan dengan Contingent Valuation Method (CVM) adalah pendekatan yg tepat untuk memperkirakan kebersediaan membayar disebut metode Contingent Valuation didasarkan pada ide sederhana bahwa jika kita ingin mengetahui berapa nilai yang bersedia dikeluarkan oleh orang untuk mencapai kondisi lingkungan tertentu, kita dapat menanyakannya kepada mereka. Metode ini disebut contingent valuation karena metode ini mencoba mendorong orang untuk mengungkapkan apa yangakan mereka lakukan jika ditempatkan pada kondisi contingent tertentu. Kini telah berkembang berbagai cara valuasi ekonomi dampak lingkungan ditemukan dalam literatur ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Dalam hal ini terdapat jenis pendekatan penilaian ekonomis : 1. Impact analysis : nilai ekonomi dilihat dari dampak akibat adanya aktivitas tertentu. 2. Partial analysis : dengan menetapkan 2 atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem. 3. Total valuation : untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat. Nilai Ekonomi adalah penjumlahan WTP dari banyak individuwtp ini merefleksikan preferensi individu. Seperti dalam hal barang pasar swasta, fitur umum dari semua metode penilaian ekonomi barang dan jasalingkungan adalah bahwa mereka yang didirikan pada aksioma-aksioma teoridan prinsipprinsip ekonomi kesejahteraan. Ini langkah-langkah perubahankesejahteraan yang tercermin dalam rakyat kesediaan membayar (WTP) ataukesediaan Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 22

23 untuk menerima (WTA) kompensasi untuk perubahan tingkatpenggunaan barang tertentu atau jasa. Langkah Kegiatan Valuasi Ekonomi dampak lingkungan : 1. Pemilihan pendekatan nilai ekonomi yang sesuai dengan tujuan studi. 2. Mendefinisikan areal dari kegiatan amdal yang akan dianalisis, batas-batas khusus dari ekosistem dengan areal sekitarnya. 3. Mengidentifikasi segenap komponen, fungsi dan atribut dari ruang lingkup kegiatan amdal serta menyusunnya dalam tingkatanberdasarkan derajat kepentingannya. 4. Menyusun klasifikasi segenap fungsi dan manfaat kegiatan amdal kedalam berbagai tipe penggunaan ekosistem yang akan dimanfaatkan(use value and non-use value) 5. Mengidentifikasi informasi dan data yang diperlukan sekaligus metode pengumpulannya. 6. Menganalisis segenap informasi dan data yang sudah dikumpulkan dalam rangka kuantifikasi nilai ekonomi kegiatan amdal. 7. Mengimplementasikan metode penilaian yang tepat yaitu denganmenggunakan metode Cost Benefit Analysis. G. Contoh Penerapan Contingent Valuation Method 1. Masyarakat hilir menyadari bahwa terjadinya banjir yang secara rutin melanda wilayah mereka sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan di wilayah hulu. Untuk itu masyarakat ditanya tentang respon mereka terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan di wilayah hulu. Pertanyaan Penawaran WTP: Apakah setuju bahwa lahan pertanian khususnya sawah mempunyai fungsi lingkungan dalam pengendalian banjir dan erosi. Apakah responden bersedia membayar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hulu Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 23

24 Jika ya, kemukakan nilai pilihan WTP (mulai dari terendah), lalu lakukan penawaran (bidding). Tingkatkan penawaran sekitar 10% atau lebih. Misalnya dari nilai awal Rp menjadi Rp jika masih bersedia membayar, tingkatkan lagi nilainya menjadi Rp dan seterusnya. Jika responden sudah menyatakan tidak bersedia lagi membayar, maka nilai penawaran tertinggilah merupakan nilai WTP dari responden tersebut. Pada prinsipnya pendekatan WTA (Willingness to accept) sama dengan WTP, tetapi respondennya adalah masyarakat yang menyediakan atau menghasilkan jasa lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui seberapa besar petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya. 2.Apakah responden bersedia menerima bantuan pembayaran untuk tetap mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya. Misalnya biaya pembuatan teras bangku. Biaya pembuatan teras bangku di lokasi penelitian adalah Rp 3,5 5,5 juta/ha. Tingkat penawaran mulai dari 50% nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan respon awal petani. Misalnya biaya pembuatan teras menurut petani Rp (luas lahan 0,25 ha), terdiri dari biaya TK Rp , biaya bahan Rp dan peralatan Rp Pertanyaan Penawaran WTA: Biaya Tenaga Kerja Rp Jika responnya bersedia menerima, maka turunkan sekitar 10% atau lebih menjadi Rp , lalu Rp , lalu Rp , dst sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima jumlah tersebut. Jika responnya tidak bersedia menerima, maka naikkan sekitar 10% atau lebih menjadi Rp , lalu Rp , lalu Rp , atau Rp dst, sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai tersebut. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 24

25 Bahan Rp ; jika responnya masih bersedia, turunkan sekitar 10% seperti cara di atas sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima nilai tersebut. Namun jika responden tidak bersedia menerima, naikkan nilai tersebut sekitar 10% sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai bantuan tersebut. Peralatan Rp (caranya sama dengan di atas). Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

