THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL
|
|
- Deddy Ade Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL
2 VALUASI ESDAL Valuasi ekonomi memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar (non market value). MANFAAT menentukan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
3 METODE VALUASI EKONOMI SDAL Nilai SDA dan Jasa Lingkungan Nilai Guna Nilai Non Guna Guna Langsung Guna Tidak Langsung Nilai Pilihan Nilai Warisan Nilai Keberadaan Produktifitas Biaya pengendalian Biaya Kesempatan Biaya Kontingensi Biaya Kontingensi Biaya perjalanan Harga Barang Subsritusi Harga Kesenangan Biaya Pengendalian Biaya pengendalian Biaya Kesehatan Benefit transfer Jenis Valuasi Ekonomi SDAL
4 Teknik-Teknik Valuasi Tehnik Valuasi Ekonomi Benefit based Valuation Cost based valuation Actual market price Productivity/effect on production Loss of earning (Human capital approach Surrogate market TCM CVM HPM Replacement cost Shadow project Preventive expenditure Relocation cost
5 PENDAHULUAN (1) The Averting Behavior Method menggambarkan pengeluaran yang dibuat untuk mencegah/ mengurangi dampak negatif degradasi lingkungan. The ABM Cost-Based Methods, dimana metode ini mengunakan biaya dari pembelian barang (produk) tertentu untuk menilai kualitas lingkungan.
6 PENDAHULUAN (2) Metode ABM tidak mencakup surplus konsumen, karena: pilihan-pilihan sosial untuk mendapatkan lingkungan yang sehat bisa lebih besar dari pengeluaran untuk suatu produk dan, karena harga pasar dari produk tersebut digunakan untuk menilai lingkungan Mis. : WTP air tanah vs Harga air dalam kemasan Secara umum, ABM sangat sesuai diaplikasikan untuk kasuskasus dimana pencegahan kerusakan atau pengeluaran untuk barang pengganti benar-benar ada atau benar-benar akan dibuat. Divisi Ekonomi Lingkungan
7 PENDAHULUAN (3) Asumsi dalam ABM: orang mengenali dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan mereka orang mampu menyesuaikan kebiasaan mereka untuk mencegah/ mengurangi dampak tersebut Contoh: dampak negatif penipisan lapisan ozon orang membeli topi/ suncream untuk mencegah kerusakan kesehatan
8 LIMITATION OF ABM ABM menganggap bahwasanya orang mempunyai kesadaran yang penuh terhadap potensi dampak perubahan kualitas lingkungan, dan mereka mempuyai pilihan dalam meresponnya melalui tindakan mereka sendiri atau keputusan individual untuk membeli peralatan perlindungan ekosistem. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua orang yang terkena dampak akan menyadari akibat pengurangan kualitas atau suplai jasa lingkungan. Terkadang orang mungkin tidak bereaksi terhadap perubahan yang kecil dalam kualitas lingkungan
9 TYPES OF AVERTING BEHAVIOR METHOD (1) Tiga (3) metode dalam ABM: 1. Damage Cost Avoided (DCA) 2. Preventive Expenditure (PE) 3. Replacement Cost (RC) Contoh: Respon individu terhadap menurunnya kualitas air keran dapat dinilai melalui 1. memebuat lubang biopori DCA 2. memasang penyaring air keran di rumah PE 3. membeli air dalam botol/ kemasan RC Divisi Ekonomi Lingkungan
10 TYPES OF AVERTING BEHAVIOR METHOD Ketiga tipe ABM tersebut mengestimasi nilai jasa lingkungan berdasarkan biaya pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan, atau biaya pengganti jasa suatu ekosistem Metode ini didasarkan pada asumsi bahwasanya apabila orang menerima biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut setidaknya harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian tersebut
11 DAMAGES COST AVOIDED (1) Metode damage cost avoided mengestimasi nilai ekonomi berdasarkan biaya yang dihasilkan akibat hilangnya jasa lingkungan Pendekatan ini menggunakan nilai properti yang dilindungi atau biaya dari tindakan yang diambil untuk mencegah kerusakan sebagai sebagai sebuah ukuran dari manfaat yang disediakan ekosistem (lingkungan). Damage cost avoided method secara khusus sangat bermanfaat dalam penilaian ekosistem yang menyediakan suatu bentuk perlindungan alami. Divisi Ekonomi Lingkungan
12 DAMAGES COST AVOIDED (2) Contoh 1: Jika lahan basah melindungi properti di sekitarnya dari banjir, maka manfaat dari perlindungan baniir tersebut bisa diestimasi melalui pencegahan kerusakan apabila banjir tidak terjadi atau melalui pengeluaran yang dibuat pemilik properti dalam melindungi milik mereka dari banjir. Damage Cost Avoided Method menyediakan pendekatan yang relatif mudah untuk menentukan nilai dari jasa perlindungan alami di pulau-pulau kecil Divisi Ekonomi Lingkungan
13 DAMAGES COST AVOIDED (3) Tahapan pelaksanaan damage cost avoided method: 1. Mengenali jasa perlindungan yang disediakan dan menaksir area proteksi yang akan berubah sesuai skenario kehilangan ekosistem tertentu mencakup informasi mengenai kemungkinan peristiwa kerusakan yang terjadi dan tingkat kerusakan dibawah skenario ecosystem loss yang berbeda.
