III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,"

Transkripsi

1 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta Lokasi Desa Margasari.

2 20 B. Alat dan Objek Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, kuesioner dan seperangkat komputer. Objek dalam penelitian ini adalah hutan mangrove Desa Margasari dan masyarakat sekitar hutan mangrove. C. Definisi Operasional Batasan penelitian ini adalah: a. Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai yang terkandung dalam sumberdaya mangrove, baik nilai guna maupun nilai bukan guna. b. Nilai guna adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual barang dan jasa dari hutan mangrove. c. Nilai bukan guna adalah nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual barang dan jasa dari hutan mangrove. d. Nilai guna langsung adalah nilai dari pemanfaatan secara langsung yang dihasilkan dari hutan mangrove. e. Nilai guna tak langsung adalah nilai dari pemanfaatan secara tak langsung yang dihasilkan dari fungsi ekologis (jasa lingkungan) hutan mangrove. f. Nilai pilihan adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove untuk masa yang akan datang. g. Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan sumberdaya hutan mangrove. h. Kesediaan membayar adalah nilai rupiah yang bersedia dikorbankan oleh seseorang untuk mempertahankan keberadaan sumberdaya mangrove yang memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung baginya.

3 21 i. Biaya perjalanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk kegiatan wisata, meliputi biaya transportasi sampai tujuan lokasi wisata, biaya konsumsi, biaya dokumentasi dan sebagainya. j. Surplus konsumen adalah selisih antara jumlah yang konsumen sanggup membayar dengan yang harus dibayarkan. k. Free rider adalah konsumen yang mendapat keuntungan atau manfaat tanpa harus mengeluarkan biaya apapun. l. Benefit transfer adalah nilai moneter yang didapat dari literatur, per satuan luas, bagi ekosistem yang serupa dan nilai ini digandakan dengan luas fisik sumberdaya lokal yang sedang dinilai. m. Harga pasar adalah nilai tukar menggunakan uang yang berlaku di lokasi penelitian. n. Biaya penggantian sumberdaya adalah nilai jasa ekosistem berdasarkan biaya menyediakan jasa penggantian (substitusi) atau biaya menghindari kerusakan karena jasa yang hilang. D. Metode Penelitian 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer meliputi data mengenai harga pasar rajungan, udang, kepiting, daun jeruju, buah pidada dan kayu bakar, biaya perjalanan dari pengunjung ekowisata hutan mangrove, harga pasar pakan ikan yang berlaku di lokasi penelitian, harga

4 22 tanah per hektar yang berlaku di lokasi penelitian serta kesediaan membayar dari masyarakat untuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove. Data sekunder merupakan data penunjang penelitian. Data ini meliputi keadaan umum lokasi penelitian baik lingkungan fisik, sosial ekonomi masyarakat, data statistik identitas penduduk, buku literatur penunjang serta data lain yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari pustaka ataupun instansi terkait. 2. Cara pengumpulan data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Pengamatan langsung di lapangan Pengamatan langsung di lapangan adalah pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mendeskripsikan keadaan ekosistem hutan mangrove yang akan diteliti guna mendapatkan data primer. 2. Wawancara dengan responden Wawancara adalah pengambilan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan responden. Tanya jawab yang dilakukan menggunakan daftar pertanyaan umum atau kuesioner untuk memperoleh data primer. 3. Studi pustaka Merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip teori yang berasal dari buku dan tulisan lain yang relevan dengan penelitian untuk mendapatkan data sekunder.

5 23 3. Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang benar-benar memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur sebanyak KK. Menurut Arikunto (2011) jika populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Besarnya sampel responden ditentukan dengan mengambil 15% dari populasi di Desa Margasari karena menyesuaikan dengan kemampuan peneliti dilihat dari dana, waktu dan tenaga. Rumus penentuan sampelnya menurut Arikunto (2011) sebagai berikut: n N N 2 e 1 Keterangan : n N : Jumlah responden : Jumlah total kepala keluarga (KK) di Desa Margasari e : Presisi 15% n = (0,15²) + 1 n = 43 responden Dari KK maka sampel dalam penelitian adalah 43 responden. Data dari responden untuk tujuan ekowisata diambil selama penelitian berlangsung dikalikan jumlah kunjungan rata-rata yang akan dilakukan responden selama 1 tahun, karena belum tersedianya data pengunjung di lokasi penelitian dan diperoleh sebanyak 164 responden. Sampel dipilih dari populasi dengan cara purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak tetapi