Batusangkar International Conference II, October

Batusangkar International Conference II, October VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN Dwi Rini Kurnia Fitri Biology Department, State Institute for Islamic Studies (IAIN) Batusangkar, Indonesia Jl. Jenderal Sudirman No. 137, Lima Kaum Batusangkar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian untuk MK. Ekonomi Sumberdaya Alam PDIP PPS FPUB 2010 1 Pendahuluan Perubahan dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan keadaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai

Lebih terperinci

THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL

THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL VALUASI ESDAL Valuasi ekonomi memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. VALUASI EKONOMI: UMUM Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: A. Myrick Freeman III, 2003. Economic Valuation: What

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari : III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Waidoba, Kecamatan Kayoa Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara dan untuk keperluan pengambilan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN Hedonic Price Method (HPM) digunakan untuk mengestimasi nilai ekosistem atau jasa lingkungan yang secara langsung

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1 ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1 PENDAHULUAN (1) Ahli ekonomi, philosophy dan lingkungan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016 PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE 4 2015/2016 Penilaian Ekonomi Barang Lingkungan berguna untuk mengetahui: Nilai kehancuran lingkungan dan besaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam Studi ini dibuat guna menggambarkan alur pemikiran baik dengan menggunakan teori-teori dan pemikiran secara operasional. 3. 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dahuri (1996) dalam Syakya (2005) menyatakan garis besar konsep pembangunan berkelanjutan mempunyai empat dimensi: 1. Dimensi ekologis yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Valuasi, IrigasI, Usahatani, dan Padi a. Valuasi Mburu (2007) dalam Arobi dan Razif (2013) mendefinisikan valuasi sebagai usaha untuk

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 Cost Benefit Analysis (CBA) THE BASIC IDEA (1) Analisis biaya-manfaat lingkungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nilai merupakan persepsi terhadap suatu objek pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi merupakan pandangan individu atau

Lebih terperinci

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie 35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 61 VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 7.1. Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Value) Berdasarkan hasil analisis data diperoleh total nilai manfaat langsung perikanan tangkap (ikan) sebesar Rp

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) Willingness to Accept (WTA) menunjukkan seberapa kemampuan individu menerima kerusakan yang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Air 2.1.1 Karakteristik Sumber Daya Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi ini. Sumber daya air merupakan sumber daya

Lebih terperinci

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, MS EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0) PENTINGNYA VALUASI SDH 1. Hutan merupakan aset SDA, dimana nilai aset

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsumen menghargai barang atau jasa tersebut. (Amelia, 2016). formal disebut dengan willingness to pay (Kamal, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsumen menghargai barang atau jasa tersebut. (Amelia, 2016). formal disebut dengan willingness to pay (Kamal, 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Willingness To Pay (WTP) Willingness to pay ialah harga tertinggi seseorang (konsumen) yang rela dibayarkan untuk mendapatkan suatu manfaat baik berupa

Lebih terperinci

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI )

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) Oleh: M. Suparmoko Materi disampaikan pada Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis Penataan Ruang pada tanggal 4-10 Juni 2006 1 Hutan Indonesia

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak ada keputusan ekonomi yang dibuat tanpa mempengaruhi. berdampak pada perekonomian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak ada keputusan ekonomi yang dibuat tanpa mempengaruhi. berdampak pada perekonomian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Lingkungan 1. Ekonomi dan Lingkungan Bahasan mengenai ekonomi lingkungan berangkat dari logika sederhana bahwa lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian Terdahulu Pratama (2016) melakukan penelitian dengan judul Valuasi Ekonomi Pariwisata Dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Di Pantai Nglambor Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan yang memiliki ciri khas didominasi pepohonan yang mampu tumbuh di perairan asin. Komunitas pepohonan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: Kevin J. Boyle, 2003. Contingent Valuation

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 22 PENDAHULUAN Latar Belakang Fenomena kerusakan sumberdaya hutan (deforestasi dan degradasi) terjadi di Indonesia dan juga di negara-negara lain, yang menurut Sharma et al. (1995) selama periode 1950-1980

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, paradigma pembangunan saat ini cenderung mengarah pada sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang memperhatikan kondisi

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS dan KUANTITAS PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN JUMLAH PENUMPANG KA KOMUTER SURABAYA SIDOARJO Julistyana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi 59 IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak Propinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi ini

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DATA MAHASISWA BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN

JURNAL PRAKTIKUM VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DATA MAHASISWA BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN JURNAL PRAKTIKUM VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DATA MAHASISWA Nama : NRP : Kelompok : BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 61 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam hutan (SDAH) adalah faktor produksi dan konsumsi untuk kesejahteraan bangsa khususnya dan umat manusia pada umumnya. SDAH dalam memberikan manfaat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi sumber daya alam dari kehutanan. Hasil hutan dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran

Lebih terperinci

TIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN

TIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN TIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE- 14 PENDAHULUAN Instrumen ekonomi terbagi atas beberapa kategori berbeda yang masing-masing mempunyai kelebihan maupun kekurangan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Hutan Masyararakat desa hutan dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan aktivitas atau kegiatan yang berinteraksi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengeringan dan pengemasan (Somantri, 2014). Salah satu jenis teh adalah teh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengeringan dan pengemasan (Somantri, 2014). Salah satu jenis teh adalah teh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh Hijau Celup Teh merupakan minuman yang berasal dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis) melalui beberapa tahapan seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK Tim Peneliti : Dr. Bambang Sayaka PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam pelaksanaan proses pembangunan, manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

TINJAUAN PUSTAKA. tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Air Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

Lebih terperinci