14 DAMAGES COST AVOIDED (4) Tahapan pelaksanaan damage cost avoided method (cont ): 2. Mengenali infrastruktur, properti dan populasi manusia yang akan terkena dampak perubahan proteksi menjelaskan batasan dampak yang tidak akan dianalisa. 3. Mengestimasi biaya kerusakan tersebut dengan menggunakan informasi dari nilai aset yang mempunyai resiko.
15 PREVENTIVE EXPENDITURE (1) Preventive Expenditure juga dikenal dengan sebutan mitigate atau defensive expenditure approach. Jasa lingkungan bisa dinilai dengan melihat seberapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan pencegahan peningkatan kerusakan akibat hilangnya jasa tersebut. Misal: Biaya yang digunakan untuk pembuatan filterisasi air minum karena adanya kerusakan di sumber mata air.
16 PREVENTIVE EXPENDITURE (2) Preventive expenditure approach secara umum merujuk pada metode yang menggunakan pengukuran biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Metode ini berguna untuk mengukur indirect use value dimana teknologi pencegahan kerusakan lingkungan sudah tersedia. Pendekatan ini bisa dilihat sebagai penilaian substitusi permintaan terhadap proteksi lingkungan secara tidak langsung mengukur biaya kerusakan lingkungan dengan melihat jumlah sumberdaya yang disediakan untuk mencegahnya.
17 PREVENTIVE EXPENDITURE (3) Seorang individu yang rasional akan menerima biaya perbaikan kerusakan tersebut sepanjang: Level kerusakan lingkungan setelah upaya pencegahan (preventive) dilakukan < level original kerusakan yang dirasakan Contoh penerapan: Biaya yang diterima individu dalam rangka mendapatkan air bersih (misalnya menggunakan sistem penyaring air) digunakan sebagai ukuran manfaat sosial yang dihasilkan dari pengurangan jumlah pathogen dalam suplai air kota. Divisi Ekonomi Lingkungan
18 Contoh lain: biaya pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau dataran tinggi.
19 REPLACEMENT COST (1) Replacement Cost mengestimasi nilai jasa lingkungan sebagai biaya penggantian jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif buatan. Dengan kata lain replacement cost menggambarkan nilai dari jasa lingkungan yang bisa ditiru menggunakan teknologi (misal: water storage atau waste water processing).
20 REPLACEMENT COST (2) Pendekatan replacement cost dibangun berdasarkan pemikiran bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset produktif yang rusak akibat dampak lingkungan yang kurang baik dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari manfaat yang diperoleh untuk memelihara maupun memperbaiki lingkungan. Kelebihan pendekatan ini antara lain bisa digunakan untuk menilai manfaat kegunaan tidak langsung (indirect use benefit) pada kondisi dimana data biofisik sulit diperoleh.
21 REPLACEMENT COST (3) Key weakness: seringkali sulit untuk mendapatkan substitusi (pengganti) yang nyata untuk barang dan jasa lingkungan, dengan level manfaat yang sama. Jika level jasa dari infrastruktur buatan lebih rendah nilai ekosistem mungkin dibawah nilai estimasi, berlaku sebaliknya. mis. Sumber mata air alami air kemasan /air osmosis
22 Relocation Cost Relocation cost merupakan bentuk lain dari metode replacement cost. Metode ini dibangun dengan pemikiran bahwa individu yang merasa terancam dengan kondisi lingkungan yang memburuk akan bermigrasi (relokasi) ke tempat lain. Biaya relokasi ini bisa menjadi acuan untuk mengukur hilangnya manfaat (benefit) akibat menurunnya kualitas lingkungan. Pendekatan ini berguna bagi penilaian yang melibatkan relokasi masal seperti pembangunan waduk. Namun kelemahan pendekatan ini antara lain bisa menimbulkan understate karena bisa saja manfaat yang diperoleh di lokasi baru jauh lebih rendah dari lokasi asal.