6 24 berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Teknik tersebut untuk memilih responden berdasarkan tujuan penelitian, yaitu masyarakat yang memperoleh manfaat sumberdaya hutan mangrove baik manfaat langsung, tidak langsung, pilihan dan keberadaan. 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data a. Identifikasi dan kuantifikasi fungsi dan manfaat ekosistem hutan mangrove Bertujuan untuk memperoleh data tentang berbagai macam fungsi dan manfaat ekosistem hutan mangrove dan mengestimasi ke dalam nilai rupiah. Persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi total adalah (Alam, Supratman dan Alif, 2009): 1) Nilai guna langsung (direct use value/duv) Nilai guna langsung diperoleh secara langsung dari sumberdaya hutan mangrove. Nilai guna langsung tersebut dihitung dari jenis manfaat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan mangrove yaitu rajungan, udang, kepiting, daun jeruju, buah pidada dan kayu bakar yang dihitung menggunakan pendekatan harga pasar dan ekowisata yang dihitung menggunakan biaya perjalanan (travel cost method). Biaya perjalanan pengunjung akan diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Formulasinya sebagai berikut: DUV = DUV1 + DUV2 + DUV3 + DUV4 + DUV5 (dalam Rp per tahun) Dimana: DUV DUV1 DUV2 DUV3 DUV4 DUV5 : nilai guna langsung : nilai guna langsung rajungan, udang, kepiting : nilai guna langsung daun jeruju : nilai guna langsung buah pidada : nilai guna langsung kayu bakar : nilai guna langsung ekowisata.

7 25 2) Nilai guna tak langsung (indirect use value/iuv) Nilai guna tak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan (Fauzi, 2002). Nilai guna tak langsung yang dirasakan masyarakat sekitar hutan mangrove meliputi manfaat fisik dan ekologis. Nilai guna tak langsung hutan mangrove diestimasi menggunakan biaya penggantian sumberdaya (replacement cost) dan pendekatan harga pasar terkini. Manfaat fisik hutan mangrove yaitu sebagai pencegah intrusi air laut ke darat dan dihitung berdasarkan pendekatan biaya pengganti pembuatan tanggul pantai sebagai pencegah intrusi. Selain itu, manfaat fisik lainnya adalah perluasan lahan ke arah laut yang dihitung berdasarkan harga tanah per hektar yang berlaku di lokasi penelitian. Manfaat ekologis hutan mangrove yaitu penyedia pakan alami bagi biota laut di sekitar hutan mangrove. Nilai manfaat ekologis tersebut dihitung berdasarkan pendekatan harga pakan ikan di lokasi penelitian. Formulasinya sebagai berikut: IUV = IUV1 + IUV2 + IUV3 (dalam Rp per tahun) Dimana: IUV IUV1 IUV2 IUV3 : nilai guna tak langsung : nilai guna tak langsung penyedia pakan alami : nilai guna tak langsung pencegah intrusi air laut : nilai guna tak langsung perluasan lahan kearah laut 3) Nilai pilihan (option value/ov) Nilai pilihan diperoleh dengan menghitung nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) ekosistem hutan mangrove. Menurut Ruitenbeek (1991) dalam Hieriey (2009) hutan mangrove Indonesia memiliki nilai biodiversity sebesar US$