23 Note: Dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi suatu lingkungan adalah sekurangkurangnya sama dengan biaya yang diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan
24
TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI
TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DATA MAHASISWA BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN
JURNAL PRAKTIKUM VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DATA MAHASISWA Nama : NRP : Kelompok : BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi
Lebih terperinciCHANGE IN PRODUCTIVITY (PRODUCTION FUNCTION APPROACH) VALUASI ESDAL PERTEMUAN 7
CHANGE IN PRODUCTIVITY (PRODUCTION FUNCTION APPROACH) VALUASI ESDAL PERTEMUAN 7 PRODUCTION FUNCTION APPROACH (1) production function merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menilai barang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. meliputi konsep dasar dari metode perilaku pencegahan (averting behavior Metode Biaya Pencegahan dan Biaya Kesehatan
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi landasan teori yang menjadi dasar dalam menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang diuraikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian
Lebih terperinciPENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012
PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 Cost Benefit Analysis (CBA) THE BASIC IDEA (1) Analisis biaya-manfaat lingkungan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perubahan iklim merupakan implikasi dari kegiatan manusia yang menyebabkan peningkatan suhu bumi. Hal ini menjadi faktor pemicu mencairnya lapisan es di kawasan
Lebih terperinciMETODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN
METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Bogor, 28 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga
Lebih terperinciTravel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016
Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem
Lebih terperinciContingent Valuation Method (CVM)
Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab
Lebih terperinciMETODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM
METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA
VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah
Lebih terperinciValuasi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Kode Mata Kuliah/SKS ESL 434/ 3 (2-2) Semester 6
Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/SKS ESL 434/ 3 (2-2) Semester 6 Dosen PJMK Deskripsi Singkat Capaian Pembelajaran (Learning Outcome) (Divisi) Dosen SILABUS Valuasi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. recharge, groundwater sering dikatakan sebagai sumberdaya yang tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Sumberdaya Air Air merupakan bagian penting dari sumberdaya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumberdaya lainnya. Menurut Fauzi (2006), air dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan keadaan
Lebih terperinciPertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN
Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN Hedonic Price Method (HPM) digunakan untuk mengestimasi nilai ekosistem atau jasa lingkungan yang secara langsung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh
Lebih terperinciVALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1
VALUASI LINGKUNGAN A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove Menurut Nybakken (1986) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa species
Lebih terperinciTIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN
TIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE- 14 PENDAHULUAN Instrumen ekonomi terbagi atas beberapa kategori berbeda yang masing-masing mempunyai kelebihan maupun kekurangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,
Lebih terperinciBatusangkar International Conference II, October
VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN Dwi Rini Kurnia Fitri Biology Department, State Institute for Islamic Studies (IAIN) Batusangkar, Indonesia Jl. Jenderal Sudirman No. 137, Lima Kaum Batusangkar,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata
Lebih terperinciENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1
ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1 PENDAHULUAN (1) Ahli ekonomi, philosophy dan lingkungan mempunyai pandangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Danau atau Situ Danau merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alami atau sengaja dibuat manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal hujan, mata air, dan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang
Lebih terperinciKAJIAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT MELALUI PENDEKATAN EKONOMI
Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 205 ISSN : 2087-2X KAJIAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT MELALUI PENDEKATAN EKONOMI ) Nurul Ovia Oktawati,
Lebih terperinciEVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY
EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY EKONOMI WISATA Pertemuan 13 EVALUASI MIKRO-MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY Pembahasan: Tourism Investment Appraisal Eksternalitas Pariwisata
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan suatu formasi hutan yang berperan sebagai penyambung (interface) antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan karena peranannya inilah
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILOSOFIS VALUASI EKONOMI DAN KONSEP NILAI SDAL
PERSPEKTIF FILOSOFIS VALUASI EKONOMI DAN KONSEP NILAI SDAL VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN - 2 PENDAHULUAN (1) Indonesia
Lebih terperinciPenentuan Nilai Ekonomi Wisata
Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai
Lebih terperinciPENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016
PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE 4 2015/2016 Penilaian Ekonomi Barang Lingkungan berguna untuk mengetahui: Nilai kehancuran lingkungan dan besaran investasi yang
Lebih terperinci36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie
35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1
VALUASI EKONOMI Dalam menentukan kontribusi suatu sektor kegiatan ekonomi terhadap pembangunan nasional pada umumnya dinyatakan dalam nilai uang yang kemudian dikonversi dalam nilai persentase. Setiap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB 4 HASIL & PEMBAHASAN
34 BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Wilayah Area TPST Bantar Gebang terletak diatas lahan seluas 110,216 Ha dibawah penguasaan Pemerintah provinsi DKI Jakarta dan mencakup 3 kelurahan, yaitu
Lebih terperinciMG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, MS EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0) PENTINGNYA VALUASI SDH 1. Hutan merupakan aset SDA, dimana nilai aset
Lebih terperinciVII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.
VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1 Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar
Lebih terperinciData aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Waidoba, Kecamatan Kayoa Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara dan untuk keperluan pengambilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program
Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)
Lebih terperinciMETODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian untuk MK. Ekonomi Sumberdaya Alam PDIP PPS FPUB 2010 1 Pendahuluan Perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber
Lebih terperinciPengantar Ekonomi Mikro EKI 106. Chapter I: PENDAHULUAN: RAP dan Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi
Pengantar Ekonomi Mikro EKI 106 Chapter I: PENDAHULUAN: RAP dan Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Uraian dan Tujuan Mata Kuliah Mata kuliah Ekonomi Mikro terdiri dari Pengantar Ekonomi Mikro atau Ekonomi Mikro
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume
Lebih terperinciPENGEMBANGAN JASA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO *)
PENGEMBANGAN JASA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO *) Oleh: Ir. Semuel P. Ratag, MP **) A. PENDAHULUAN Kejadian-kejadian banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kesulitan memperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Ekonomi Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatudidasarkan atas perspektif manusia (individu),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Non-Market Goods Non market goods adalah sekelompok barang dan jasa yang jumlah atau kualitas barang tersebut tidak diperjualbelikan di pasar. Artinya,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data, daerah ini
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pemukiman sekitar Situ Rawa Badung, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Lahan, Penggunaan Lahan dan Konversi Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik yang terdiri dari iklim,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH...
Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: PENGANTAR EVALUASI PROYEK 1.1 Pengertian Proyek dan Evaluasi Proyek... 1.3 Latihan... 1.12 Rangkuman.... 1.13 Tes Formatif 1..... 1.13 Konsep Dasar Analisis
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak
Lebih terperinciKONSEP NILAI EKONOMI TOTAL DAN METODE PENILAIAN SUMBERDAYA HUTAN. Oleh /Bye: Fitri Nurfatriani 1)
KONSEP NILAI EKONOMI TOTAL DAN METODE PENILAIAN SUMBERDAYA HUTAN Oleh /Bye: Fitri Nurfatriani 1) Abstract Forest resource produce some benefits, both tangible and intangible. Currently, those benefits
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu
Lebih terperinci3. Peramalan Penjualan ( Proyeksi Penjualan)
3. Peramalan Penjualan ( Proyeksi Penjualan) Pengertian mengenai peramalan penjualan diantaranya: Peramalan penjualan adalah perkiraan atau proyeksi secara teknis permintaan konsumen potensial untuk suatu
Lebih terperinciBIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017
BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Definisi Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA Wilayah Konservasi Menurut Undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1. 1. Konsep Pembangunan HTI dengan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat adalah pola pengelolaan hutan
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI
ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, paradigma pembangunan saat ini cenderung mengarah pada sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang memperhatikan kondisi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI
VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI SKRIPSI Oleh LAMRIA BUTAR BUTAR 051201041/ Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
21 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dahuri (1996) dalam Syakya (2005) menyatakan garis besar konsep pembangunan berkelanjutan mempunyai empat dimensi: 1. Dimensi ekologis yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan
Lebih terperinci(STUDI KASUS PT. IPMOMI PLTU PAITON)
EVALUASI POTENSI BAHAYA KEBAKARAN dan LEDAKAN PADA TANGKI PENYIMPANAN HIDROGEN MENGGUNAKAN METODE DOW S FIRE & EXPLOSION INDEX (D-F&EI) serta LIKELY LOSS FIRE & EXPLOSION INDEX (LL-F&EI) (STUDI KASUS PT.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA DAN PERSAWAHAN DI DAS DELI
VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA DAN PERSAWAHAN DI DAS DELI SKRIPSI Oleh: RUSNENI VITARIA 051201002/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi sumber daya alam dari kehutanan. Hasil hutan dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang semakin meluas di Indonesia memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan. Otonomi daerah merupakan proses pelimpahan kekuasaan
Lebih terperinciBAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD
92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus
1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYERTAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA..
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYERTAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.... INTISARI... ABSTRACT.... BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Nasional Republik Indonesia adalah sebuah museum yang terletak dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber daya alam. Sub sistem ekologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara
Lebih terperinciGambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. angka-angka statistik sering dijadikan sebagai alat untuk memahami
44 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Perkembangan suatu wilayah dapat dinilai mengalami kemajuan atau mengalami kemunduran dengan melihat beberapa indikator tertentu. Struktur dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taman Hutan Raya. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian,
Lebih terperinciUSULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI
USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI Yohanes Suprapto Magister Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI),
Lebih terperinci