8 26 15 per hektar per tahun yang dapat digunakan untuk hutan mangrove di seluruh Indonesia. Nilai pilihan dapat dirumuskan sebagai berikut: OV = US$ 15 per hektar per tahun x luas hutan mangrove Dimana: OV : nilai pilihan (dalam Rp per tahun) 4) Nilai keberadaan (existence value/ev) Nilai keberadaan hutan mangrove dihitung dengan metode valuasi kontingensi (contingent valuation method). Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar seseorang (willingness to pay) terhadap keberadaan hutan mangrove sehingga fungsi dan manfaat hutan mangrove bisa terus dirasakan sebagai warisan untuk generasi mendatang. Formulasinya sebagai berikut: n EV = (EVi) / n (dalam Rp per tahun) i=1 Dimana: EV : nilai keberadaan EVi : nilai WTP dari responden ke-i n : jumlah responden (43 orang) b. Nilai ekonomi total (Total Economic Value/TEV) Merupakan penjumlahan dari seluruh manfaat yang telah diidentifikasi dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti, dirumuskan sebagai berikut: TEV = DUV + IUV + OV + EV (dalam Rp per tahun) Dimana: TEV : nilai ekonomi total (Rp per tahun) DUV : nilai guna langsung (Rp per tahun) IUV : nilai guna tak langsung (Rp per tahun) OV : nilai pilihan (Rp per tahun) EV : nilai keberadaan (Rp per tahun).

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan yang memiliki ciri khas didominasi pepohonan yang mampu tumbuh di perairan asin. Komunitas pepohonan

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 3, September 2014 (19 28)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 3, September 2014 (19 28) NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (TOTAL ECONOMIC VALUE OF MANGROVE FOREST IN MARGASARI VILLAGE SUB DISTRICT OF LABUHAN MARINGGAI DISTRICT

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lokasi hutan mangrove yang ada diwilayah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat sebagaima tercantum dalam peta lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 21 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April sampai dengan Mei 2013.

Lebih terperinci

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie 35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem hutan yang terletak diantara daratan dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan formasi hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT MELALUI PENDEKATAN EKONOMI

KAJIAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT MELALUI PENDEKATAN EKONOMI Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 205 ISSN : 2087-2X KAJIAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT MELALUI PENDEKATAN EKONOMI ) Nurul Ovia Oktawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANGROVE DESA PEJARAKAN, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG

VALUASI EKONOMI MANGROVE DESA PEJARAKAN, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG VALUASI EKONOMI MANGROVE DESA PEJARAKAN, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG OLEH: IDA AYU PUTU RIYASTINI, S.Si NIP. 19820219 201101 2 003 Statistisi Pertama DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU (ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE ECOSYSTEM IN KARANGSONG VILLAGE, INDRAMAYU)

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU (ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE ECOSYSTEM IN KARANGSONG VILLAGE, INDRAMAYU) VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU (ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE ECOSYSTEM IN KARANGSONG VILLAGE, INDRAMAYU) Noeraeni Desnin Kurniawati emaildesnin@yahoo.com Evita Hanie

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari : III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Waidoba, Kecamatan Kayoa Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara dan untuk keperluan pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROPINSI KEPULAUAN RIAU

VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROPINSI KEPULAUAN RIAU VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROPINSI KEPULAUAN RIAU Linda Waty Zen dan Fitria Ulfah Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DESA BABULU LAUT KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DESA BABULU LAUT KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DESA BABULU LAUT KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Eko Kurniawan 1, Djuhriansyah 2 dan Helminuddin 2 1 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ekosistem Mangrove Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil. Kata mangrove

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove (bakau) merupakan suatu bentuk ekosistem yang mempunyai keragamanan potensi serta memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 8, Nomor 1, April 2012 AN APPROACH TO THE MANAGEMENT OF MUD CRAB Scylla serrata THROUGH THE REPRODUCTIVE STATUS OF MUD CRAB AND SOCIO-ECONOMY AND INSTITUTIONAL

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian valuasi ekosistem hutan mangrove yaitu Desa Boni, Kecamatan Rote Barat Laut Kabupten Rote Ndao. Gambar 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dahuri (1996) dalam Syakya (2005) menyatakan garis besar konsep pembangunan berkelanjutan mempunyai empat dimensi: 1. Dimensi ekologis yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE PASCA REHABILITASI DI PESISIR PANTAI TLANAKAN, KABUPATEN PAMEKASAN, JAWA TIMUR ANISSATUL FATIMAH H

NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE PASCA REHABILITASI DI PESISIR PANTAI TLANAKAN, KABUPATEN PAMEKASAN, JAWA TIMUR ANISSATUL FATIMAH H NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE PASCA REHABILITASI DI PESISIR PANTAI TLANAKAN, KABUPATEN PAMEKASAN, JAWA TIMUR ANISSATUL FATIMAH H44080018 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi 59 IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak Propinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi ini

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU 1 VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU Dharma Fidyansari, S.Pi., M.M. Sri Hastuty, S.E., M.Pd. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis valuasi ekonomi

Lebih terperinci

ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE FOREST ECOSYSTEM IN TELUK AMBON BAGUALA DISTRICT, MALUKU

ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE FOREST ECOSYSTEM IN TELUK AMBON BAGUALA DISTRICT, MALUKU ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2017. 05 (01): 1-12 e-issn: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2017.005.01.01 ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN CAGAR BUDAYA KERATON DI KOTA CIREBON BERDASARKAN WTP (WILLINGNESS TO PAY) DENGAN PENDEKATAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) Aditya Dharmawan,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Andi Nur Apung Massiseng Universitas Cokroaminoto Makassar e-mail : andinur_pasca@yahoo.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMANFAATAN NILAI WILLINGNESS TO PAY DALAM PERHITUNGAN NILAI EKONOMI KAWASAN (Studi Kasus : Candi Gedong Songo, Vihara Buddhagaya Watugong, Dan Masjid Agung Jawa Tengah) Suwirdah Pebriyanah, Sawitri Subiyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Pengaruh perubahan kondisi hutan mangrove terhadap pola mata pencaharian nelayan : studi kasus di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Lebih terperinci

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Economic value analysis of mangrove forest ecosystems in Sorong, West Papua Province

Economic value analysis of mangrove forest ecosystems in Sorong, West Papua Province Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 2, 39-43 (Oktober 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00068

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE UNTUK MENANGGULANGI ABRASI DI PANTAI SARI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Rediasti No. Stb A 351 10 052 Diajukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Demak. Arif Widiyanto, Suradi Wijaya Saputra, Frida Purwanti

Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Demak. Arif Widiyanto, Suradi Wijaya Saputra, Frida Purwanti Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Demak Arif Widiyanto, Suradi Wijaya Saputra, Frida Purwanti Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove.

Lebih terperinci

6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL

6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL 6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL 6.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Terumbu Karang 6.1.1 Nilai manfaat ikan karang Manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang adalah manfaat dari jenis-jenis komoditas yang langsung

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Bogor, 28 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Persiapan Penentuan Sample Penyusunan Kuisioner TCM & CVM Pengambilan Data Primer Sekunder Entry Data Pengolahan Data Travel Cost Method Contingent

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip APRIL 2015

Jurnal Geodesi Undip APRIL 2015 PEMANFAATAN NILAI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN SITUS KERAJAAN MAJAPAHIT MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD ( Studi Kasus : Kecamatan Trowulan,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI NEGERI PASSO KOTA AMBON

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI NEGERI PASSO KOTA AMBON VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI NEGERI PASSO KOTA AMBON Willem Talakua Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG KABUPATEN PANGKEP

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG KABUPATEN PANGKEP VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG KABUPATEN PANGKEP THE ECONOMIC VALUATION OF THE CORAL REEF ECOSYSTEM IN KAPOPOSANG MARINE TOURISM PARK IN PANGKEP REGENCY Haslindah

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, DESA PACAREJO, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2013

VALUASI EKONOMI KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, DESA PACAREJO, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2013 VALUASI EKONOMI KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, DESA PACAREJO, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2013 Boby Sumakul (Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan UAJY) Yenny Patnasari, SE., M.Si (Dosen

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN. Disusun oleh : Tim Asisten Ekonomi Sumberdaya Perikanan

PANDUAN PRAKTIKUM EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN. Disusun oleh : Tim Asisten Ekonomi Sumberdaya Perikanan PANDUAN PRAKTIKUM EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN Disusun oleh : Tim Asisten Ekonomi Sumberdaya Perikanan FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 KATA PENGANTAR Segala puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN

POTENSI EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN POTENSI EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN Oleh: Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Skema Dasar Valuasi Ekonomi Sumberdaya Kawasan Identifikasi Sistem Sumberdaya Identifikasi Stakeholders Identifikasi Institusi Feedback

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April 2014. B. Alat dan Objek Alat yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Manfaat Ekosistem Mangrove Di Desa Pulau Batang Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepuauan Riau

Valuasi Ekonomi Manfaat Ekosistem Mangrove Di Desa Pulau Batang Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepuauan Riau Valuasi Ekonomi Manfaat Ekosistem Mangrove Di Desa Pulau Batang Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepuauan Riau Salimah Mahasiswa manajemen sumberdaya perairan, FIKP UMRAH, sallmarenly15@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA WAIHERU KOTA AMBON VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA WAIHERU KOTA AMBON Hellen Nanlohy Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam Studi ini dibuat guna menggambarkan alur pemikiran baik dengan menggunakan teori-teori dan pemikiran secara operasional. 3. 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi sumber daya alam dari kehutanan. Hasil hutan dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran

Lebih terperinci

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan selalu atau secara teratur digenangi oleh air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 ECONOMIC OF DISASTERS Sumber : Adger, et.al (2005) ECONOMICS OF EUTROPHICATION oligotrophic

Lebih terperinci

MANFAAT EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN WISATA PERAIRAN PADAIDO KABUPATEN BIAK NUMFOR, PAPUA

MANFAAT EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN WISATA PERAIRAN PADAIDO KABUPATEN BIAK NUMFOR, PAPUA MANFAAT EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN WISATA PERAIRAN PADAIDO KABUPATEN BIAK NUMFOR, PAPUA THE ECONOMIC BENEFITS OF MANGROVE ECOSYSTEMS IN PADAIDO MARINE TOURISM PARK BIAK NUMFOR REGENCY, PAPUA Marhayana

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMBUATAN PETA ZNEK DENGAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGEN VALUATION METHOD MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Candi Borobudur) Annisa Usolikhah, Sawitri Subiyanto, Bambang Sudarsono

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015 ANALISIS NILAI WTP (WILLINGNESS TO PAY) UNTUK MENENTUKAN NILAI EKONOMI KAWASAN WISATA ALAM DI KABUPATEN SEMARANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Sumowono,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. batas air pasang dan surut (Murdiyanto, 2003). Asia Tenggara. Provinsi Lampung mempunyai potensi kawasan hutan seluas

I. PENDAHULUAN. batas air pasang dan surut (Murdiyanto, 2003). Asia Tenggara. Provinsi Lampung mempunyai potensi kawasan hutan seluas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1

VALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1 VALUASI EKONOMI Dalam menentukan kontribusi suatu sektor kegiatan ekonomi terhadap pembangunan nasional pada umumnya dinyatakan dalam nilai uang yang kemudian dikonversi dalam nilai persentase. Setiap

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN (ZNEK) MENGGUNAKAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Candi Prambanan) Hisni Theresia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1. 1. Konsep Pembangunan HTI dengan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat adalah pola pengelolaan hutan

Lebih terperinci

INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI

INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI LAPORAN AKHIR PKM-P INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI Disusun oleh: Hilman Firdaus H44090076/2009 Abida Hadi H44090065/2009 Lepi Asmala Dewi

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN MERAUKE Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in The Coastal of Merauke District

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN MERAUKE Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in The Coastal of Merauke District VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN MERAUKE Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in The Coastal of Merauke District Maria M.D. Widiastuti 1, Novel Novri Ruata 1 dan * Taslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam pelaksanaan proses pembangunan, manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Sumberdaya di Teluk Palu, Kota Palu... (Fachruddin Hari Anggara Putera dan Alfiani Eliata Sallata)

Valuasi Ekonomi Sumberdaya di Teluk Palu, Kota Palu... (Fachruddin Hari Anggara Putera dan Alfiani Eliata Sallata) VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DI TELUK PALU, KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH Valuation of Resources Economic In Palu Bay, City of Palu, Province of Central Sulawesi * Fachruddin Hari Anggara Putera dan

Lebih terperinci